• Tidak ada hasil yang ditemukan

77 TAREKAT SATTARIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "77 TAREKAT SATTARIYAH"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Tasawuf dalam pemahaman kita sebelumnya adalah usaha pendekatan Tasawuf dalam pemahaman kita sebelumnya adalah usaha pendekatan atau usaha individual dalam mengungkap realitas dengan pengalaman batin, atau usaha individual dalam mengungkap realitas dengan pengalaman batin, namun pada saat ini kita semua juga sudah mengetahui bahwasannya tasawuf namun pada saat ini kita semua juga sudah mengetahui bahwasannya tasawuf sekarang bukan hanya sekedar usaha pribadi dalam melakukan pengalaman sekarang bukan hanya sekedar usaha pribadi dalam melakukan pengalaman  batin

 batin dalam dalam mengungkap mengungkap realitas, realitas, akan akan tetapi tetapi tasawuf tasawuf sudah sudah menjadi menjadi suatusuatu disiplin ilmu yang sangat penting untuk kita ketahui dan kita pelajari.

disiplin ilmu yang sangat penting untuk kita ketahui dan kita pelajari.

Dengan menjadi nya tasawuf sebagai salah satu disiplin ilmu maka akan Dengan menjadi nya tasawuf sebagai salah satu disiplin ilmu maka akan muncul pertanyaan pertanyaan yang mendasar, dimanakah tasawuf ini dapat muncul pertanyaan pertanyaan yang mendasar, dimanakah tasawuf ini dapat dipelajari, siapa-kah yang mengajarkan tasawuf, bagaimana kah cara yang dipelajari, siapa-kah yang mengajarkan tasawuf, bagaimana kah cara yang yang diajarkan untuk menjadi seorang sufi. Sekiranya masih banyak yang diajarkan untuk menjadi seorang sufi. Sekiranya masih banyak  pertanyaan yang dapat kita lontarkan.

 pertanyaan yang dapat kita lontarkan.

Sekilas untuk menjawab pertanyaan pertanyaan diatas antara lain yaitu, Sekilas untuk menjawab pertanyaan pertanyaan diatas antara lain yaitu,  bahwasanya

 bahwasanya tasawuf tasawuf dapat dapat dipelajari dipelajari dalam dalam sebuah sebuah tarekat, tarekat, dalam dalam sebuahsebuah tarekat di situ diajarkan bagai mana kita dapat mencapai tingkatan sufi dengan tarekat di situ diajarkan bagai mana kita dapat mencapai tingkatan sufi dengan metode-metode yang sesuai dengan metode yang ada dalam tarekat tersebut, metode-metode yang sesuai dengan metode yang ada dalam tarekat tersebut, dalam sebuah tarekat itu seorang mudir yang dianggap sebagai guru dalam dalam sebuah tarekat itu seorang mudir yang dianggap sebagai guru dalam sebuah tarekat itu mengajarkan metodenya kepada para pangikutnya dalam sebuah tarekat itu mengajarkan metodenya kepada para pangikutnya dalam mencapai tingkatan sufi tersebut.

mencapai tingkatan sufi tersebut.

Ada begitu banyak tarekat-tarekat di dunia ini, baik itu yang terkenal Ada begitu banyak tarekat-tarekat di dunia ini, baik itu yang terkenal ataupun tidak, dan baik itu mempunyai atau ada hubungan atau tidak nya ataupun tidak, dan baik itu mempunyai atau ada hubungan atau tidak nya dengan indonesia bahwasannya tarekat sudah menyebar keseluruh dunia dengan indonesia bahwasannya tarekat sudah menyebar keseluruh dunia dengan metode-metode yang mereka bawa. Dalam berbicara tarekat yang dengan metode-metode yang mereka bawa. Dalam berbicara tarekat yang memiliki hubungan dengan indonesia ada banyak juga tarekat yang masuk ke memiliki hubungan dengan indonesia ada banyak juga tarekat yang masuk ke indonesia dalam menyebarkan metodenya, tidak sedikit yang mengikuti indonesia dalam menyebarkan metodenya, tidak sedikit yang mengikuti tarekat yang masuk ke indonesia. Salah satu tarekat yang memiliki tarekat yang masuk ke indonesia. Salah satu tarekat yang memiliki hubunganya dengan indonesia adalah tarekat syatariah. Tarekat ini akan hubunganya dengan indonesia adalah tarekat syatariah. Tarekat ini akan dibahas lebih luas dan panjang lebar di dalam pembahasan selanjutnya.

(2)

Pembahasan mengenai sejarah muncul dan masuknya ke indonesia, Pembahasan mengenai sejarah muncul dan masuknya ke indonesia, metode pengajaranya, silsilah pendiri, bagai mana pula ajaran tarekat syatariah metode pengajaranya, silsilah pendiri, bagai mana pula ajaran tarekat syatariah ini sangatlah penting untuk kita ketahui berhubungan dengan tarekat syatariah ini sangatlah penting untuk kita ketahui berhubungan dengan tarekat syatariah ini masuk dalam salah satu ruang sejarah dalam indonesia, maka selayaknya ini masuk dalam salah satu ruang sejarah dalam indonesia, maka selayaknya kita mengetahuinya sebagai warga negara indonesia. Maka dari itulah tarekat kita mengetahuinya sebagai warga negara indonesia. Maka dari itulah tarekat syatariah ini akan kami kupas dalam tulisan kami ini.

syatariah ini akan kami kupas dalam tulisan kami ini.

Sekilas tentang tarekat syatariah ini, bahwasannya tarekat ini sering Sekilas tentang tarekat syatariah ini, bahwasannya tarekat ini sering dihubungkan dengan pendirinya yaitu syah abdul allah al-syattari dalam dihubungkan dengan pendirinya yaitu syah abdul allah al-syattari dalam  penamaan ta

 penamaan tarekat rekat ini. ini. Yang mYang mana ana pendiri pendiri tarekat tarekat ini ini dari dari referensi referensi yang tidakyang tidak  begitu

 begitu banyak banyak yang yang menyebutkan menyebutkan bahnwasannya bahnwasannya Syaikh Syaikh Abdullah Abdullah Asy- Asy-Syattar, masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Syaikh Syihabuddin Syattar, masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Syaikh Syihabuddin Abu Hafs Umar al-Suhrawardi (539-632 H/1145-1234 M) ulama sufi yang Abu Hafs Umar al-Suhrawardi (539-632 H/1145-1234 M) ulama sufi yang mempopulerkan Tarekat Suhrawardiyah. Kemungkinan besar ia dilahirkan di mempopulerkan Tarekat Suhrawardiyah. Kemungkinan besar ia dilahirkan di salah satu tempat di sekitar Bukhara (Samarkand). Di sinilah, dia diresmikan salah satu tempat di sekitar Bukhara (Samarkand). Di sinilah, dia diresmikan menjadi anggota Tarekat Isyqiyah oleh

menjadi anggota Tarekat Isyqiyah oleh gurunya, Syaikh Muhammad Arif.gurunya, Syaikh Muhammad Arif.  Namun

 Namun karna karna tarekat tarekat yang yang pertama pertama yang yang ia ia ikuti ikuti ini ini tidak tidak dapatdapat  berkembang

 berkembang di di daerahnya daerahnya maka maka ia ia pun pun dipindahkan dipindahkan oleh oleh gurunya gurunya ke ke india,india, dari sini lah setalah syah al-syattar ini mendirikan tarekat syattariah, begitu dari sini lah setalah syah al-syattar ini mendirikan tarekat syattariah, begitu  pula

 pula setelah setelah perpindahannya perpindahannya ke ke india india lah lah tarekat tarekat syattariah syattariah mulai mulai munculmuncul dalam sejarah tarekat dunia.

dalam sejarah tarekat dunia.  Namun

 Namun bagai bagai manakah manakah tarekat tarekat syattariah syattariah masuk masuk ke ke indonesia?. indonesia?. DalamDalam menyebarkan dan memperluas wilayah dalam menyebarkan pemikirannya menyebarkan dan memperluas wilayah dalam menyebarkan pemikirannya tarekat syattariah masuk ke indonesia, dengan menyuguhkan metode mereka, tarekat syattariah masuk ke indonesia, dengan menyuguhkan metode mereka, tidak sedit pula yang mengikuti tarekat ini di indonesia. Begitu banyak yang tidak sedit pula yang mengikuti tarekat ini di indonesia. Begitu banyak yang  perlu

 perlu kita kita bahas, bahas, tidak tidak cukup cukup hanya hanya sekilas sekilas yang yang telah telah disampaikan disampaikan diatas,diatas, dalam tulisan ini akan di bahas secara mendalam mengenai tarekat ini dalam dalam tulisan ini akan di bahas secara mendalam mengenai tarekat ini dalam  pembahasan selanjutnya.

(3)

B. Rumumasan Masalah

1. Bagaimana Sejarah kemunculan tarekat syattariah 2. Siapa tokoh dan silsilah tarekat syattariah

3. Bagaimana Perkembangan tarekat syattariah di tanah nusantara 4. Bagaimana Perkembangan tarekat syattariah di SUMBAR 5. Bagaimana Perkembangan tarekat syattariah di JABAR 6. Bagaimana Ajaran dzikir tarekat syattariah

7. Bagaimana Ajaran-ajaran tarekat syattariah

8. Bagaimana Hubungan antara syari‟at dengan tarekat dalam tarekat syattariah

C. Tujuan Penuliasan

1. Untuk mengetahui Sejarah kemunculan tarekat syattariah 2. Untuk mengetahui Tokoh dan silsilah tarekat syattariah

3. Untuk mengetahui Perkembangan tarekat syattariah di tanah nusantara 4. Untuk mengetahui Perkembangan tarekat syattariah di SUMBAR 5. Untuk mengetahui Perkembangan tarekat syattariah di JABAR 6. Untuk mengetahui Ajaran dzikir tarekat syattariah

7. Untuk mengetahui Ajaran-ajaran tarekat syattariah

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Kemunculan Tarekat Syattariah

Tarekat ini bernama Tarekat Syattariyah. Syattariyah sendiri dihubungkan kepada seseorang yang bisa dikatakan sebagai pendiri tarekat ini yaitu Syah Abd Allah al-Syattari (w.890 H/1485). Sejatinya ketika melihat daftar nama-nama ulama yang terdapat pada silsilah tarekat ini, yang para penganutnya meyakini mereka sebagai pembawa ajaran dan amalan yang mereka terima itu  pada hakikatnya atau substansi ajaran-ajarannya itu berasal dari Nabi SAW. Jadi, para tokoh-tokok yang nanti akan kami jelaskan pada bagian selanjutnya tidaklah bertindak sebagai pencipta ritual tarekat, seperti zikir dengan berbagai metodenya, melainkan hanya merumuskan dan membuat sistematikanya saja.1

Mengenai sang tokoh, yakni Syaikh Abdullah Asy-Syattar, hanya sedikit riwayat yang bisa diketahui. Beliau masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Syaikh Syihabuddin Abu Hafs Umar al-Suhrawardi (539-632 H/1145-1234 M) ulama sufi yang mempopulerkan Tarekat Suhrawardiyah. Kemungkinan besar ia dilahirkan di salah satu tempat di sekitar Bukhara (Samarkand). Di sinilah, dia diresmikan menjadi anggota Tarekat Isyqiyah oleh gurunya, Syaikh Muhammad Arif.

 Namun karena popularitas Tarekat Isyqiyah ini tidak berkembang di tanah kelahirannya, dan bahkan malah semakin memudar akibat perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah, Syaikh Abdullah Asy-Syattar dikirim ke India oleh gurunya tersebut. Semula, ia tinggal di Jawnpur. Kemudian, pindah ke Mondu, sebuah kota Muslim di daerah Malwa (Multan). Keputusan yang diambilnya ternyata tepat karena di sinilah akhirnya dia memperoleh  popularitas dan berhasil mengembangkan Tarekat Syattariyah. Tidak diketahui, apakah perubahan nama dari Tarekat Isqiyah yang dianutnya semula ke Tarekat Syattariyah atas inisiatifnya sendiri yang ingin mendirikan

1

Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. Ensiklopedi Tasawuf  ( Bandung : Angkasa 2008) Hal. 1194.

(5)

tarekat baru sejak awal kedatangannya di India atau atas inisiatif murid-muridnya. Ia tinggal di India sampai akhir hayatnya pada tahun 1428 M.

Jika kita lihat dalam proses perkembangan tarekat ini, khususnya di India, yang menjadi basis utamanya kala itu, yaitu sekitar abad ke 15, tarekat ini memiliki akar keterkaitan dengan tradisi Transoxiana, yang silsilahnya terhubungkan kepada Abu Yazid al-Isyqi dan kemudian terhubung lagi kepada Abu Yazid al-Bastami (w. 260 H/ 873M) dan Imam Ja‟far as-Shadiq (w. 146 H/763). Sehingga tidak mengherankan jika kemudian tarekat ini dikenal dengan nama Tarekat Isyqiyah di Iran, atau Tarekat Bistamiyah di Turki Utsmani yang sempat popular pada abad ke 5 H di wilayah Asia Tengah sebelum akhirnya memudar dan pengaruhnya digantikan oleh Tarekat  Naqsybandiyah.2

Dalam upaya penyebaran tarekat ini, Syah Abd allah al-Syattar beserta muridnya mengembangkan kecendrungan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tradisi dan ritual masyarakat setempat yang masih dipengaruhi ajaran atau ritual Hindu yang dengan demikian tak heren jika kita lihat konsep tasawuf dan tarekat yang mereka bawa bersifat sinkretis, serta memiliki persamaan dengan konsep-konsep dan ritual Hindu.

Syah Abd Allah mendirikan khanqah  pertama bagi para pengikutnya di desa Mandu. Beliau juga menulis sebuah kitab yakni  Lata’if al -Gaibiyyah, tentang prinsip-prinsip dasar ajaran Tarekat Syattariyyah, yang disebut sebagai cara tercepat untuk mencapai tingkat ma’rifat. 3Karya beliau ini pada akhirnya disempurnakan oleh dua orang murid utamanya yaitu Syeikh Muhammad A‟la atau dikenal juga dengan  Syaikh Qadi Bengal(Qazam Syattari) dan Syaikh Hafiz Jawnpur. Menariknya kendatipun 2 Syeikh tersebut adalah murid utama dari Syah Abd Allah , bila kita lihat dalam silsilah yang masyhur dalam Tarekat Syattariyyah, nama kedua Syaikh tersebut tidak  pernah kita jumpai. Melainkan nama-nama lain seperti Imam Qadhi

al-2

 Id. at 1155 3

 Dr. Hj. Sri Mulyati, M.A, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di  Indonesia( Jakarta: Kencana, 2011) hal. 155.

(6)

Syattari, Syaikh Hidayat Allah al-Sarmasti, Sayaikh Hajji Huduri dan Syaikh Muhammad Gauts.

Selanjutnya, sebagai seorang khalifah Tarekat Syattariyyah, Syaikh Muhammad Gauts termasuk seorang khalifah yang berpengaruh besar bahkan  bisa dikatakan sebagai yang paling berhasil memapankan doktrin dan ajaran tarekat ini. Beliau menulis sejumlah buku seperti  Jawahir al-Khamsah, Kalid  Makhzan, Dama’ir Basayir, dan Kanz al -Tauhid. Disamping buku-buku diatas, beliau juga menulis sebuah buku sebagai buah hasil hubungan dekat  beliau dengan tokoh-tokoh agama Hindu, yaitu kitab  Bahr al-Hayat yang merupakan terjemahan dari Kitab  Amrita Kunda  yang didalamnya berisi  beberapa persamaan antara konsep dan ritual Islam dalam aspek tasawuf dengan konsep dan ritual Hindu. Beliau juga mengadopsi teknik dan praktik yoga menjadi bagian dari formulasi zikir Tarekat Syattari yyah.

Syaikh Muhammada Gauts memiliki seorang yang bernama Syaikh Wajih al-Din Alawi (w1018 H/1609 M) yang tinggal di Ahmadabad, India. Beliau ini termasuk orang yang paling gigih membela gurunya dari tuduhan para ulama Gujarat yang telah menganggap Syaik Muhammad Gauts menyimpang dari ajaran Islam, sebagai bentuk respon mereka dari karya beliau yang  berjudul Mi’raj. Syaikh Wajih al-Din Alawi ternyata tidak hanya terjun dalam satu tarekat, dia juga tercatat telah bergabung di Tarekat Khisytiyah, Suhrawardiyah, Madariyah, Khalwatiyah, Hamadaniyah, naqsabandiyah, dan Tarekat Firdausiyah.

Selanjutnya, sampai wafatnya kedua Syaikh yang terakhir kami ceritakan, Tarekat Syattariyyah ini mengalami kemunduran dan popularitasnya tergeser oleh Tarekat Naqsabandiyah dan Qadiriyah. Untungnya, Syaikh Wajih al-Din Alawi masih menyisahkan seorang murid bernama Sibghat Allah ibn Ruh Allah Jamal al-Barwaji(w. 1015 H/1620 M).

Sibghat Allah ibn Ruh Allah Jamal al-Barwaji ini lahir di India dari orang tua berdarah Persia. Beliau ini teman karib dari Fadhl Allah Burhanpuri al-Hindi (w. 1029 H/1620 M), yang merupakan penulis kitab Tuhfat al-Mursalah

(7)

ila Ruh al-Nabi  dan kitab tersebut pernah menghebohkan kalangan Muslim Melayu Indonesia pada awal hingga abad 17 M.

Sibghat Allah ibn Ruh Allah Jamal al-Barwaji banyak melakukan  perjalanan guna menyebarkan Tarekat Syattariyah. Mulai dari kota kelahirannya, dan kemudian para tahun 999 H/ 1591 M dia melakukan  perjalanan ke Makkah untuk berhaji. Kemudaian dia juga sempat tinggal di

Ahmadabad selama setahun, kemudian juga pernah ke Bijapur ( pusat sufi di India) dimana dia berhasil merebut hati sang Sultan, Ibrahim Adil Syah. Dengan bantuan sang Sultan, beliau kembali ke Makkah pada musim haji 1005 H/1596 M dan kemudian menetap di Madinah. Di san dia membangun rumah dan ribat untuk menunjang kegiatan tarekat ini. dan kemungkinan besar semua fasilitas yang dia dapatkan merupakan wakaf atau hadiah dari sultan di Ahmadnagar serta pejabat-pejabat Utsmani di Madinah.4

Dari sinilah melalui usaha keras Sayid Sibghat, dan bisa dikatakan menjadi satu titik tolak menuju era baru Tarekat Syattariyyah itu sendiri. Sayid Sibghat wafat di Madinah, dan hingga sekarang dia dikenang sebagai ulama pengembara yang akhirnya menjadi teladan dalam interaksi keilmuan dan transmisi tradisi-tradisi kecil Islam dari India, selain itu juga beliau menjadi tokoh kunci dalam persebaran berbagai gagasan keislaman di Haramyn, memperkenalkan kitab  Jawahir al-Khamsah  karangan gurunya, Syaikh Muhammad Gauts, kepada ulama-ulama di Haramyn. Menulis sejumlah kitab di bidang tasawuf, kalam dan  syarh  atas tafsir al-Baydawi. Selain itu juga dia mempunyai banyak murid, antara lain yang menjadi  penerusnya adalah Ahmad Syinawi( lahir 975 H/ 1567 M) dan Ahmad

al-Qusyasyi (991-1071 H/ 1583-1660M).

Singkat cerita setelah Syaikh Ahmad al-Syinawi wafat maka tanggung  jawab penyebaran Tarekat Syattariyah di Haramayn jatuh kepada al-Qusyasyi.Al-Qusyasyi sendiri sebenarnya telah mempunyai nama besar dalam  bidang keilmuan, dia seorang penulis dan pengarang produktif pada masanya. Karyanya berjumlah puluhan dalam berbagai bidang keilmuan, seperti

4

(8)

tasawuf, hadis, fikih, ushul-al-fiqih dan tafsir. Dan yang baru diterbitkan yakni hanya al-Sint al-Majid.

Dibawah kepemimpimpinan al-Qusyasyi, Tarekat Syattariyah semakin mantap di Haramyn. Dan juga mengalami reorientasi dari sifat awalnya yang lebih menekankan aspek mistis menjadi sebuah tarekat yang mengajarka  perpaduan syariat dan aspek mistis, atau yang lebih dikenal dengan istilah neo-sufisme. Selain itu juga, beliau bisa dikatakan sebagaii orang yang paling  bertanggung jawab dalam menyebarkan tarekat ini di seluruh penjuru dunia, termasuk Melayu-Indonesia melalui murid-muridnya seperti Ibrahim al-Kurani ( 1023-1102 H/ 1614-1690 M) dan Syaikh Abdurrauf al-Singkili.

Al-Kurani juga lebih dikenal sebagai khalifah dalam Tarekat  Naqsabandiyah namun lantaran hubungannya dengan al-Singkili maka peran  beliau dalam penyebaran Tarekat Syattariyyyah menjadi penting. Mengapa ? karena beliau adalah guru utama al-Singkili, khususnya berkaiatan dengan  pengetahuan tentang doktrin mistiko-filosofis yang dia pelajari.

Selanjutnya, Al-Singkili telah mampu menunjukkan kualitas dirinya sebagai ulama yang mumpuni, beliau mampu merebut hati sejumlah ulama di Haramayn sehingga menjadikan dirinya sebagai murid utama. Dia menghabiskan 19 tahun di Haramayn untuk belajar berbagai pengetahuan Islam, seperti tafsir, hadis, fikih, tasawuf, kalam dan lain-lain. Beliau berguru  pada tidak kurang dari 15 orang guru, 27 ulama terkenal, dan 15 tokoh mistik

masyhur dari Jeddah, Makkah, Madinah, Mokha, bayt al-Faqih dan lainnya. Kemudian masa kembali al Singkili dari Haramayn bisa dikatakan sebagai awal masuknya Tarekat Syattariyyah ke dunia Melayu-Indonesia dan beliau ini bisa jadi merupakan satu-satunya ulama yang paling otoritatif dalam menyebarkan tarekat ini di dunia Melayu-Indonesia melalui perantara murid-muridnya diantara yang paling terkemuka adalah Syaikh Burhanuddin dari Ulakan, Pariaman, Sumatra barat dan Syaikh Abdul muhyi dari Pamijahan, Tasikmalaya, jawa Barat.

Demikianlah sejarah singkat Tarekat Syattariyyah yang dapat kami sajikan yang didalamnya kurang lebih telah mencakup tentang pendiri, tokoh-tokoh

(9)

dan kitab-kitab yang menjadi rujukan dalam tarekat ini. Dan untuk  pembahasan selanjutnya kami akan menyertakan Silsilah tarekat ini dan juga ajaran-ajaranya serta perkembangan tarekat Syattariyyah di Indonesia dan  pengaruh-pengaruhnya.

B. Tokoh dan Silsilah Tarekat Syattariah

Rasulullah SAW -> Imam Ali bin Abi Thalib -> Imam Husain -> Ali Zainal Abidin -> Muhammad Baqir -> Jaafar as-Shadiq -> Abu Yazid al-Bisthami -> Syekh Muhammad Maghrib -> Syekh Arabi Yazid al-Ghisqi -> Quthub Abu Muzhaffar Maulana Rumi Thusi -> Quthub Abu Hasan al-Harqani -> Syekh Hudaquli Mawuri al-Nahari -> Sayid Muhammad Asyiq -> Sayid Muhamad Arif > Syekh Abdullah alSyaththari > Qadli alSyaththari -> Hidayatullah Sarmats -->Syekh Haji Hushuri -->Sayid Muhammad Ghauts->Sayid Wajihuddin -> Sayid Shibghatullah -> Abu Muwahab Abdullah Ahmad -> Syekh Ahmad bin Muhammad -> Syekh Ahmad al-Qusyasyi -> Syekh Abdul Rauf al-Sinkili -> Syekh Haji Abdul Muhyi

C. Perkembangan Tarekat Syattariah di Tanah Nusantara.

Abdurrauf sendiri yang kemudian turut mewarnai sejarah mistik Islam di Indonesia, Sesudah Ahmad Qusyasyi meninggal, ia kembali ke Aceh dan mengembangkan tarekatnya. Sekembalinya abdurrauf al-sinkili dari haramayn  pada awal paruh kedua abad 17 tepatnya pada tahun 1661 M, menjadi awal masuknya tarekat syattariyyah ke tanah nusantara. Setelah 19 tahun beliau menghabiskan waktunya di haramayn untuk belajar tentang berbagai ilmu  pengetahuan, seperti tafsir, hadist, fiqh, tasawuf, ilmu kalam dan lain-lain. Beliau belajar berbagai pengetahuan agama tersebut pada tidak kurang dari 15 orang guru, 27 ulama terkenal, dan 15 tokoh sufi kenamaan di Jeddah, Makkah, Madinah, Mokha, Bait al-faqih, dan lain-lai. 5Sesampainya di Aceh,

5

(10)

 beliau langsung menjadi pusat perhatian, baik bagi masyarakat pada umumnya maupun kalangan Istana karena kedalaman pengetahuannya.

Beliau dipercaya oleh sultanah safiyatuddin untuk menjadi Qodi malik al-adil,  pemuka agama yang bertanggung jawab terhadap berbagai  permasalahan sosial-keagamaan. Karena kedudukan inilah al-sinkili lebih mudah menyebarkan gagasan-gagasan keagamaannya. Lebih dari itu, keadaan yang terjadi saat itu akibat kontroversi atau perdebadan panjang antara  penganut doktrin ajaran wahdad al-wujud atau  wujudiyyah,  Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-sumatrai dengan Nuruddin al-Raniri, menjadikan beliau lebih dikenal karena keberadaannya menjadi penengah bagi konflik tersebut.

Pergelokan sosial-keagamaan yang terjadi di aceh, yang kemudian memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran keagamaan setempat, memberikan ruang khusus bagi tarekat syattariyyah untuk menjadi suatu  pemahaman yang diminati, karena berbagai rumusan ajaran tarekat syattariyyah yang cenderung rekonsiliatif dengan selalu berusaha memadukan dua kecenderungan yang bertentangan. Kemudian, melalui perangai baik yang ditunjukkan oleh al-sinkili dalam menyikapi berbagai persoalan keagamaan di aceh, menjadikan beliau dikenal sebagai ulama santun yang luas  pengetahuannya dan dihormati, sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Tidak hanya bagi masyarakat aceh, tetapi juga bagi masyarakat muslim di wilayah lainnya. Hal ini dapat dibenarkan dari banyaknya murid yang datang ke aceh untuk menuntut ilmu kepada beliau.

Diantara murid-muridnya yang paling terkenal adalah syaikh  burhanuddin dari ulakan, pariaman, sumatra barat dan syaikh abdul muhyi dari  pamijahan, tasikmalaya, jawa barat. Dari keduanyalah kemudian akan kita temukan perkembangan tarikat syattariyyah di wilayah masing-masing. Syekh Burhanuddin menjadi khalifah utama bagi semua khalifah tarekat syattariyyah di wilayah sumatra barat periode berikutnya, sementara syekh abdul muhyi menjadi penyambung estafet terhubungkannya silsilah tarekat syattariyyah di wilayah jawa barat khususnya, dan jawa pda umumnya. Dari sinilah kemudian

(11)

akan kita bahas penyebarannya di tanah nusantara, yakni di wilayah sumatra  barat dan wilayah jawa barat.

D. Perkembangan tarekat syattariyyah di Sumatra Barat.

Syekh burhanuddin ulakan, lahir sekitar tahun 1056 H/1646 M. Semasa kecilnya, beliau dipanggil Pono, lahir di daerah periangan, padang panjang daerah yang diyakini sebagai daerah asal minangkabau, alung pariaman. Ayahnya bernama pampak dari suku koto, sedangkan ibunya bernama nili dari suku guci. Sebelum belajar kepada syekh burhanuddin a;l-sinkili, dikisahkan  bahwa pono muda berguru kepada syaikh „abdullah „arif di desa tapakis,

seorang pengembara arab yang konon juga merupakan murid dari syekh al-kusyasyi di madinah.

Dalam menjalani masa belajarnya burhanuddin ulakan begitu dekat dengan gurunya, al-sinkili. Disebutkan juga bahwa beliau tergolong murid istemewa sang syekh. Burhanuddin ulakan begitu memiliki peran penting dalam proses islamisasi di minangkabau. Segera setelah menerima ijasah dari gurunya ia kembali ke kampung halamannya dan mendirikan surau syattariyyah yang juga sebagai satu-satunya pusat keilmuan islam diwilayah ini. Surau ini pada mulanya diberi nama “ surau batang jelatang” dan kini dikenal dengan nama “surau gadang”.

Penting dimengerti bahwa melalui institusi tarekat syattariyyah yang menjadi sarana syekh burhanuddin ulakan dalam mendakwahkan islam, ajaran-ajaran islam tampaknya lebih mudah diterima oleh masyarakat minangkabau. Karena beliau menyajikan islam tarekat yang lebih mengedepankan pentingnya kualitas spritual dan penyucian batin dibandingkan praktek dan ritual tarekat pada umumnya. Begitu selanjutnya nama surau tidak bisa dipisahkan dalam tradisi tarekat di daerah sumatra barat ini, khususnya didataran daerah minangkabau. Karena dengan adanya institusi surau, yang secara umum telah memainkan peran penting dalam proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan islam.

(12)

Penguatan ajaran syattariyyah, neosufisme. Demikianlah di sumatra  barat, tarekat syattariyyah telah menjadi salah satu pilar terpenting dalam  penyebaran ajaran neosufisme, sehingga sangat berperan dalam pembentukan

struktur masyarakat muslimnya.

E. Perkembangan Tarekat Syattariah di Jawa Barat

Seperti yang telah disinggung diatas, bahwa ajaran tarekat syattariyyah di jawa barat di bawa oleh syekh abdul muhyi, yang juga murid al-sinkili di aceh. Murid-murid tarekat syattariyyah di jawa barat hingga sekarang masih  banyak dijumpai, antara lain di pamijahan, tasikmalaya, purwakarta, ciamis, cirebon, kuningan dan lain-lain. 6Dikesultanan banten secara spesifik memberikan gambaran ajaran tarekat, selain menjadi sarana untuk memperoleh kekuatan spritual, juga diyakini oleh kalangan istana sebagai media yang dapat mendukung, melegitimasi dan semakin memperkuat kedudukan mereka sebagai kekuasa.

Diantara murid-murid syekh abdul muhyi yang disebutkan dalam kitab-kitab tarekat syattariyyah adalah, H abdullah dan H M. Hasanuddin, karang , supardi; syekh abu hasan, raja galuh; kiai hasan maolani, lengkong; kiai nur muhammad pasir astana; kiai nur ali, purwakarta; dan bagus muhammad reja, sukaraja.

Perkembangan tarekat syattariyyah dijawa barat dan jawa secara menyeluruh dibawa langsung oleh syekh abdul muhyi, yang kemudian disebarluaskan oleh murid-muridnya yang juga sebagai pemimpin-pemimpin atau kiai di wilayah masing-masing. Hingga pada akhirnya tarekkat syattariyyah dikenal luas dengan ajarannya ke seluruh pulau jawa.

F. Ajaran Dzikir Tarekat Syattariyah

Dalam kitab Al-Simt al-Majid, Syeikh Ahmad al-Qusyasyi, khalifah Tarekat Syattariyah di Haramayn, menjelaskan berbagai tuntutan dan ajaran  bagi para penganut tarekat, termasuk di dalamnya Tarekat Syattariyah. Kitab

6

(13)

ini berisi aturan dan tata tertib menjadi anggota tarekat, serta juga berisi tuntutan tentang tata cara dzikirnya.

Menurut al-Qusyasyi, gerbang pertama bagi seseorang untuk masuk ke dunia tarekat adalah baiat dan talqin. Oleh karnanya, dalam kitab ini, al-Qusyasyi menjelaskan secara detail tata cara baiat dan talqin tersebut, bahkan dia membedakan antara tata cara baiat bagi laki-laki perempuan, dan anak-anak.

Menurut al-Qasyasyi, tata cara dzikir, baiat, dan talqin yang dikemukakanya itu tidak khusus bagi para penganut tarekat syattariyah saja, melainkan bagi semua al-murdin li al-suluk, siapa pun yang menempuh dunia tasawuf. Hal ini dapat dimaklumi karna al-Qusyasyi memang bergabung dengan tidak kurang dari selusin jenis tarekat, meskipun ia lebih menonjol  perananya dalam penyebaran tarekat syattariyah ke berbagai penjuru dunia melalui murid-muridnya, termasuk ke dunia Melayu-Indonesia. Meski demikian, di kemudian hari, model dzikir, baiat, dan talqin yang dikemukakan al-Qusyasyi ini hampir secara keseluruhan diikuti oleh para ulama tarekat Syattariyah di dunia Melayu-Indonesia.

Praktek yoga yang merupakan ajaran agama hindu, diadopsi dan dipraktekkan menjadi bagian dari formulasi dzikir tarekat syattariyah, karna memang konsep dan ritual Islam, khususnya aspek tasawuf memiliki kedekatan dengan dengan ajaran Hindu.

Dalam apa yang disebut sebagai astanga-yoga misalnya, terdapat 5 hal  berkaitan dengan latihan tubuh lahir, yakni: pengendalian diri, ketaatan, duduk

dengan posisi tertentu, mengatur nafas dan menutup seluruh panca indra.

Adapun 3 hal yang berkaitan dengan penyempurnaan rohani, juga merupakan kelanjutan dari 5 tahap lahir sebelumnya adalah konsentrasi  pikiran pada satu fokus tertentu, meditasi, samadi. Yang disebut trakhir merupakan suatu keadaan yang agak sulit dilukiskan dengan kata-kata. Seseorang yang tengah berada dalam keadaan samadi, akan merasakan kebahagiaan besar dalam dirinya. Lebih jauh kesendirianya sebagai manusia  pun akan hilang. Dalam dunia tasawuf, keadaan samadhi ini mirip dengan

(14)

konsep fana, yang merupakan tahap tertinggi pencapaian spritual tertinggi seorang salik.

1. Talqin

Talqin merupakan langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum seseorang dibaiat menjadi anggota tarekat dan menjalani dunia tasawuf (suluk).

Menurut al-Qusyasyi, di antara tata cara talqin adalah calon murid terlebih dahulu menginap di tempat tertentu yang ditunjuk oleh syeikhnya selama tiga malam dalam keadaan suci (berwudhu).

Dalam setiap malamnya, ia harus melakukan sholat sunnat sebanyak enam rakaat, dengan tiga kali salam. Pada rakaat pertama dari dua rakaat pertama, setelah surat al-fatihah, membaca surah al-qodar enam kali, kemudian pada rokaat kedua, setelah surah al-fatihah, membaca surah al-qodar dua kali. Pahala sholat tersebut dihadiahkan kepada Nabi SAW. Seraya berharap mendapat pertolongan dari Allah SWT. Selanjutnya, pada rakaat pertama dari dua rokaat kedua, setelah surah al-fatihah, membaca surah al-kafirun lima kali, pada rokaat kedua, setelah membaca al-fatihah, membaca surah al-kafirun tiga kali, dan pahalanya dihadiahkan untuk arwah para Nabi, Keluarga, Sahabat, serta para pengikutnya.

Terakhir, pada rakaat pertama dari dua rakaat ketiga, setelah membaca surah al-fatihah, membaca surah al-ikhlas empat kali, dan pada rakaat kedua, setelah al-fatihah membaca surah al-ikhlas dua kali. Kali ini,  pahalanya dihadiahkan untuk para arwah guru-guru tarekat, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Rangkaian sholat sunnah ini kemudian diakhiri dengan pembacaan sholawat kepada Nabi sebanya sepuluh kali. 2. Baiat

Setelah menjalani talqin, hal yang harus dilakukan seseorang yang akan menjalankan suluk adalah baiat. Secara hakiki, baiat menurut al-Qusyasyi merupakan ungkapan kesetiaan dan penyerahan diri dari seseorang murid secara khusus kepada seyikhnya, dan secara umum

(15)

kepada lembaga tarekat yang dimasukinya. Seorang murid yang telah mengikrarkan diri masuk ke dalam dunia tarekat, tidak dimungkinkan lagi untuk kembali keluar dari ikatan tarekat tersebut.

Dalam dunia tarekat, baiat memiliki konsekuensi adanya kepatuhan mutlak dari seorang murid kepada syeikhnya, karna syeikh adalah  perwakilan dari nabi yang diyakininya tidak akan membawa pada kesesatan. Kendati demikian, jika seorang syeikh ternyata menyalahi kaidah-kaidah syariat, maka al-Qusyasyi tidak menganjurkan untuk mematuhinya, karna masuk ke dalam dunia tarekat sama artinya masuk  pada kewajiban syariat.

G. Ajaran-Ajaran Tarekat Syatariyah

Adapun ajaran Tarekat Syatariyah yang berkembang di Nusantara yang dibawa oleh Abdul Rauf Singkel, ajarannya dapat dikelompokkan kepada tiga  bagian:

1. Ketuhanan Dan Hubungannya Dengan Alam.

Dalam naskah  syattariyah  yang ditulis syekh al-sinkli dijelaskan  bahwa Hubungan antara Tuhan dengan alam menurut pandangan Syattariyah dijelaskan sebagai berikut: pada mulanya alam ini diciptakan olch Allah dari  Nur Muhammad . Sebelum segala sesuatu itu diciptakan oleh Allah, ia berada di dalam ilmu Allah yang diberi nama  A’yan Tsabitah. la merupakan bayang-bayang bagi Dzat Allah. Sesudah  A’yan Tsabitah  ini menjelma pada  A’yan Khrijiyah  (kenyataan Tuhan yang  berada di luar), maka  A’yan Kharijiyyah itu merupakan bayang-bayang  bagi Yang Memiliki bayang-bayang; dan ia tiada lain daripada-Nya.

Hal di atas dapat dijelaskan dengan mengambil beberapa contoh antara lain pertama, perumpamaan orang yang bercermin, pada cermin tampak bahwa bagian sebelah kanan sesungguhnya merupakan pantulan dari bagian sebelah kiri, begitu pula sebaliknya. Dan jika orang yang  bercermin itu berhadapan dengan beberapa cermin, maka di dalam

(16)

cermin-cermin itu tampak ada beberapa orang, padahal itu semua tampak sebagai  pantulan dari scorang saja.

Perumpamaan kedua, mengenai hubungan antara tangan  dengan  gerak tangan, sesungguhnya  gerak tangan  itu bukan tangan  tetapi ia tangan  itu juga. Ketiga, tentang seseorang yang bernama Si Zaid   yang memiliki ilmu mengenai huruf Arab. Sebelum ia menuliskan huruf tersebut pada papan tulis, huruf itu tetap (tsabit)  pada ilmunya. Ilmu itu  berdiri pada Dzatnya dan hapus di dalam keesaannya. Padahal hakikat huruf Arab itu bukanlah hakikat Si Zaid  (meskipun huruf-huruf itu berada di dalam ilmunya): yang huruf   tetaplah sebagai huruf   dan  Zaid   tetap sebagai  Zaid . Sesuai dengan dalil  Fa l-kullu Huwa l-Haqq, artinya „Adanya segala sesuatu itu tiada lain kecuali sebagai manifestasi-Nya Yang Maha Benar‟.

2. Insan kamil atau manusia ideal.

Insan kamil lebih mengacu kepada hakikat manusia dan hubungannya dengan penciptanya. Manusia merupakan penampakan cinta Tuhan yang azali kepada esensinya, yang sebenarnya manusia adalah esensi sifat dan nama-Nya.

Hubungan wujud Tuhan dengan insan kamil bagaikan cermin dengan  bayangannya. Pembahasan tentang insan kamil meliputi masalah: pertama; masalah Hati, kedua; kejadian manusia yang dikenal dengan A‟yan Khorijiyyah dan A‟yan Tsabitah, ketiga; akhlak Takholli dan Tajalli.

3. Jalan Kepada Allah.

Dalam hal ini Tarekat Syatariyah menekankan pada rekonsiliasi Syari‟at dan Tasawuf, yaitu memadukan Tauhid dan Dzikir. Tauhid ini memiliki empat martabat, yaitu Uluhiyah, Tauhid Sifat, Tauhid Dzat, dan Tauhid Af‟al. Segala martabat itu terhimpun dalam kalimat  La Ilaha Illa  Allah. Oleh karena itu kita hendaknya memesrakan diri dengan  La Illaha  Illa Allah.

Begitu juga dengan dzikir yang tentunya diperlukan sebagai jalan untuk menemukan pencerahan intuitif (kasyaf ) guna bertemu dengan

(17)

Tuhan. Dzikir ini dimaksudkan untuk mendapatkan al-Mawat al-Iktiariyah (kematian sukarela) yang merupakan lawan dari al-Mawat al-Tabi’i (kematian alami). Namun tentunya perlu diberikan catatan bahwa ma‟rifat yang diperoleh seseorang tidaklah boleh menafikan jalan syariah.

H. Hubungan Antara Syariat Dengan Tarekat Dalam Tarekat Syattariyah Sebelum diuraikan tentang hubungan antara Syariat dengan tarekat Syattariyah, perlu diketahui terlebilih dahulu mengenai pengertian syariat  dan tarekat .

Ulama mutaakhirin (ulama yang terkenal. sesudah abad ke-3 Hijriah) memberikan istilah  svariat   sama dengan hukum fikih yaitu „peraturan vang ditetapkan oleh Allah kepada kaum muslimin berdasarkan Alquran, Hadis, ljmak, dan Kias‟. Peraturan itu disusun secara terperinci vang berhubungan dengan tatacara peribadatan, prinsip-prinsip ajaran moral dan kehidupan, serta hukum-hukum mengenai hal-hal vang diperbolehkan untuk dikerjakan, untuk mengetahui yang benar dan yang.

Secara etimologi tarekat  berasal dari k ata Arab ”Tariqatun” yang berarti „jalan atau mazab‟ atau „cara‟. Kecuali itu tarekat diartikan „sebagai suatu sistem atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah dengan tujuan untuk memperoleh ridha Allah dengan dibimbing olch seorang guru/mursyid yang memiliki hubungan silsilah (ilmu tarekat) sampai kepada Nabi Muhammad Saw. yang pengamalan ibadah itu lebih mengutamakan aspek batiniah daripada aspek lahiriahnya, dengan cara memperbanyak zikir kepada Allah. Oleh sebab itu tarekat merupakan suatu metode pelaksanaan teknis untuk mencapai hakikat ilmu tauhid secara haqqul yakin.

Untuk selanjutnya pembahasan mengenai hubungan syariat dengan tarekat Syattariyah di sini akan dibatasi pada tiga hal:

1. Tinjauan secara syariat mengenai ajaran tarekat Syattariyah 2. Tinjauan secara syariat mengenai guru tarekat Syattariyah 3. Tinjauan secara syariat mengenai tarekat Syattariyah

(18)

Secara garis besar tarekat Syattariyah mengajarkan tentang tata cara  pelaksanaan zikir. Di dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang masalah zikir yang jumlahnya lebih banyak daripada ayat-ayat yang menjelaskan tentang shalat, zakat, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan  bahwa pelaksanaan zikir (secara luas) memiliki kedudukan yang cukup  penting dibanding dengan ibadah-ibadah yang lainnya.

Pelaksanaan zikir di dalam tarekat Syattariyah dilakukan dengan  jahar (bersuara) dan  sirri/ khafi  (dalam hati) Pembacaan zikir secara bersuara merupakan ibadah yang lazim dikerjakan dan cukup diketahui dasar-dasarnya oleh kebanyakan umat Islam. Sedangkan pembacaan zikir dengan hati kurang  banyak dikenal/diketahui oleh kebanyakan umat Islam, dan ini didasarkan  pada firman Allah: Berzikirlah kau dengan hatimu secara merendahkan diri dan rasa takut, zikir itu tidak diucapkan secara lisan (Q.S.Al A‟raf 205). Dan didasarkan pada Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi sebagai berikut:  Zikir yang tidak terdengar oleh Malaikat Hafazhah itu lebih utama daripada  zikir secara bersuara, dengan perbandingan satu banding tujuh puluh (Adz-dzikru l-ladzi la tasma‟u hu 1-Hafazhatu yazidu „ala dz-dzikri l-ladzi tasma‟u hu l-Hafazhatu bi sab‟ina dhi‟fan.

Dalil-dalil yang menguatkan tentang peranan guru tarekat adalah sebagai  berikut.

1. Man laa Syaikhun Mursyidun lahu fa Mursyidu hu ‘sy-syaithaan  artinva, „Barangsiapa tidak memiliki guru yang berderajat Mursyid, maka ia dibimbing oleh setan‟.

2. Hadis Nabi:  Kun ma’a’I - Laah fa in lam takun ma’a ‘I - Laah fa kun ma’a man ma’a ‘I - Laah fa innahu yuushiluka ilaa ‘I -Laah artinya „Hendaklah kau selalu beserta Allah, jika tidak dapat demikian besertalah dengan orang yang dekat dengan Allah, ia akan membimbingmu ke jalan Allah.

3. Alquran: „Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah ia tidak akan memperoleh „Waliyyam Mursyida‟ (pembimbing kerohanian) (Q.S. Al -Kahfi 17).

(19)

4. Alquran: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah „Al-Wasilah‟ (Channel.. berfungsi sebagai pembimbing, bukan  perantara), bersungguh-sungguhlah di jalan itu mudah-mudahan kamu

sukses” (Q.S. Al-Maidah 35).

Tujuan pengamalan zikir di dalam tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan (yang lazim menurut ukuran manusia). Tingkatan ini dapat diperoleh oleh seseorang, jika ia dapat mengumpulkan dua makrifat yaitu makrifat Tanziyyah dan makrifat Tasybiyyah, (mengetahui secara mendalam tentang sesuatu hal secara lahiriah dan batiniah). Hal ini didasarkan pada firman Allah di dalarn Alquran surat Al-Hadid ayat 11:  Allah adalah Dzat yang Maha Pertama dan Maha  Kemudian, Maha Lahir dan Maha Batin .

(20)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Singkatnya kesimpulan dari tulisan ini bahwasannya tarekat syattariah ini didirikan oleh syah abdl allah al-syarti. Tarekat ini awal mulanya muncul di india karena sebelumnya ia berada di tarekat al-isyqiyah karena tidak  berkembang di daerahnya sehingga oleh gurunya al-syarti ini dikirim ke india

dan dia menemukan kecocokan di sana, dan terdirilah tarekat syattariah ini. Tarekat ini juga sukses menyebarkan ajarannya di nusantara ini, dengan tidak sedikit orang-orang mengikuti tarekat ini. Khususnya perkembangan nya di daerah jawa. Tarekat ini sangat terkenal di daerah jawa timur, jawa barat, dan jawa timur.

Adapun ajaran yang diajarkan oleh tarekat syattariah antara lain ialah  pengamalam dzikir, talqin, dan setelah melakukan talqin maka ketika kita ingin masuk kepada tarekan ini untuk menjalani suluk maka kita harus melakukan yang dinamakan baiat.

Singkatnya tarekat syattariah ini memiliki peranan penting di nusantara dalam penyebaran tentang tasawuf, dengan metode penyeebarab yang mereka lakukan khususnya di daerah jawa.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini banyak penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangannya. Namun penulis tetap berharap makalah ini tetap memberikan manfaat bagi pembaca. Dibalik kekurangan tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kelengkapan dan lebih sempurnanya pambuatan makalah dimasa akan dating. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis haturkan banyak terima kasih.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A.  Ensiklopedi Tasawuf   ( Bandung : Angkasa 2008) Hal. 1194.

Dr. Hj. Sri Mulyati, M.A,  Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia( Jakarta: Kencana, 2011) hal. 155.

(22)

KATA PENGANTAR

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan baik dalam penulisan maupun materi yang disajikan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan masukan serta kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Atas kritik dan saran yang disampaikan nantinya kami ucapkan terima kasih.

Begkulu, April 2014

(23)

DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan ... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah kemunculan tarekat syattariah ... 4

B. Tokoh dan silsilah tarekat syattariah ... 9

C. Perkembangan tarekat syattariah di tanah nusantara ... 9

D. Perkembangan tarekat syattariah di SUMBAR ... 10

E. Perkembangan tarekat syattariah di JABAR ... 12

F. Ajaran dzikir tarekat syattariah ... 12

G. Ajaran-ajaran tarekat syattariah ... 15

H. Hubungan antara syari‟at dengan tarekat dalam tarekat syattariah ... 17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 20

B. Saran ... 20

(24)

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH “Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah”

Disusun Oleh: Esti juliska Yeni Dosen Pembimbing : Murkilim JURUSAN TADRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INTSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BENGKULU 2014

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian mutu fisik sediaan gel ekstrak umbi singkong secara organoleptis yang bertujuan untuk melihat warna, bau dan bentuk sediaan terhadap masing – masing

Dalam kaitannya dengan kajian sastra Jepang, maka pada pemaparan kali ini penulis akan memilih model strukturalisme A.J Greimas yang akan digunakan untuk mengkaji

Upaya yang dilakukan oleh PT.Wirakarya Sakti dalam pengembangan tenaga kerja guna meningkatkan pencapaian target produksi sudah sesuai dengan syariat Islam hal ini dapat

Bertolak dari realita yang demikian dan fakta yang membuktikan bahwa para pelaku bermasalah dalam kasus korupsi khususnya pelaku yang sejak awal telah memiliki

Aliran fisik yang terjadi di jaringan rantai pasok penghasil produk Susu Bendera adalah aliran bahan baku dari supplier ke PT FI dan PT FVI dan aliran produk jadi dari PT Tesori

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pakan dengan suplementasi herbal dan zink mampu memberikan peningkatan jumlah eritrosit, nilai

Berdasarkan tabel 4 tersebut maka dapat dilihat bahwa hasil dari pengujian berdasarkan persepsi kemanfaatan penggunaan layanan mobile banking BCA di Kota Surakarta pada generasi Z

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa Perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus