KARYA ILMIAH
TEMA NASIONALISME
Disusun oleh :
Nama : Joni Arisandi
Jurusan : **********
BAB I
Pendahuluan
A.Judul
Memudarnya Kesadaran Mempertahankan Budaya Bangsa
B.Latar Belakang
C.Rumusan Masalah
1.bagaimanakah sikap kita sebagai mahasiswa menyikapi pudarnya kebanggan terhadap
budaya Indonesia?
2.bagaimanakah cara membangkitkan kepedulian terhadap budaya Indonesia?
D.Tujuan
1. Supaya Mahasiswa di Indonesia mengetahui bagaimana menyikapi ketidakpedulian terhadap
budaya yang diambil alih Negara lain.
2. Supaya dapat membangkitkan kepedulian terhadap budaya indonesi yang telah hilang.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Memudarnya rasa kebanggaan bagi bangsa selama beberapa tahun belakangan ini sesungguhnya disulut oleh menguatnya sentiment kedaerahan dan semangat primodialisme pasca krisis.Suatu sikap yang sedikit banyak disebabkan oleh kekecewaan sebagian besar anggota dan kelompok masyarakat bahwa kesepakatan bersama (contract social) yang mengandung nilai-nilai seperti keadilan dan perikemanusiaan dan musyawarah kerap hanya menjadi retorika kosong. Pemberantasan korupsi terhadap para koruptor kelas kakap dan penegak hukum dan keadilan yang sebenarnya sebagai sarana strategis untuk membangkitkan semangat cinta tanah air dalam diri anak-anak bangsa, tetapi semuanya tampak bohong belaka. Ini membuat generasi sekarang menjadi gamang terhadap bangsa dan negaranya sendiri.Tidak mengherankan semangat solidaritas dan kebersamaan pun terasa semakin hilang sejak beberapa dekade terakhir. Boleh jadi, penyebab dari memudarnya rasa nasionalisme ini juga disebabkan oleh paradigma tentang bangsa dan nasionalisme yang kita anut berjalan ditempat.
Yang kemudian menjadi problem dasar disini adalah apakah tegaknya suatu bangsa yang pada hakikatnya merupakan suatu produk kesadaran politik bernegara itu dapat dilakukan tanpa landasan kultur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?Pertanyaan ini penting untuk dijawab, sebab tantangan yang paling berat bagi sebuah Negara yang berdaulat sesungguhnya adalah bukan terutama pada sikap ekspansif dari negara tetangga seperti Malaysia dalam kasus pulau Ambalat ini, tetapi lebih pada faktor kultur atau pemeliharaan budaya, sikap hidup atau perilaku hidup sehari-hari seperti bagaimana kita menciptakan keadilan, perikemanusiaan dan lain-lain dalam bangsa dan Negara ini.
Selain itu, karena dalam era modern ini setiap bangsa semakin menghormati kedaulatan bangsa lain. Meskipun dalam beberapa kasus di dunia ada Negara yang masih kurang menghormati kedaulatan Negara lain.
Daftar sedikit budaya Indonesia yang diambil Negara lain: 1. Alat musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia;
2. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia;
3. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia;
4. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia;
5. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia;
Dan masih banyak lagi.
BAB III
Pembahasan
Dengan memudarnya nasinalisme, yang terutama disebabkan oleh begitu tingginya ketidak-adilan; korupsi yang merajalela dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang tidak diselesaikan secara tuntas lewat jalur hukum dan lain-lain maka musuh bangsa yang paling utama sekarang adalah bukan penjajah, bukan sikap ekspansif atau sikap agresor Negara tetangga, melainkan birokrasi yang korup, ketidak-adilan dan/atau ketidakmerataan ekonomi dan politik, kemiskinan, kekuasaan yang sewenang-wenang dan sebagainya.
Tetapi, kita tidak bisa lengah sedikitpun untuk memerangi musuh bangsa kita sendiri yang korup, menyalah-gunakan kekuasaan dan sebagainya.Karena nasionalisme kita sekarang bukan berkaitan dengan penjajah, atau terutama terhadap perilaku ekspansif atau agresor Negara tetangga, melainkan harus dikaitkan dengan keinginan untuk memerangi semua bentuk penyelewengan, ketidak-adilan, perlakuan yang melanggar HAM dan lai-lain. Artinya nasionalisme saat ini adalah usaha untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan Negara dari kehancuran akibat korupsi dan penyalah-gunaan kekuasaan.
Perilaku korup, menggelapkan uang negara, memanfaatkan segala fasilitas dalam lingkup kekuasaannya demi memperkaya diri, perilaku sewenang-wenang dalam menjalankan roda kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang lain, gemar menerima dan menyogok uang pelicin, uang semir, uang kopi dan sebagainya adalah perilaku antinasionalisme yang harus diberantas.
Dan pahlawan era sekarang bukan saja mereka yang berani menumpas agresor atau penjajah, tetapi juga mereka yang berkata tidak terhadap korupsi dan berbagai bentuk penyalah-gunaan wewenang dan/atau kekuasaan itu. Pahlawan seperti ini tidak kalah mulianya dengan pahlawan yang menang dari sebuah pertarungan fisik melawan siapapun yang mencoba menggangu kedaulatan bangsa dan negara.
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
kekuatan angkatan bersenjata dengan seluruh persenjataan perang yang canggih, melainkan juga atau bahkan yang pertama adalah pada masyarakat bangsanya yang berkualitas dan bermartabat.
BAB I PENDAHULUAN
tujuan.Sedangkan kebangsaan terbentuk dari kata “bangsa” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.
Seiring berkembang dan majunya jaman, rasa cinta tanah air dan berbangsa dalam diri rakyat Indonesia meluntur. Hal ini dapat dilihat dari lingkungan keluarga yng kurang menanamkan rasa cinta tanah air pada diri anak, di lingkungan sekolah yang terlihat berkurangnya semangat nasionalisme dalam menyikapi peristiwa-peristiwa sejarah, dan di lingkungan masyarakat yang banyak terjadi kasus korupsi yang dilakukan pemerintah juga adanya perseteruan antarsuku di berbagai daerah yang dapat menyebabkan lemahnya pertahanan negara. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya perpecahan apabila negara mendapat serangan, baik serangan internal maupun eksternal.
Untuk menanggulangi perpecahan serta meningkatkan rasa nasionalisme dalam diri masing-masing rakyat diperlukan adanya upaya. Upaya-upaya tersebut antara lain: mengingat-ingat dan menghargai jasa para pahlawan, mengikuti upacara bendera dengan penuh kesadaran, mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan masih banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan rasa cinta tanah air dan berbangsa di masyarakat Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cinta Tanah Air dan Berbangsa
Cinta tanah air atau nasionalisme secara etimologis berasal dari kata “nasional” dan “isme” yang memiliki makna suatu kesadaran dan memiliki perasaan mencintai tanah air, memiliki rasa kebanggaan sebagai bangsa, rasa memiliki, menghargai, dan menghormati bangsa. Menurut Ensiklopedi Indonesia, nasionalisme diartikan sebagai sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah, serta kesamaan cita-cita dan tujuan.Sedangkan kebangsaan terbentuk dari kata “bangsa” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.
Di dalam jiwa nasionalisme tertanam sebuah keinginan untuk membangun negara sesuai dengan cita-cita, harapan, dan kemampuan bangsa sendiri. Jiwa nasionalisme akan menjelma dalam ideologi negara yang berlandaskan pada keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara secara utuh dan menyeluruh tanpa bergantung kepada bangsa lain.Cinta tanah air merupakan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Rasa cinta tanah air tidak terlepas daripatriotisme. Patriotisme yang merupakan sikap kepahlawanan adalah sikap yang gagah berani, pantang menyerah, dan rela berkorban demi bangsa dan negara.
2.2 Kondisi Rasa Cinta Tanah Air dan Berbangsa Saat Ini
a. Lingkungan Keluarga
Semakin menuju era global hingga saat ini, rasa cinta tanah air masyarakat Indonesia semakin meluntur. Salah satu penyebab penting melunturnya rasa cinta tanah air saat ini adalah faktor keluarga. Banyak keluarga di wilayah Indonesia saat ini tidak memprioritaskan kepentingan bersama dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Sebagian besar keluarga di Indonesia tidak menanamkan rasa cinta tanah air kepada anaknya. Selain itu, mereka kurang memperhatikan keinginan anak. Mereka hanya memprioritaskan kebutuhan materi, tidak memikirkan akan kebutuhan rohani. Kurangnya perhatian keluarga, terutama orang tua, dapat menyebabkan seorang anak terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang. Hal ini pun juga dikarenakan merosotnya nilai religious dalam diri suatu keluarga, sehingga mereka terpengaruh dengan adanya dorongan prioritas akan kebutuhan materi dalam sehari-hari. Hal ini yang pada akhirnya menyebabkan melunturnya bahkan merosotnya rasa cinta tanah air dan berbangsa dalam lingkungan keluarga.
Salah satu contoh akibat dari merosotnya rasa cinta tanah air saat ini adalah kejadian banyak hilangnya remaja Indonesia. Setelah ditelusuri ternyata pemuda pemudi tersebut terekrut oleh organisasi NII (Negara Islam Indonesia). Negara Islam Indonesia merupakan organisasi yang mengatasnamakan Islam dengan tujuan mendirikan negara baru yang berideologikan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi NII ingin memecah persatuan negara Indonesia. Mereka merekrut orang-orang untuk dimanfaatkan dalam rangka membantu mereka memecah persatuan Indonesia. Akan tetapi pada kenyataannya, NII tidak berlandaskan nilai-nilai Islam, tetapi justru menghalalkan segala cara demi mewujudkan tujuannya
Seorang anak, terutama remaja, yang sedang dalam tahap pencarian jati diri dan sedang dalam emosi yang labil sangat mudah terpengaruh dengan suatu hal. Oleh karena itu, apabila pengawasan dari keluarga (orang tua) kurang, anak dapat dengan mudah terjerumus dalam penyimpangan-penyimpangan, seperti masuk dalam organisasi NII, menjadi berontak, melawan orang tua, menentang peraturan negara, hingga membuat kekacauan seperti terorisme, yang bertujuan untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah, individu mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan, baik di lingkungan keluarga maupun sekitarnya. Pendidikan formal mempersiapkan seorang anak menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari, manakala tidak lagi tergantung pada orang tuanya. Apabila anak memasuki lingkungan sekolah, maka secara resmi ia menjadi kelompok formal yang terikat aturan-aturan resmi dan dihadapkan pada norma-norma yang diikuti secara teratur dengan sanksi tertentu. Selain mengenal peraturan sekolah, anak juga dibimbing untuk mengenal aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat.
Semakin majunya era globalisasi saat ini, rasa cinta tanah air siswa siswi di lingkungan sekolah semakin meluntur. Hal ini disebabkan oleh majunya teknologi. Semua serba instan, serba menarik, dan serba mudah. Oleh karena itu, banyak anak sekolah yang sering membuang-buang waktu dengan bermain. Permainan jaman sekarang pun sudah berbeda dengan dulu. Sekarang banyak permainan seperti Play Station dan Game Online yang lebih mudah dan lebih menarik dibandingkan permainan tradisional. Hal ini menyebabkan anak menjadi kecanduan main game, yang selanjutnya menjadi malas belajar, lupa waktu, hingga sering membolos sekolah. Selain itu, banyak anak sekolah yang justru malah lebih memilih kebudayaan lain terutama dari segi mode, hingga yang terjerumus ke dunia narkoba dan minum-minuman keras. Hal ini juga pada akhirnya menurunkan rasa cinta tanah air dan berbangsa pada diri anak sekolah sebagai generasi muda, yang selanjutnya dapat menyebabkan kehancuran di masa mendatang.
Dalam kehidupan sekolah, siswa diajarkan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta tanah air warga sekolah, terutama para siswa. Akan tetapi, banyak siswa yang tidak menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tujuan agar meningkatkan rasa cinta tanah air tidak terlaksana dengan baik.
Mungkin bagi sebagian siswa, upacara adalah sebuah kewajiban dan peraturan sekolah. Semua ini dikarenakan siswa belum merasakan makna dari kegiatan upacara tersebut. Bahkan di beberapa sekolah Islam ada peraturan yang melarang warga sekolah untuk menghormati bendera merah putih, bahkan melarang dilaksanakannya upacara. Mereka beranggapan bahwa apabila mereka menghormati bendera berarti mereka menyekutukan Allah. Padahal menghormati bendera dimaksudkan agar warga Inonesia menyadari dan mengingat betapa susahnya pahlawan kita dalam perannya masing-masing untuk memperjuangkan kemerdekaan. Bendera merah putih tersebut merupakan simbol rasa cinta tanah air kita terhadap tanah air Indonesia.
c. Lingkungan Masyarakat Umum
Lingkungan masyarakat umum adalah ruang lingkup yang lebih luas setelah bersosialisasi di lingkungan keluarga maupun sekolah. Dalam lingkungan masyarakat, individu mengalami kondisi-kondisi yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan, dan proses kehidupan. Di dalam kehidupan masyarakat, setiap individu berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain yang dikenal dengan istilah berinteraksi.
Dalam kehidupan masyarakat secara umum, banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Apalagi di jaman modern seperti sekarang ini. Banyak hal-hal yang menyebabkan lunturnya rasa cinta tanah air dalam diri masyarakat secara umum. Faktor-faktor yang menyebabkan lunturnya rasa cinta tanah air dan berbangsa antara lain: pengaruh kebudayaan lain, majunya teknologi, banyaknya kasus korupsi di kalangan pemerintahan, dan demokratisasi yang melewati batas
Majunya teknologi di era globalisasi saat ini juga sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Majunya teknologi menyebabkan akses komunikasi antar individu di seluruh dunia menjadi sangat mudah, praktis, dan efisien. Akan tetapi, ini sangat berdampak bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat yang terkenal dengan adat istiadat seperti silaturahmi dan sikap sopan santun, saat ini mulai luntur. Majunya teknologi komunikasi menyebabkan masyarakat menjadi individualis dan mulai meninggalkan adat silaturahmi. Mereka beranggapan bahwa hanya dengan menelepon saja sudah cukup. Selain itu, banyak anak muda yang bersikap kurang sopan santun. Masalah yang lain adalah turunnya semangat dalam diri masyarakat. Hal ini terbukti dari kurangnya dukungan masyarakat untuk memajukan Indonesia. Kebanyakan masyarakat sudah terlalu sibuk dengan kepentingannya sendiri. Pada akhirnya, hal-hal tersebut berdampak pada berkurangnya kesadaran untuk mencintai tanah air Indonesia.
Selain majunya teknologi di era gobalisasi, pengaruh kebudayaan lain menyebabkan banyak masyarakat lupa akan budaya Indonesia. Anggapan bahwa kebudayaan lain lebih baik dibandingkan kebudayaan Indonesia tampak pada perilaku masyarakat Indonesia saat ini, khususnya di kalangan pemuda. Banyak pemuda bahkan orang dewasa yang lebih senang menggunakan bahasa Ingris dibandingkan bahasa Indonesia. Terbukti dari banyaknya tempat-tempat di Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris, seperti Cilandak Town Square. Contoh yang lain adalah maraknya hasil karya seperti buku, novel, dan lagu yang menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, masyarakat terutama remaja juga senang meniru mode yang sedang populer saat ini, diantaranya model pakaian dan gaya rambut. Mereka lebih senang memakai pakaian minim ala barat dibandingkan pakaian batik dan pakaian adat daerahnya sendiri yang khas Indonesia. Ketika banyak hasil kebudayaan kita diklaim oleh bangsa lain, kita segera bertindak serius untuk mempertahankannya. Akan tetapi jika masalah tersebut mereda, maka akan kembali lagi seperti keadaan semula, yakni acuh tak acuh.
Banyaknya kasus korupsi di kalangan pemerintahan juga menunjukkan bukti merosotnya cinta tanah air dan berbangsa. Banyaknya kasus korupsi menunjukkan bahwa pemerintah sudah tidak melaksanakan amanat untuk memimpin bangsa ini. Mereka sudah memiliki sifat individualisme yang kemudian menjadi sifat serakah untuk memperkaya diri dengan merampas uang milik rakyat. Pada akhirnya, tidak ada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Apabila pemerintah yang berperan sebagai pemimpin rakyat pun sudah tidak dipercaya oleh masyarakatnya, maka yang akan terjadi hanyalah perpecahan.
2.3 Kondisi yang Diharapkan mengenai Rasa Cinta Tanah Air dan Berbangsa Saat Ini
Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Selain itu, keluarga juga merupakan media penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Oleh karena itu, sangat dibutuhkannya kesadaran dalam diri orang tua untuk menanamkan rasa cinta tanah air pda diri anak sejak dini. Akan tetapi, orang tua juga tidak hanya sekedar membimbing, melainkan juga memberi contoh.
Keluarga sebaiknya juga memperhatikan kebutuhan anak. Tidak hanya kebutuhan materi, akan tetapi juga kebutuhan yang lain. Tidak ada salahnya menuruti kebutuhan anak, asalkan semua itu bersifat positif. Selain tiu, keluarga (orang tua ) diharapkan selalu membimbing dan mengawasi kegiatan yang dilakukan anaknya. Hal ini bertujuan agar anak selalu terpantau, tidak menyimpang, serta tidak terjerumus dalam hal-hal negatif. Semua ini bertujuan agar terciptanya kesadaran rasa cinta tanah air dan berbangsa dalam diri setiap aggota keluarga.
b. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah, individu mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan, baik di lingkungan keluarga maupun sekitarnya. Pendidikan formal mempersiapkan seorang anak menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari, manakala tidak lagi tergantung pada orang tuanya. Sehingga, lingkungan sekolah sangat berperan dalam pembentukan sikap dan kepribadian dalam diri seseorang.
Majunya teknologi tidak selalu berefek positif. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Majunya teknologi hendaknya dimanfaatkan sesuai pada kebutuhan. Majunya teknologi juga bukan berarti kita harus menjadi malas. Oleh sebab itu, benar-benar butuh kesadaran dalam diri masing-masing siswa dalam memanfatkan kemajuan teknologi. Selain itu, juga dibutuhkan pengawasan dari orang lain terhadap hal apa yang dilakukan siswa agar menghindari adanya penyimpangan sosial.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) yang bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta tanah air warga sekolah, terutama para siswa, diharapkan bisa lebih dimaksimalkan. Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga para siswa lebih bisa memaknai materi kewarganegaraan yang diajarkan.
Pelaksanaan upacara di sekolah hendaknya dilakukan dengan penuh kesadaran dan semangat para siswa. Apabila masing-masing siswa sudah memiliki kesadaran tentang pentingnya upacara bendera, maka akan timbul semangat nasionalisme. Dengan adanya semangat mengikuti upacara, siswa akan merasa berkewajiban untuk mencontoh dan melanjutkan perjuangan pahlawan-pahlawan Indonesia.
c. Lingkungan Masyarakat Umum
Lingkungan masyarakat umum adalah ruang lingkup yang lebih luas setelah bersosialisasi di lingkungan keluarga maupun sekolah. Dalam lingkungan masyarakat, individu mengalami kondisi-kondisi yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan, dan proses kehidupan. Di dalam kehidupan masyarakat, setiap individu berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain yang dikenal dengan istilah berinteraksi.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang dapat menyebabkan lunturnya rasa cinta tanah air dan berbangsa. Faktor-faktor tersebut antara lain: pengaruh kebudayaan lain, majunya teknologi, banyaknya kasus korupsi di kalangan pemerintahan, dan demokratisasi yang melewati batas. Dalam menyikapi hal-hal ini, dibutuhkan dukungan dari semua masyarakat. Pemerintah sebagai pemimpin seharusnya memberikan contoh yang baik dalam menggunakan kebijakannya. Sedangkan masyarakat seharusnya bisa mendukung kebijakan pemerintah yang baik serta mengawasi jalannya pemerintahan.
Majunya teknologi di era globalisasi saat ini juga sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Majunya teknologi menyebabkan akses antar individu di seluruh dunia menjadi sangat mudah, praktis, dan efisien. Akan tetapi, bukan berarti kita harus meninggalkan kebudayaan silaturahmi secara langsung. Kita harus bisa mengontrol penggunaan alat-alat teknologi dalam kehidupan agar kita mendapatkan dampak yang positif. Selain itu, sikap sopan santun dan semangat cinta tanah air seharusnya dapat tetap dipertahankan.
adalah bahasa yang telah kita sepakati sejak 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan. Kita tidak boleh merasa bangga dengan bahasa negara lain dibandingkan dengan menggunakan bahasa negara kita sendiri, bahasa Indonesia. Selain itu, di semua negara di dunia memiliki kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang sangat khas. Banyak terdapat suku, bahasa daerah, pakaian adat, tarian adat, nyanyian adat daerah, dan sebagainya yang tidak kalah bagus dan tidak kalah menarik dibandingkan kebudayaan yang ada di negara lain.
Pemerintah sebagai pemimpin yang telah dipercaya oleh masyarakat untuk memerintah negara seharusnya bersikap baik dan bijaksana. Bukannya justru ingin memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan pribadi, contohnya korupsi. Pejabat pemerintahan yang melakukan korupsi sudah tidak memiliki kesadaran rasa cinta tanah air dan persatuan. Pada saat banyak rakyat yang terjebak dalam kemiskinan, mereka ingin merampas uang rakyat. Sikap pejabat yang seperti ini menyebabkan banyaknya unjuk rasa di berbagai daerah. Selain itu, juga banyak terjadi perseteruan antarsuku di berbagai daerah. Ketidakpercayan rakyat terhadap pemerintah dan terjadinya perseteruan antarsuku juga pada akhirnya berdampak pada perpecahan. Hal ini yang seharusnya dihindari.
2.4 Upaya-upaya yang Dilaksanakan dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air dan Berbangsa
a. Lingkungan Keluarga
1. Sebagai orang tua selalu menanamkan pada diri anak-anaknya agar memiliki akhlak yang mulia, sikap hormat, taat, dan sopan santun terhadap orang tua, jujur, rajin belajar, bersahaja, dan hidup hemat dengan cara gemar menabung.
2. Orang tua menjadi contoh dan suri tauladan, menanamkan disiplin terhadap keluarganya, contohnya berdisiplin dalam melaksanakan ibadah tepat pada waktunya.
3. Sebagai anak harus disiplin memanfaatkan waktu belajar baik di rumah maupun di tempat bimbingan belajar.
4. Orang tua berusaha sesuai kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik dalam mencari rizki, kebutuhan materi yang mendukung pendidikan anak, contohnya seperangkat komputer, laptop, dan sarana lainnya yang bertujuan untuk memudahkan pekerjaan atau tugas dari sekolah.
5. Menanamkan sikap terbuka dalam lingkungan dan selalu bermusyawarah diantara anggota keluarga dalam memecahkan masalah keluarga sehingga tercipta suasana yang harmonis.
6. Saling bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah.
7. Mengajak keluarga mengunjungi tempat-tempat bersejerahseperti museum dan tempat peninggalan sejarah yang dapat membangkitkan rasa bangga terhadap tanah air Indonesia dan meneladani para pahlawan yang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan tanah air Indonesia sampai titik darah penghabisan.
8. Mengibarkan bendera merah putih di depan rumah pada hari-hari besar Nasional sebagai wujud bangga menjadi bangsa Indonesia yang merdeka.
9. Orang tua selalu melindungi anak dan keluarga dari penyimpangan sosial, seperti penyalahgunaan narkoba, serta melindungi dari pengaruh aliran sesat.
10. Orang tua selalu mengawasi anak dalam penggunaan fasilitas elektronik agar tidak terpengaruh oleh dampak negatif seperti pergaulan bebas yang terutama berasal dari internet.
b. Lingkungan Sekolah
1. Di lingkungan sekolah diberikan pelajaran serta pengamalan pendidikan kewarganegaraan dan Pancasila agar siswa dapat menjiwai dan mengamalkan Pancasila secara murni dan konsekuen.
3. Mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan kemerdekaan serta menghargai jasa-jasanya.
4. Mengikuti kegiatan Pramuka agar siswa memiliki jiwa kepemimpinan dan berdisiplin dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mengikuti Paskibra sebagai perwujudan kebersamaan dalam menjaga agar Sang Merah Putih tetap berkibar.
6. Ikut aktif dalam organisasi OSIS untuk menjaga persatuan antarsiswa di sekolah.
7. Mengikuti kegiatan PMR agar siswa memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi dan memiliki jiwa tolong menolong terhadap sesama.
8. Mengikuti kegiatan Pecinta Alam sebagai wujud cinta terhadap lingkungan.
9. Mendukung progam wajib belajar 9 tahun dan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) demi meningkatkan SDM dan memajukan pendidikan agar di masa yang akan datang tidak bergantung pada tenaga kerja asing.
10. Mendukung pemberian beasiswa untuk memotivasi dan mendorong siswa agar dapat terus melanjutkan pendidikan yang tinggi sesuai cita-citanya agar di masa yang akan datang dapat berguna di kehidupan masyarakat demi membangun negara Indonesia.
c. Lingkungan Masyarakat Umum
1. Sebagai Warga Negara Indonesia, sudah sepantasnya menghormati bangsa dan negara kita apapun kondisinya. Rakyat yang mencintai tanah air dengan sepenuh hati dan jiwa raga akan setia melindungi negara, meningkatkan rasa persatuan, dan berusaha bahu-membahu membangun negeri agar sejajar dengan negara maju.
2. Ikut aktif dalam melaksanakan siskamling agar terwujud lingkungan masyarakat yang aman.
3. Mempelopori dan ikut aktif dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia sebagai wujud cinta tanah air dan berbangsa, serta menghormati jasa para pahlawan dalam mewujudkan Indonesia merdeka. 4. Ikut mensukseskan program pelestarian lingkungan yang dicanangkan oleh Presiden RI, Bapak Dr.
Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu program penanaman sejuta pohon.
5. Mendukung pemerintah dalam program pemberian bantuan asuransi kesehatan terhadap rakyat miskin yang bertujuan agar meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
6. Menjaga dan melestarikan kebudayaan milik Indonesia sebagai wujud mencintai hasil karya nenek moyang yang adiluhung agar tidak diklaim negara lain.
7. Turut serta mengawasi jalannya pemerintahan dan membantu meluruskan agar pemerintahan sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
8. Ikut membela dan mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dengan segenap tumpah darah dan tulus ikhlas serta mengharumkan nama bangsa.
9. Mencintai dan menggunakan produk lokal agar pengusaha lokal maju sejajar dengan pengusaha asing. 10. Hidup bersosialisasi dengan menjalin hubungan baik antar masyarakat demi menjaga kerukunan di
masyarakat.
Sebagai warga negara Indonesia, kita seharusnya mencintai tanah air dengan sepenuh hati dan segenap jiwa raga apapun kondisinya. Kita seharusnya bisa menghargai dan mencontoh para pahlawan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Perjuangan pahlawan terdahulu sepantasnya dihargai dengan semangat nasionalisme dan patriotisme demi membangun bumi pertiwi. Semangat nasionalisme para pahlawan semestinya dapat dijadikan panduan bagi kita untuk terus mencintai dan melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan cara membangun negara Indonesia agar menjadi lebih makmur dan lebih maju.
Kondisi rasa cinta tanah air dan berbangsa saat ini dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga masyarakat semakin menurun. Banyaknya faktor-faktor baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi kondisi rasa cinta tanah air di dalam diri masyarakat. Faktor internal yang menyebabkan lunturnya rasa cinta tanah air misalnya adanya kekecewaan terhadap pemerintah yang korupsi. Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan lunturnya rasa cinta tanah air misalnya adanya pengaruh kebudayaan lain.
Dalam lingkungan keluarga permasalahan yang menyebabkan melunturnya rasa cinta tanah air adalah kurang adanya perhatian dan komunikasi orang tua terhadap anak. Sebagian besar orang tua di Indonesia tidak menanamkan rasa cinta tanah air kepada anaknya. Hal ini juga terjadi dalam lingkunyan sekolah dan masyarakat. Menurunnya rasa cinta tanah air di lingkungan sekolah kebanyakan disebabkan oleh majunya teknologi yang menyebabkan banyak anak sekolah menjadi malas belajar. Selain itu, banyaknya remaja anak-anak sekolah yang terjerumus dalam pengaruh narkoba dan minum-minuman keras. Sedangkan di lingkungan masyarakat umum, hal yang paling mempengaruhi adalah maraknya korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah yang menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Selain itu, juga banyak terjadi perseteruan antarsuku. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan perpecahan yang menyebabkan negara lemah dan mudah diserang baik serangan internal maupun eksternal.
Untuk meningkatkan rasa cinta tanah air dan berbangsa dalam diri masyarakat Indonesia diperlukan upaya untuk menanamkan kesadaran akan cinta tanah air dan berbangsa sejak dini. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain: mengingat-ingat dan menghargai jasa para pahlawan, mengikuti upacara bendera dengan penuh kesadaran, mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan masih banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan rasa cinta tanah air dan berbangsa di masyarakat Indonesia.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam merebut kemerdekaan dari para penjajah, para pemuda pada zaman
kolonialisme bersusah payah dengan mempertaruhkan nyawa. Mereka rela berkorban
apa saja demi membebaskan negeri ini dari kekuasaan penjajah. Hal ini dilakukan oleh
mereka dengan penuh rasa nasionalisme dan patriotisme tinggi yang mencapai
Seiring berkembangnya zaman, rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan
pemuda kian memudar. Hal ini dibuktikan dari berbagai sikap para pemuda dalam
memaknai berbagai hal penting bagi Negara Indonesia. Contoh sederhana yang
menggambarkan betapa kecilnya rasa nasionalisme dan patriotisme para pemuda,
diantaranya
- Pada saat upacara bendera, masih banyak pemuda yang tidak memaknai arti dari
upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai para
pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan para
penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti
upacara dengan khidmad;
- Pada peringatan hari-hari besar nasional, seperti Sumpah Pemuda, hannya dimaknai
sebagai serermonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dan
patriotisme dalam benak mereka;
- Lebih tertariknya pemuda terhadap produk impor dibandingkan dengan produk buatan
dalam negeri; dan lain-lain.
Rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda pada saat ini hanya muncul
bila ada suatu factor pendorong, seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayan
Indonesia oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun rasa nasionalisme para
pemuda pun kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik tersebut.
Kondisi seperti ini sangat memprihatikan. Karena itu, penulis termotivasi untuk
menyusun makalah ini, sebagai upaya menumbuhkan kembali rasa nasionalisme dan
patriotisme di kalangan pemuda.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab memudarnya nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda?
2. Apa hubungan antara memudarnya nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda
dengan kehancuran bangsa?
3. Bagaimana upaya untuk menumbuhkan kembali nasionalisme dan patriotisme di
kalangan pemuda?
1. 3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1) memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan,
2) mengetahui penyebab memudarnya nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda,
dan
3) Menambah pemahaman tentang nasionalisme dan patriotisme.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah
1) dapat terpenuhinya tugas mata kuliah Kewarganegaraan,
2) dapat bertambahnya pengetahuan mahasiswa tentang nasionalisme dan patriotisme,
dan
3) dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan mahasiswa.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2. 1 Pengertian Nasionalisme
Pengertian nasionalisme menurut beberapa ahli, yaitu
1. Menurut
Ernest Renan:
Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
2. Menurut
Otto Bauar:
Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter
yang timbul karena perasaan senasib.
3. Menurut
Hans Kohn
, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National
Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan
rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri.
4. Menurut
L. Stoddard:
Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh
sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai
perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
5. Selanjutnya menurut
Louis Sneyder
. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan
faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.
Jadi Nasionalisme dapat diartikan:
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti
ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan
seperti ini sering disebut
chauvinisme
.
Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang
wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
2. 2 Pengertian Patriotisme
Patriotisme memiliki beberapa dimensi dengan berbagai istilah, namun Staub
(1997) membagi patriotisme dalam dua bagian yakni
blind
dan
constructive
mengidentifikasikan dirinya pada suatu kelompok sosial
(attachment)
untuk selanjutnya
menjadi loyal.
Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah kerikatan kepada negara dengan ciri
khas tidak mempertanyakan segala sesuatu, loyal dan tidak toleran terhadap kritik.
Patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah keterikatan kepada bangsa dan
negara dengan ciri khas mendukung adanya kritik dan pertanyaan dari anggotanya
terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan / terjadi sehingga diperoleh suatu
perubahan positif guna mencapai kesejahteraan bersama.
2. 3 Pengertian Bangsa
1. Menurut Ernest Renan, bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup
bersama ( hasrat untuk bersatu ) dengan perasaan kesetiakawanan yang agung.
2. Menurut Otto Bauer, bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai kesamaan
karakter, karakteristik tumbuh karena adanya kesamaan nasib.
3. Menurut F. Ratzel, bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul
karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham
geopolitik).
4. Menurut Hans Kohn, bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah.
Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan
secara eksak.
5. Menurut Jalobsen, Lipman, bangsa adalah suatu kesatuan budaya (cultural unity) dan
kesatuan politik (political unity).
BAB III
PEMBAHASAN
a) Pemerintahan pada zaman reformasi yang jauh dari harapan para pemuda, sehingga
membuat mereka kecewa pada kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus-kasus
korupsi, penggelapan uang Negara, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat
Negara membuat para pemuda enggan untuk memerhatikan lagi pemerintahan.
b) sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme dan
patriotisme, sehingga para pemuda meniru sikap tersebut. Para pemuda merupakan
peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.
c) Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan maraknya unjuk rasa,
telah menimbulkan frustasi di kalangan pemuda dan hilangnya optimisme, sehingga
yang ada hanya sifat malas, egois dan, emosional.
d) Tertinggalnya Indonesia dengan Negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan,
membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.
e) Timbulnya etnosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya,
membuat para pemuda lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan
bangsa.
3. 1. 2 Faktor Penyebab Eksternal
a) Cepatnya arus globalisasi yang berimbas pada moral pemuda. Mereka lebih memilih
kebudayaan Negara lain, dibandingkan dengan kebudayaanya sendiri, sebagai
contohnya para pemuda lebih memilih memakai pakaian-pakaian minim yang
mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yang sopan yang
mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai oleh narkoba dan
minum-minuman keras, sehingga sangat merusak martabat bangsa Indonesia
b) Paham liberalisme yang dianut oleh Negara-negara barat yang memberikan dampak
pada kehidupan bangsa. Para pemuda meniru paham libelarisme, seperti sikap
individualisme yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan
sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.
3. 2 Hubungan Antara Memudarnya Nasionalisme Dan Patriotisme di Kalangan
Pemuda dengan Kehancuran Bangsa
Pemuda adalah penerus bangsa. Bangsa akan menjadi maju bila para pemudanya
memiliki sikap nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Namun dengan perkembangan
zaman yang semakin maju, malah menyebabkan memudarnya rasa nasionalisme dan
patriotisme. Nasionalisme sangat penting terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara karena merupakan wujud kecintaan dan kehormatan terhadap bangsa
sendiri. Dengan hal itu, pemuda dapat melakukan sesuatu yang terbaik bagi
Patriotisme juga sangat penting, karena patriotisme yang dianut bangsa Indonesia
adalah wujud kesetiaan terhadap bangsa dan Negara. Patriotisme yang sesungguhnya
adalah rela mengorbankan tenaga, harta benda, dan yang lainnya demi bangsa
Indonesia. Dengan sikap patriotism, bangsa Indonesia dapat menjadi Negara yang kuat
dan tidak mudah untuk ditaklukan.
Namun, dengan memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme dapat mengancam
dan menghancurkan bangsa Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan
menjadi lemah dan dapat dengan mudah ditembus oleh pihak luar. Bangsa Indonesia
sudah dijajah sedari dulu sejak rasa nasionalisme dan patriotisme pemuda memudar.
Bukan dijajah dalam bentuk fisik, namun dijajah secara mental dan ideology.
Banyak sekali kebudayaan dan paham barat yang masuk ke dalam bangsa
Indonesia. Kemampuan
local genius
bangsa tidak lagi berjalan dengan semestinya.
Banyak budaya dan paham barat yang berpengaruh negatif dapat dengan mudah
masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Dengan terjadinya hal itu, maka akan
terjadi akulturasi, bahkan menghilangnya kebudayaan dan kepribadian bangsa yang
seharusnya menjadi jati diri bangsa.
Dalam aspek perekonomian Negara, dengan memudarnya rasa nasionalisme dan
patriotism pemuda, mengakibatkan perekonomian bangsa Indonesia jauh tertinggal dari
Negara-negara tetangga. Saat ini masyarakat hanya memikirkan apa yang Negara
berikan untuk mereka, bukan memikirkan apa yang mereka dapat berikan pada Negara.
Dengan keegoisan inilah, masyarakat lebih menuntut hak daripada kewajibannya
sebagai warga Negara. Sikap individual yang lebih mementingkan diri sendiri dan
hanya memperkaya diri sendiri tanpa memberikan retribusi pada Negara,
mengakibatkan perekonomian Negara semakin lemah.
3. 3 Upaya Untuk Menumbuhkan Kembali Nasionalisme dan Patriotisme di Kalangan
Pemuda
3. 3. 1 Peran Keluaga
a) memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap nasionalisme dan patriotism terhadap
bangsa Indonesia,
b) memberikan contoh atau tauladan tentang rasa kecintaan dan penghormatan pada
bangsa,
c) memberikan pengawasan yang menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan sekitar,
dan
d) selalu menggunakan produk dalam negeri.
a) memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan juga
bela Negara.
b) menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan dengan
mengadakan upacara setiap hari senin.
c) memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal
negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional.
3. 3. 3 Peran Pemerintah
a) Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan
patrotisme, seperti seminar dan pameran kebudayaan.
b) Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil setiap hari jum’at. Hal ini
dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia, yang diharapkan
dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan patrotisme
bangsa.
c) Lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi pemuda untuk membangun Indonesia
agar lebih baik lagi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1 Kesimpulan
a) Penyebab memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme pemuda dikarenakan oleh
faktor internal dan eksternal. faktor. Faktor internal seperti kekecewaan pemuda
terhadap kinerja pemerintah, dan sebagainya, sedangkan faktor eksternal seperti arus
globalisasi yang membawa pengaruh negatif.
b) Hubungan antara memudarnya rasa nasionalisme dan patriotism terhadap kehancuran
bangsa sangat erat. Memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme dapat mengancam
dan menghancurkan bangsa Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan
menjadi lemah dan dapat dengan mudah ditembus oleh pihak luar.
c) Untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda
dibutuhkan peran keluarga, pendidikan, dan pemerintah.
4. 2 Saran
SIKAP PEMUDA DALAM MENUMBUHKAN
KEMBALI RASA NASIONALISME
Diposkan oleh tya lolita vertika di 02.28
Nasionalisme adalah paham pada mulanya unsur-unsur pokok nasionalisme terdiri atas persaudaraan darah/ keturunan, suku bangsa, tempat tinggal, agama, bahasa dan budaya. Kemudian berubah dengan masuknya dua unsur yaitu persamaan hak bagisetiap orang untuk memegang persamaan dalam masyarakatnya serta adanya persamaan kepentingan dalam bidang ekonomi. Aspek mendasar timbulnya nasionalisme adalah aspek sejarah. Melalui aspek sejarah biasanya suatu bangsa memiliki rasa senasib sepenanggungan serta harapan untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Dengan demikian nasionalisme adalah sikap politik dan sikap sosial suatu kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan budaya, wilayah, tujuan dan cita-cita.
Nasionalisme sebagai suatu peristiwa sejarah, selalu bersifat kontekstual (artinya meruang dan mewaktu), sehingga nasionalisme di suatu daerah dengan daerah lain atau antar zaman tidaklah sama. Misalnya saja bagi negara yang sudah lama merdeka, nasionalisme dapat mengarah pada imperialisme. Biasanya nasionalismenya bersifat konservatif. Bagi negara semacam ini akan mempersulit timbulnya nasionalisme di daerah-daerah jajahannya. Sedangkan bagi negara yang masih terbelenggu imperialisme dijajah nasionalisme bersifat revolusioner dan progresif. Dengan demikian nasionalisme sarat dengan kepentingan suatu bangsa. Tumbuh dan berkembangnya nasionalisme sangat dipengaruhi oleh nasionalisme yang dianut kelompok dominan suatu bangsa.
sukuisme yang pada akhirnya merupakan kendala dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Menyikapi kondisi aktual yang berkembang, bangsa ini dihadapkan pada dua tantangan. Pertama, menjaga kemurnian esensi dan hakikat nasionalisme, yang berarti juga menjaga kemurnian nilai-nilai kemanusiaan. Kedua, berupaya secara aktif mengantisipasi perkembangan situasi zaman khususnya arus globalisasi yang sedemikian hebat pengaruh implikasinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada gilirannya, dalam mengawal reformasi yang terus bergulir, maka semangat nasionalisme pemuda perlu digugah kembali.
Dalam konteks Indonesia, nasionalisme yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kemanusiaan (perikemanusiaan) yang hakiki dan bersifat asasi. Tujuannya, mengangkat harkat, derajat, dan martabat kemanusiaan setiap bangsa untuk hidup bersama secara adil dan damai tanpa diskriminasi di dalam hubungan-hubungan sosial. Sebenarnya rasa nasionalisme itu sudah dianggap telah muncul manakala suatu bangsa memiliki cita-cita yang sama untuk mendirikan suatu negara kebangsaan. Sedangkan, ciri nasionalisme Indonesia yaitu nasionalisme religius seperti yang dicetuskan Bung Karno (Soekarno) adalah nasionalisme yang tumbuh dari budaya Indonesia.
menggerogoti identitas bangsa. Jika kita tengok sejenak ke belakang puluhan tahun yang lalu, bagaimana pemuda Indonesia berusaha dengan gigih menyatakan keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia dalam satu wadah yaitu “ Indonesia”. Hal demikian bukanlah perkara mudah yang sekali jadi, semudah membalikkan telapak tangan, melainkan menghadapi berbagai kendala. Bayangkan saja, bukankah tidak mudah menyatukan berbagai pendapat yang nota benenya berlatar belakang berbeda?.
Tidak dapat dipungkiri, semakin ke timur kondisi alam Indonesia semakin kering dan panas, hal itu menyebabkan sifat dan karakter masyarakatnya juga menjadi semakin tempramental, sensitif dan mudah sekali tersinggung. Alhasil sikap sukuisme tumbuh subur di kalangan masyarakat Indonesia. Untungnya kondisi demikian tidak menyurutkan semangat para pemuda saat itu. Mereka berusaha mengesampingkan ego kedaerahan mereka demi sebuah janji persatuan. Yakni satu bangsa, tanah air, dan bahasa.
Ironisnya, fenomena yang kita temui dalam masyarakat saat ini adalah salah satu hari bersejarah yang menentukan kelanjutan nasib bangsa Indonesia hanyalah dijadikan rutinitas biasa, atau peringatan tahunan yang lewat begitu saja tanpa pemaknaan yang mendalam. Parahnya, jangankan untuk memahami makna di balik arti sumpah pemuda itu sendiri, masih ada saja sebagian bahkan banyak pemuda kita yang tidak mengetahui kapan hari sumpah pemuda itu. Dengan santainya dan tanpa rasa bersalah sedikitpun mereka berdalih “ yang lalu biarlah berlalu, tidak baik mengungkit- ungkit masa lalu”. Jika kondisi pemuda kita seperti ini, lalu bagaimana nasib bangsa kita ke depan?. Bukankah pemuda disebut- sebut sebagai agent of change yang diharapkan mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik?. Ironis memang, jika bangsa Indonesia sendiri enggan untuk mungkin sekedar tahu hari besar dalam sejarah bangsanya. Padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu sejarah bangsanya.
Pernahkah kita bertanya pada diri kita” apa yang telah kita berikan pada bangsa kita tercinta ini, atau kebanggaan apa yang telah kita torehkan untuk mengharumkan nama negeri ini? Jawabannya ada dalam diri kita masing- masing pemuda. Apa yang dapat kita berikan pada negara tercinta ini tentu sangat berbeda dengan masa 1928-an. Bila pada masa itu para pemuda selain berikrar setia untuk bangsa Indonesia mereka juga mempertaruhkan nyawa dan raga untuk meraih kemerdekaan sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan. Saat ini yang dapat kita berikan kepada bangsa ini adalah prestasi-prestasi membanggakan untuk semua rakyat Indonesia. Sedikitpun apa yang kita berikan kepada bangsa bukan menjadi sebuah ukuran, namun makna di dalam pemberian tersebut.
dunia barat. Kecintaan pada produk dalam negeri mulai hilang dengan semakin banyaknya produk asing (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri Indonesia., Membeli produk luar negeri mereka anggap suatu kebanggaan tersendiri yang dapat menaikkan prestise mereka di hadapan masyarakat. Tampaknya westernisasi telah menyulap pemuda negeri ini menjadi lupa akan jati diri mereka sebagai bangsa Indonesia yang masih memegang teguh budaya timur. Selain itu, munculnya sikap individualism yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Jika kita gambarkan, nasionalisme saat ini berada di titik nadir, dimana semua kebijakan berkiblat pada neoliberalisme, sehingga kesejahteraan rakyat jauh dari cita- cita pendiri bangsa. Pada tahun ini juga, moralitas Indonesia mencapai titik kulminasi terendah. Korupsi bukan hanya menjadi bagian dari budaya, tetapi juga telah menjadi bagian dari mata pencaharian untuk mendapatkan tambahan bagi biaya hidup yang semakin membumbung tinggi. Sedangkan bagi yang sudah hidup layak, korupsi merupakan bagian dari kekuasaan.
Globalisasi bisa menguntungkan apabila kita menyikapinya dengan benar. Letak dari masalah ini menunjukkan bahwa kurang kokohnya fondasi mental dari para pemuda kita yang tentunya berpangkal dari bagaimana mereka memperoleh pendidikan pertama dalam keluarga. Jika pemuda bangsa telah dibekali pendidikan mental maupun lahiriah yang kuat maka hal tersebut tidak akan terjadi. Sebab jika kita bandingkan bagaimana cara mendidik orang dulu jauh sebelum perkembangan teknologi mempengaruhi hidup mereka tampak berbeda dengan kondisi sekarang, dimana teknologi komunikasi dan informasi berkembang dengan pesatnya, dan segala sesuatu menjadi sangat mudah. Seakan tidak ada yang tidak mungkin terjadi. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bermunculan bagaikan jamur yang membela hak asasi manusia, Komisi Nasional (KOMNAS) HAM dan perlindungan anak yang hadir menuntut keras sekecil apapun kekerasan pada anak. Hasilya memang sebanding, bermunculan anak- anak dengan prestasi yang gemilang. Namun sedikit hambar, karena tidak dibarengi dengan fondasi keagamaan yang kokoh. Jika kita perhatikan, nampak ketidakseimbangan antara IQ (intelegensi Quetient), EQ (Emotional Quetient), dan SQ (Spiritual Quetient). Akibatnya, korupsi terjadi dimana- mana. Ironisnya, pelaku korupsi bukanlah orang yang tidak berpendidikan, melainkan seseorang dengan rentetan gelar di belakang namanya yang cukup menjadi bukti bahwa mereka adalah orang- orang dengan tingkat intelektual yang tinggi. Inikah hasil cetakan zaman modern? Mungkin berhasil secara materiil tapi nol besar untuk pendidikan mental.
Indonesia yang dapat menjadi teladan. Padahal tantangan pemuda saat ini berbeda dengan era tahun 1928 atau 1945. Jika dulu nasionalisme pemuda diarahkan untuk melawan penjajahan, kini nasionalisme diposisikan secara proporsional dalam menyikapi kepentingan pasar yang diusung kepentingan global, dan nasionalisme yang diusung untuk kepentingan negara. Dengan demikian peran orang tua masih sangat mendominasi segala sector kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kedua diharapkan pemerintah pusat dapat mempercepat distribusi pembangunan di semua daerah agar tidak tumbuh semangat etnonasionalisme dalam diri pemuda. Ketiga, Menempatkan semangat nasionalisme pada posisi yang benar. Nasionalisme tidak dapat diartikan secara sempit. Nasionalisme harus didefnisikan sebagai suatu upaya untuk membangun keunggulan kompetitif, dan tidak lagi didefnisikan sebagai upaya untuk menutup diri dari pihak asing seperti proteksi atau semangat anti semua yang berbau asing. Profesionalisme adalah salah satu kata kunci dalam upaya mendefnisikan makna nasionalisme saat ini. Dengan demikian, nasionalisme harus dilengkapi dengan sikap profesionalisme.
Ke depan, generasi muda sebagai generasi penerus berada dalam posisi revitalizing agents. Pemuda sebagai sumber kekuatan moral reformasi perlu tetap terbina agar selalu berlandaskan pada kebenaran yang bersumber pada hati nurani serta sikap moral yang luhur, berkepribadian nasional dan berjiwa patriotisme. Beberapa point di atas merupakan agenda penting yang harus kita lakukan untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri di era globalisasi. Karena walau bagaimanapun Kerusakan yang terjadi pada generasi muda, adalah sebuah isyarat, bagi kehancuran sebuah bangsa. Bagaimana tidak, pemuda hari ini, adalah orang tua yang akan datang. Bagaimana mungkin suatu bangsa bisa berjaya, jika generasi mudanya tidak punya jati diri.
Kurangnya rasa nasionalisme pada kalangan remaja dapat berdampak buruk bagi NegaraIndonesia yaitu banyak pemuda Indonesia yang perlahan-lahan mulai meninggalkan kebudayaanIndonesia dan sangat sedikit kalangan pemuda yang menaruh perhatian pada masalah bangsa,karena mereka lebih tertarik pada kehidupan hedonios ( kesenangan ).Kita bisa melihat banyak pemuda yang tidak perduli dengan kondisi keterpurukan yang melanda bangsa ini. Seiringdengan zaman dan budaya - budaya asing yang kian merajalela di Indonesia. Jiwa dan rasaNasionalisme yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia semakin luntur .Masyarakat Indonesiayang cenderung menggunakan produk luar negeri . Mereka kurang menghargai produk dalamnegeri , mereka merasa kalau memakai produk dalam negeri akan terlihat kuno , jadul , dankurang berkualitas .