• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat Swakarsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat Swakarsa"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Keamanan dan ketertiban Masyarakat Swakarsa Pengertian

1. Keamanan dan ketertiban masyarakat “(Kamtibmas) adalah keperluan hirarki masyarakat yang mengahayati cita-cita atau tujuan selururh kegiatan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang tertib dan aman

2. Swakarsa adalah kehendak dan keamanan sendiri

3. Partisipasi adalah kesediaan masyarakat untuk ikut serta memikul tanggung jawab sebagai tugas bersama

4. Kamtibmas swakarsa adalah kehendak sendiri, masyarakat (dari, oleh, dan untuk) dalam keikutsertaannya memikul tanggung jawab dan mengamankan diri serta lingkungannya Alasan perlunya perlibatan masyarakat

1. Masyarakat baik diri dan hartanya akan selalu menjadi obyek gangguan kamtibmas

2. Masyarakat mempunyai, memiliki potensi yang dapat diangkat menjadi kekuatan nyata baik secara perorangan maupun secara kelompok untuk mencegah dan atau menangkal gangguan kamtibmas khususnya kejahatan

3. Adanya dalil yang menyatakan bahwa kejahatan adalah produk masyarakat itu sendiri. 4. Polri tidak akan pernah mampu mengcover luasnya wilayah, jumlah penduduk dan berbagai

perkembangan fisik maupun non fisik yang ada Swakarsa masih perlu dibina

Hakekat swakarsa adalah memang demikian dari, oleh, dan untuk masyarakat itu sendiri, namun masih perlu adanya pembinaan untuk menumbuhkan pengertian, pemahaman dan sikap masyarakat terhadap kamtibmas di dalam diri dan lingkungannya, karena selama ini sebagai masyarakat berpandangan bahwa tugas dan tanggung jawab membina kamtibmas berada pada hanya POLRI dan aparat keamanan

lainnya. Pandangan masyarakat seperti ini pada dasarnya mirip dengan pandangan terhadap kesehatan yang menjadi tanggung jawab dokter dan rumah sakit. Akibat pandangan terhadap kesehatan ini melahirkan public health yaitu kesehatan masyarakat dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Tanpa peran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, diri dan cara hidup sehat, maka tugas dokter dan rumah sakit semakin berat. Demikian pula dalam kamtibmas, kalau masyarakat tidak memahami

pengamanan dirinya hartanya berlaku pamer, tidak waspada, tidak hati-hati, kurang pengamanan, maka pada dasarnya individu atau masayarakat telah menyandang dan mengkondisikan kejahatan itu sendiri. Sikap yang mendukung kamtibmas tersebut ternyata masih harus dibangun,dibina dan diarahkan agar individu dan masyarakat memalui diriu sendiri dan masyarakat dapat mencegah,menangkal dan bahkan menanggulangi kejahatan.

Polri Sebagai Pembina Kamtibmas Swakarsa

Dalam rangka tugas pembinaan kamtibmas Polri berupaya untuk mengembangkan system kamtibmas swakarsa. Sebagai inti pembina, polri dapat dan perlu berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi

(2)

terkait dan lembaga kemasyarakatan dalam rangka keterpaduan agar upaya pembinaan kamtibmas swakarsa lebih efektif dan efisien.

Yang ingin ditumbuhkan dalam kamtibmas swakarsa

1. Kesadaran tentang keamanan dan ketertiban masyarakat

2. Kesadaran tentang potensi masyarakat yang dapat dijadikan kekuatan nyata dalam pengamanan lingkungannya melalui upaya menagkal, mencegah dan menanggulangi kejahatan

3. Kesadaran tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum 4. Kesadaran tentang partisipasinya dalam pembinaan kamtibmas dalam arti luas Bentuk partisipasi masyarakat dalam kamtibmas swakarsa

1. Individu

a. Mencegah dirinya tidak menjadi korban kejahatan: 1. Tidak memancing kejahatan

2. Melakukan pengamanan yang cukup (kunci, trali, pengaman, dan lain-lain). 3. Hati-hati dan waspada

b. Sumbangan ide-ide tentang kamtibmas c. Keikut sertaan secara fisik dan

d. Dukungan materiil 2. Masyarakat atau kelompok

PArtisipasi masyarakat dalam bidang kamtibmas dalam bentuk yang terorganisasi seperti seleksi kamtibmas dibawah LKMD,Pos Kamling,Satpam,Pecalang termasuk didalamnya adalah POLISI Kehormatan.

Partisipasi Masyarakat Dalam Penegakan hukum

1. Mau melaporkan setiap kejadian tindak pidana yang mengenai dirinya atau lingkungannya, hal ini penting bagi penindakan, pencegahan, penilaian situasi dan sebagai bahan evaluasi kondisi kamtibmas

2. Memahami pentingnya kesaksian dan siap untuk menjadi saksi

3. Masyarakat memiliki keberanian dan kejujuran untuk mengatakan apa yang diketahui 4. Memahami pentingnya tempat kejadian perkara (TKP) bagi penyidikan

5. Masyarakat mampu dan mau menjadi mata telingan POLRI

POLRI berperan dalam Binkamtibmas swakarsa

POLRI dari tingkat Polsek sampai tingkat Mabes Polri secara berjenjang mempunyai peran untuk membina, bekerjasama dan berkoordinasi dengan masyarakt khususnya para pelaksana kamtibmas swakarsa.

(3)

Kerawanan-kerawanan nasional dan factor-faktor positif yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan keamanan. Pengamatan terhadap sejarah nasional Indonesia menunjukkan adanya rangkaian gangguan keamanan antara lain dalam bentuk pertentangan-pertentangan politik,

demonstrasi-demonstrasi, serangan-serangan bersenjata, dan usaha-usaha pengambil alihan kekuasaan secara konstitusional, yang kesemuanya itu dapat diidentifikasikan sebagai kerawanan-kerawanan nasional. Sebaliknya, pengamatan terhadap sejarah tersebut juga memunjukkan bahwa bangssa Indonesia memiliki potensi-potensi dan kekuatan-kekuatan untuk menghadapi gangguan keamanan tersebut, yang dapat diidentifikasikan sebagai faktor-faktor positif.

a. Kerawanan-kerawanan nasional

1. Idiologi yang bertentangan dengan Pancasila a. Komunisme

Idioligi ini pada dasarnya tidak memberikan hak partisipasi pada seluruh warga Negara dalam system politik. Komunisme dalam perkembangan dan pelaksanaannya banyak mempunyai variasi sesuai dengan kondisi setempat dan tujuan nasional yang bersangkutan seperti maoisme di RRC, Erokomunisme di beberapa Negara Eropa dan sebagainya.

Komunisme ini merupakan bahaya laten bagi kelangsungan hidup Negara Pancasila b. Liberalisme

Idiologi ini pada dasarnya menitikberatkan individualisme yang sangat bertentangan dengan Pancasila.

2. Kehidupan plotik yang bersifat primordial

Kehidupan politik di Negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya banyak dipengaruhi oleh unsure-unsur politik yang bersifat primordial. Antara lain pengelompokan-pengelompokan beradasarkan ikatan darah, ras, agama, daerah, asal, dan adat istiadat. Kehidupan poltik yang bersifat primordial dengan dasar pengelompokan yang kaku ini menghambat terlaksananya musyawarah secara terbuka diantara berbagai golongan dalam masyarakat.

Di Indonesia sifat primordial yang paling besar pengaruhnya terhadap politik adalah kelompok dan gerakan yang mengatasnamakan agama, yang berpandangan sempit dan mempunyai pola sikap serta prilaku yang ekstrim yang sesungguhnya bertentangan dengan agama.

3. Lemahnya pemerintahan

Pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jwab untuk memelihara keamanan, ketentraman lahir batin serta menciptkan kesejahtraan bagi seluruh warga Negara dan

penduduknya.Lemahnya pemerintahan disebabkan kurang mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara langsung, akan menyebabkan tampilnya golongan-golongan dalam masyarakat yang bertindak sendiri-sendiri untuk mengamankan dan mencari kesehjahteraan bagi dirinya sendirinya.

Kekacuan di Indonesia terjadi antara tahun 1948 sampai dengan 1965 sebagian bersumber dari lemahnya pemerintahan itu sendiri ,baik karena sistem demokarasi parlementer dengan sistem banyak partai maupun karena dikendalikannya pemerintahan oleh unsur-unsur PKI yang menganurt ajaran kontradiksi permanan.

(4)

Dari sejarah juga diperoleh kesimpulan bahwa lemahnya pemerintahan menyebabkan terjadinya kekacauan politik dan pengambil alihan kekuasaan secara tidak sah.

4. Kehidupan Ekonomi yang kurang Selaras

a. Tidak adanya perbaikan dalam bidang ekonomi apalagi terasa adanya kemunduran taraf hidup rakyat, merupakan salah satu penyebab dari timbulnya gangguan keamanan. JIka hal tersebut dimanipulir unutk tujuan politik tertentu, maka akan dapt menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban.

Revolusi-revolusi besar di dunia mengawali gerakannya dengan alasan sosial ekonomi sebagai penyulutnya. Di Indonesia gerakan tritura pada tahun 1966 didasari antara lain oleh keadaan ekonomi yang buruk disamping tidak berfungsinya struktur politik untuk memenuhi aspirasi rakyat.

b. Keadaan ekonomi di Negara-negara yang rakyatnya hidup di bawah taraf yang layak (subsistansi ekonomi) sangat terpengaruh oleh setiap perubahan keadaan, karena tidak adanya tabungan atau cadangan sebagai bekal pada saat yang sulit. JIka hal-hal tersebut disertai dengan lemahnya pemerintahan dapat merupakan sumber gangguan keamanan, karena tiadanya harapan rakyat akan perbaikan hidup dari usaha-usaha pemerintahannya. Kondisi yang demikian selalu dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan ekstrim yang ingin menjatuhkan pemerintah atau mengubah sistem yang ada.

c. Keadaan ekonomi yang kurang selaras juga selalu merupakan sasaran subversi idiologi komunis untuk menghilangkan kepercayaan rakyat dan menumbangkan pemerintahan yang ada, dan selanjutnya menggantikannya dengan pemerintahan komunis.

d. Kurangnya pemerataan keadilan dan kesejahtraan menyebabkan terjadinya kesenjangan dan permusuhan antara berbagai kelompok masyarakat serta berkurangnya solidaritas sosial. Keadaan seperti ini juga merupakan salah satu sumber gangguan keamanan serta berkurangnya kemampuan masyarakat untuk menghadapi gangguan keamanan.

5. Kehidupan sosial budaya yang belum mantap a. Rendahnya disiplin nasional

Disiplin nasional adalah sikap, perbuatan, atau tingkah laku warga Negara, berupa

kepatuhan dan ketaatan secara sadar serta sukarela terhadap kaedah-kaedah yang berlaku, karena adanya keyakinan, bahwa dengan kaidah-kaidah tersebut tujuan nasional dapat tercapai.Rendahnya disiplin nasional berarti kurang dipatuhinya aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan bersama. Masyarakat mudah terangsang oleh sikap-sikap dan tindakan negatif yang mengancam stabilitas keamanan. Keadaan ini menjadi sasaran kegiatan subversi dan kelompok-kelompok ekstrim

Senin, 30 Januari 2006 00:00

Makalah tentang Sistim Pengamanan oleh : Prof. Dr. Awaloeddin Djamin, MPA I. Pendahuluan

(5)

Di Indonesia, semenjak 25 tahun yang lalu sampai sekarang terdapat kerancuan istilah (semantic confusion) “pertahanan” dan “keamanan” sebagai terjemahan “defence” dan “security”. Terdapat istilah-istilah mengenai security, seperti “human security”, “world security”, “international security”, “national security”, “internal security”, “homeland security” dan “industrial security”.

Bahasa Indonesia, istilah “keamanan nasional”, “pertahanan dan keamanan negara”, “sistim

pertahanan dan keamanan rakyat semesta”, “keamanan dalam negeri”, dan sebagainya juga kurang jelas pengertiaanya. Kerancuan istilah itu sering pula dikaitkan dengan hubungan TNI dan Polri. Industrial security, mencakupi pengamanan instalasi militer, pemerintahan, rumah sakit, kampus universitas, dan semua bentuk dan bidang usaha. Pengamanan obyek vital termasuk lingkup “industrial security”.

II. Industrial Security dan Pengamanan Swakarsa

Industrial security juga sering disebut “private security”, karena intinya mengenai segala kegiatan dan usaha pengamanan yang dilakukan sendiri oleh instansi dan perusahaan yang bersangkutan.

Industrial security, khususnya security management telah berkembang dan merupakan disiplin tersendiri di perguruan tinggi dan mencakup :

a. Physical Security, b. Information Security dan c. Personnel security, (kasus suap Mahkamah Agung, misalnya menggambarkan kelemahan dalam ketiga bidang security tersebut. Physical Security,

contohnya berhubungan dengan pegawai MA diruangan parkir. Information Security, seperti bocornya hasil rapat Mahkamah Kasasi; dan Personnel Security, pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan pegawai MA sendiri).

Kesadaran pemilik dan pemimpin perusahaan dan pimpinan instansi pemerintah di Indonesia mengenai security masih sangat rendah yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar dari pencurian intern, penggelapan, pemalsuan, perampokan dan pengrusakan sampai pada korupsi, kolusi dan nepotisme. Semua pimpinan instansi dan perusahaan, khususnya manajer sekuriti (bila sudah ada) hendaknya mulai dengan mempertanyakan : Apa yang diamankan ? Kenapa ? Bagaimana cara pengamanannya? Apa kerugian, bila tidak ada pengamanan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus diketahui ancaman (threat) yang mungkin terdapat didalam instansi/perusahaan (internal threat) dan ancaman apa yang mungkin datang dari luar (external threat). Security manager memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang potensial atau rawan terjadinya gangguan keamanan dan kerugian, kemudian merencanakan langkah-langkah untuk mencegahnya.

(6)

Bagi perusahaan besar dan instansi penting, bila sekuriti manajer belum mampu, dapat menyewa Konsultan (specialist) dalam risk management untuk mengadakan threat assessment dan security survey. Tidak ada dua fasilitas (perusahaan/instansi) yang benar-benar sama, walaupun bergerak di bidang usaha yang sama sekalipun, karena itu memerlukan assessment dan survey sendiri-sendiri bagi masing-masing instansi / perusahaan.

Bidang-bidang security, physical, information dan personnel security merupakan bidang yang luas dan saling terkait. Demikian pula alat pengamanan (security devices) terdapat dari yang sederhana sampai yang tercanggih dengan teknologi yang mutakhir. Karena itu analisa cost – benefit harus dilakukan seorang manajer sekuriti dengan memperhitungkan asset yang harus diamankan.

Seperti diterangkan diatas, banyak pemimpin perusahaan dan instansi menganggap security sebagai cost, karenanya berusaha menekan biayanya serendah mungkin. Sedangkan sebenarnya security adalah investment untuk menekan kerugian perusahaan/instansi (loss prevention) serendah mungkin. Kebijakan Polri mengenai “bentuk-bentuk pengamanan swakarsa” yang tercantum dalam UU No. 2, tahun 2002, mencakupi pengamanan baik sector tradisional, seperti ronda kampung dan siskamling sampai pada industrial security sector modern, termasuk obyek-obyek vital, kantor-kantor perwakilan asing.

Pelaksana pengamanan swakarsa, termasuk Satuan Pengaman (Security Guards) bertugas dan bertanggung jawab dalam pengamanan lingkungan usaha dan wilayah kerjanya (zaken en

territorigebied) masing-masing. Mereka tidak memiliki wewenang penyidikan, kecuali bila tertangkap tangan dan menyerahkan pelakunya kepada kepolisian.

Kepolisian di semua, juga Polri, bertugas dan bertanggung jawab di seluruh wilayah negara melindungi seluruh warga masyarakat, baik jiwa, harta benda dan hak-haknya (public police).

UU No. 2 Tahun 2002 menugaskan Polri untuk memberi pembinaan teknis, mengkoordinasi dan mengawasi Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. Jadi, tidak hanya SATPAM yang merupakan “sabhara” nya industrial security untuk lingkungan instansi / usahanya, tetapi seluruh bentuk pengamanan swakarsa perlu mendapat pembinaan teknis, dikoordinasi dan diawasi.

Undang – Undang No. 2 Tahun 2002, juga memberi tugas dan wewenang kepada Polri untuk mengeluarkan “izin operasional bagi usaha jasa pengamanan”.

Dengan pesatnya perkembangan usaha jasa pengamanan yang bergerak dibidang konsultan sekuriti, perdagangan alat-alat sekuriti, pengangkutan uang dan surat berharga (cash in transit), pelatihan SATPAM, usaha menyewakan tenaga SATPAM, maka Polri tentunya harus menata kerjasama dengan Departemen Perdagangan, yang berwenang memberi izin usaha, dengan Departemen Hukum dan HAM

(7)

mengenai Akte Notaris dan Departemen Tenaga Kerja, bila usaha jasa sekuriti memerlukan tenaga professional asing. Untuk ini perlu adanya SKB antara Polri dengan Departemen – departemen tersebut.

Polri harus menentukan syarat-syarat untuk mendapatkan izin operasional, mengumumkan prosedur untuk mendapatkan izin, berapa biayanya dan siapa yang ditunjuk oleh KAPOLRI untuk

menandatangani izin operasional tersebut.

Karena Polri telah meneliti calon usaha jasa pengamanan, maka dalam konsiderans izin Departemen Perdagangan dan Departemen Tenaga Kerja, dicantumkan mengingat rekomendasi Polri No. ……...., tanggal ………., tentang bidang (bidang-bidang) usaha jasa pengamanan ……….., Polri wajib mengawasi usaha jasa pengamanan tersebut agar tidak menyimpang dari izin yang diberikan.

III. Pengamanan Obyek Vital pada Kantor-kantor Perwakilan Asing

Pemerintah, cq. Kepolisian menentukan apa yang tergolong obyek vital. Obyek vital, pada umumnya, bila terjadi gangguan keamanan, akan berdampak pada masyarakat luas, dibidang politik, ekonomi dan sosial secara nasional bahkan internasional.

Pembangkit tenaga listrik, bendungan besar, instalasi penting lainnya seperti kilang minyak, gedung lembaga-lembaga negara (DPR, DPD, BPK, MA, Kepresidenan), kantor – kantor perwakilan asing, perusahaaan besar asing, hotel milik asing, terutama kedutaan besar, umumnya digolongkan sebagai obyek vital.

Karena vitalnya, Polri wajib membantu pengamanannya terutama dari ancaman luar (external threat), sedangkan pengamanan intern sepenuhnya menjadi tanggung jawab instansi / usaha / kantor-kantor perwakilan asing yang bersangkutan. Pengaturan dan penyelenggaraan keamanan terhadap ancaman dari luar juga dilakukan oleh instansi / usaha / kantor-kantor perwakilan asing masing-masing, seperti pintu gerbang, kunci-kunci, CCTV, pagar, security guards, sistem alarm, dan sebagainya.

Seperti dimaklumi kantor-kantor perwakilan asing, dapat berupa kantor perwakilan PBB (specialized agencies), IMF, World Bank, Kedutaan Besar, Konsulat Jendral dan Konsulat.

Kedutaan besar merupakan wilayah extra territorial dari negara yang bersangkutan. Dubes dan staf diplomatiknya memiliki kekebalan diplomatik, sehingga Polri tidak dapat memasuki wilayah Kedubes, tanpa izin dari Dubes yang bersangkutan.

Ancaman dari luar bagi Kedutaan Besar dan kantor – kantor perwakilannya pada tingkat Konsulat Jendral dan Konsulat, dapat berupa sabotase, perampokan dan pencurian dokumen rahasia, unjuk rasa

(8)

dengan pengrusakan, pembunuhan, penculikan, penyadapan dan sebagainya.

Kedutaan Besar Israel di ibukota Republik Federal Jerman, Bonn, 30 tahun yang lalu, hampir merupakan benteng dengan menara penjaga keamanan serta alat-alat pengamanan yang cukup canggih.

Sekarang, dunia, termasuk Indonesia, dihantui oleh ancaman terrorisme internasional dan multi nasional, seperti Al Qaeda dan Jamaah Islamiah, terutama setelah peristiwa 11 September World Trade Center of New York dan Bom Bali I.

Memang ada terrorisme, seperti IRA di Irlandia Utara, Bask di Spanyol, Hamas di Palestina, di Jepang dan sebagainya, tetapi yang bersifat internasional atau multi nasional merupakan gejala baru beberapa tahun terakhir ini, terutama dalam bentuk bom bunuh diri.

Dari semua terror bom di Indonesia, semenjak tahun 1998 tidak pernah ada organisasi yang

mengatakan mereka bertanggung jawab, seperti yang sering terjadi di negara – negara lain, karena itu sukar membuktikan organisasi yang bertanggung jawab.

Perkiraan dan pengakuan dari mereka yang tertangkap baik di Indonesia, Thailand dan Filipina, menjurus kepada Jamaah Islamiah yang punya hubungan dengan Al Qaeda, terdiri dari orang – orang Islam Fundamentalis dan radikal yang menentang Amerika Serikat dan

Sekutunya karena berpihak pada Israel dan memerangi Afghanistan dan Irak.Mereka menggunakan agama sebagai dalih untuk jihad dan bom bunuh diri, selain bom dengan paket atau dengan remote control.

Bom di Kedutaan Filipina berlatar belakang penahanan kelompok mereka di Filipina, sedangkan Bom Bali I, hotel Marriott, Kedubes Australia, ditujukan terhadap Amerika dan sekutu-sekutunya.

Ancaman bom sering dilakukan melalui telpon. Di Amerika Serikat, 98% ternyata bohong. Walaupun demikian, khususnya bagi kedutaan besar asing yang merupakan sasaran terror bom, penanganan telpon di masing-masing Kedubes harus dilakukan secara cermat. Dalam hal ini peran operator telpon sangat penting, antara lain untuk mendapatkan informasi tentang si penelepon dan sebagainya. Juga harus ada komunikasi langsung dengan Command and Control Center Polri (PPKO).

Tidak semua kantor-kantor perwakilan asing sama rawannya terhadap ancaman terror bom atau unjuk rasa dengan pengrusakan.

Karena itu Polri bersama-sama dengan perwakilan negara-negara asing yang ada di Indonesia

sebaiknya membuat tingkat-tingkat physical security dari 1. Minimum, 2. Low Level, 3. Medium, 4. High Level dan 5. Maximum Security.

(9)

Ini dapat dibuat oleh Kedubes yang bersangkutan bersama Polri.

Minimum Security, yang relatif aman ancaman, cukup dengan (1). Penghalang physik yang sederhana dengan (2). Kunci –kunci yang sederhana pula.

Low Level Security, ditambah (3). System alarm yang pokok saja, (4). Security Lighting sederhana, (5). Penghalang (barriers) physik yang penting saja serta (6). Kunci-kunci yang lebih baik.

Medium Security, yang 6 diatas, ditambah (7). Remote alarm system yang lebih maju, (8). Physical barrier yang lebih canggih, anjing pengaman, (9). Satuan pengaman dan sistim komunikasi yang pokok. High Level Security, yang 9 diatas, ditambah (10). CCTV, (11). Alarm system untuk seluruh lingkungan, (12). Satuan pengamanan yang terlatih khusus dengan sistem komunikasi yang maju, (13). Access controls, (14). High security lighting, (15). Koordinasi dengan kepolisian setempat, (16). Memiliki contingency plans yang jelas.

Maximum Security, yang 16 diatas, ditambah (17). Memiliki di dalam lingkungannya kesatuan bersenjata untuk menghadapi segala kemungkinan, (18). Sistem Alarm yang paling canggih. ( diambil dari “Physical Security : Readings from Security Management Magazine” edited by Shari Mendelson Gallery, 1986 ).

Penerapan tingkat security tersebut diatas tentu disesuaikan dengan lingkungan, keadaan dan kebutuhan. Jadi, kedutaan besar negara Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah misalnya tidaklah sama rawannya dengan Kedubes Amerika Serikat, Australia, Inggris dan juga Filipina. Polri mengatur patroli secara acak pada kedutaan-kedutaan itu.

Polri yang bertugas dan bertanggungjawab di lingkungan luar dari kedutaan besar negara-negara yang tergolong rawan harus lebih memberi perhatian dalam pemasangan barikade (barrier), penjagaan dengan menjalin kerjasama, termasuk mengetahui keamanan intern (sepanjang mengenai physical security) dari perwakilan asing tersebut.

Dua puluh tahun yang lalu (kiranya juga sampai sekarang), Kepolisian Metropolitan London (Scotland Yard) mempunyai bagian khusus untuk pengamanan kedutaan besar asing dan diplomat di London. Mereka memiliki denah kantor KBRI di London, hingga dapat membantu bila evakuasi diperlukan. Tentu denah dari kedubes-kedubes lain di London juga dimiliki Metropolitan Police London.

Bila obyek vital (khususnya milik asing) dan Kedutaan Besar telah memiliki sistem pengamanan yang ketat, maka teroris akan mencari sasaran yang lebih mudah, seperti Bom Bali II, Jimbaran dan Kuta,

(10)

dimana korbannya kebanyakan bangsa Indonesia. Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa takut masyarakat Indonesia dan asing dan menyatakan bahwa mereka masih exist.

Terorisme, terutama teror bom akan berpengaruh pada pariwisata dan investasi ke Indonesia.

Menurut pengalaman Indonesia, juga negara lain, terror bom sukar untuk dipastikan dimana dan kapan akan terjadi. Untuk menghadapi ini, kemampuan intelligence (intelijen) sangat penting.

IV. Menghadapi Ancaman Terroris dan Terrorisme

Terorisme adalah kejahatan yang luar biasa, karena itu seperti halnya dalam menghadapi kejahatan pada umumnya harus tetap dilakukan secara simultan dan terpadu kegiatan-kegiatan (1). Represif, (2). Preventif dan (3). Pembinaan masyarakat atau pre-emptif.

Menurut ukuran kepolisian di dunia, Polri telah cukup berhasil dalam penanganan terrorisme di bidang represif, dengan pengungkapan kasus Bom Bali I, Hotel Marriot dan Kedubes Australia.

Agak beda dengan kejahatan biasa, bahkan juga kejahatan KKN, efek jera dari keberhasilan represif ( dampak preventif ), pada kejahatan terorisme belum tentu berlaku.

Karena itu, kegiatan preventif, seperti diuraikan diatas terutama bagi obyek vital dan perwakilan asing sangat penting artinya. Juga partisipasi TNI, instansi lain serta masyarakat akan memperkuat usaha preventif ini.

Untuk mencegah agar terorisme tidak terus berkembang, tidak dapat merekrut kader-kader terroris baru, khususnya, bila latar belakang teroris menggunakan dalih agama, maka peran pemimpin agama, para Kiai, dai dan lembaga-lembaga pendidikan agama akan sangat menentukan.

Agama Islam, adalah agama damai yang mengharamkan pembunuhan orang-orang tidak bersalah, dengan bom bunuh diri. Hal ini akan lebih efektif bila dinyatakan dan disampaikan oleh tokoh-tokoh agama sendiri, daripada pejabat pemerintah dan pejabat keamanan.

Yang akhir ini termasuk usaha pre-emptif atau pembinaan masyarakat oleh pemimpin-pemimpin dan tokoh masyarakat sendiri. Dengan demikian, para teroris tidak akan dapat simpati dari umat beragama dan akan menutup rekrutmen teroris baru di Indonesia.

Presiden, Wakil Presiden, pimpinan dan anggota DPR, DPRD, pimpinan partai politik, NU,

Muhammadiyah, LSM dan media massa bersama-sama semua tokoh agama dari pusat sampai ke daerah disarankan agara terus menerus meyakinkan umat agar terhindar dari pengaruh ajaran dan janji-janji para terroris yang menyesatkan.

(11)

V. Penutup

Demikianlah secara ringkas mengenai sistem pengamanan obyek vital pada Kantor-kantor Perwakilan Asing, terutama pengamanan dari ancaman teroris dan terorisme di Indonesia, semoga bermanfaat bagi peserta seminar dan instansi – instansi pemerintah yang terkait.

Kita semua mengharapkan agar di masa mendatang Indonesia akan dikenal sebagai negara yang aman bagi pariwisata dan investor asing, dimana “hantu” ancaman teror dapat dihadapi secara represif, preventif dan pre-emptif.

MANAJEMEN PEMBINAAN KEAMANAN Oleh

KEPALA BADAN PEMBINAAN KEAMANAN POLRI KOMJEN POL Drs. IMAN HARYATNA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

a. Stabilitas keamanan merupakan kebutuhan hakiki umat manusia dalam bermasyarakat, tidak ada masyarakat di dunia ini yang tidak membutuhkan stabilitas keamanan. Tanpa stabilitas keamanan, maka eksistensi masyarakat akan terancam dan terganggu serta program pembangunan dan tujuan

masyarakat tersebut tidak akan tercapai.

b. Untuk menjamin tercipta dan terpeliharanya stabilitas keamanan tersebut diperlukan upaya

pengelolaan, oleh karenanya masyarakat melalui entitas negara yang dibangunnya membentuk aturan-aturan hukum dan perangkat-perangkat serta pola penegakannya.

c. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan, bahwa salah satu perangkat negara yang dibentuk untuk melaksanakan pembinaan keamanan tersebut dan merupakan aparatur negara yang diletakkan di serambi terdepan sebagai leading sector dari sistem ketatanegaraan di Indonesia, adalah “Kepolisian Negara Republik Indonesia.”

(12)

d. Untuk mewujudkan situasi dan kondisi keamanan negara, terutama situasi keamanan dalam negeri yang menjadi syarat utama dalam mendukung kelancaran pembangunan nasional dan mewujudkan tujuan nasional Indonesia, diperlukan managemen pembinaan keamanan yang dapat dipertanggung jawabkan (Accountable).

e. Dalam konteks penciptaan dan pemeliharaan keamanan tersebut, ketentuan peraturan perundang-undangan telah mengamanatkan kepada Polri untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi.

f. Penanggulangan hakekat ancaman keamanan dalam negeri, baik berupa potensi gangguan, ambang gangguan maupun gangguan nyata dalam bentuk kriminalitas maupun bentuk gangguan lain, tidak akan efektif manakala tidak dilakukan secara komprehensif.

g. Dalam naskah ini akan digambarkan implementasi pembinaan keamanan dalam pengamanan kegiatan kenegaraan dan kegiatan kemasyarakatan.

2. Dasar.

a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945. b. TAP MPR No. VI dan VII Tahun 2000.

c. Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

d. Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. e. Grand Strategi Polri 2005-2025.

f. Renstra Polri 2010-2014.

3. Maksud dan Tujuan.

a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada perwira siswa tentang penyelenggaraan manajemen pembinaan keamanan dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

b. Untuk dapat dijadikan acuan / referensi dalam pelaksanaan tugas di lapangan oleh para perwira lulusan Sespim Polri selaku manajer tingkat menengah.

(13)

4. Ruang Lingkup.

a. Konsep keamanan dalam negeri menurut UU RI No. 2 Tahun 2002. b. Kedudukan dan peran Polri dalam ketatanegaraan.

c. Akuntabilitas Polri dalam rangka pembinaan keamanan.

d. Manajemen pembinaan keamanan dalam rangka penanggulangan keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mewujudkan keamanan dalam negeri.

e. Implementasi manajemen pembinaan keamanan dalam pengamanan kegiatan kenegaraan dan kegiatan kemasyarakatan.

5. Permasalahan, Persoalan dan Pengertian Kamtibmas a. Permasalahan.

Bagaimana manajemen pembinaan keamanan dalam rangka penanggulangan gangguan kamtibmas untuk mewujudkan keamanan dalam negeri?

b. Persoalan.

1) Apa yang menjadi dimensi tantangan tugas Polri?

2) Bagaimana manajemen pembinaan keamanan saat ini dalam menjawab tantangan tugas Polri? 3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektifitas penyelenggaraan manajemen pembinaan keamanan?

4) Bagaimana penyelenggaraan manajemen pembinaan keamanan yang diharapkan?

5) Bagaimana implementasi pembinaan keamanan dalam pengamanan kegiatan kenegaraan dan kegiatan kemasyarakatan?

c. Pengertian Kamtibmas.

Terminologi ”Kamtibmas” merupakan akronim dari kata-kata “Keamanan dan Ketertiban Masyarakat”, kata ”Keamanan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, terbitan PT. (Persero) Balai Pustaka, Jakarta, 2002, diartikan secara singkat dan sederhana sebagai “Keadaan aman”, yaitu keadaan dimana terdapat suasana :

1) Tenteram dan damai, baik lahir maupun bathin (peace).

2) Bebas dari kekhawatiran, keragu-raguan, dan ketakutan yang terwujud dalam adanya kepastian atas tertib dan tegaknya hukum (sure).

(14)

4) Terlindungi dan terayomi dari segala macam bahaya dan resiko (safe).

Dengan demikian dalam konteks manifestasi hukum, yang dimaksudkan dengan peace, sure, secure, dan safe itu adalah tidak adanya bahaya, ancaman, dan atau gangguan/pelanggaran hukum. Sedangkan secara luas maka pengertian keamanan bisa termasuk situasi dan kondisi akibat adanya banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, tsunami, kelaparan, hama penyakit, dsb.

Adapun terminologi “Ketertiban” berasal dari kata dasar “tertib”, yang artinya teratur (in order), sesuai dengan aturan (orderly). Dengan demikian arti “Ketertiban” secara sederhana dan singkat adalah “Keadaan serba teratur/baik.” Bila dirumuskan dalam formulasi yang lebih lengkap, maka definisi dari “Ketertiban” itu adalah “Suatu kondisi dinamis dimana terdapat keteraturan hidup dan kehidupan individu dan masyarakat yang tertata secara baik sesuai dengan norma-norma / ketentuan hukum yang berlaku.”

Sementara arti kata “Masyarakat” adalah “Himpunan sejumlah manusia yang terikat dalam satu budaya yang sama,” contohnya masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat ilmuan, masyarakat petani, masyarakat nelayan, dan lain sebagainya.

Dari perpaduan ketiga arti kata di atas, lalu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 merumuskan makna Kamtibmas itu sebagai : “Kondisi dinamis masyarakat sebagai prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terwujudnya ketentraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat”.

6. Tata Urut. a. Pendahuluan.

b. Dimensi tantangan tugas Polri.

c. Manajemen pembinaan keamanan saat ini.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen pembinaan keamanan. e. Manajemen pembinaan keamanan yang diharapkan.

f. Implementasi pembinaan keamanan dalam pengamanan kegiatan kenegaraan dan kegiatan kemasyarakatan.

(15)
(16)

II. DIMENSI TANTANGAN TUGAS POLRI 7. Perkembangan Lingkungan Strategis. a. Global.

1) Keberadaan NGO (Non Government Organization) cenderung digunakan sebagai kepanjangan tangan negara donor atau sebagai alat politik negara tertentu dalam upaya membantu merealisasikan kebijakan pemerintah negaranya terhadap negara lain.

Sedangkan kegiatan NGO di Indonesia cenderung akan mempengaruhi kebijakan politik, konstitusi dan pemerintahan dengan memanfaatkan isue tertentu sehingga cenderung menimbulkan terjadinya perubahan sistem politik dan ketatanegaraan.

2) Berbagai kebijakan di bidang ekonomi yang dibuat oleh negara-negara maju seperti perdagangan bebas akan mulai berlaku pada tahun 2010 bagi negara maju dan tahun 2020 untuk semua negara yang tergabung dalam APEC. Bila Indonesia tidak siap dengan daya saing dan pengaturan perekonomian nasional yang kondusif, maka perdagangan bebas akan dapat melemahkan pengusaha Indonesia. 3) Lembaga-lembaga keuangan multilateral seperti Bank Dunia, IMF, ADB, tetap didominasi oleh negara-negara maju khususnya kelompok negara-negara-negara-negara G7. Dilain pihak melalui pengaruh politik maupun ekonomi negara-negara maju telah memperkokoh jaringanTransnational Corporation (TNC) yang mengkooptasi peluang bagi perusahaan-perusahaan nasional di setiap negara. Lembaga ini dikecam serta dicurigai oleh beberapa negara dan LSM sebagai antek neokolonialis, dan lembaga-lembaga keuangan tersebut diminta menghentikan pemberlakuan persyaratan yang menekan negara-negara kreditor.

4) Konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah antara Israel dan Palestina, terutama tindakan agresi militer Israel ke Jalur Gaza yang telah mengakibatkan jatuhnya ribuan orang korban meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka serta hancurnya infrastruktur di lokasi tersebut, telah menjadi sorotan dunia dan memicu munculnya solidaritas terhadap Palestina.

5) Isue terorisme cenderung semakin meningkat, berkembang dan meluas dalam jaringan internasional. Maraknya aksi terorisme semula dipicu oleh sikap tidak adil AS terhadap masalah Palestina dan Israel dan akan terus berkembang sejalan dengan sikap AS yang semakin menonjolkan kekuatannya di berbagai kawasan dunia.

b. Regional

1) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai perbatasan darat maupun perairan atau laut dengan 10 (sepuluh) negara tetangga yaitu negara Malaysia, Singapura, Filipina, Australia, Vietnam, Papua Nugini, Thailand, India, Republik Palau dan Timor Leste.

2) Jepang saat ini merupakan salah satu negara ekonomi kuat di dunia, yang hubungannya sangat erat dengan Indonesia, hal ini ditandai dengan meningkatnya investasi Jepang di Indonesia serta

(17)

meningkatnya ekspor beberapa komoditas unggulan Indonesia ke Jepang. Di samping kerjasama bantuan Jepang kepada Indonesia di bidang budaya, pendidikan yang berpengaruh bagi kemajuan Indonesia.

3) Republik Rakyat Cina (RRC) mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang perekonomian

terutama sektor industri telah mengubah peta kekuatan perusahaan-perusahaan berbasis lintas negara (trans / multinational corporation) yang selama ini didominasi oleh perusahaan yang berasal dari Amerika dan Eropa. Produk-produk RRC membanjiri pasar dunia termasuk Indonesia, karena harga dan kualitasnya yang mampu bersaing.

4) Korea Selatan merupakan sekutu AS, sehingga sangat dominan dalam keamanan kawasan di Asia termasuk keamanan di Indonesia, namun pada daerah perbatasan Panmunjom merupakan daerah rawan terjadinya konflik etnis antara Korea Selatan dengan Korea Utara. Korea Selatan dengan

Indonesia memiliki hubungan yang erat secara emosional karena adanya TKI dan TKW di negara tersebut serta kerjasama industri otomotif dan industri lainnya yang berkembang cukup pesat.

5) Pakistan, dengan penduduk yang mayoritas Islam radikal dan dalam beberapa tahun terakhir menjadi sekutu dekat AS dalam menumpas kelompok Al Qaeda pimpinan Osama Bin Laden, khususnya di daerah perbatasan Afganistan. Hal tersebut akan berdampak terhadap situasi keamanan dalam negeri Pakistan dan melahirkan berbagai tindakan terror yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal yang memiliki jaringan dengan kelompok terorisme di Indonesia.

6) Palestina, secara konsisten perjuangannya didukung oleh pemerintah Indonesia yang menentang segala bentuk penjajahan dan mendukung resolusi DK PBB nomor 242 (1967) dan resolusi DK PBB nomor 338 (1973) yang menyebutkan pengembalian tanpa syarat seluruh wilayah Arab yang diduduki Israel dan pengakuan atas hak-hak syah rakyat Palestina.

7) Australia, peningkatan peran politik dan keamanan Australia sebagai sekutu AS cenderung melahirkan ketegangan dengan negara-negara tetangga Australia yang mempunyai kepentingan berbeda dengan AS. Strategi Australia dalam rangka memperkuat perannya di kawasan Asia Pasifik, telah membangun kekuatan militer dengan fasilitas militer yang mampu menjangkau sebagian wilayah Indonesia. 8) Papua New Guinea (PNG), bahwa penyelundupan senjata api dari Australia melalui selat Torres ke PNG yang ditukarkan dengan narkoba dan minuman keras kecenderungannya akan terus berlanjut. Beberapa wilayah di PNG masih dimanfaatkan oleh TPN / OPM untuk melakukan kegiatan separatisme. Masalah perbatasan RI dan PNG sampai saat ini belum dapat ditentukan secara yuridis formal.

9) Timor Leste, kondisi ekonomi masyarakat di Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) sangat bergantung pada negara lain terutama Indonesia, berpengaruh terhadap meningkatnya kasus penyelundupan barang-barang komoditas dari negara tetangga tersebut ke Indonesia maupun sebaliknya. Sebagian masyarakat Indonesia di kawasan yang berbatasan langsung dengan Timor Leste keberatan atas status tanah yang mereka kuasai / miliki selama bertahun-tahun secara turun-temurun, kini dimasukkan dalam wilayah negara Timor Leste.

(18)

10) Philipina, Pemerintah Phlipina masih menghadapi berbagai masalah keamanan dalam negeri, antara lain pemberontakan di Philipina Selatan yang dilakukan oleh Moro Islamic Liberation

Front (MILF), Missuari Break Awcro Group (MBG) dan kelompok Abu Sayyaf Group (ASG) yang walaupun sudah semakin terdesak namun masih melakukan tindakan kekerasan berupa terror dan penculikan warga negara Philipina maupun warga negara asing dengan sasaran untuk mendapatkan uang tebusan. Kelompok tersebut disinyalir masih ada kaitan dengan kelompok Islam radikal di Indonesia.

11) Singapura, sebagai anggota Asean menunjukkan sikap kooperatif namun cenderung mengutamakan kepentingan nasionalnya sendiri. Kebijakan politik, ekonomi, keamanan dan hukum cenderung

mengabaikan kepentingan negara Asean lainnya, perbedaan sistem hukum yang berlaku di Singapura menjadikan perjanjian ekstradisi untuk mengambil para buronan yang bermukim di Singapura dapat dilakukan dengan cara mudah.

12) Malaysia, kebijakan Pemerintah Malaysia terhadap TKI cenderung masih merugikan kepentingan Indonesia. Di satu sisi Malaysia masih sangat membutuhkan TKI, namun di sisi lain cenderung

memperlakukan TKI kurang manusiawi serta membiarkan masuknya TKI yang tidak memiliki perijinan dan dokumen keimigrasian yang syah. Kondisi geografis Malaysia yang berbatasan langsung dengan Indonesia berupa perairan laut, hutan yang cukup luas dan batas wilayah yang belum jelas dan sulit diawasi memberi peluang timbulnya kejahatan, pelanggaran keimigrasian (human trafficking), penyelundupan barang (smuggling) serta peredaran kayu illegal (illegal logging).

c. Nasional 1) Geografi.

a) Letak Geografi Indonesia berada pada posisi silang di antara dua benua yakni Benua Asia dan Benua Australia, diapit dua samudera yakni Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, luas wilayah Indonesia 7,7 juta Km2, garis pantai terbentang sepanjang 81.290 Km. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari + 17.499 pulau, luas wilayah laut 5,8 juta Km2, kondisi geografi seperti ini dapat berimplikasi terhadap keutuhan NKRI dan muncul berbagai masalah keamanan termasuk perbatasan, seperti pelanggaran prosedur keimigrasian, penyelundupan barang atau orang, pencurian sumber daya alam terutama di wilayah yang sulit / jauh dari jangkauan pengawasan.

b) Hukum laut Internasional (UNCLOS 82) telah mengakui Negara Indonesia sebagai Negara Kelautan. PBB dan Negara-negara di dunia pada umumnya mengakui dan menjamin kedaulatan dan integritas NKRI. Namun demikian harus tetap diwaspadai segala bentuk ancaman yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri serta disintegrasi bangsa.

2) Demografi

a) Jumlah penduduk Indonesia sampai dengan tahun 2008 tercatat sebanyak 241.973.879 jiwa dan menempati nomor 4 terbesar di dunia. Terdiri dari 525 suku bangsa dan menganut berbagai ajaran agama serta berbagai aliran kepercayaan.

(19)

b) Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2008 tercatat sekitar 1,3 %. Dari jumlah tersebut yang mendiami pulau Jawa 58,26 % dengan kepadatan 900 jiwa per Km2 sedangkan sisanya + 41,74 % tersebar di luar pulau Jawa dengan kepadatan rata-rata 49 jiwa per Km2.

c) Dengan jumlah penduduk yang sedemikian besar dihadapkan dengan lapangan pekerjaan yang terbatas, akan menimbulkan masalah pengangguran dan masalah sosial lainnya yang dapat berimplikasi pada masalah keamanan.

3) Sumber daya Alam

a) Minyak dan gas bumi masih merupakan salah satu andalan bagi pemasukan devisa negara, baik yang dikelola oleh Pertamina maupun oleh perusahaan asing dengan sistem bagi hasil.

b) Batubara merupakan sumber energi alternatif di masa mendatang dan terus mengalami peningkatan produksi. Di samping itu potensi kandungan tambang emas, perak, bauksit, biji besi, nikel yang dimiliki Indonesia cukup besar, eksploitasi terhadap potensi sumber daya alam tersebut melibatkan perusahaan asing.

c) Lautan Indonesia memiliki potensi ikan dan kekayaan sumber daya laut lainnya yang cukup besar, namun belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara optimal.

d) Luas hutan Indonesia mencapai + 138,8 Juta Ha yang menurut fungsinya dibagi menjadi hutan lindung, hutan produksi dan hutan untuk suaka margasatwa.

e) Sumber kekayaan alam Indonesia yang cukup berlimpah, di samping dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia juga dapat berimplikasi pada kerawanan bidang keamanan. 4) Ideologi

Kondisi ideologi masih dihadapkan pada belum diimplementasikannya nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara secara menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sejalan dengan perkembangan kehidupan demokrasi timbul upaya dan keinginan dari kelompok masyarakat tertentu untuk mengubah Pancasila dengan ideologi lain yang berorientasi kepada agama, faham liberal dan faham sosialis / komunis, seperti :

a) Kelompok agama menghendaki pedoman hidup bangsa Indonesia harus berpegang pada prinsip kebenaran ajaran agamanya, seperti ingin mengganti Pancasila dengan Piagam Jakarta.

b) Kelompok Faham Liberal dengan memanfaatkan momentum reformasi, tuntutan demokratisasi dan HAM mempengaruhi para politisi, LSM, cendekiawan dan berbagai elemen masyarakat menuntut kebebasan tanpa mengindahkan Pancasila sebagai falsafah bangsa.

c) Kelompok Faham Komunis melalui kelompok radikal berbasis komunis, mengangkat isue kepentingan HAM selalu berupaya agar dicabutnya ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 sehingga ajaran

(20)

5) Sosial Politik dan Hukum.

a) Kondisi Politik nasional masih diliputi suasana euphoria demokrasi yang berkepanjangan sehingga meninggalkan rambu-rambu yang telah disepakati dan diatur oleh undang-undang, sehingga

berimplikasi terhadap terganggunya stabilitas kamtibmas.

b) Di bidang otonomi daerah pengaturan tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah masih belum tuntas karena adanya perbedaan kemampuan masing-masing daerah, terjadinya tarik menarik kewenangan, serta konflik kepentingan berkaitan dengan sumber daya nasional yang berada di daerah, di samping itu juga terjadi isue kesenjangan pembangunan antar daerah, seperti :

(1) Antara pulau Jawa dengan luar pulau Jawa.

(2) Antara kawasan barat Indonesia dengan kawasan timur Indonesia.

(3) Antara Kota dengan desa, dimana kecenderungan pembangunan terkonsentrasi di daerah perkotaan, akibatnya kota mengalami pertumbuhan yang lebih cepat.

c) Di bidang pemekaran wilayah, di berbagai daerah menimbulkan berbagai permasalahan, karena prosesnya terkesan dipaksakan oleh sekelompok orang, tidak melalui pentahapan secara matang, mengabaikan persyaratan prinsip-prinsip daerah otonom, seperti batas wilayah, partisipasi rakyat serta sumber daya yang masih kurang mendukung, sehingga berpotensi timbulnya konflik horizontal dan vertikal yang dapat mengganggu stabilitas keamanan.

d) Di beberapa daerah telah diberlakukan Perda yang bernuansa syariat Islam sehingga telah menimbulkan kontroversi yang dapat menimbulkan konflik horizontal.

e) Gejala separatisme di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, pasca perjanjian Helsinki masih menyisakan permasalahan yang bernuansa separatisme.

f) Di Maluku, kekuatan separatis masih merupakan kerawanan karena ada kelompok-kelompok masyarakat yang mengkonsolidasikan kekuatan untuk membentuk pemerintahan transisi Republik Maluku Selatan (RMS).

g) Di Papua, kekuatan perjuangan Papua Merdeka akan meningkat pada masa-masa yang akan datang dimana sekelompok rakyat Papua terutama penduduk asli menginginkan kemerdekaan.

h) Kondisi budaya politik belum menunjukkan iklim yang sesuai dengan demokrasi budaya politik masih bersifat primodial, oportunis, nepotis, feodal dan anarkhis. Indikatornya antara lain pengerahan

kekuatan massa politik sebagai kelompok penekan bernuansa kekerasan dan destruktif. i) Substansi hukum masih ada yang tumpang tindih dan inkonsisten.

j) Kebebasan pers tumbuh dan berkembang, namun belum diimbangi oleh tanggung jawab sesuai etika jurnalistik, sehingga mengarah kepada kebebasan tanpa batas dan tidak bertanggung jawab.

(21)

a) Pertumbuhan ekonomi tahun 2010, diperkirakan akan mengalami perlambatan dibanding tahun 2009, hal ini disebabkan dampak dari krisis ekonomi global. Daya beli masyarakat menurun, angka pengangguran meningkat yang berimplikasi pada gangguan keamanan.

b) Kejahatan Perbankan nasional masih akan terjadi dengan berbagai modus operandi, sehingga menurunkan tingkat kepercayaan pada Perbankan nasional.

c) Penyelundupan berbagai komoditi perdagangan masih tinggi, sebagai akibat adanya perbedaan harga yang relatif besar serta lemahnya sistem pengawasan di berbagai instansi terkait.

d) Upaya Pemerintah untuk meyakinkan negara-negara besar agar menanamkan investasinya di Indonesia belum sepenuhnya berhasil, hal ini disebabkan oleh berbagai hambatan antara lain : Proses perijinan, peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan belum adanya kepastian hukum untuk berinvestasi di Indonesia.

7) Sosial Budaya

a) Dalam bidang kehidupan beragama masih muncul berbagai persoalan berkaitan dengan adanya beberapa aliran kepercayaan yang sering menimbulkan konflik antar umat beragama dan para penganut aliran kepercayaan. Selain itu masih pula dirasakan adanya fanatisme sempit dari kelompok umat beragama yang sering memicu berbagai permasalahan sosial dengan isue agama. Sebagian pemuka agama juga masih cenderung melakukan politisasi agama untuk kepentingan golongannya, kelompoknya atau Parpol tertentu. Beberapa aliran kepercayaan yang dinilai sesat dan menyesatkan antara lain : (1) Lia Eden / Ajaran Salamullah

(2) Al Zaytun

(3) Ajaran Islam Jamaah / Lemkari / LDII (4) Aliran Ingkar Sunah

(5) Gerakan Darul Arqam (6) Perguruan Mahesa Kurung (7) Ajaran Ahmadiyah

(8) Aliran Pemburu Isa Bugis

(9) Gerakan Lembaga Kerasulan (LK) (10) Bahai, Aliran Sesat Sempalan Syiah (11) Gerakan Syiah di Indonesia

(22)

Keberadaan aliran-aliran sesat ini berpotensi menimbulkan konflik komunal di lingkungan masyarakat penganut agama.

b) Dengan masuknya budaya asing maka telah tergeser nilai-nilai budaya lokal seperti pola hidup hedonisme yang mementingkan kesenangan dengan cara mencari uang secara mudah (tanpa melalui proses usaha maksimal untuk mendapatkannya). Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya remaja yang terlibat penyalahgunaan dan perdagangan narkoba dengan harapan mendapatkan uang banyak tanpa kerja keras.

c) Pola hidup konsumtif telah menggeser pola hidup sederhana yang menimbulkan tingginya tingkat kebutuhan sesaat (feel need) bukan kebutuhan nyata (real need). Berkembangnya pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi masyarakat yang inginnya belanja dengan menggunakan kartu kredit namun berpotensi macet pada saat dilakukan penagihan oleh pihak Bank.

d) Bergesernya pola makan dari jenis makanan mediteranian food ke jenis makanan junk food sehingga memunculkan berbagai jenis penyakit baru.

8) Keamanan.

a) Kondisi keamanan dapat dilihat dari gangguan kriminalitas, gangguan kamseltibcarlantas, gangguan kamtibmas bukan pidana, dan keamanan situasi di wilayah konflik. Kriminalitas diwarnai oleh berbagai kejahatan baik kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan terhadap kekayaan negara, dan kejahatan yang berimplikasi kontinjensi.

Sedangkan situasi kamseltibcarlantas masih diwarnai rendahnya disiplin dan kesadaran hukum para pemakai jalan sehingga situasi kamseltibcarlantas masih diwarnai oleh berbagai permasalahan lalu lintas seperti pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan. Mudahnya untuk memilliki kendaraan bermotor dengan sistem kredit tanpa diimbangi dengan kemampuan mengendarai kendaraan bermotor dengan tertib, sopan dan taat peraturan menyebakan angka kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas cenderung semakin tinggi.

Sementara itu, situasi keamanan di beberapa daerah yang dilanda konflik secara umum kondisi keamanannya sudah semakin kondusif, namun di beberapa daerah tertentu masih sering terjadi

tindakan main hakim sendiri, anarkisme, kekerasan dengan menggunakan senjata api, yang meresahkan masyarakat.

b) Kondisi keamanan di wilayah konflik, dapat digambarkan, sebagai berikut :

(1) Situasi Kamtibmas di wilayah NAD dalam keadaan kondusif, namun masih terjadi aksi kriminal seperti curas dengan menggunakan senpi yang dari hasil penyelidikan terungkap pelakunya melibatkan anggota KPA / bekas GAM.

(23)

Pendirian partai lokal GAM yang dikendalikan oleh aktivis SIRA perlu diwaspadai mengingat mempunyai cita-cita referendum yang merupakan indikasi upaya separatisme.

(2) Dengan telah tertangkapnya sebagain besar DPO pelaku kerusuhan, situasi kamtibmas di Poso relatif kondusif. Namun tetap harus terus diwaspadai mengingat penyelesaian rehabilitasi terhadap

masyarakat korban konflik belum seluruhnya terselesaikan yang sewaktu-waktu dapat timbul kembali apabila dipicu oleh oknum / kelompok tertentu yang tidak menginginkan keamanan dan kedamaian di wilayah RI.

(3) Situasi Kamtibmas di wilayah Maluku sudah semakin kondusif, walaupun masih terdapat potensi adanya simpatisan gerakan RMS.

(4) Gerakan kelompok separatis akan senantiasa eksis dan berkembang dari waktu ke waktu dengan memanfaatkan setiap kesempatan untuk mempropagandakan dan memperjuangkan Negara Papua Barat, dimana setiap tanggal 1 Desember selalu dijadikan sebagai peringatan kemerdekaan Papua Barat. 8. Trend kejahatan.

a. Jenis-jenis kejahatan mendatang hingga akhir Renstra 2005-2024 akan semakin canggih seperti penggunaan senjata biologis, cyber crime, pemalsuan identitas, dan lain-lain. Kesemuanya itu tidak dapat dihadapi dengan kemampuan Kepolisian secara konvensional.

b. Ancaman separatisme masih akan membayangi eksistensi NKRI. Isue-isue mengenai ketidakadilan dalam proses pembangunan nasional antara pusat dan daerah, pelanggaran HAM, dan eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan tanpa memperhatikan keadilan bagi masyarakat lokal akan terus digunakan oleh kelompok separatis dalam manuver untuk mencapai tujuannya. Separatisme akan terus menjadi bahaya laten dan akan terus berkembang apabila tidak ada penanganan akar masalah secara komprehensif dan tuntas.

c. Penyalahgunaan wewenang dan pencurian kekayaan negara akan semakin merajalela apabila tidak ada tindakan yang tegas, didukung oleh kebijakan pemerintah yang memadai dan komitmen para penyelenggara negara serta para elit politik terhadap kepentingan masyarakat banyak.

d. Kejahatan transnasional akan terus meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan transportasi didukung kondisi geografis Indonesia yang terbuka dan kondisi masyarakat yang ekonominya masih rendah.

e. Kejahatan narkoba masih merupakan ancaman yang sangat serius, karena disamping sindikat / mafia lokal yang terus berkembang, juga didukung oleh sindikat / mafia internasional yang sudah memiliki jaringan di Indonesia.

f. Kejahatan terhadap HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) cenderung terus berkembang dan

menimbulkan kerugian negara yang sangat besar sehingga menghambat proses pembangunan nasional. Kejahatan terhadap HAKI juga dapat mempengaruhi hubungan bilateral, multilateral dan bahkan internasional antara Indonesia dengan negara-negara lain apabila tidak ditangani dengan benar.

(24)

9. Tuntutan dan harapan masyarakat.

Di era keterbukaan menuju masyarakat modern, tuntutan dan harapan masyarakat akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat. Dihadapkan pada

masyarakat Indonesia yang majemuk dengan beragam suku bangsa dan adat istiadatnya, maka tuntutan dan harapan masyarakat terhadap kinerja Polri juga semakin beragam. Dari hasil tinjauan evaluasi kinerja organisasi dan profil Polri dapat diidentifikasi berbagai harapan masyarakat terhadap Polri dengan pengelompokan sebagai berikut :

a. Masyarakat menginginkan adanya rasa aman.

Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Masyarakat termasuk lembaga pemerintah maupun non pemerintah berharap bahwa keberadaan Polri di tengah-tengah masyarakat benar-benar memberikan rasa aman dan tentram, terbebas dari rasa takut atau khawatir dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.

b. Masyarakat menginginkan adanya pelayanan prima.

Masyarakat menghendaki Polri yang merupakan Lembaga non profit tidak menarik keuntungan dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Sebagai lembaga yang salah satu tugasnya memberikan jasa pelayanan, masyarakat menuntut Polri untuk menerapkan standar pelayanan prima sebagaimana yang telah ditentukan. Standar pelayanan tersebut bukan saja diberlakukan bagi pelayanan yang bersifat administratif seperti pelayanan SIM, STNK, BPKB (SSB), perijinan, dan SKCK namun juga termasuk pada pelayanan bidang operasional seperti penerimaan laporan atau proses penanganan kasus-kasus yang dilaporkan masyarakat.

c. Masyarakat mendambakan Polri yang profesional, bermoral, dan modern.

Dambaan masyarakat tersebut secara lugas dapat diartikan bahwa sosok profesional yaitu sosok Polri yang memiliki keahlian, kecakapan atau kemampuan teknis sesuai dengan misi dan tugas pokoknya. Sosok yang bermoral berarti bahwa setiap anggota Polri harus selalu mempedomani etika profesinya yang dilandasi nilai-nilai etika, moral dan integritas yang tinggi. Sedangkan modern berarti bahwa Polri harus menyesuaikan diri dengan kondisi perubahan modern baik organisasi maupun peralatannya sehingga senantiasa dapat memenuhi harapan masyarakat.

d. Masyarakat mengharapkan Polri yang transparan dan akuntabel.

Transparan yang diharapkan masyarakat adalah adanya keterbukaan, menghargai perbedaan, dapat dipercaya, dan tidak diskriminatif dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh Polri. Sedangkan akuntabel artinya setiap tindakan yang dilakukan Polri dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi prosedural maupun aturan hukum yang diterapkan serta dapat dilakukan audit oleh siapapun.

(25)

Disamping perkembangan lingkungan strategis dan trend kejahatan, perlu juga dipertimbangkan isue-isue strategis yang berimplikasi langsung terhadap pelaksanaan tugas Polri serta memerlukan respon penanganannya, antara lain :

a. Pelayanan masyarakat wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar.

Wilayah Indonesia berbatasan dengan 10 negara dan diantaranya terdapat 12 pulau-pulau kecil

terdepan yang letaknya berbatasan langsung dengan negara tetangga. Kondisi tersebut rawan terhadap munculnya berbagai bentuk kejahatan di lintas perbatasan. Di samping itu, kasus sengketa perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia yang kerap kali menimbulkan ketegangan terlebih lagi setelah terlepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan pengalaman berharga betapa pentingnya perhatian terhadap wilayah perbatasan dan pulau-pulau terdepan yang masuk teritori wilayah Indonesia. Peran Polri di wilayah perbatasan tidak semata-mata ditujukan pada fungsi penegakkan hukum terutama para pelanggar lintas batas tetapi juga ditujukan pada fungsi pelayanan masyarakat. Oleh karena itu fokus perhatian Polri sebenarnya ditujukan pada pengamanan keberadaan masyarakat yang berdiam di wilayah perbatasan serta pulau-pulau terdepan yang berpenghuni.

b. Pengamanan obyek vital nasional.

Pengamanan obyek vital nasional terutama yang bernilai strategis menuntut kesiapan Polri dalam melakukan penggelaran serta struktur organisasi yang mewadahinya. Terlebih lagi dengan terbitnya Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional yang secara tegas menyebutkan Polri sebagai penanggungjawab terhadap pengamanan obyek vital nasional tersebut. Masa peralihan pengamanan obyek vital yang semula dilakukan oleh TNI perlu dilakukan secara cermat sehingga tidak ada celah yang berdampak pada munculnya keraguan dari pihak pengelola obyek vital terhadap pengamanan yang dilakukan oleh Polri.

c. Munculnya perundang-undangan baru terkait dengan kewenangan Polri dan sistem politik yang masih diwarnai oleh pengutamaan penguasaan posisi-posisi kekuatan guna memperoleh akses baik di dunia usaha maupun kekuasaan dalam birokrasi pemerintahan dimungkinkan akan mendorong akumulasi perundang-undangan baru yang berakibat pada lemahnya penegakan hukum dan meningkatnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap Polri. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari begitu luas dan kompleksnya tugas dan kewenangan Polri yang berimplikasi pada banyaknya keterkaitan dengan departemen atau lembaga lain dalam penanganan suatu masalah. Dalam kapasitas hubungan antar lembaga atau interdep menuntut adanya kesetaraan bagi para pejabat yang menangani fungsi teknis khususnya pada tataran pengambil keputusan sehingga dalam batas-batas tertentu turut berpengaruh dalam menentukan posisi tawar terhadap substansi masalah yang ditangani.

d. Kerjasama Internasional dan tugas misi perdamaian.

Hubungan dan kerjasama internasional khususnya dalam menangani kejahatan transnasional mutlak diperlukan dan kecenderungan kedepan akan semakin meningkat. Di bidang penanganan kasus-kasus

(26)

terorisme, Polri telah berhasil mengungkap kasus-kasus terorisme yang berkait dengan dunia internasional. Penanganan kasus terorisme di Indonesia telah mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional. Sejak awal teror bom pada pertengahan tahun 2000 sampai dengan sekarang, Polri telah menangani 466 tersangka terorisme. Sebanyak 452 orang akan, sedang dan sudah diadili di Pengadilan. Yang terpaksa ditindak dan tewas 14 orang. Prestasi yang menonjol dalam penanganan beberapa kasus bom dan terorisme telah mengundang negara lain untuk melakukan komitmen dan kerjasama melalui pendidikan dan pelatihan terorisme, disamping program-program lainnya yang banyak ditawarkan oleh negara-negara donor, tentunya harus melandasi pada hubungan yang saling menghormati, saling membantu dan tidak merugikan institusi Polri. Begitu juga kerjasama di bidang ektradisi dan

penempatan SLO Polri di beberapa negara sahabat serta keterlibatan Polri dalam tugas misi damai yang perlu dipersiapkan dengan baik karena menyangkut citra dan kredibilitas Polri dalam pergaulan

internasional.

e. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam bidang keamanan.

Keikutsertaan masyarakat dalam pengamanan swakarsa sebagaimana yang diamanatkan dalam UU RI Nomor 2 Tahun 2002 perlu diwadahi secara proporsional sehingga tidak menjadi kontra produktif dengan upaya pembinaan keamanan. Begitu juga dengan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan perpolisian masyarakat (Polmas) harus diselenggarakan dengan memberdayakan masyarakat secara maksimal dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan kamtibmas

dilingkungannya masing-masing dengan melibatkan seluruh elemen dalam masyarakat itu sendiri. III. MANAJEMEN PEMBINAAN KEAMANAN SAAT INI

11. Aspek Perencanaan

Aspek perencanaan memegang peranan yang sangat penting dalam penyelengaraan suatu sistem manajemen, karena melalui perencanaan yang baik, maka rangkaian kegiatan manajemen selanjutnya akan dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapakan. Berkait dengan aspek perencanaan pada proses manajemen Binkam saat ini, masih ditemukan beberapa kendala sebagai berikut :

a. Visi dan Misi yang telah ditetapkan belum sepenuhnya dijadikan dasar dalam penyusunan suatu perencanaan strategis.

b. Rencana Kerja (Renja) tahunan belum sepenuhnya dipedomani dalam menjabarkan pelaksanaan kegiatan yang ada.

c. Perkiraan keadaan Intelijen belum sepenuhnya dijadikan bahan masukan dalam merumuskan suatu sasaran kegiatan.

12. Aspek Pengorganisasian.

a. Belum semua beban pekerjaan yang ada pada masing-masing fungsi terwadahi dalam struktur organisasi.

(27)

b. Koordinasi antar fungsi Kepolisian belum dapat dilaksanakan secara maksimal.

c. Masih ditemukan beban pekerjaan yang tumpang tindih (over lapping) antara suatu fungsi dengan fungsi lainya.

d. Koordinasi dan kerjasama antar instansi belum dapat dilaksanakan secara maksimal. 13. Aspek Pelaksanaan.

a. Konsep mendekatkan pelayanan kepada masyarakat selama 1x24 jam belum sepenuhnya dihayati dan dilaksanakan secara lebih baik oleh unit pelayanan terdepan Kepolisian.

b. Penanganan dan penanggulangan terhadap 4 (empat) jenis kejahatan belum dapat dilaksanakan secara maksimal, khususnya terhadap kejahatan kekayaan negara dan Trasnasional Crime.

c. Protap dan SOP yang telah ditetapkan belum dioperasionalkan secara benar oleh para pelaksana lapangan, hal ini dapat dilihat dengan masih ditemukanya tindakan salah prosedur dalam penanganan suatu masalah, terjadinya penyimpangan dan lain-lain.

d. Anggaran berbasis kinerja dalam implementasinya kadang masih ditemukan permasalahan di lapangan.

e. Metode penanggulangan kejahatan baik yang bersifat preemtif, preventif dan represif / penegakan hukum, masih belum optimal dilakukan oleh fungsi-fungsi sesuai tugas dan peran yang ada. Hal ini disebabkan karena penggelaran kekuatan Polri di tengah-tengah masyarakat belum dapat dilaksanakan secara maksimal.

f. Pada kegiatan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat masih ditemukan adanya diskriminasi.

g. Kamseltibcar Lantas belum dapat ditangani secara mendasar khususnya di kota-kota besar.

h. Pengembangan kegiatan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum belum dapat diwujudkan.

i. Pengelolaan sumber daya Polri belum dapat dilaksanakan secara profesional, transparan, akuntabel dan modern.

j. Penggelaran program Quick Wins belum sepenuhnya dapat dipahami oleh para pelaksana di lapangan baik latar belakang kebijakan, pendekataan pelaksanaan maupun out come yang diharapkan.

14. Aspek Pengawasan dan Pengendalian.

a. Pengawasan dan pengendalian baik internal maupun eksternal belum dimanfaatkan secara optimal untuk memperbaiki kinerja organisasi.

(28)

b. Laporan pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja belum sepenuhnya didasarkan pada kondisi riil di lapangan.

c. Performance kinerja, belum sepenuhnya didasarkan pada program-program kerja yang telah ditetapkan.

d. Laporan akuntabilitas kinerja belum dijadikan bahan masukan dalam perumusan perencanaan selanjutnya.

IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Pembinaan Keamanan diarahkan untuk membangun dan membina daya tangkal bangsa dan negara agar mampu meniadakan setiap kerawanan, ancaman, dan gangguan kamtibmas dalam rangka memelihara dan meningkatkan stabilitas nasional guna menunjang suksesnya pencapaian tujuan nasional. Dalam pelaksanaannya, efektifitas pembinaan keamanan dalam negeri dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun eksternal. Berdasarkan analisis SWOT (Strength / kekuatan, Weakness / kelemahan, Opportunity / peluang dan Threat / kendala), maka analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen pembinaan keamanan tersebut adalah sebagai berikut :

15. Strength (kekuatan) a. Reformasi.

Reformasi di Indonesia yang telah dimulai pada tahun 1998 telah memberikan dampak sangat besar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Demikian juga bagi institusi Polri, reformasi telah mengembalikan peran dan fungsi kepolisian yang bersifat universal dan bahkan telah mengangkat Polri kepada kemandiriannya. Sejalan dengan paradigma baru di era reformasi, Polri telah mengambil langkah-langkah reformasi menuju lembaga kepolisian sipil, profesional dan modern dengan

pembenahan berkelanjutan pada reformasi struktural, reformasi instrumental dan reformasi kultural yang hingga saat ini masih terus dilakukan.

Reformasi struktural berwujud, antara lain paradigma baru pada pola organisasi Polri sebagai wujud postur kekuatan Polri yang mengandalkan Polsek dan Polres sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat, didukung oleh peran strategis Pelaksana Pusat Pembinaan, Pelaksana Pusat Operasional, Satuan Induk berseragam dan Satuan Induk tidak berseragam dari Mabes Polri dan Polda sebagai satuan induk penuh, sehingga dapat terwujud kekuatan Mabes yang kecil, Polda yang sedang, Polres yang besar dan Polsek yang kuat.

Reformasi instrumental, berupa perubahan sistem piranti lunak, fungsional dalam organisasi Polri sebagai pedoman operasionalisasi fungsi antara lain, pada pembenahan manajemen keuangan, dengan

(29)

sistem penganggaran berbasis kinerja, dimana diseluruh kesatuan selalu on budget sehingga pelayanan polisi pada masyarakat diharapkan makin efektif. Sistem operasional yang diperbarui dengan

mengandalkan kekuatan kesatuan terdepan dalam pelaksanaan operasi, dukungan logistik yang sudah tersedia di kesatuan terdepan, serta sistem pengawasan yang melekat di setiap tingkat satuan Polri. Reformasi kultural telah meletakkan landasan dalam bentuk pembenahan manajemen sumberdaya manusia dengan berorientasi strategi untuk mewujudkan Polisi berwibawa, bermoral dan berkinerja yang profesional; memperjelas manajemen SDM yang sehat, mulai dari sistem rekruitmen, sistem pendidikan dan seleksi, sistem penilaian kinerja, sistem jalur karier, sampai pada sistem remunerasi personel berseragam dan tidak berseragam, sehingga tampilan Polri di lapangan benar-benar sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.

Selain itu, kuantitas dan kualitas peralatan pendukung terus dikembangkan. Pada intinya peralatan standar untuk melaksanakan tugas pokok telah mulai dicukupi mulai dari tingkat Polsek kemudian secara berjenjang ke atas sampai dengan Bidang operasional dan bidang pembinaan di Mabes Polri. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa rata-rata seluruh Polsek di pedalaman dan pantai telah dilengkapi dengan sepeda motor minimal 2 (dua) unit. Polsek di kota besar minimal 2 (dua) unit roda empat (R4) dan di metropolitan setidaknya 5 (lima) unit R4. Tiap Kapolres dilengkapi dengan mobil jabatan kondisi baik dan minimal 1 (satu) unit truck pengendali massa (Dalmas) bahkan lebih dan beberapa unit mobil jabatan staf serta operasional lainnya. Di tiap Polwil terdapat setidaknya 1 (satu) kompi Brimob lengkap dengan peralatan standar tugasnya, dan di tiap Polda berkedudukan Satuan Brimobda yang juga relatif cukup peralatannya. Di tiap Polda juga dapat di BKO-kan setidaknya 1 (satu) unit heli atau fixed wing sesuai keperluannya, disamping minimal 2 (dua) unit kapal tipe C di Polda perairan. Dalam rangka memperhatikan kesejahteraan personel, setidaknya dicukupi kelengkapan tugas perorangan dan pemenuhan kebutuhan BBM dalam bertugas, agar tidak mengurangi gaji dan tunjangan yang diperoleh.

Untuk menjawab tuntutan masyarakat di era reformasi yang lebih mengharapkan

keterbukaan (transparancy) maka Polri melaksanakan pula reformasi birokrasi yang diharapkan akan membawa Polri kepada Polisi sipil yang mandiri, profesional, bermoral, dan modern serta dapat selalu tampil sebagai pemelihara kamtibmas, penegak hukum, pelindung-pengayom-pelayan masyarakat. Beberapa peningkatan dan penghargaan dibidang pelayanan publik yang telah berhasil dilaksanakan oleh jajaran Direktorat Lalu Lintas Babinkam Polri antara lain berupa :

1) 16 (enam belas) Inovasi Dit Lantas Babinkam Polri dalam peningkatan pelayanan publik penerbitan SIM, STNK dan BPKB :

a) Inovasi Pelayanan SIM : (1) SIM keliling.

(2) SIM corner. (3) SIM komunitas.

(30)

(4) Gerai SIM.

(5) Ujian Avis System. (6) Drive Thru (SIM). b) Inovasi Pelayanan STNK : (1) Samsat keliling.

(2) Samsat corner. (3) Door to door. (4) Gerai Samsat.

(5) Digital Cross Check Ranmor. (6) Drive Thru (Samsat).

(7) Pembayaran STNK lewat Bank BRI. c) Inovasi Pelayanan BPKB :

(1) Management pelayanan penerbitan BPKB. (2) Online system dengan ATPM dan Bea Cukai. (3) SIM, STNK, BPKB, Online System.

2) 176 (seratus tujuh puluh enam) Inovasi Pelayanan Subdit Min Regident Dit Lantas Babinkam Polri : a) Komputerisasi BPKB : 29 Polda.

b) Samsat keliling : 8 bus/unit.

c) Samsat corner/gerai : 6 unit pelayanan. d) Sim keliling : 118 bus/unit.

e) Sim corner/gerai : 7 unit pelayanan. f) Ujian teori SIM Avis : 7 Polda. g) SIM komunitas : 1 Polda.

3) 105 (seratus lima) penghargaan Inovasi Pelayanan Subdit Min Regident Dit Lantas Babinkam Polri : a) Sertifikat ISO 9001:2000 : 64 unit pelayanan.

(31)

b) Piala pelayanan prima : 36 unit pelayanan. c) Rekor Muri : 5 unit pelayanan.

b. Demokratisasi

Alam demokrasi yang telah kita nikmati di era reformasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara memungkinkan setiap warga masyarakat / bangsa untuk mengaktualisasikan diri dan berperan dalam setiap upaya pembinaan keamanan. Demokratisasi juga memberikan kesempatan kepada setiap warga masyarakat / bangsa untuk secara aktif melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembinaan keamanan dengan mengaktifkan peran sebagai kontrol sosial baik terhadap lembaga maupun personel / individu pelaksana dan penanggungjawab manajemen pembinaan keamanan dalam negeri.

Polisi sebagai pengemban tugas pembinaan keamanan di era demokratisasi harus mampu menjunjung tinggi kebebasan (liberty) dan persamaan hak (egalitarian) yang terwujud dalam Hak Azasi Manusia khususnya hak-hak sipil dan politik warga (civil and political rights). Pengawasan terhadap polisi di negara demokratis menjadi sangat penting karena masyarakat dan pemerintah bersama-sama membentuk badan independen yang berfungsi menampung keluhan-keluhan warga terhadap polisi sekaligus menggalang dukungan sumber daya untuk meningkatkan kinerja kepolisian. Di alam demokrasi, Polisi harus mengabdi kepada rakyat bukan mengabdi kepada penguasa, polisi memiliki peran protagonist.

c. Penghormatan tehadap HAM.

Penghormatan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM) adalah upaya untuk menjamin bahwa tidak ada perbuatan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun karena lalai secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak-hak dasar seseorang atau kelompok orang sebagai individu atau kumpulan individu yang

bermartabat dan dilindungi oleh undang-undang.

Bagi Polri, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) bukanlah sesuatu yang baru. Jauh sebelum HAM menjadi salah satu isue global bersama-sama dengan demokratisasi dan lingkungan hidup, Polri telah mengenal kewajiban menghormati HAM dalam setiap pelaksanaan tugas yakni sejak diundangkannya KUHAP (UU No. 8 tahun 1981). KUHAP mengatur setiap langkah pelaksanaan tugas Polri. Dengan demikian Polri telah melaksanakan profesionalisme pelaksanaan tugas khususnya dalam bidang penegakan hukum dengan menjunjung tinggi HAM dengan implementasinya yang ditunjukkan dalam kegiatan upaya paksa yang harus dilakukan dalam suatu proses penyidikan tindak pidana. 16. Weakness (kelemahan)

Pelaksanaan manajemen pembinaan keamanan masih dihadapkan pada beberapa hal yang merupakan kelemahan (weakness) sehingga perlu diantisipasi agar tidak kontraproduktif dengan berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka mencapai outcome situasi Kamtibmas dan Kamdagri yang dapat

Referensi

Dokumen terkait

Sintesis Menulis suatu tema yang terorganisasi Menulis suatu tema yang terorganisasi dengan baik.. Menulis

Hasil Penelitian Tekanan Darah dan Skor NIHSS Pasien Stroke Iskemik Trombotik Periode Juni 2013-September 2014 di Rumah Sakit Premier Surabaya ... Hasil Uji

Maka untuk memprediksi ukuran utama kapal perintis dengan mempertimbangkan batasan-batasan tertentu yang diharapkan dapat sesuai dengan kondisi pada saat

Salah satu contoh kegiatan sektor informal adalah pengumpulan barang bekas yang dilakukan oleh orang yang disebut sebagai pemulung Para pemulung ini melakukan

This research objectives were (1) to iden- tify growth and yield of black soybean at several depths of water table, (2) to identify growth and yield of black soybean as effected

Skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Karangan Narasi Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar” ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu

Kompilasi Hukum Islam Pasal 55 ayat (1), menyatakan bahwa poligami beristri lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan dan terbatas hanya sampai empat orang