• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA-USAHA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KESADARAN SISWA UNTUK BERBUSANA MUSLIMAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAHA-USAHA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KESADARAN SISWA UNTUK BERBUSANA MUSLIMAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA-USAHA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENGEMBANGKAN KESADARAN SISWA UNTUK

BERBUSANA MUSLIMAH

Yusup Ridwan

Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Yamisa Soreang yridwan639@gmail.com

ABSTRACT

This research is to identify the efforts of Islamic Religious Education Teachers in Developing Student Awareness for Muslim dress. Expressing descriptive research methodology or method. Descriptive is focused on solving problems that exist in the present, descriptive methods are more general terms that include technical descriptive "The author proposes this method, because the problem being studied is a problem that occurs in the present. Collection of data through: observation; questionnaire; Interview; and survey book. The results of the study show that: the efforts of PAI teachers, in developing student awareness in Muslim dress, are quite good. This can be seen from the reality of students' awareness in dressing Muslim women in Madrasah Tsanawiyah in Garut quite enthusiastically, it was proven that the results of the analysis obtained chi square results of 16.64. if compared with chi squared count and chi squared table then the result is 3.8. thus it can be said that variable X has an effect on variable Y. or in other words it can be said that in education subjects Islam ic teachings in Madrsahah Tsanawiyah in Garut have a significant influence for those who wear Muslim clothing. While the configuration coefficient produced from the calculation is 0.54. if this calculation is correlated, then 0.54 indicates a significant realization or role.

Keywords: Education, Muslim Clothing, Teachers, Behavior.

PENDAHULUAN

Pendidikan agama islam tidak hanaya berusaha untuk mencerdaskan anak didik terhadap pengetahuan keagamaan semata-mata, menjadi taat dan patuh di dalam menjalankan agama islam. Karena pendidikan agama islam mempunyai perasaan yang sangat tinggi di dalam menanamkan nilai-nilai ajaran agama islam di kalangan anak didik dan kalangan masyarakat umumnya. Menurut M Ngalim Purwanto ( 2001 : 11 ) bahwa pendidikan juga dapat dikatakan sebagai suatu usaha orag dwasa dalam pergaulannya dengan anak-anak memimpin perkembanagan jasmani dan rohani kea rah kedewasaan.

Uraian diatas sesuai dengan tujuan umum dari pendidikan Nasional (UUSPN No 2 Tahun 2004 )sebagai berikut : Pendidikan nasional bertujuan untuk

(2)

yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur memiliki pegetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta mandiri, dan rasa tanggung jawab kemasyarakatan.

Konsep iman dan taqwa sebagaimana yang tertuangg di dalam tujuan umum pendidikan nasional tersebut haruslah dapat direalisasikan dalam prilaku sehari-hari, sehingga dengan demikian akan tercipta manusia Indonesia yang seimbang antara lahir dan bathin, memahami ajaran dan taat dalam menjalankan agamanya.

Al-Quran merupakan pedoman hiduo umat islam, yang salah satu ajarannya megandung prinsip-prinsip umum tentang pendidikan islam, baik tentang pendidikan akhlaq, aqidah, muamalah, atau yang lainnya. Salah satu prinsip umum pendidikan islam berkaitan dengan tata cara sopan santun kewanitaan adalah kewajiban manutup aurat mereka. Kewajiban menutup seluruh tubuh dengan menggunakan busana muslimah yang sesuai dengan keterangan yang ada dalam Al-Quran (33:59) berbunyi “

Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu,

anak-anakperempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah

merekamengulurkan jilbabnya [1233] ke seluruh tubuh mereka".

Yangdemikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itumereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang. Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.

Ayat diata mewajibkan kepada seluruh kaum waita muslimah untuk mengenakan busana muslimah dan menutupi seluruh tubuh mereka yang dianggap aurat. Tetapi karena secara lahiriah setiap orang mempunyai pengetahuan dan pemahaman agama yang berbeda-beda, ada yang sudah berbusana muslimah dalam kehidupan sehari-hari, tetapi banyak pula yang berbusana muslimah jika hendak ke pengajian.

Adapun salah satu bentuk usaha guru untuk menanamkan kesadaran siswa dalam berbusana muslimah adalah sebagai berikut : (1) Guru-guru wanita memberikan contoh dengan selalu memakai busana muslimah dalam setiap pertemuan belajar mengajar. (2) Guru bidang studi yang berbasis agama islam selalu menjelaskan dan menerangkan tentang pentingnya wanita untuk berbusana muslimah. (3) Memberikan penekanan terhadap siswa dengan menghimbau mreka untuk berbusana muslimah dalam setiap kesempatan bukan hanya di sekolah saja. (4) Siswa dibina dan diarahkan secara terus menerus agar kesadaran dalam memakai busana muslimah menjadi kepribadian yang menjiwai seetiap langkah-langkahnya.

Usaha guru diatas merupakan manifestasi rasa tanggung jawab mereka terhadap ajaran agama islam. Jika tidak dimulai dari sejak dini ntuk mengembangkan kesadaran siswa-siswinya agar senantiasa memakai busana

(3)

muslimah, maka dikhawatirkan dikemudian hari akan timbul suatu asumsi dri generasi islam yang akan datang bahwa berbusana muslimah itu tidak wajib hukumnya. Apabila keadaan demikian terus dibiarkan oleh guru, maka secara periodic akan defensial konsep ajaran islam kearah yang lebih memburuk lagi yaitu ajaran islam yang lainnya akan termarginalisasi oleh ajaran-ajaran sesat yang datang dari luar islam.

Sehubungan denagn keterbatasan yang dialami penulis dalam hal waktu dan dana, maka dalam penelitian ini akan difokuskan terhadap kajian tentang usaha guru agama dalam mengembangan kesadaran siswa berbusana muslimah dengan rumusan “Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam di Madrasah Tsanawiyah untuk mngembangkan kesadaran siswa berbusana muslimah“

Dalam rangka mencari solusu agar para wanita merasa aman dan terlindungi dari yang dibenci terhadap orang yang memakai jilbab dengan berbagai tekanan baik dari teman, saudara, lingkungan keluarga atau karena malu dan takut untuk tampil di keramaian maka penulis berasumsi dan menetapkan dasar-dasar yang tersirat dalam Al-Quran dan Al-Hadist yang berhubungan dengan juklak dalam mengembangkan siswa untuk berbusana muslimah.

Islam dalam rangka memebentuk manusia yang berakhlaq mulia salah satu diantaranya adalah dilarang bertelanjang dan menentukan batas aurat bagi laki-laki dan wanita, yang dalam istilah syari’att aurat adalah sebagaian anggota tubuh yang wajjib ditutup. Ada batas aurat wanita lebih luas ketimbang aurat laki-laki, sebagaimana diterangkan dalam Al_quran surat An-Nur ayat 31 yaitu :

Artinya:. “..Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahanpandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkanperhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Danhendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlahmenampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayahmereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,

atauputera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki

mereka,atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau

putera-puterasaudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidakmempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang

belummengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka

memukulkankakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.

Danbertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang

(4)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa seluruh tubuh wanita merupakan aurat yang ahrus ditutup kecuali kepada muhrimnya. Untuk melaksanakn hal tersebut dirasakan berat kecuali abgi mereka yang emmpunyai iman yang kokoh, iman yang tidak dapat digoyahkan karena gelombang fitnah dan ancaman goncangan jaman. Selain dari Al-Quran surat An-Nur ayat 31, Alloh berfirman pula dalam surat Al-A’raf ayat 26 yaitu:

Artinya:. “.. Hai anak Adam [530], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamupakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Danpakaian takwa [531] itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalahsebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan merekaselalu ingat. [530] Maksudnya ialah: umat manusia[531] Maksudnya ialah: selalu bertakwa kepada Allah.

KAJIAN PUSTAKA

Konsep Tentang Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian usaha-usaha Guru Pendidikan Agama Islam

Usaha dalam bahasa inggris disebut dengan istilah exertion atau work yang artinya segenap kemampuan yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan usaha yang diungkapkan oleh W.J.S. Poerwadarminta ( 2001, 1136 – 335 ) dan oleh Nasikun ( 1984 : 3 ) adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai sesuatu maksud, pekerjaaan yang dilaksanakan oleh orang untuk melakukan aktivitas.

Adapun yang dimaksud dengan guru menurut Muhibbin Syah ( 2000 : 223 ) adalah sebagai berikut : “ Dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya ( mata pencahariannya ) mengajar. Tetapi arti guru tersebut dapat disederhanakan menjadi? Kata guru dalam bahasa arab disebut dengan Muallim dan dalam bahasa inggris Teacher yang kedua kata tersebut memiliki arti yang sederhana, yakni Person Whose Occupation Is Teaching Other ( Mc leod, 2002 ). Artinya guru adalah seorang yang pekerjaaanya mengajar orang lain.

Pengertian-pengertian seperti itu masih bersifat umum dan oleh karenanya dapat mengundang beberapa interpretasi dan bahkan juga konotasi ( arti lain ). Pertama kata seseorang ( a person ) bisa mengacu kepada siapa saja asal pekerjaan sehari-harinya ( Profesinya ) pengajar. Dalam hal ini, berarti bukan hanya dia yang dalam sehari-harinya mengajar disekolah yang dapat disebut guru, melainkan juga “Dia-dia” lainnya yang berposisi dipesanteren, instruktur dibalai pendidikan dan pelatihan, dan bahkan juga sebagai guru silat disuatu padepokan.

(5)

Istilah pendidikan sebenarnya berasal dari bahasa yunani, yaitu

paedagogie yang artinya pergaulan dengan anak-anak. Dari kata paedagogie

kemudian muncul istilah paedagagos yang artinya adalah seorang pelayan atau bujang pada jaman yunani kuno, yang pekerjaannya adalah mengajar, mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Perkataan

paedagogies semula mengandung pengertian rendah, sekarang berubah menjadi

pekerjaan yang mulia, yaitu pendidikan ( M. Ngalim Purwanto ).

Pengertian itu sendiri adalah sebagai usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing perkembangan jasmani dan rohani kearah kekedewasaan. Selanjutnya Ahmad D Murimba ( 2003 : 19 ) menjelaskan bahwa “pendidikan adalah membimbing atau memimpin secara sadar yang dilakukan oleh pendidik pada perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju kepada terbentuknya kepribadian yang sempurna dan kepribadian yang utama”.

Pengertian pendidikan tersebut masih dalam arti yang sangat sempit, karena hanya menjelaskan hubungan dua arah antara si pendidik dengan anak

didik yang dibimbingnya, didalam kenyataan bisa terjadi dalam

pengembangan kepribadiannya, anak didik dipengaruhi oeh lingkungan pergaulannya, kebudayaan serta potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Oleh karena itu perlu diperluas dan diperjelas kedalam pengertian yang lebih luas.

Pengertian pendidikan dalam arti luas adalah sebagai mana yang dikemukakan oleh Ahmad Tafsir (2000 :10 ) yang mengatakan bahwa “Ensiklopedi pendidikan adalah pengembangan pribadi anak dalam segala aspek,baik pengembangan itu oleh lingkungan, oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain dalam hal ini guru yang meliputi seluruh aspek jasmani, akal, dan hati.

Syahminan jaini ( 2003 : 12 ) mengatakan apa yang dimaksud dengan pendidikan agama islam adaah merupakan usaha pengembangan fitrah manusia didalam hidupnya degan ajaran islam agar terwujudnya kehidupan yang makmur dan bahagia. Dengan kata lain dapat dikatakan yang dimaksud dengan pendidikan agama islam itu adalah merupakan bimbingan yang diberikan oleh seorang pendidik muslim agar menjadi anak didik muslim yang sejati.

Munculnya istilah wanita muslimah berhubung dengan adanya kewajiban muslimah menutupi auratnya dihadapan laki-laki yang bukan muhrimnya, untuk menjaga hal-hal yang tidak diharapkan. Untuk menghindari kesalah pahaman dalam pengertian jenis-jenis istilah tersebut akan penulis jelaskan satu persatu. Istilah hijab diambil dari Al-Qur’an ( Depag RI QS 38 :32 ) sebagai berikut : Arti dari kata hijab diatas mempunyai pengertian sebagai penutup, karena mengacu kepada penutup yang biasa

(6)

dipakai oleh wanita muslimah. Istilah hijab disini berkaitan erat dengan adanya kewajiban kepada setiap wanita untuk menutup aurat atau sebluruh anggota tubuh yang dilarang untuk tidak memamerkannya dihadapan laki-laki yang bukan muhrimnya ketika berada didalam rumah maupun diluar rumah ( Murthada Muthahari, 11-12 ).

Dengan demikian kewajiban menutup aurat bukan diistilahkan dengan memakai kerudung saja, tetapi memakai kain penutup yang tidak tembus pandang . sehingga apapun modelnya atau bagaimanapun trendnya asal dapat menutup aurat itu semua diperbolehkan oleh ajaran agama islam yang menjunjung tinggi harkat martabat wanita.

Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita dalam arti jilbab disini, berkaitan dengan batas-batas aurat, wanita yang dilarang memamerkannya, tetapi mereka berbeda dalam hal muka dan pergelangan tangan sebab ada sebagian diantara mereka menyatakan bahwa muka dan pergelangan tangan juga merupakan aurat yang harus ditutupi.

Pendapat mengenai muka dan pergelangan tangan pun termasuk aurat wanita wajib ditutupi adalah muncul dari kalangan yang dalam hal ini menggunakan isitilah didalam mengartikan hijab itu sendiri, dimana dilihat dari arti hijab itu sendiri mengandung pengertian suatu alat atau pakaian yang dapat menutup seluruh tubuh, muka dan pergelangan tangan.

Bukti sejarah menunjukan pendapat mereka bahwa kaum wanita muslimah pada awal sejarah islam tetap menutup wajah dan kedua pergelangan tangan. Dikalangan bangsa arab jahiliyah tidak mengenakan kerudung sehngga wajah mereka jelas kelihatan dan hal tersebut berlangsung sampai kedatangan islam ketika pertama kalinya terhadap kehidupan mereka. Akan tetapi bangsa yang membiasakan didalam kehidupan memakai kerudung adalah bangsa Persia dan yahudi. Mereka mewajibkan kepada kaum wanitanya agar menutupi wajah dan kedua pergelangan tangannya. Kemudian setelah memeluk agama islam kebiasaan-kebiasaan tersebut tetap mereka pertahankan secara ketat.

Uraian diatas menunjukan bahwa istilah hijab identik dengan istilah wanita muslimah berpakaian lebar yang dapat menutupi seluruh tubuh mereka termasuk muka dan dua pergelangan tangan, dengan tujuan agar bisa memisahkan diri dari pergaulan dengan laki-laki.

Sedangkan istilah busana muslimah diambil dari Al-Qur’an dan dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi :

Artinya:”....Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu,

anak-anakperempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah

merekamengulurkan jilbabnya [1233] ke seluruh tubuh mereka".

(7)

itumereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.

Istilah jilbab ditulis dalam bentuk istilah jamak “ jalbib “. dari ayat diatas mengandung arti bahwa busana muslimah mengandung pengertian sebagai pakaian kurung yang lapang dan dapat menutupi kepala, muka , dada kaum muslimah di dalam berbusana.

Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi, dalam tafsirnya mengatakan bahwa busana mulimah adalah sejenis baju kurung yang menutupi seluruh tubuh wanita lebih dari pada sekedar baju biasa dan kerudung ( Anwar Rosyidi, 2001 : 59 )

Sedangkan pengertian busana muslimah menurut pendapat

Istadiyanata ( 2003, 15 ) adalah “ Pakaian wanita yang dapat menutupi seluruh tubuh wanita kecuali muka dan telapak tangan. Jenis dan modelnya dibuat sedemikian rupa sehingga tak menampakan bentuk dan lekuk tubuh wanita yang dapat menimbulkan rangsangan bagi laki-laki “. Definisi busana muslimah tersebut berbeda dengan definisi jilbab, karena menutupi bagian muka serta dua telapak tangan dalam pengeertian busana muslimah adalah tidak ditutupi. Mereka berpendapat bahwa kewajiban menutupi dan menghalangi bagian muka dan dua telapak tangan itu tidak dibarengi dengan kewajiban menutupi muka dan dua telapak tangan sebagaimana dikemukakan oleh Husein Shahab ( 2002 : 72 ). Ia bersandar pada sabda Rosululloh SAW yang melarang kaum wanita untuk menutupi muka dan pergelanagn tangannya ketika ihram. ( HR Imam malik, Abu Daud, Tarmidzi ) lalu pada suatu kesempatan Imam Muhammad Al- Baqir melihat ada seorang wanita yang tengah ihram tertutup oleh bajunya akibat hembusan angin, serta merta beliau membuka wajah si wanita itu dengan kayu yang ada ditangannya. Pada suatu waktu ada seorang wanita yang sedang berikhram dan mengenakan cadar seraya Imam Al- Baqir menyuruhnya untuk segera menanggalkannya sambil mengatakan bahwa jika ia tidak menanggalkannya matahari tidak akan mengubah kulitnya.

Istilah ketiga adalah wanita berkerudung. Hal iini didasarkan pada surat An-nur ayat 31 yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya:”....Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahanpandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkanperhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Danhendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlahmenampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayahmereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,

atauputera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki

mereka,atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau

(8)

budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidakmempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang

belummengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka

memukulkankakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.

Danbertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang

yangberiman supaya kamu beruntung”.

2. Tujuan Usaha Guru

Kesadaran siswa dalam berbusana muslimah merupakan salah satu tujuan pengembanagan aspek afektif siswa dalam suatu realita praktek. Sedangkan pegembangan aspek kognitif dan psikomotor siswa sudah ditanamkan dan diberikan dalam bentuk materi dan konsep ilmu pendidikan di sekolah. Untuk memperkuat konsep diatas Muhibbin Syah ( 2000, 12 ) mengatakan bahwa tingkah laku afektif adalah tigkah laku yang menyangkut keanekaragaman seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya. Tingkah laku seperti itu tidak terlepas dari pengaruh pengamalan belajar. Oleh karena itu ia juga dapat dianggap perwujudan prilaku belajar. Seorang siswa misalnya dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama islam yang ia pelajari, contohnya kesadaran dalam berbusana muslimah. Lalu menjadikannya sebagai “ sistem nilai diri “. Kemudian pada gilirannya ia menjadikannya sistem nilai ini sebagai penuntun hidup dan menjadi kebiasaan yang mengakar dalam kepribadian. Usaha guru dalam mengembangkan kesadaran siswa berbusana muslimah harus senantiasa seimbang dan selaras dengan tujuan pendidikan agama islam. Ini dikarenakan untuk memperoleh keberhasilan pendidikan agama islam salah satunya tuntunan yang sangat penting adalah kemampuan dan keterampilan guru di dalam mentransformasikan nilai-nilai agama islam serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan dan pendidikan sebagai tugas utama diantaranya mengembangkan kesadaran siswa untuk berbusana muslimah karena berbusana menyangkut akhlaq.

Adapun tujuan usaha guru dalam mengembangkan kesadaran siswa untuk berbusana muslimah adalah sebagai berikut : (1) Untuk menanamkan nilai-nilai ajaran islam terhadap siswa terutama menegenai kesadaran dalam berbusana muslimah. (2) Untuk memanifestasikan aspek kognitif siswa dalam relita asek efektif terutama mengenai kesadarannya untuk selalu berbusana muslimah. (3) Untuk melatih siswa dalam hal belajar kebiasaan yang merupakan proses pembentukan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. (4) Menjadikan kepribadian siswa yang agamis, taat, tunduk dan patuh terhadap ajaran agamanya. (5) Memprioritaskan belajar sikap dalam

(9)

praktek sehari-hari terutama dalam mengembangkan kesadaran siswa dalam berbusana muslimah.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Usaha Guru

Prestasi belajar berhubungan dengan pengalaman belajar yang menimbulkan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, mencakup aspek yang terdapat pada diri individu yang belajar. Jadi pada prinsipnya prestasi belajar merupakan wujud dari hasil belajar. Oleh sebab itu faktor yang mempengaruhi terhadap pretasi belajar.

Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar di kelompokan menjadi dua, yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang terdapat diluar diri siswa (faktor eksternak). Dalam hubungan dengan hal tersebut M Suryono (Ridwan, 2001 : 21 ) mengatakan bahwa: (1) Faktor siswa yang meliputi: Kematangan mental dan kecepatan intelektual b. Kondisi fisik dan kecepatan psikomotor. Karakteristik efektif . Pengaruh kondisi rumah dan situasi sosial , dan Usia dan jenis kelamin; (2) Faktor guru . pengajar yang meliputi: Karakteristik intelektuall; Kecakapan psikomotor; Karakteristik efektif; Umur; Jenis Kelamin, dan Kelas sosial; (3) Faktor interaksi pelajar dan pengajar yang meliputi: Proses belajar; Metode mengajar; dan Interaksi pelajar dan pengajar; (4) Faktor kelompok yang meliputi: Jumlah kelompok; Struktur kelompok; Sikap kelompok; dan Kepemimpinan kelompok; (5) Faktor fasilitas fisik baik rumah maupun sekolah meliputi: Perlengkapan untuk belajar; Ruangan untuk belajar; (6) Faktor lingkungan luar yang meliputi: Kondisi keluarga; Keadaan masyarakat; Situasi cultural; Keadaan sekolah secara keseluruhan; Sistem pendidikan; Organisasi dan administrasi sekolah;

Kegiatan belajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat kompleks, berbbagai faktor mempengaruhinya dan berbagai cara yang dtempuh untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Akan tetapi usaha untuk mencapai prestasi itu tidaklah mudah, karena bukan hanya sekedar ditunjang oleh

intelegensi yang tinggi saja. Akan tetapi banyak faktor yang

mempengaruhinya. Sebagaimana Muhammad Ali (Ridwan,2000:22)

mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar adalah: (1) Kesiapan (readiness) yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakuakan sessuatu. (2) Motivasi adalah dorongan dari dalam diri sendiri; (3) Tujuan yang ingin dicapai.

Untuk mengetahui wujud dari prestasi belajaar siswa yang merupakan hasil belajar dengan cara mengevaluasi ataau menilai. Karena evaluasi menurut Nana Sujana (2002:111) mengatakan bahwa untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakaukan usaha

(10)

atau tindakan. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga berdasarkan criteria tertentu. Proses belajar dan mengajar yang bertujuan dengan rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan belajarnya.

3. Kesadaran Siswa Untuk Berbusana Muslimah

Untuk mengetahui tentang kesadaran siswa berbusana muslimah kita dapat membagi kalimat tersebut kedalam beberapa kata yaitu: (1) Keadaan; Manusia merupakan mahluk homodivinas yang mempumyai potensi untuk bertuhan, potensi tersebut bersifat fitriyah, sehingga secara naluri illahiyah manusia mempunyai suatu kesadaran dibawah sadar bahwa ada suatu kekuatan yang maha dahsyat diluar kekuatan manusia. Sehingga definisi kesadaran adalah keadaan hati, pikiran dan akal ynag bersatu untuk selalu ingat dan mengejawantahkan dalam praktek hidup sehari-hari tentang suatu nilai yang sudah kental dengan jiwanya. (2) Siswa Kata siswa bersinonim dengan kata thalib atau muta’allim dalam bahasa arab yang mempunyai pengertian orang yang mencari ilmu pengetahuan (Ahmad Warsono Munawir, 2001:115). Istilah siswa memang banyak kata sinonimnya yang diantaranya murid, anak didik, peserta didik, orang yang belajar, orang yang sedang mencari ilmu dan sebagainya. Sehingga apabila kita asumsikan kedalam suatu definisi tentang siswa adalah sebagai berikut : Siswa adalah orang yang sedang belajar mengetahui sesuatu; Siswa adalah orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan; Siswa adalah seseorang yang sedang ingin mengetahui sesuatu ilmu sedalam-dalamnya atau hanya sekedar untuk mengetahuinya saja.

METODE PENELITIAN

Penelitian mengemukakan metodologi atau metode penelitian

deskriptif. Winarno Surakhmad (1978:131) mengatakan bahwa: “Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, metode deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup teknis deskriptif” Penulis mengemukakan metode ini, sebab masalah yang diteliti adalah masalah yang terjadi pada masa sekarang ini. Adapun teknik penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data, antara lain: (1) Teknik Observasi; (2) Teknik Angket; (3) Wawancara; (4) Book Survei

Untuk memperoleh data dari objek penelitian maka diperoleh suatu tahap-tahap penelitian yang sistematis. Adapun tahap penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: Menentukan Populasi dan Sampel; Menurut Safari Imam Asy’ari dalam bukunya menyatakan bahwa: Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa manusia, gejala-gejala benda-benda, pola sikap, tingkah laku yang sebagainya yang menjadi objek penelitian ( 2000 : 69 )

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para siswa putrid di Madrasah Tsanawiyah di Garut sebanyak 38 orang dan selanjutnya

(11)

akan dijadikan sampel penelitian sehingga sampel penelitiannya bersifat sampel total kaena kurangdari 100 orang. Sebagaimana Suharsimi Arikunto ( 2002 : 107 ) menyatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancere subjeknya kurang dari 100, lebh baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar maka dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.

Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas terhadap usaha guru pendidikan agama islam dalam mengembangkan kesadaran siswa untuk berbusana muslimah, maka penulis berkesimpulan bahwa metode penelitian yang dianggap paling cocok adalah metode deskriptif, hal ini sesuai dengan pendapat Winarno Surahmad ( 2001 : 139 ) menyatakan bahwa “ metode deskriptif adalah suatu penyelidikan yang bertujuan menggambarkan keadaan diri seseorang, keluarga atau masyarakat tertentu pada saat sekarang berdasarkan faktor-faktor yang tampak saja di dalam situasi yang diselidiki”. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan penulis adalahsebagai berikut : Observasi; Angket; Wawancara, dan studi literaturr dan dokumentasi

Prosedur Pengumpulan Data

Langkah persiapan, meliputi kegiatan : Menyusun angket : Lay Out, pertanyaan-pertanyaan dan alternative jawaban. Mencoba angket yang telah disusun kepada sepuluh orang sebelum disebarkan, dengan tujuan untuk menyeleksi apakah angket tersebut dapat di jawab atau tidak oleh responden atau kalau ada kendala dapat dilakukan perbaikan seperlunnya dan setelah diperbaiki kemudian diperbanyak sesuai dengan jumlah respondenyang diteliti. Menyebarkan angket, yaitu sebelum menyebarkan angket penulis meminta izin dari yang berwajib yang afda di sekitar sekolah. Pengumpulan angket, yaitu setelah angket diisi oleh responden kemudian dikumpulkan untuk diolah. Menyeleksi angket yaitu angket yang terkumpul diseleksi untuk mengetahui angket yang kosong atau tidak diisi, setelah beres semua angket diolah sebagaimana mestinya.

Langkah Pelaksanaan Penelitian Berdasarkan arahan dari dosen pembimbing dan persetujuan pihak yang berwenang maka pelaksanaan penelitian dilaksanakan sebagai mana alokasi waktu yang telah ditentukan.

Prosedur Pengolahan Data

Agar dalam pengolahan data tidak mengalami hambatan dan berjalan dengan lancer, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1). Editing Data; Setelah angket terkumpul maka diadakan penelitian atau pengecekan data atau bahan-bahan yang masuk ( dikumpulkan ) . sedangkan yang dicek adalah kebenarannya dan up to date atau tidaknya. (2). Klasifikasi Data; Pada tahap ini penulis mengelompokan data agar memudahkan pengolahannya dan menyimpulkan data berdasarkan perhitungan prosentase

(12)

yang akan dijadikan pegangan. Biasanya pengolongan-penggolongan dalam bentuk pola kedudukan, kualitas atau data juga untuk menimbulkan suatu gerakan ( dinamik ) atau fenomena – fenomena. (3) Tabulasi Data; Data yang telah dikelompokan itu kemudian dimasukan dalam tabel, agar dapat diketahui frekuensi dari tiap-tiap alternative jawaban dari setiap perntanyaan yang diajukan. (4) Analisis Data; Untuk menganalisa data yang diperoleh, penulis menggunakan perhitungan statistic dengan rumus sebagai berikut:

Analisis Parsial;

Yang dimaksudkan dengan analisis parsial adalah salah satu teknik pengalisisan terhadap masing-masing variabel, adapun teknisnya adalah sebagai berikut:

1) Menghitung rata-rata dari masing-masing indicator dengan menggunakan

rumus “ tendensi Mean “ yaitu :

) ( ) ln ( onden Jumlahresp N ilai Jumlahtota F M =

2) Menganalisa Variabel X denga menggunakan rumus analisis variansi

secara klasifikasi tunggal ( anava tungal )

Analisis Keterkaitan

Menurut pendapat Nur Syam ( 2002 : 118 ) untuk melakukan analisis keterkaitan harus ditempuh langkah-langkah :

1) Pengujian Chi Kuadrat ( 2

X ) dengan rumus

(

)

(

a b

)(

c d

)(

a c

)(

b d

)

bc ad N X + + + + − = 2 2

2) Menurut Soemadi Soeryabrata ( 2003 : 423 ) mengenai pengujian koefisien kontongensi hasil perhitungan statistic dengan criteria sebagai berikut :

- 0,00 - 0,24 = Pengaruh rendah sekali

- 0,20 - 0,40 = Pengaruh rendah tetapi ada

- 0,40 - 0,70 = Pengaruh sedang benar ada

- 0,70 - 0,90 = Pengaruh tinggi meyakinkan

- 0,90 - 1,0 = Pengaruh sangat tinggi

Analisis Emp[irik

1) Mencari mean masing-masing variabel dipergunakan rumus : N FX X = X = mean FX = Skor Total N = Responden

(13)

7 , 16 38 638 = = = X X N FX X

Jumlah skor dari variabel ( Y ) adalah 559

76 , 15 38 559 = = = X X N FY X

2) Membuat tabel skor masing-masing responden dan kategorinya Perhitungan Ghi KUadrat adalah sebagai berikut :

Mencari db dengan menggunakan rumus ( Sudjana, a989 : 273 ) Db = ( b – 1 ) ( k – 1 )

Db = ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )

Db = 1 x 1

Db = 1

Membandingkan 2

X ’ ( Chi Kuadrat hitung ) dengan 2

X ( Chi kuadrat

tabel ). Dengan db ( derajat kebesaran ) 5 %

2

X = 16,612 dan 2

X = 3,841

Dengan demikian 2

X lebih besar dari 2

X t. sehingga Ho ( hipotesis

nihil ) ditolak dan Hk ( hipotesis kerja ) dapat diterima. Hal ini berarti ada pengaruh variabel X kepada variabel Y, atau dengan kata lain bahwa peranan bidang studi pendidikan agama islam di madrasah Tsanawiyah di Garut mempunyai suatu pengaruh yang cukup berarti terhadap siswa untuk berbusana muslimah.

3) Memasukan koefisien KK ( koefisien Kontingen )

Rumus koefisien kontingensi ( KK ) digunakan untuk menganalisis sampai sejauhmana atau seberapa besar pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y dan rumus KK adalah kelanjutan dari penggunaan ru,us Chi

kuadrat ( 2

X ).

Rumus koefisien kontingensi adalah sebagai berikut :

302 , 0 462 , 54 642 , 16 2 2 = == + = KK KK N X X KK KK = 0,54

(14)

Jika angka hasil perhitungan KK ini dikorelasikan dengan koefisien korelasinya, maka 0,54 ini menunjukan adanya korelasi yang cukup berarti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kriteria koefisien korelasi sebagai berikut :

Kurang dari 0,20 hubungan mudah sekali, lemah sekali.

0,20 - 0,40 hubungan mudah tetapi pasti

0,40 - 0,70 hubungan yang cukup berarti.

0,70 - 0,90 hubungan yang tinggi sekali.

Lebih dari 0,90 hubungan sangat tinggi sekali (Sudjana, 1989 : 275 )

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dari hasil analisis tersebut, hal ini menggunakan analisa statistik diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Diperoleh masing-masing variabel yaitu :

76 , 15 38 599 = = X

2. Diperoleh Chi Kuadrat

( )

2

X sebesar 16,642, jika dibanding ( Chi Kuadrat )

dari ( Chi Kuadrat ), maka hasilnya adalah 3,8 ( 3,481 ). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel X dapat berpengaruh terhadap variabel Y, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dari mata pelajaran pendidikan agama islam di sekolah Madrasah Tsanawiyah Ar-Roja Desa Mekarsari Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Mempunyai suatu pengaruh yang cukup berarti bagi siswa untuk berbusana muslimah.

3. Sedangkan koefisien kontingensi yang diperoleh dari hasil perhitungan ii dikorelasikan, maka 0,54 meninjukan adanya realisasi atau peranan yang cukup berarti.

Dilihat dari realitas kesadaran siswa dalam berbusana muslimah di Madrasah Tsanawiyah di Garut cukup antusias. Sedangkan secara empirik dapat di buktikan bahwa hasil analisa di peroleh hasil chi kuadrat sebesar 16,64. jika di bandingkan dengan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel maka hasilnya ialah 3,8. dengan demikian dapat di katakana bahwa variabel X berpengaruh terhadap variabel Y. atau dengan kata lain dapat di katakana bahwa pada mata pelajaran pendidikan ajaran agama islam di Madrsahah Tsanawiyah di Garut mempunyai pengaruh yang cukup berarti bagi yang berbusana muslimah. Sedangkan koefisien konfigurasi yang di hasilkan dari perhitungan adalah 0,54. apabila dari penghitungan ini di korelasikan, maka0,54 menunjukan adanya realisasi atau peran yang cukup berarti.

KESIMPULAN

Setelah mengadakan penelitian, selanjutnya mengolah data yang didapat dari pengumpulan data, maka dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut:

(15)

1. Pelaksanaan serta keberadaan pengajaran pendidikan agama islam di Madrasah Tsanawiyah di Garut dapat dikatakan mempunyai peranan yang cukup berarti terhadap pengembangan kesadaran siswa berbusana muslimah hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang dapat dilakukan penulis dilokasi penelitian, yang ditemukan bahwa siswa yang bebusana muslimah semakin bertambah jumlahnya dari hari-kehari.

2. berdasarkan hasi perhitungan analisis diperoleh keterangan bahwa mata pelajaran Pandidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah di Garut Mempunyai peranan cukup berarti, hal ini dapat dibuktikan dari hasil analisis statistic sebesar 0,54 dari hasil pengujian koefisien korelasi.

3. Dari hasil penelitian juga terungkap bahwa siswa yang berbusana muslimah dipengaruhi factor-faktor seperti guru, orang tua, dan lingkungan. Juga faktor-faktor lainnya seperti bacaan-bacaan yang berhubungan dengan keislaman yang tersedia di perpustakaan sekolah.

Atas dasar itu, penelitian ini meromendasikan:

1. Hendaknya guru-guru pelajaran pendidikan agama islam di dalam

penyampaian materi pelajarannya lebih menitiik beratkan pada

penyampaian serta pengalaman melalui penyuluhan dan pembinaan secara intensif sehingga masalah tersebut akan turut menentukan

keberhasilan proses pengajaran pendidikan agama islam dalam

mengembangkan kesaadran untuk berbusana muslimah.

2. Guru sebagai pendidik dan pengajar di tuntut memberikan sri tauladan terhadap anak didiknya, oleh karena itu guru dituntut merealisasikan dan megngaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Diperbanyak buku-buku bacaan tentang ajaran islam selain GBPP madarasah Tsanawiyah, disampaikan secara variasi professional oleh guru yang bersangkutan juga dengan mempergunakan berbagai mettode sehingga akan mudah diterima oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir 2000. Metose Khusus Pendidikan agama Islam. Bandung: Rosda Karya: Bandung.

Ahmad Tantowi. 2001. Psikologi Pendidik. Bandung: Alfa Beta

Ahmad Warson Munawir. 2001Kamus Al-Munawir Arab – Indonesia. Yogyakarta: Almunawir.

Ali Yusup Sabodri. . 2003. Psikologi Pendidikan.: Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya Arief Ikhwanie. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung. IAIN SGD.

Asad M Kalai, 2001 Kamus Indonesia Arab. Jakarta: Bulan Bintang. Hadari Nawawi. 2003. Pendidikan agama Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Hasbie As-sidiq. 2000. Sejarah dan pengantar Ilmu Tafsir Al-Quran. Jakarta: Bulan Bintang.

(16)

Ivor K Davis. 2003. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali CV.

Jhon Echol dan Hasan . 2002. Kamus Indonesia Inggris. Jakarta:.Gramedia

Juariah Dahlan. 2001. Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Surabaya: Al-Ikhlas. Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Mahmud Yunus. 2002. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan penyelenggara Penterjemah Al-Quran.

Mastuhu. 2002. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS M. Aripin. 2003. Filsapat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Koentjoroningrat. 2003. Metode-metode penelitian MAsyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Nasution. 2002. Didaktis Asas-asas mengajar. Bandung: Tarsito

Ngalim Purwanto. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara --- 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sutrisno Hadi 2003, Metodologi Riseach Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan desertasi jilid I dan II. Yogyakarta:Yayasan penerbitan Fakultas Psikologi UGM

Usman Effendi & Rustana Ardiwinata. 2003. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.

Wayan Nurkancana . 2002. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Winarno Surachmad. 2003. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito .

W. S. Winkel. 2001. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Pengajaran. Bandung: Gramedia

Yusup Adnan 2003. Dasar-dasar Statistik Deskriptif. Bandung: Fakultas Tarbiyah IAIN SGD.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik pra rencana pabrik ini yang berjudul “ Pabrik Methyl

1) PPK menerima informasi dari Gubernur/Walikota/Bupati setempat melalui surat, kemudian membuat laporan kejadian bencana alam dan menyerahkan kepada Satker/P2JN. 2)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan asertivitas antara remaja putri Jawa yang menekuni tari klasik gaya Yogyakarta dengan tari Bali..

Ngarap Imanuel Manik, M.Kom., selaku Ketua Jurusan Matematika dan Statistika, yang telah memberikan persetujuan terhadap topik skripsi yang diajukan dan telah menunjuk para

pipa pada proses produksi yang berasal dari unit kerja PPL

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan melalui pengamatan, pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca dengan penggunaan metode ceramah dan media papan

Kehadiran Staphylococcus aureus dalam jumlah kecil pada makanan tidak menimbulkan masalah karena bersifat alami misalnya pada unggas dan pada beberapa daging yang merupakan

2 Pada Tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa kontribusi terkecil dalam PDRB Kota Bogor adalah sektor pertanian dengan kisaran nilai 0.30 persen dari total PDRB sehingga dapat