UJI EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK CABE JAWA (Piper retroftactum Vahl.) DAN BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) SEBAGAI PENAMBAH STAMINA
PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Sprague Dawley) Anthoni Basit Erlangga1, E. Mulyati Effendi2, Ike Yulia Wiendarlina3
1.3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan Bogor 2
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas dari kombinasi ekstrak cabe jawa dan biji mahoni sebagai penambah stamina pada tikus putih jantan Sprague Dawley. Hewan uji yang digunakan sejumlah 35 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 7 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih. Kelompok tersebut terdiri dari Biji Mahoni, Cabe Jawa Kombinasi Cabe Jawa - Biji Mahoni (2:1), Cabe Jawa - Biji Mahoni (1:1), Cabe Jawa - Biji Mahoni (1:2), Kontrol (-), Kontrol (+). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Cabe Jawa - Biji Mahoni (2:1) merupakan dosis paling efektif terhadap peningkatan stamina tikus, yang dibuktikan dengan daya tahan renang sebesar 635,8 detik dan tidak berbeda nyata dengan kontrol (+) yaitu sebesar 648,2 detik.
Kata Kunci : Stamina, Cabe jawa, Biji mahoni
ABSTRACT
This research as a purpose test the effectiveness from the combination extract javanese long pepper and mahogany bean for stamina increase in male rats Sprague Dawley. Animal testing used a number of 35 male white rats were divided into 7 groups. Each group consisted of 5 rats. Group consists of Mahogany bean, Javanese long pepper, Javanese long pepper - Mahogany bean (2:1), Javanese long pepper - Mahogany bean (1:1), Javanese long pepper - Mahogany bean (1:2), Control (-), Control (+). The result showed that administration of Java chili – mahagony bean (2:1) is the effectiveness dose to increase rats stamina, that in facts with swimming endurance time of 635,8 seconds and not significantly different from the positive control for 648,2 seconds.
Keywords: Stamina, Javanese long pepper, Mahogany bean PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan berbagai spesies flora (tumbuhan), ada 900 jenis tumbuhan yang tumbuh di Indonesia telah digunakan sebagai obat tradisional (Syukur, dkk., 2002). Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional (back to nature) akan semakin meningkat mengingat Indonesia kaya akan sumber daya flora yang dapat digunakan sebagai obat tradisional dan adanya tradisi budaya minum jamu (Syukur, dkk., 2002).
Tumbuhan sebagai obat tradisional atau obat herbal mempunyai kelebihan dibandingkan dengan obat kimia buatan pabrik, karena memiliki harga yang relatif murah dan efek samping yang lebih sedikit (Mahendra, 2006). Pada dasarnya pemanfaatan obat herbal mempunyai tujuan untuk menjaga kondisi tubuh
(promotif), mencegah penyakit (preventif), menyembuhkan suatu penyakit (kuratif) dan untuk memulihkan stamina tubuh (rehabilitatif) (Azizahwati, 2003). Obat herbal yang dapat meningkatkan stamina diperlukan agar tubuh selalu prima dan kelelahan berkurang sehingga aktivitas dan konsentrasi tetap terjaga.
Stamina adalah physical fitness physic artinya kondisi fisik dan kecocokan, keserasian serta kemampuan tubuh kita untuk beradaptasi, menjaga keseimbangan proses faali dan biokimiawi tubuh dalam keadaan stres berat termasuk kerja fisik. Sifatnya yaitu dinamis atau fungsional, kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik yang berat, namun diperlukan stamina yang selalu prima agar tidak terjadi kelelahan sehingga
mengganggu konsentrasi saat bekerja (Anwar, 2009).
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Reaksi ini diatur secara sentral oleh otak dan berupa reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2 (dua) sistem antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semuanya berpusat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Wijaya, dkk., 2006).
Cabe Jawa (Piper rectrofractum L.) merupakan salahsatu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan stamina tubuh. Menurut Paget and Barnes (1964), nilai LD50 pada buah cabe jawa sebesar 101,30 mg/10 g bb mencit. Buah cabe jawa dalam bentuk suspensi sampai dengan dosis 1400 mg/10 g berat badan mencit yang diberikan secara oral tidak bersifat teratogenik pada mencit betina pada waktu periode organogenesis (proses pembentukan organ atau alat tubuh) (Wahjoedi, 1988). Buah cabe jawa dalam bentuk infus 10% pada dosis 2,1 mg/10 g berat badan pada tikus putih mempunyai efek androgenik dan anabolik yang berpengaruh pada stamina dan vitalitas (Sa’roni, dkk., 1989).
Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada tahun ’70-an banyak dicari orang karena dapat dijadikan sebagai obat (Agoes, 2007). Kandungan senyawa metabolit terdiri dari alkaloid, saponin dan flavonoid yang baik untuk mengobati tekanan darah tinggi, kencing manis, rematik, demam, masuk angin dan penambah nafsu makan (Hariana, 2007). Hasil penelitian Gattadah (2012) diketahui bahwa ekstrak kering biji mahoni 10,8% yang diekstraksi dengan etanol 96% dapat
meningkatkan stamina tubuh mencit jantan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, akan dilakukan penelitian tentang efektivitas kombinasi ekstrak cabe jawa dan biji mahoni terhadap peningkatan stamina tubuh tikus jantan Sprague
Dawley. Kombinasi kedua tanaman ini
dimaksudkan untuk melihat pengaruh kedua ekstrak dalam peningkatan stamina pada tubuh tikus. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah natatory
exhaustion, merupakan skrining
farmakologi yang dilakukan untuk mengetahui efek obat yang bekerja pada koordinasi gerak, terutama penurunan kontrol syaraf pusat, dengan cara hewan coba direnangkan pada akuarium dan dihitung lamanya dengan stopwatch
(Turner, 1965).
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan mulai dari bulan Maret sampai bulan April 2015 di Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor.
Pengumpulan Bahan
Cabe Jawa yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh petani di daerah Wonogiri, sedangkan untuk biji Mahoni yang digunakan berasal dari petani di daerah Semarang.
Pembuatan Simplisia Cabe Jawa dan Biji Mahoni
Cabe Jawa dan Biji Mahoni dikeringkan dengan oven pada suhu 40ºC selama 12 jam, simplisia digrinder sampai halus dan berbentuk serbuk, diayak dengan ayakan mesh 20 lalu(Raja, 2008). Uji Fitokimia Serbuk Simplisia
1. Uji Flavonoid
Ditimbang 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering 10 mL
sediaan berbentuk cairan, dengan 10 mL metanol pekat, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit. disaring panas melalui kertas saring kecil berlipat, encerkan filtrat dengan 10 mL air. Setelah dingin ditambahkan 5 mL eter minyak tanah pekat, kocok hati-hati, diamkan, lalu diambil lapisan metanol, diuapkan pada suhu 40ºC di bawah tekanan. Hasil sisa dilarutkan dalam 5 mL etil asetat pekat, dan disaring.
Larutan percobaan diuapkan hingga kering 1 mL, sisa dilarutkan dalam 1 mL etanol (95%) pekat, ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 mL asam klorida pekat, jika terjadi merah jingga sampai merah ungu, menunjukkan adanya flavonoida. Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron (DepKes, 1979a). 2. Uji Alkaloid
Ditimbang sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes Bouchardat LP, Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak mengandung alkaloid.
Jika dengan Mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol P dan dengan Bouchardat LP terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat alkaloida (DepKes, 1979a). 3. Uji Tanin
Ditimbang masing-masing sebanyak 1 g ditambahkan 100 mL air, didihkan selama 5 menit, disaring 10 mL filtrat ditambahkan FeCl3 1%
jika terbentuk warna hitam kehijauan biru menunjukkan adanya tanin.
Ditimbang masing-masing 0,2 g, dilarutkan dalam 5 mL air panas dan diaduk, setelah dingin disentrifugasi dan bagian cair didekantasi larutan NaCl 10% kemudian saring 1 mL ditambahkan 3 mL larutan gelatin 10% diperhatikan adanya endapan (Fransworth, 1966).
4. Uji Saponin
Ditimbang sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik. (Jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, encerkan 1 mL sediaan yang diperiksa dengan 10 mL air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit), terbentuk cairan buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. pada penambahan 1 tetes asam klorida 2N, buih tidak hilang (DepKes, 1979a).
Pembuatan Ekstrak Cabe Jawa
Cabe jawa diekstraksi dengan metode infundasi dengan akuades, dibuat konsentrasi 10% yaitu, serbuk simplisia cabe jawa 10 g dibungkus dalam kain batis, direbus dalam akuades, dipanaskan selama 15 menit dengan suhu 900C, sambil sesekali diaduk, lalu ditambahkan akuades ad 100 mL melalui cabe jawa yang dibungkus kain batis, dilanjutkan dengan penyaringan ekstrak cair buah cabe jawa menggunakan kain batis (DepKes, 2000). Pembuatan Ekstrak Biji Mahoni
Ekstrak biji mahoni diperoleh dengan metode maserasi. Simplisia biji mahoni sebanyak 1000 g dimaserasi dengan pelarut etanol 96% 500 mL selama 24 jam kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat dan ampas. Ampas dimaserasi kembali masing-masing dengan 250 mL dan 250 mL etanol 96% masing-masing
selama 24 jam, setiap 6 jam sekali dikocok selama 15 menit, Filtrat hasil maserasi digabungkan dan dienaptuangkan. Filtrat diuapkan menggunakan alat penguap vakum putar pada temperatur ±40ºC sampai diperoleh ekstrak etanol kental. Pembuatan Sediaan Ekstrak Biji Mahoni 43,2%
Lumpang dipanaskan menggunakan air panas, dimasukkan beberapa mL sediaan CMC-Na 0,5%, ditambahkan ekstrak kering biji mahoni 43,2 g digerus dan dihomogen, dimasukkan ke labu ukur 100 mL. Sisa dalam lumpang, digerus dengan sediaan CMC-Na 0,5%, dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL, dilakukan hingga lumpang bersih. Setelah itu labu ukur ditambahkan CMC-Na 0,5% sampai batas 100 mL (Anief, 1987). Pembuatan Sediaan Kontrol Positif (+)
Lumpang dipanaskan menggunakan air panas, dimasukkan beberapa mL sediaan CMC-Na 0,5%, ditambahkan tablet penambah stamina sebanyak 0,27 g digerus dan dihomogen, dimasukkan ke labu ukur 100 mL. Sisa dalam lumpang, digerus dengan sediaan CMC-Na 0,5%, dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL, dilakukan hingga lumpang bersih. Setelah itu labu ukur ditambahkan CMC-Na 0,5% sampai batas 100 mL (Anief, 1987). Pembuatan Sediaan Kontrol Negatif (-)
Lumpang dipanaskan menggunakan air panas, dimasukkan 2 g CMC-Na, dikembangkan dengan menggunakan akuades sebanyak 30 kali berat CMC-Na pada lumpang selama 30 menit terbentuk musilago. Setelah didapat massa yang halus dan homogen, dimasukkan gelas ukur 100 mL, sisa dalam lumpang ditambahkan akuades panas digerus homogen, dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL, dilakukan hingga lumpang bersih (Anief, 1987).
Prosedur Pengujian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah natatory exhaustion, merupakan metode skrining farmakologi yang dilakukan untuk mengetahui efek obat yang bekerja pada koordinasi gerak, terutama penurunan kontrol saraf pusat. Pertama tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan, tikus dipuasakan selama 3-4 jam untuk pengosongan lambung (Lidiinillah, 2010), hal ini bertujuan untuk mempercepat waktu penyerapan obat (Mycek, et al., 1997). Dilakukan pengamatan uji stamina awal dengan cara direnangkan sampai tenggelam dengan stopwatch, lalu diistirahatkan selama 30 menit. Setelah itu diberikan perlakuan sebagai berikut. 1. Kelompok 1 : diberikan ekstrak cabe
jawa dengan konsentrasi 10% dosis 2,1 mg/10 g berat badan peroral
2. Kelompok 2 : diberikan ekstrak biji mahoni dengan konsentrasi 43,2% dosis 0,02 mL/10 g berat badan peroral. 3. Kelompok 3 : diberikan ekstrak cabe jawa 10% dan biji mahoni 43,2% peroral, perbandingan 2:1
4. Kelompok 4 : diberikan ekstrak cabe jawa 10% dan biji mahoni 43,2% peroral, perbandingan 1:1
5. Kelompok 5 : diberikan ekstrak cabe jawa 10% dan biji mahoni 43,2% peroral, perbandingan 1:2
6. Kelompok 6 : diberikan CMC-Na 2%\, dosis 0,02 mL/g berat badan peroral, sebagai kontrol negatif
7. Kelompok 7 : diberikan sediaan penambah stamina (Fatigon), dosis 0,02 mL/g berat badan peroral sebagai kontrol positif
Setelah diberikan perlakuan, tikus diistirahatkan selama 30 menit sebelum direnangkan, lalu tikus dimasukkan ke dalam wadah akuarium dan dicatat waktu tikus berenang hingga tenggelam dengan
Rancangan Penelitian
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS 17 untuk menguji
Anova dan uji lanjut Duncan.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Serbuk Simplisia dan Ekstrak Pada Biji Mahoni dan Cabe Jawa
Gambar diatas ada bentuk serbuk Biji Mahoni dan Cabe Jawa, hasil pemeriksaan parameter organoleptik menunjukkan bahwa serbuk biji mahoni dan cabe memiliki perbedaan, ditampilkan pada tabel dibawah.
Hasil pemeriksaan parameter organoleptic menunjukkan bahwa serbuk biji mahoni dan cabe memiliki perbedaan. Kadar air ditentukan untuk memenuhi salah satu syarat bahan baku herbal (DepKes RI, 1995). Tujuan penetuan kadar air untuk mengetahui masa simpan. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya tumbuh mikroorganisme. Hasil pemeriksaan kadar air serbuk biji mahoni, dan serbuk cabe jawa didapat 4,22% dan 4,15%. Kadar air tersebut memenuhi
syarat karena tidak lebih dari 5% (Voight, 1994).
Penentuan kadar abu bertujuan memberikan gambaran kandungan mineral-mineral logam yang terkandung dalam simplisia biji mahoni dan cabe jawa. Bila kadar abu simplisia melebihi persyaratan yang ditentu maka simplisia tersebut tidak boleh digunakan untuk bahan baku pembuatan jamu (DepKes, 1979b). Pada kadar abu yang diperbolehkan pada cabe jawa yaitu tidak lebih dari 6% pada hasil penelitian didapat 4,15% (DepKes, 1979b).
Jika dilihat Gambar diatas, terlihat minyak yang terkandung dalam biji mahoni setelah diuapkan dengan menggunakan alat penguap vakum putar, minyak masih terdapat dalam ekstrak dan sulit untuk menguap, karena sifatnya akan menguap bila menggunakan suhu yang tinggi, namun tidak dilakukan agar tidak merusak dari senyawa metabolit lain yang terkandung dalam Ekstrak kental (warna coklat).
Hasil Uji Fitokimia Serbuk dan Ekstrak Biji Mahoni dan Cabe Jawa.
Pada Tabel diatas, terlihat bahwa pada serbuk, ekstrak biji mahoni dan cabe jawa terdapat komponen senyawa flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak kental biji mahoni dapat terekstraksi secara baik oleh pelarut etanol 96% dan ekstrak cair cabe jawa dapat terekstraksi secara baik oleh pelarut air. Hasil Perlakuan Ekstrak Terhadap Peningkatan Stamina Tubuh Tikus
Sprague Dawley
Pengujian perlakuan ini menggunakan Metode natatory exhaustion, merupakan skrining farmakologi yang dilakukan untuk mengetahui efek obat yang bekerja pada koordinasi gerak, terutama penurunan kontrol syaraf pusat, dengan cara hewan coba direnangkan pada akuarium dan dihitung lamanya dengan
stopwatch. Setelah dilakukan perlakuan
didapat data-data hasil pengukuran peningkatan stamina setelah direnangkan, dapat dilihat pada Tabel dibawah ini
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis statistik dengan menggunakan Aplikasi SPSS 17, untuk melihat uji Anova satu jalan, dan uji lanjut Duncan.
Pada uji Anova yang terlihat pada tabel di atas, didapatkan hasil yang sangat signifikan yaitu p = 0,000 (<0,05 dan <0,01), dapat diartikan bahwa pemberian perlakuan melihatkan pengaruh yang
sangat nyata, terdapat peningkatan stamina tikus putih (Sprague Dawley).
Flavonoid yang dikandung dalam biji mahoni diduga menimbulkan efek tonik (peningkat) stamina (Hariana, 2007). Piperin adalah suatu alkaloid yang terkandung dalam tanaman cabe jawa (Atal and Kapur, 1982). Senyawa ini memiliki sifat sinergis seperti flavonoid dari biji mahoni yaitu meningkatkan metabolisme pada tubuh.
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa ketika kedua tanaman ini dikombinasi akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada perlakuan tunggal. Senyawa flavonoid pada mahoni dan senyawa piperin pada cabe jawa mempunyai efek yang sinergis sehingga dihasilkan efek yang lebih baik dari tunggal.
Hasil penelitan terhadap daya tahan renang tikus yang diberi perlakuan Cabe Jawa - Biji Mahoni (2:1) didapat hasil yang terbaik 635,8 detik dan tidak berbeda nyata dengan Kontrol (+) yaitu sebesar 648,2 detik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Semua dosis ektrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) dan kombinasi keduanya efektif dalam peningkatan stamina tubuh tikus putih jantan galur Sprague Dawley.
Dosis Cabe Jawa – Biji Mahoni (2:1) mempunyai efektivitas paling baik terhadap peningkatan stamina tubuh tikus dan relatif sama pengaruhnya dengan perlakuan kontrol positif.
Saran
Perlu dilakukan uji stamina lanjut, dengan memberikan waktu pengamatan yang lebih lama, untuk mengetahui adanya efek samping pada penggunaan zat dalam jangka waktu panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan
Praktik. Penerbit Universitas Gajah
Mada Press. Yogyakarta.
Agoes, G., 2007, Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB, Bandung. 2. Hal 10-41.
Anwar, J. 2009. Menjaga stamina tetap
prima. www Jonianwar blogspot
[serial online]. http://jonnianwar. blogspot.com/2009/07/ menjaga - stamina tetap -prima. html. [5 Maret 2015].
Atal CK., and BM. Kapur. 1982. Cultivation and Utilization of Medicinal Plants. Regional Research Laboratory. Council of Scientific &
Industrial Research. Jammu-Tawi.
India. Hal 576.
Azizahwati, 2003. Uji Khasiat dan
Keamanan Obat Herbal. Dalam: Simposium “Obat Herbal dan Akupuntur Estetika pada Era 2003”.
Jakarta: Perhimpunan Kedokteran Komplementer dan Alternatif Indonesia (PKKAI) dengan Pusat Studi Obat Bahan Alam Jurusan Farmasi (FMIPA-UI) dan Badan POM.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979a. Materia Medika
Indonesia, Jilid III. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
________. 1979b. Farmakope Indonesia.
(Edisi III). Jakarta : Departemen Kesehatan RI Press
Farnsworth, N.R. 1966. Biological and phytochemical screening of plants.
Journal of Pharmaceutical science.
55 (3). Hal 226 – 276.
Gattadah, H. J. 2012. Uji Kemanfaatan
Ekstrak Etanol Biji Mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq)
Terhadap Stamina Tubuh Mencit Jantan Strain Balb C (Skripsi).
Jember : Fakultas Kedoteran Gigi. Universitas Jember.
Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan
Khasiatnya. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Lidiinillah, C.A. 2010. “Efek Analgesik
Perasan Daun Kacapiring
(Gardenia augusta Merr) Pada Mencit Balb-C dengan Metode Geliat”. Tidak Diterbitkan. Jember :
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Mahendra, B. 2006. 13 Jenis Tanaman
Obat Ampuh. Jakarta. PT. Penebar
Swadaya.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. 1997. Farmakologi : Ulasan Bergambar. (Edisi 2). Alih bahasa
oleh Prof. Dr. H. Azwar Agoes. 2001. Jakarta : Penerbit Widya Medika.
Paget, G.E & Barnes, J.M. 1964.
Evaluation of Drug Activies Dalam :
Laurence D.R, & Bacharach, A.L.
Pharmacometrics Vol 1. Page
161-162.
Raja, L.L. 2008. Uji Efek Ektrak Etanol
Biji Mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.) Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Tikus Putih. Tidak
Diterbitkan. Medan: Fakultas Farmasi Sumatra Utara.
Sa’roni. Pudjiastuti, Adjirni BD. 1989. Penelitian Efek Androgenik dan Anabolik Buah Cabe Jawa. Cermin
Dunia Kedokteran; 59 : 22-24
Syukur., Cheppy., Hernani. 2002.
Budidaya Tanaman Obat Komersial.
Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Turner, R.A., 1965. Screening Metode In
Pharmacologi. Volume II. Academi
Press. New York and London. Pages 76-77.
Voight, R. 1994. Buku Perlajaran Teknologi Farmasi. Ed-5. Noerono S, penerjemah. Samhoedi R, editor.
Gajah Mada Press. Terjemahan dari
Lehburch Der Pharmazeutischen Technology. Yogyakarta.
Wahjoedi, B. 1988. Pengaruh Cabe Jawa Terhadap Perkembangan Janin Mencit Putih. Simposium Penelitian
Tumbuhan Obat IV. Universitas
Indonesia. Depok.
Wijaya,, Maurtis LS, Supariati E. 2006.
Hubungan Antara Shift Kerja
Dengan Gangguan Tidur dan
Kelelahan Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dr.
Sardjito Yogyakarta Sains