• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Final Masterplan Agropolitan Kaur 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Final Masterplan Agropolitan Kaur 2007"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

M

M

A

A

S

S

T

T

E

E

R

R

P

P

L

L

A

A

N

N

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

A

A

G

G

R

R

O

O

P

P

O

O

L

L

I

I

T

T

A

A

N

N

K

K

E

E

C

C

A

A

M

M

A

A

T

T

A

A

N

N

K

K

A

A

U

U

R

R

S

S

E

E

L

L

A

A

T

T

A

A

N

N

D

D

A

A

N

N

K

K

E

E

C

C

A

A

M

M

A

A

T

T

A

A

N

N

M

M

A

A

J

J

E

E

K

K

A

A

B

B

U

U

P

P

A

A

T

T

E

E

N

N

K

K

A

A

U

U

R

R

KERJASAMA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN KAUR

DENGAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU

(2)

T

TI

IM

M

P

P

EN

E

NY

YU

US

SU

U

N

N

No Nama Keahlian Keterangan

1 Prof.Dr.Ir.Alnopri,M.S. Agronomi Ketua

2 Ir.Kanang S Hindarto,Dipl Si,M.Sc. Pemetaan Anggota

3 M. Mustopa Romdhon,SP.M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Anggota

(3)

K

K

A

A

T

T

A

A

P

P

E

E

N

N

G

G

A

A

N

N

T

T

A

A

R

R

Program pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu alternatif pembangunan yang berorientasi kewilayahan yang diharapkan akan mengatasi kesenjangan antar sektor ekonomi maupun antar wilayah. Program ini akan mendukung revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan. Program

pengembangan kawasan agropolitan merupakan program pembangunan

berbasiskan pengembangan kawasan. Pembangunan kawasan agropolitan secara simultan dan harmonis dilaksanakan tahap demi tahap. Salah satu tahapan adalah penyusunan master plan agropolitan. Penyusunan Master Plan Agropolitan Kabupaten Kaur tahun 2007 merupakan langkah awal yang ditempuh pemerintah

Kabupaten Kaur dalam program pembangunan agropolitan. Kawasan

pengembangan agropolitan Kabupaten Kaur adalah kawasan Kaur Selatan dan Maje.

Laporan Akhir master plan ini memuat potret kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje, skenario pengembangan kawasan, strategi pengembangan kawasan, dan rencana aksi pembangunan kawasan. Dokumen master plan ini akan dijadikan dokumen acuan untuk mengimplementasikan pembangunan kawasan agropolitan tersebut.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pemerintah Kabupaten Kaur, atas kepercayaan kepada kami untuk menyusun master plan ini. Kegiatan penyusunan Master Plan ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan kontribusi dari instansi terkait Pemerintah Kabupaten Kaur yang telah banyak memberikan masukan. Mudah-mudahan dokumen ini dapat dijadikan acuan dalam proses perencanaan selanjutnya.

Bintuhan, Agustus 2007 Kepala BAPPEDA,

(4)

D

D

AF

A

FT

T

AR

A

R

I

IS

SI

I

KATA PENGANTAR --- iii

DAFTAR ISI --- iv

DAFTAR TABEL --- v

DAFTAR GAMBAR --- vi

BAB 1. PENDAHULUAN --- 1

1.1 Latar Belakang --- 1

1.2 Tujuan dan Tujuan --- 3

1.3. Luaran Kegiatan --- 3

1.3 Metode Pelaksanaan--- 3

1.4 Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan --- 5

1.5 Sistematika Laporan --- 6

BAB 2. KONSEPSI AGROPOLITAN --- 8

2.1 Pengertian Agropolitan --- 8

2.2 Kawasan Agropolitan --- 9

2.3 Tujuan dan Sasaran Agropolitan --- 10

2.4 Tipologi Agropolitan. --- 11

BAB 3. PROFIL KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE --- 13

3.1 Potensi Kawasan --- 13

3.2 Kajian Potensi Kawasan --- 23

3.3 Kedudukan Kawasan --- 24

3.4 Komoditi Unggulan --- 27

3.5 Tipologi Kawasan --- 28

BAB IV. SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE --- 29

4.1 Rencana Alokasi Ruang --- 29

4.2 Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis --- 37

4.3 Kelembagaan Agropolitan Pasca Fasilitas Pemerintah ---- 46

BAB V. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE --- 49

5.1 Kawasan Penghasil Bahan Baku --- 49

5.2 Kawasan Sentra Produksi Olahan --- 52

5.3 Kawasan Kota Kecil/Agropolis--- 58

(5)

BAB VI. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN

AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE --- 61

6.1 Komoditas Kelapa Dalam --- 61

6.2 Integrasi Kelapa Dalam - Ternak Sapi --- 63

6.3 Komoditas Perikanan Tangkap --- 64

(6)

D

D

AF

A

FT

TA

AR

R

T

TA

AB

BE

E

L

L

Tabel 1. Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Kaur --- 13

Tabel 2. Jumlah Penduduk 10 tahun Keatas --- 14

Tabel 3. Jumlah KUD dan Perusahaan Dagang di Kabupaten Kaur --- 14

Tabel 4. Data Kelompok Tani di Kabupaten Kaur --- 15

Tabel 5. Daftar Nama Koperasi Nelayan di Kabupaten Kaur --- 15

Tabel 6. Daftar Kelompok Nelayan di Kabupaten Kaur --- 16

Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kaur --- 17

Tabel 8. Klasifikasi Penduduk di Kabupaten Kaur --- 18

Tabel 9. Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Kaur --- 18

Tabel 10. Luas Perkebunan Rakyat di Kabupaten Kaur --- 19

Tabel 11. Produksi dan Peralatan Tangkap Ikan di Kabupaten Kaur --- 20

Tabel 12. Tempat Pendaratan Ikan di Kabupaten Kaur --- 21

(7)

D

D

AF

A

FT

TA

AR

R

G

GA

AM

MB

B

AR

A

R

Gambar 1. Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan Kaur --- 5

Gambar 2. Peta lokasi kawasan agropolitan Kabupaten Kaur --- 26

Gambar 3. Peta administrasi Kecamatan Kaur Selatan dan Maje --- 30

Gambar 4 Peta Tipologi Kawasan Agropolitan --- 33

Gambar 5. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan --- 36

Gambar 6 Skema Pengembangan SDM Kawasan Agropolitan --- 38

Gambar 7. Peta Rencana Pengembangan Perikanan Tangkap --- 39

Gambar 8 Peta Rencana Pengembangan Integrasi Kelapa Dalam--- 40

Ternak Sapi Gambar 9 Skema Pengembangan Kelembagaan Petani --- 41

Gambar 10. Pengembangan Sumber Permodalan --- 42

Gambar 11 Pengembangan Sumber Permodalan --- 43

Gambar 12 Pohon Industri Pengembangan Kelapa Dalam --- 45

Gambar 13. Pengembangan Sistem Pemasaran --- 46

Gambar 14a Kelembagaan Agropolitan Pasca Fasilitasi Pemerintah --- 47

Gambar 14b Kelembagaan Agropolitan Pasca Fasilitasi Pemerintah --- 48

Gambar 15 Model Integrasi Kelapa Dalam – Ternak Sapi --- 50

Gambar 16 Sistem Rantai Dingin Perikanan Tangkap --- 52

(8)

P

PE

EN

ND

DA

AH

HU

UL

LU

U

AN

A

N

1.1. Latar Belakang

Pengembangan pedesaan melalui aktivitas pendekatan berbasiskan pertanian (agro-base development) perlu terus ditingkatkan, karena dapat memperkokoh pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Kawasan pedesaan harus dikembangkan sebagai suatu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antar desa-kota (urban-rural linkages) yang mempunyai hubungan timbal balik saling menguntungkan. Kawasan pedesaan yang mempunyai produk unggulan ditumbuhkembangkan menjadi kawasan agribisnis dalam suatu kesisteman dan menyeluruh. Kemudian image desa sebagai pemasok produk primer pertanian (belum diolah) harus didorong menjadi desa yang mampu menghasilkan bahan olahan atau industri hasil pertanian, sehingga desa dapat menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi baru.

Pembangunan pertanian Indonesia selama ini baru terfokus pada pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam dalam bentuk pembangunan budidaya pertanian. Berdasarkan sistem pembangunan tersebut, maka masyarakat yang terlibat dalam budidaya pertanian hanya memproduksi produk segar yang memiliki nilai ekonomi sangat rendah. Nilai ekonomi yang lebih tinggi dari produksi pertanian justru dinikmati pelaku bisnis di luar budidaya pertanian, yakni pelaku pengolahan hasil dan pelaku pemasaran. Siatem pembangunan pertanian yang demikian jelas tidak akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian.

Paradigma baru pembangunan pertanian di Indonesia adalah pada ruang lingkup kegiatan budidaya (on-farm), pengolahan hasil, pemasaran, dan jasa-jasa pendukung lainnya (off-farm). Oleh karena itu, paradigma pembangunan pertanian harus berorientasi pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Sistem dan usaha agribisnis ditingkatkan menjadi strategi menterpadukan (mensinergikan) pengembangan strategi agribisnis dengan pendekatan wilayah. Dengan sistim ini diharapkan kemajuan yang tidak hanya bersifat sektoral tetapi juga inter sektoral dan antar wilayah, sehingga tercipta keseimbangan pembangunan antara wilayah khususnya pedesaan yang merupakan basis pertanian dengan wilayah perkotaan.

B

B

AB

A

B

1

1

(9)

Basis pembangunan adalah pembangunan pedesaan. Pembangunan pedesaan pada daerah-daerah pemasok produksi pertanian melalui pengembangan Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP) perlu dimantapkan, agar memiliki ketahanan yang lebih kuat. Untuk mempercepat pembangunan pedesaan, maka diperlukan komitmen dan tanggung jawab moral pembangunan dari segenap aparatur pemerintah, masyarakat, dan swasta. Komitmen tersebut akan mengakibatkan pembangunan pedesaan menjadi efektif, efisien, terintegrasi, dan sinkron dengan pembangunan sektor lainnya dan berwawasan lingkungan. Salah satu program keterpaduan tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan.

Agropolitan dapat diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang akibat berjalannya sistem dan usaha agribisnis. Agropolitan merupakan salah satu alternatif pembangunan pedesaan dalam mendukung Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan program terpadu pembangunan wilayah berbasis pertanian dengan pendekatan wilayah. Pelaksananan pengembangan kawasan agropolitan tersebut, melibatkan peran serta masyarakat di pedesaan dan pemerintah berperan sebagai fasilitator.

Pembangunan kawasan agropolitan secara simultan dan harmonis dilaksanakan tahap demi tahap. Tahap awal dimulai dengan sosialisasi program di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan kawasan pengembangan. Tahap kedua, pemilihan dan penetapan lokasi oleh pemerintah kabupaten dan provinsi. Tahap ketiga, penyusunan master plan agropolitan oleh pemerintah kabupaten. Tahap keempat, pelaksanaan pembangunan kawasan agropolitan oleh departemen dan instansi terkait. Tahap kelima, monitoring dan evaluasi oleh tim Pokja Agropolitan Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Tahap akhir adalah pengembangan pasca 3 (tiga) tahun fasilitasi pemerintah menuju agropolitan mandiri, pengelolaan kawasan oleh masyarakat tani difasilitasi pemerintah kabupaten.

Kabupaten Kaur merupakan salah satu kabupaten pengembangan kawasan agroploitan di provinsi Bengkulu. Lokasi pengembangan agropolitas adalah kawasan Kaur Selatan dan Maje, dengan komoditas unggulan perikanan tangkap, kelapa dan sapi. Tahapan program pengembangan agropolitan kabupaten Kaur telah memasuki tahap ketiga, yakni penyusunan master plan pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje..

(10)

1.2. Maksud Dan Tujuan

Kegiatan penyusunan master plan pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje mempunyai tujuan antara lain adalah:

1. Memberikan gambaran suatu perencanaan program dan kegiatan secara terpadu pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje .

2. Memberikan acuan kegiatan secara periodik, baik berupa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang

3. Menggambarkan sinergisme program antar sektor dan sub-sektor terkait dalam upaya mencapai sasaran pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje.

1.3. Luaran Kegiatan

Berdasarkan ketiga tujuan tersebut, maka luaran yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Tersusunnya profil kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje .

2. Tersedianya skenario pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje.

3. Tersedianya strategi pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje .

4. Tersedianya peta rencana pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje.

5. Tersusunnya program dan kegiatan yang sinergis antar sektor pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje.

1.4. Metode Pelaksanaan

Penentuan kawasan agropolitan Kabupaten Kaur ditentukan berdasarkan telaah terhadap dokumen-dokumen Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten Kaur. Kawasan yang dipilih adalah yang telah memiliki basis pengembangan yang kuat, seperti sejarah budidaya komoditas yang akan diunggulkan, aspek sumberdaya manusia yang sudah berorientasi agribisnis, basis industri pengolahan hasil pertanian, dan infrastruktur dasar (jalan, jaringan listrik, telekomunikasi dan air bersih).

Penentuan komoditi unggulan pada kawasan agropolitan Kabupaten Kaur ditentukan berdasarkan kajian profil kawasan agropolitan Provinsi Bengkulu tahun 2006 dan arah kebijakan pengembagan komoditi pada kawasan terpilih. Berdasarkan hasil sosialisasi dengan pihak-pihak terkait di Kabupaten Kaur yang

(11)

difasilitasi oleh BAPPEDA Kabupaten Kaur, pada hari Sabtu tanggal 9 Desember 2006 yang dihadiri oleh Kepala Dinas pertanian, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Kepala Bappeda, Kepala Bidang Bina Marga Dinas PU, Kabid Usahatani Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Koperasi dan UKM, Kepala BIdang dan PMD Dinas Sosial diperoleh kesepakatan bahwa lokasi pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Kaur adalah Kecamatan Kaur Selatan – Maje dengan komoditi unggulan perkebunan kelapa, ternak sapi , dan perikanan tangkap. Komoditi unggulan yang dipilih adalah yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mengusahakannya, serta mendapat dukungan kuat dari Pemerintah Kabupaten untuk pengembangannya.

Survei identifikasi potensi kawasan agropolitan terpilih dilakukan melalui telaah data sekunder dan pengumpulan data primer. Data sekunder berasal dari dokumen-dokumen perencanaan kawasan pengembangan, antara lain seperti: Profil Kawasan Agropolitan Provinsi Bengkulu Tahun 2006, Kaur Dalam Angka 2005, Laporan Tahunan Kecamatan Maje dan Kaur Selatan, Dokumen RTRW Kabupaten Kaur, Profil Kabupaten Kaur dan Program Tahunan instansi terkait.. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei lapangan (untuk data fisik) dan melalui wawancara (untuk data sosial dan ekonomi).

Data primer dan sekunder dianalisis secara deskriftif untuk mengetahui potensi di kawasan agropolitan terpilih dan digambarkan dalam profil kawasan agropolitan. Hasil analisis data selanjutnya diinterpretasikan untuk menentukan skenario dan strategi pengembangan kawasan agropolitan. Skenario merupakan alternatif model-model pengembangan, sedangkan strategi adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengimplementasikan skenario yang telah dibuat.

Strategi pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Kaur selanjutnya disajikan dalam bentuk peta pengembangan kawasan agropolitan. Penyusunan peta pengembangan tersebut didasarkan atas peta-peta dasar kawasan terpilih, peta administrasi wilayah Kecamatan Maje dan Kecamatan Kaur Selatan. Interpretasi peta-peta dasar menghasilkan peta tipologi kawasan yang didasarkan atas tingkat kesesuaian lahan di kawasan agropolitan.

Berdasarkan profil kawasan, skenario, dan strategi pengembangan kawasan, maka ditampilkan matrik rencana aksi pengembangan kawasan.. Matrik tersebut berisi kebijakan, program dan kegiatan pengembangan pada kawasan agropolitan terpilih.

(12)

1.5.TAHAPAN PENYUSUNAN MASTER PLAN AGROPOLITAN

Tahapan penyusunan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje Kabupaten Kaur dimulai dengan menampilkan potret kawasan, penentuan tipologi kawasan, kajian pengembangan kawasan, skenario dan strategi pengembangan kawasan, dan kebijakan pengembangan kawasan. Secara lengkap tahapan penyusunan master plan agropolitan kawasan Kaur Selatan dan Maje Kabupaten Kaur disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan Kabupaten Kaur  Potret Kawasan

 Kajian Potensi Kawasan  Kajian Setting Kawasan

Terhadap Kawasan Lain

Kawasan Agropolitan

Kajian Tipologi Kawasan Agropolitan Kajian Pengembangan Kawasan Agropolitan  Skenario Pengembangan Kawasan Agropolitan  Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan  Potret Kawasan

 Kajian Potensi Kawasan  Kajian Setting Kawasan

Terhadap Kawasan Lain

Rencana Aksi :

Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan

Sosialisasi Master Plan Agropolitan

(13)

1.6 Sistematika Laporan

Sistematika Laporan Master Plan Kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje Kabupaten Kaur adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Luaran Kegiatan 1.4 Metode Pelaksanaan

1.5 Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan 1.6 Sistematika Laporan

BAB II.KONSEPSI AGROPOLITAN

2.1 Pengertian Agropolitan 2.2 Kawasan Agropolitan

2.3 Tujuan dan Sasaran Agropolitan 2.4 Tipologi Agropolitan.

BAB III.PROFIL KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE

3.1 Potensi Kawasan

3.2 Kajian Potensi Kawasan 3.3 Kedudukan Kawasan 3.4 Komoditi Unggulan 3.5 Tipologi Kawasan

BAB IV. SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE

4.4 Rencana Alokasi Ruang 4.1.1. Peta administrasi 4.1.2 Peta tipologi kawasan

4.1.3 Peta pengembangan kawasan

4.5 Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis

4.6 Kelembagaan Agropolitan Pasca Fasilitas Pemerintah

BAB V. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE

5.1 Kawasan Penghasil Bahan Baku 5.1.1 Kawasan penghasil ikan

(14)

5.2.1 Kawasan sentra olahan ikan 5.2.2 Kawasan sentra olahan kelapa 5.2.3 Kawasan olahan sapi

5.3 Kawasan Kota Kecil/Agropolis 5.4 Kawasan Kota Sedang/Outlet

BAB VI. RENCANA AKSI

6.1 Agribisnis Hulu 6.2 Agribisnis Budidaya 6.3 Agribisnis Hilir

6.4 Jasa Pendukung Agribisnis

(15)

K

KO

ON

NS

SE

EP

PS

SI

I

A

AG

GR

RO

OP

PO

OL

LI

IT

TA

AN

N

2.1. PENGERTIAN AGROPOLITAN

Program agropolitan merupakan pengembangan dan optimalisasi dari hasil-hasil pembangunan pada kawasan andalan, kawasan sentra produksi, kawasan pengembangan ekonomi terpadu serta mengoptimalkan program-program yang sudah ada sebelumnya. Program yang sudah ada sebelumnya adalah program bimas, kimbun, kunak, PPK, PIR, kemitraan petani dan pengusaha agribisnis, kemitraan peternak/nelayan dengan pengusaha industri makanan/eksportir, pengembangan prasarana dan sarana penunjang pertumbuhan ekonomi, sera program-program antar departemen lainnya. Program dan kegiatan -kegiatan yang sudah pernah ada dapat dijadikan cikal bakal pengembangan kawasan agropolitan.

Agropolitan terdiri dari dua kata, yakni agro dan kata politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Dalam penyusunan master plan kabupaten Kaur ini, yang dimaksud dengan agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Kota pertanian dapat merupakan Kota Menengah atau Kota Kecil atau Kota Kecamatan atau Kota Pedesaan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan pedesaan dan desa desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha pertanian (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain.

Agropolitan dapat diartikan sebagai model pendekatan pengembangan kawasan berbasis pertanian, berorientasi pada pembangunan agribisnis yang berkelanjutan. Agropolitan dilaksanakan dengan mengintegrasikan secara simultan dan harmonis seluruh aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan kawasan agropolitan. Pelaksanaannya bersifat multisektoral dari masing-masing departemen

B

B

A

A

B

B

2

2

(16)

pengembangan kawasan agropolitan harus dikembangkan sekaligus. Harmonis berarti seluruh aspek yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan harus berjalan secara berimbang dan tidak ada satu aspekpun yang tertinggal. Aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan adalah aspek pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan permodalan, pengembangan infrastruktur, pengembangan usaha tani (agribisnis).

Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on farm) tetapi juga meliputi pembangunan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian), agribisnis hilir (prosessing dan pemasaran hasil pertanian) dan jasa jasa pendukungnya. Inti dari sistem agribisnis adalah usaha agribisnis yang dilakukan oleh masyarakat terutama petani dan pengusaha (swasta, BUMD dan BUMN) baik pengusaha pelaku penyedia agroinput, pengolahan hasil, pemasaran maupun penyedia jasa. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka sistem agribisnis merupakan suatu usaha komersial di bidang pertanian. Sebagai suatu usaha komersial maka sistem agribisnis haruslah bersifat dinamis, berimbang, berkelanjutan dan berorientasi pada permintaan pasar (demand-driven agribusiness). Sebagai suatu usaha pertanian, maka sistem agribisnis juga harus memperhatikan kondisi bio-fisik, sosial ekonomi masyarakat dan kondisi lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar usaha yang dibangun bisa lebih efisien dan memperoleh laba yang lebih tinggi.

Sistem agribisnis menggambarkan sinergi yang kuat antara usaha budidaya pertanian (on-farm) dengan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa penunjang. Atau dengan kata lain sistem agribisnis merupakan kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi dan teknologi; subsistem usaha tani, yaitu kegiatan produksi pertanian primer tanaman dan hewan; subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis.

2.2. KAWASAN AGROPOLITAN

Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi, melainkan lebih ditentukan oleh skala ekonomi kawasan yang ada. Kawasan agropolitan merupakan bagian dari kawasan yang berada dalam

(17)

pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian) yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan agropolitan tersebut akan memiliki sarana dan prasarana seperti layaknya di perkotaan. Sarana dan prasarana tersebut dibedakan menjadi dua bagian. Pertama adalah sarana dan prasarana ekonomi antara lain berupa pasar dan lembaga keuangan. Ke dua adalah sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi seperti perkantoran, lembaga penyuluhan pertanian dan ahli teknologi, lembaga petani, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, prasarana transportasi (seperti jalan dan terminal), prasarana telekomunikasi, listrik dan air bersih.

Suatu kawasan yang sudah berkembang menjadi kawasan agropolitan memiliki ciri antara lain adalah sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian (agribisnis) dan sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk didalamnya industri pengolahan produk pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan agribisnis hulu, agrowisata dan jasa pelayanan.

Ciri kawasan agropolitan berikutnya adalah terjadinya hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland sekitar kawasan agropolitan bersifat interdependensi (timbal balik) yang harmonis dan saling membutuhkan. Kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya (on-farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off-farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis. Fasilitas tersebut berupa penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi, pengolahan hasil, dan pemasaran hasil produk pertanian.

Ciri akhir kawasan agropolitan adalah ditandai dengan kehidupan masyarakat di kawasan mirip dengan suasana kota, karena keadaan sarana di kawasan agropolitan tersebut tidak jauh berbeda dengan suasana kota.

2.3. TUJUAN DAN SASARAN AGROPOLITAN

Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah. Peningkatan keterkaitan desa dan kota akan mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Dengan berkembangnya sistem dan usaha agribisinis, maka kawasan agroploitan akan membangun kegiatan budidaya (on-farm) dan luar

(18)

budidaya (off-farm), yaitu usaha agribisnis hulu, agribisnis hilir, dan jasa penunjangnya. Hasil pembangunan tersebut diharapkan dapat:

 mengurangi kesenjangan kesejahteraan antar wilayah,  mengurangi kesenjangan antara desa-kota,

 mengurangi kesenjangan pendapatan antar masyarakat,  mengurangi kemiskinan,

 mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif dari kawasan perdesaan, dan  meningkatkan pendapatan asli daerah.

Untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan aropolitan tersebut, maka di bagi ke dalam program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang agropolitan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa-kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Tujuan jangka menengah agropolitan adalah menumbuh-kembangkan kelembagaan usaha ekonomi petani yang efektif, efisien dan berdaya saing. Menumbuhkembangkan sarana dan prasarana umum dan sosial yang mendukung kelancaran usaha ekonomi masyarakat. Menciptakan usaha ekonomi yang mampu mndorongpertumbuhan dan perkembangan usaha masyarakat di kawasan agropolitan. Tujuan jangka pendek agropolitan adalah mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial antar wilayah sertakesenjangan antar desa-kota, mengurangi kemisikinan dan mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif, serta meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian potensial menjadi kawasan agropolitan. Sasaran tersebut akan dicapai melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis, penguatan

kelembagaan petani, pengembangan kelembagaan sistem agribisnis,

pengembangan kelembagaan penyuluhan, pengembangan iklim usaha yang kondusif, meningkatkan sarana dan prasarana produksi, dan meningkatkan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial.

2.4. TIPOLOGI KAWASAN AGROPOLITAN

Pengembangan kawasan agropolitan pada prinsipnya tetap berbasiskan dunia pertanian. Berdasarkan basis dunia pertanian tersebut, maka terdapat beberapa tipologi kawasan agropolitan, yakni berbasiskan :

(19)

1. Tanaman pangan (padi dan palawija)

2. Tanaman hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman bunga hias)

3. Tanaman perkebunan (tanaman perkebunan tahunan dan tanaman perkebunan semusim)

4. Budidaya perternakan (ternak potong dan unggas) 5. Perternakan susu (ruminansia)

6. Perikanan tangkap (laut dan danau) 7. Perikanan budidaya (ikan air tawar)

8. Hutan konservasi (pemanfaatan hutan konservasi sebagai hutan wisata), dan 9. Agrowisata (pemanfaatan aspek panorama keindahan alam berbasiskan

pertanian).

Di Provinsi Bengkulu, ada beberapa kawasan agropolitan yang telah berjalan dengan basis pertanian yang berbeda. Kawasan agropolitan yang berbasiskan hortikultura diterapkan di Kabupaten Rejang Lebong, yakni cabe dan tomat, juga berbasiskan ternak susu sebagai komoditi harapan, Kabupaten Bengkulu Utara berbasiskan tanaman salak dan budidaya ikan tawar. Kabupaten Bengkulu Selatan berbasiskan tanaman jagung dan peternakan sapi. Kabupaten Kepahiang berbasiskan tanaman pangan jagung dan tanaman perkebunan kakao.

(20)

P

PR

R

OF

O

FI

IL

L

K

K

AW

A

WA

AS

S

AN

A

N

A

AG

GR

RO

O

PO

P

OL

LI

IT

TA

AN

N

K

KA

AU

UR

R

S

SE

EL

LA

AT

TA

AN

N

D

DA

AN

N

M

MA

AJ

JE

E

3.1. POTENSI KAWASAN

3.1.1 Sarana dan Prasarana 31.1.1 Sarana Pendidikan

Bidang pendidikan merupakan faktor penentu utama kemajuan

pembangunan, sehingga diperlukan sarana pendidikan untuk mengimbangi pertambahan penduduk yang dari tahun ke tahun semakin bertambah. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten Kaur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Sarana Pendidikan Kabupaten Kaur tahun 2005

No. Kecamatan Jumlah

TK SD SMP SMA 1 Nasal 3 15 2 - 2 Maje 1 16 2 1 3 Kaur Selatan 4 13 2 5 4 Tetap 2 9 1 - 5 Kaur Tengah 1 7 1 1 6 Kinal - 8 2 7 Semidang Gumai 1 7 2 1 8 Muara Sahung 1 6 1 - 9 Luas 1 7 1 1 10 Tanjung Kemuning 5 11 2 1 11 Lungkang Kule - 5 1 1 12 Kaur Utara 3 9 2 1

13 Padang Guci Hulu - 10 1 -

14 Padang Guci Hilir - 5 1 -

15 Kelam Tengah - 8 1 -

Jumlah 22 136 22 12

Sumber : Kaur Dalam Angka, 2005

Pendidikan sangat menentukan cepat atau lambatnya kemajuan pembangunan di suatu kawasan termasuk pada pengembangan kawasan agropolitan. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje disajikan pada Tabel 2.

B

B

A

A

B

B

3

3

(21)

Tabel 2. Jumlah Penduduk 10 Tahun Keatas Berdasarkan Pendidikan Kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak/Belum pernah Sekolah 2,647 3.16

2 Tidak/belum Tamat SD 20,851 24.91 3 Tamat SD 32,438 38.75 4 SMP 16,253 19.42 5 SMA 10,113 12.08 6 Diploma 940 1.12 7 Sarjana/DIV/S2/S3 465 0.56 Jumlah 83,707 100

Sumber : Potret Empat Tahun Kabupaten Kaur, 2007

3.1.1.2 Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian di kabupaten Kaur yang sangat berperan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan agropolitan adalah koperasi unit desa (KUD) dan perusahaan dagang. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah KUD dan perusahaan dagang di Kabupaten Kaur, dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Jumlah KUD dan Perusahaan Dagang Kabupaten Kaur Tahun 2005

No. Kecamatan Perusahaan Dagang KUD

1 Nasal 1 1 2 Maje 4 - 3 Kaur Selatan 32 1 4 Tetap 2 - 5 Kaur Tengah 1 2 6 Kinal 2 - 7 Semidang Gumai 3 - 8 Muara Sahung - 1 9 Luas 1 - 10 Tanjung Kemuning 7 1 11 Lungkang Kule - - 12 Kaur Utara 6 1

13 Padang Guci Hulu - -

14 Padang Guci Hilir - -

15 Kelam Tengah 4 -

Jumlah 63 7

Sumber : Kaur Dalam Angka, 2005

(22)

Sebaran organisasi petani berupa kelompok tani berdasarkan kecamatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Kelompok Tani kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje

No. Kecamatan Jumlah Jumlah

Anggota (orang)

Jenis Kelompok

1 Nasal 29 735 Kelompok Dewasa

2 Maje 30 718 Kelompok Dewasa

3 Kaur Selatan 40 1023 Kelompok Dewasa

4 Tetap 21 499 Kelompok Dewasa

5 Kaur Tengah 25 545 Kelompok Dewasa

6 Kinal 25 675 Kelompok Dewasa

7 Semidang Gumai 31 774 Kelompok Dewasa

8 Muara Sahung 13 373 Kelompok Dewasa

9 Luas 13 406 Kelompok Dewasa

10 Tanjung Kemuning 23 484 Kelompok Dewasa

11 Lungkang Kule 14 343 Kelompok Dewasa

12 Kaur Utara 12 316 Kelompok Dewasa

13 Padang Guci Hulu 7 207 Kelompok Dewasa

14 Padang Guci Hilir 13 272 Kelompok Dewasa

15 Kelam Tengah 15 381 Kelompok Dewasa

Jumlah 312 7751

Sumber : Laporan BIPP Dinas Pertanian Kaur 2006

Untuk mendukung pengembangan perikanan tangkap di kawasan agropolitan telah terdapat koperasi dan nelayan serta satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu PT.Kaur Perdana. Sarana ekonomi ini melayani berbagai kebutuhan khususnya pengadaan sarana produksi dan pemasaran hasil tangkapan serta sumber pendanaan usaha. Kabupaten Kaur memiliki beberapa kelompok usaha bersama dalam bentuk koperasi nelayan (Tabel 5)..

Tabel 5. Daftar Nama Koperasi Nelayan Di Kabupaten Kaur

No Nama Alamat

1 Karunia Desa Pasar Lama kec.kaur selatan

2 Sukamaju Desa Pasar Lama kec.kaur selatan

3 Mina Utam Desa Bandar Kec.Kaur Selatan

4 Karya Bakti Pasar Lama kec.kaur selatan

5 Swasta Usaha Bersama Desa Mentiring Kaur Tengah

6 Tani Nelayan Maju Jaya Desa Linau Kec.Maje

7 Dermaga Merpas Desa Merpas Kec.Muara Nasal

Sumber : DKP Kabupaten Kaur,2005

Kelompok tani nelayan telah terbentuk sebanyak 34 kelompok nelayan dengan jumlah anggota yang cukup banyak. Daftar kelompok tani nelayan di Kabupaten Kaur dapat dilihat pada Tabel 6.

(23)

Tabel 6. Daftar Kelompok Nelayan di Kabupaten Kaur Tahun 2005.

No Nama Kelompok Alamat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Sepakat Suka Maju Keramat Dagang Pajar Timur Mekar Sari Wai Jung Indah Mitra Bersama Pantai Selatan Mina Lestari Karang Asih Sinar Menyingsing Andesmen Air Puting Air Durian Harapan Maju Kemuning Raya Karya Bakti Usaha Muda Tunas Harapan Batu Jung Sinar Harapan KK Usaha Bersama Luas Jaya Cahaya Maju Sinar Pagi Mutiara Senja Guyuran Dua Putri Raga Suci KMP. 7 (Serasi) Bangkit Jaya Garuda Hitam Harapan Maju Sekunyit Pasar Lama Pasar Lama Gedung Sako Linau Way Hawang Jembatan Dua Merpas Sekunyit Suka Merindu Tj. Pandan Mentiring Pd. Baru Nusuk Cahaya Batin Tj. Kemuning Tj. Iman Tj. Aur Tj. Bulan Way Hawang Benteng Harapan Suka Banjar Muara Tetap Pd. Baru Cahaya Batin Sk. Merindu Sk. Merindu Sk. Merindu Sk. Merindu Sk. Merindu Sk. Merindu Sulau Wangi Sekunyit Benteng Harapan

Sumber ; Laporan TPD PEMP Kabupaten.Kaur, 2005

3.1.1.3 Kondisi Aksesibilitas

Sarana telekomunikasi, dan Listrik telah terdapat di Kabupaten Kaur akan dapat mempercepat aksesibilitas kawasan terhadap kawasan luarnya walaupun persebarannya belum merata di setiap kecamatan. Kecamatan Kaur Selatan merupakan kecamatan yang telah mempunyai sarana telekomunikasi, dan listrik. Kawasan agropolitan terletak pada poros jalan lintas barat Sumatera, menghubungkan Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Lampung dalam kondisi yang baik. Kemudahan aksesibiltas ini akan memberikan multiplier efek terhadap pertumbuhan kawasan agropolitan (kelancaran arus input dan produk).

(24)

3.1.2 Potensi Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk kabupaten Kaur pada tahun 2005 dan sebarannya berdasarkan kecamatan disajikan pada Tabel 7.

3.1.2.Kependudukan

Jumlah penduduk di Kabupaten Kaur sebanyak 107.521 jiwa yang terdiri dari laki-laki 56.094 jiwa (52,17%) dan perempuan 51.427 jiwa (47,83%) Jumlah penduduk di Kabupaten Kaur adalah sebanyak 107.521 jiwa dengan tingkat kepadatan mencapai 42 jiwa/km2.

Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kaur Dirinci Tiap Kecamatan Tahun 2005.

No. Kecamatan Luas (km2) Penduduk

(jiwa) Kepadatan jiwa/ km2 1 Kaur Selatan 98,64 10965 111 2 Kaur Utara 61,15 6717 110 3 Kinal 192,22 5030 26 4 Luas 128,49 4892 38 5 Maje 382,01 13472 35 6 Muara Sahung 292,17 5819 20 7 Etap 98,97 5614 57 8 Nasal 599,37 14412 24

9 Padang Guci Hilir 131,92 3952 30

10 Padang Guci Hulu 360,97 5136 15

11 Kaur Tengah 25,80 4290 166 12 Kelam Tengah 40,64 7091 174 13 Lungkang Kule 28,85 4600 159 14 Semidang Gumai 45,06 5280 117 15 Tanjung Kemuning 79,75 10251 129 Kabupaten Kaur 2556 102.399 40.06

(25)

Klasifikasi penduduk berdasarkan usia disajikan pada Tabel 8

Tabel 8. Klasifikasi Penduduk Kabupaten Kaur Berdasarkan Golongan Usia Tahun 2005

Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 4.960 3.243 8.203 5 – 9 6.216 6.814 13.030 10 – 14 7.053 6.236 13.289 15 – 19 6.821 5.381 12.202 20 – 24 4.302 3.773 8.705 25 – 29 4.343 3.558 7.901 30 – 34 3.526 4.014 7.540 35 – 39 3.515 3.859 7.374 40 – 44 3.226 3.301 6.527 45 – 49 2.526 2.496 5.022 50 – 54 2.333 1.767 4.100 55 – 59 1.689 1.695 3.384 60 - 64 1.635 1.591 3.226 65+ 2.021 1.940 3.961 Jumlah 54.166 49.668 103.834

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka, 2005

3.1.3 Potensi Perkebunan , Perikanan dan Peternakan a. Tanaman Perkebunan

Potensi Kabupaten Kaur yang berkaitan dengan program pengembangan kawasan agropolitan disajikan pada Tabel 9. Pemanfaatan lahan di Kawasan Kabupaten Kaur sampai dengan tahun 2004 didominasi oleh jenis penggunaan lahan untuk hutan negara yang mencapai 89.173 hektar atau sekitar 34,89% dari seluruh luas lahan yang ada. Penggunaan lahan untuk tambak hanya memanfaatkan lahan sebesar 6 ha atau 0,00% dari luas keseluruhan.

Tabel 9.Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur Tahun 2004

No. Penggunaan lahan Luas (ha) %

1 Pekarangan/lahan untuk bangunan & halaman sekitarnya 4.090 1,60 2 Tegalan/kebun 7.898 3,09 3 Ladang/huma 4.049 1,58 4 Padang rumput 3.010 1,18 5 Tambak 6 0,00 6 Kolam/tebat/empang 62 0,02 7 Rawa-rawa 75 0,03

8 Lahan yang sementara tidak diusahakan 33.094 12,95

9 Hutan rakyat 39.305 15,53

10 Perkebunan negara/swasta 27.835 10,89

11 Hutan negara 89.173 34,89

12 Lainnya 46.603 18,23

Total luas 255.600 100

(26)

Potensi perkebunan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Kaur merupakan komoditi ekspor dan penghasil devisa nomigas. Komoditas tersebut antara lain kopi, karet, kelapa sawit, kelapa, kakao , cengkeh dan lada. Untuk kelompok tanaman perkebunan pada Tabel 10 dapat dilihat untuk komoditas kelapa merupakan komoditi unggulan di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje. Pengembangan subsektor perkebunan di masa yang akan datang adalah mengembangkan tanaman kelapa diikuti tanaman lainnya yang juga dikembangkan secara simultan seperti karet dan kelapa sawit. Data untuk komoditi perkebunan, Kabupaten Kaur luas areal tanaman perkebunan perinciannya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas Perkebunan Rakyat di Kabupaten Kaur Tahun 2005

No Kecamatan Kopi Karet Kelapa K.Sawit Cengkeh Lada

1 Nasal 4303 34 309 34 104 610 2 Maje 3565 29 23 29 106 1206 3 Kaur Selatan 55 3 583 3 28 97 4 tetap 1033 183 51 185 26 97 5 Kaur Tengah 370 25 114,5 25 13 286 6 Kinal 1060 101 187,5 101 87 448 7 Semidang Gumai 100 - 25 - - - 8 Muara Sahung 1051 - 9 - - 44 9 Luas 5386 386 14 105 - 2750 10 Tanjung Kemuning 379 105 173 386 63 86 11 Lungkang Kule 1045 - 93 - - - 12 Kaur Utara 1658 246 927 246 46 124

13 Padang Guci Hulu 1148 194 53,5 194 - 30

14 Padang Guci Hilir 1132 - 21 - - -

15 Kelam Tengah 97 33 157 33 6 21

Sumber : Kaur Dalam Angka tahun 2005

b. Perikanan Tangkap

Perikanan di Kabupaten Kaur mempunyai jenis usaha perikanan tangkap dan budiaya air tawar. Budidaya perikanan air tawar yang dikembangkan berupa jenis usaha budidaya seperti kolam, perairan umum, dan sawah. Sementara perikanan tangkap di kawasan agropolitan menjadi komoditi unggulan. Namun peralatan tangkap yang digunakan nelayan Kabupaten Kaur masih didominasi alat tangkap bersifat tradisional seperti perahu tanpa motor. Faktor ini menyebabkan daya jelajah wilayah tangkap (fishing ground) pendek sehingga produksi perikanan tangkap belum optimal. Di kawasan agropolitan telah pula tersedia Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang mendukung kelancaran aksesibilitas pemasaran perikanan. Pada Tabel

(27)

11 dan Tabel 12 dapat dilihat infrastruktur dan produksi dan peralatan perikanan tangkap di Kabupaten Kaur pada Tahun 2005.

Tabel 11. Produksi dan Peralatan Tangkap Ikan di Kabupaten Kaur Tahun 2006

No Kecamatan Produksi (Ton) Perahu/kapal tangkap (unit) 1 Nasal 297,45 86 2 Maje 245,29 153 3 Kaur Selatan 447,28 196 4 Tetap - - 5 Kaur Tengah 240,13 77 6 Kinal 248,2 - 7 Semidang Gumai - 33 8 Muara Sahung - - 9 Luas - - 10 Tanjung Kemuning 213,74 35 11 Lungkang Kule - - 12 Kaur Utara - -

13 Padang Guci Hulu - -

14 Padang Guci Hilir - -

15 Kelam Tengah - -

Sumber : Kaur Dalam Angka Tahun 2005

Ketersediaan infrastruktur perikanan yang terdapat di Kabupaten Kaur khususnya kawasan agropolitan sangat mendukung pertumbuhan sektor perikanan tangkap di Kabupaten Kaur khususnya dan Provinsi Bengkulu pada umumnya. Meskipoun saat ini, kegiatan pendaratan ikan dilakukan di pelabuhan Linau, Merpas, Pasar Lama dan Sekunyit yang kondisinya kurang memadai untuk berlabuhnya kapal. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) saat ini berjumlah 9 buah TPI yang tersebar di 6 kecamatan yakni :

(28)

Tabel . 12 Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di Kabupaten Kaur

No Kecamatan Tempat Pendaratan Ikan

(TPI) Desa/Kelurahan 1 Nasal Dermaga Pelang Karya Merpas Merpas

2 Maje Pantai Keramat

Maje Jaya

Linau Linau

3 Kaur Selatan Mina Usaha

Sukamaju Keramat Dagang Sekunyit Pasar Lama Pasar Lama 4 tetap - - 5 Kaur Tengah - - 6 Kinal - -

7 Semidang Gumai Mentiring Mentiring

8 Muara Sahung - -

9 Luas - -

10 Tanjung Kemuning Sulau Sulau

11 Lungkang Kule - -

12 Kaur Utara - -

13 Padang Guci Hulu - -

14 Padang Guci Hilir - -

15 Kelam Tengah -

Sumber : Kaur Dalam Angka Tahun 2005

TPI yang ada belum memiliki bangunan yang memadai seperti outlet, ruang administrasi dan pergudangan. Untuk itu, peningkatan kualitas sarana dan prasarana TPI merupakan salah satu kebutuhan yang harus dilengkapi.

Pabrik Es

Untuk mendukung sektor perikanan tangkap diperlukan pabrik es yang berfungsi untuk menyediakan es sebagai komponen yang diperlukan dalam pendinginan ikan. Pendinginan sangat diperlukan agar hasil tangkapan tidak cepat membusuk. Kabupaten Kaur saat ini telah memiliki satu unit pabrik es dengan kapasitas 60 ton/hari.

Cold Storage

Cold storage adalah perlengkapan yang digunakan untuk menyimpan ikan

hasil tangkapan yang telah dibekukan. Jenis cold storage yang ada pada nelayan di Kabupaten Kaur saat ini hanya sebatas cool box, yakni kotak berinsulasi dengan kapasitas yang kecil. Untuk kapasitas besar, maka diperlukan cold storage berukuran besar yang dilengkapi chill room, sementara untuk tujuan pamer ikan segar diperlukan peralatan portable show case. Pembekuan ikan dilakukan menggunakan blast freezer untuk menghasilkan produk ikan beku, sementara untuk mempertahankan kualitas ikan di laut, kapal hendaknya dilengkapi dengan peralatan

(29)

Refrigerated Sea Water (RSW). Untuk transportasinya diperlukan refrigerated truck

yang akan membawa hasil perikanan dari Kabupaten Kaur ke Jakarta. Saat ini kesemua sarana tersebut belum tersedia di Kabupaten Kaur. Diharapkan, melalui dana APBN peralatan tersebut dapat disediakan dalam rangka memperkuat sistem rantai dingin perikanan Kabupaten Kaur.

Sarana Air Bersih

Sarana air bersih yang telah tersedia adalah reservoir air bersih. Kondisinya berada dalam keadaan baik dan siap untuk dimanfaatkan. Namun demikian, peralatan pendukung untuk pengangkutan air tersebut belum tersedia seperti pompa air dan sumber listrik

SPDN dan SPBBN

Solar Packed Dealer Nelayan dan Stasiun Pompa Bahan Bakar Nelayan

belum tersedia. Diharapkan pada tahun 2007 satu unit SPDN akan tersedia di Kabupaten Kaur.

Peralatan Pengolahan Ikan

Peralatan pengolahan ikan yang tersedia baru berbentuk peralatan pengolah tradisional. Belum terssedia peralatan pengolah tepat guna seperti meat bone separator, hammer mill, screw press, vacum sealer, fillet machine, deep frying, dan lainlain yang diperlukan dalam proses pembuatan fillet, nugget, bakso, tepung ikan, abon ikan, kerupuk ikan dan pengallengan belum tersedia.Untuk mempercepat proses alih teknologi diperlukan pelatihan, magang kerja dan bantuan alat untuk kelompok masyarakat pesisir Kabupaten Kaur.

c. Peternakan

Peternakan di Kabupaten Kaur terbagi atas ternak besar mencakup sapi, kerbau, kambing dan domba,sedangkan ternak unggas terdiri dari ayam dan itik. Ternak sapi menjadi komoditi unggulan di kawasan agropolitan Maje dan Kaur Selatan.Produksi daging ternak sapi cukup besar sebagai sumbe protein hewani di Kabupaten Kaur. Tabel 13 menunjukkan produksi daging ternak di Kabupaten Kaur tahun 2005.

(30)

Tabel 13. Produksi Daging Ternak di Kabupaten Kaur Tahun 2005

No Jenis Ternak Produksi (Ton)

1 Sapi 57.888

2 Kerbau 25.3

3 Kambing 75

4 Domba 563

5 Ayam Buras 547.376

6 Ayam Ras Pedaging 119.032

7 Ayam Ras Petelur -

8 Itik 12.245

Sumber : Kaur Dalam Angka Tahun 2005

Pengelolaan peternakan sapi ini dalam kawasan agropolitan diharapkan dapat mendukung program pemerintah dalam menerapkan budaya ternak sapi yang baik. Budaya masyarakat setempat masih mengembalakan ternak secara liar sehingga banyak ternak ang berkeliaran di jalan dan pemukiman masyarakat. Pengelolaan pengembalaan ternak akan terintegrasi dengan perkebunan .

3.1.4 Potensi Pariwisata

Kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Kaur Selatan mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Peluang pengembangan objek wisata berupa wisata bahari. Wisata bahari yang potensial antara lain adalah kawasan pantai. Kawasan pantai berbasiskan perikanan tangkap dapat dijadikan objek wisata, dengan karakteristik Pusat Jajan Serba Ikan (PUJASERI). Potensi wisata bahari tersebut dapat dikembangkan secara terintegrasi dengan potensi wisata agro di kecamatan lain seperti perkebunan kelapa di Kecamatan Kaur Selatan.

3.2. KAJIANPOTENSIKAWASAN

Sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan dalam kawasan agropolitan, maka Kawasan Kaur Selatan dan Maje memiliki keunggulan dibandingkan kawasan kecamatan-kecamatan lain. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

Memiliki jumlah petani, nelayan dan pedagang paling banyak, sehingga dapat menunjang kegiatan agribisnis di dalam kawasan agropolitan.

 Memiliki prasarana yang memadai seperti koperasi, kelompok tani dan prasarana pendidikan hingga ke jenjang SLTA. Prasarana seperti ini dibutuhkan untuk mendukung permodalan dan mempersiapkan sumberdaya manusia berkualitas untuk pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Kaur.

(31)

 Terletak di jalan lintas Bengkulu – Manna - Kaur – Liwa - Lampung sehingga memudahkan dalam mobilitas barang dan jasa.

 Produktivitas tanaman perkebunan kelapa, relatif tinggi. Luas areal sebesar 2.721 ha dengan produksi total kelapa di kawasan agropilitan pada tahun 2005 mencapai 6499,56 ton. Produksi perikanan tangkap mencapai 1692,69 ton serta produksi daging ternak sapi mencapai 57.888 ton.

 Budaya perkebunan dan perikanan tangkap pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Majesudah cukup baik. Sebaran komoditas sub-sektor perkebunan dan perikanan sudah cukup luas dan produksi total cukup tinggi.  Mata pencaharian pada kawasan agropolitan Maje dan Kaur Selatan

didominasi oleh pertanian, khususnya petani dan nelayan

Program pengembangan agropolitan merupakan program pembangunan yang berbasis kawasan, bukan berbasis sektoral. Hal ini dilakukan agar diperoleh suatu model pembangunan kawasan yang berbasis agribisnis secara berkelanjutan. Tujuan akhir program agropolitan adalah terbentuknya kawasan agropolitan mandiri yang dikelola oleh masyarakat tani. Oleh sebab itu, perlu disusun program dan kegiatan yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dan pelaku agribisnis.

3.3. KEDUDUKANKAWASAN

3.3.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis

Kabupaten Kaur merupakan salah satu daerah di wilayah Provinsi Bengkulu, dengan ibukota Bintuhan. Jarak antara ibukota kabupaten dengan ibukota Provinsi Bengkulu adalah 201 km dengan waktu tempuh selama 5 jam. Luas Kabupaten Kaur adalah 2556 km2 yang terdiri dari lima belas kecamatan definitif, 153 desa dan 3 kelurahan. Kabupaten Kaur terletak antara 10304’8,76”- 103046’50,12” Bujur Timur dan 040 15’8,21”- 04055’27,77” Lintang Selatan Kondisi geografis Kabupaten Kaur sebagian besar merupakan dataran yang berada pada ketinggian 100 – 500 M. Kabupaten Kaur mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara dengan Kecamatan Kedurang Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan

2. Sebelah selatan dengan Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung

(32)

3. Sebelah timur dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan

4. Sebelah barat dengan Samudera Hindia

3.3.2.Wilayah Administrasi

Wilayah agropolitan secara harfiah tidak dibatasi oleh batas administrasi seperti desa, kecamatan atau kabupaten karena laju pertumbuhan tanaman sepenuhnya ditentukan oleh batasan-batasan alam yang ada. Oleh sebab itu, batasan wilayah agropolitan ditentukan oleh tingkat kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditi pertanian tertentu. Namun di sisi lain nama wilayah administrasi seperti desa dan kecamatan tetap diperlukan untuk memudahkan pelaksanaan manajemen agropolitan, sehingga nama wilayah administrasi tetap digunakan dalam manajemen agropolitan.

Berdasarkan keputusan Bupati Kaur Nomor ….. tahun 2007, maka wilayah administrasi agropolitan Kabupaten Kaur adalah Kecamatan Kaur Selatan dan kecamatan Maje. Batas administrasi kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje adalah:

1. Sebelah utara dengan Kecamatan Tetap

2. Sebelah selatan dengan Kecamatan Nasal (Air Nasal) 3. Sebelah barat dengan Samudera Indonesia

4. Sebelah Timur dengan Propinsi Sumatera Selatan

Kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje terletak di jalan lintas barat Sumatera yaitu Kota Bengkulu – Tais (Seluma) – Manna (Bengkulu Selatan) – Bintuhan (Kau)r- Liwa (Lampung Barat – Kota Bandar Lampung sehingga lokasinya sangat strategis dalam usaha agribisnis (Gambar 2). Keberadaan jalan negara tersebut akan mempermudah transportasi barang dan jasa dari dan menuju kawasan agropolitan.

(33)
(34)

3.4. KOMODITIUNGGULAN

Fungsi kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Berdasarkan potensi yang dimiliki sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, maka fungsi kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje adalah sebagai berikut:

1. Pusat perkebunan dengan komoditi unggulan Kelapa dalam, sapi dan perikanan tangkap.

2. Sentra produksi pertanian dengan jangkauan pelayanan lokal dan regional.

3. Pusat pelayanan lokal bagi penduduk kawasan, sehingga perlu peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas dan utilitas.

4. Pusat koleksi hasil pertanian untuk dipasarkan dalam skala lokal dan regional. 5. Dengan potensi pariwisata yang ada di pantai serta di dukung oleh kondisi

hamparan perkebunan kelapa maka kawasan agropolitan sangat berpotensi sebagai salah satu tujuan wisata terutama wisata agro dan bahari.

Berdasarkan Profil kawasan agropolitan Provinsi Bengkulu Kabupaten Kaur dan Kabupaten Mukomuko tahun 2006 maka dengan mengacu hasil analisis menggunakan metode perhitungan location quitient (LQ) dan mengacu pada hasil rapat dan pembahasan tingkat provinsi serta kondisi aksesibilitas wilayah pengembangan, maka ditetapkan sebagai komoditi unggulan pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje adalah kelapa, perikanan tangkap dan sapi. Ketetapan tersebut sejalan dengan aspirasi yang berkembang dalam koordinasi antara Tim Penyusun Master Plan Agropolitan kawasan Maje dan Kaur Selatan dengan Pemerintah Kabupaten Kaur pada hari Senin, tanggal 18 Juni 2007.

Pengembangan kawasan agropolitan membutuhkan dua sampai tiga komoditi unggulan agar terjadi sinergisme dalam usaha tani. Hasil koordinasi Tim Penyusun Master Plan Agropolitan dengan Pemerintah Kabupaten Kaur pada tanggal 18 Juni 2007 menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan komoditi unggulan pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje adalah tanaman kelapa, Sapi, dan perikanan tangkap.

(35)

3.5. TIPOLOGI KAWASAN

Ciri kawasan agropolitan adalah bersinerginya komponen-komponen kawasan dalam suatu sistem. Oleh sebab itu, sistem tersebut terdiri dari beberapa subsistem seperti subsistem sumberdaya pertanian dan komoditi unggulan, subsistem sarana dan prasarana agribisnis, dan subsistem kelestarian lingkungan. Ketiga subsistem tersebut perlu ditampilkan terlebih dahulu meskipun pada pembahasan selanjutnya akan terfokus pada subsistem yang menjadi unggulan kawasan agropolitan.

Dari sembilan tipologi kawasan yang telah diuraikan pada Sub-bab 2.4, maka ada empat tipologi yang terdapat di dalam kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje, yakni :

1. Tipologi perkebunan, berbasiskan tanaman kelapa dalam difokuskan pada wilayah Kaur Selatan antara desa Sekunyit – Pengumbaian – Bandar Jaya dan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk pengembangan tanaman kelapa. 2. Tipologi peternakan, berbasiskan hewan sapi yang digembalakan pada

padang rumput di bawah naungan pohon kelapa

3. Tipologi perikanan tangkap, difokuskan pada wilayah Maje antara desa Way Hawang - Linau sampai Bandar dan Pasar Lama

(36)

S

SK

KE

EN

NA

AR

RI

IO

O

P

PE

EN

NG

GE

EM

MB

BA

AN

NG

G

AN

A

N

K

KA

AW

WA

AS

SA

AN

N

AG

A

G

RO

R

OP

PO

O

LI

L

IT

TA

AN

N

K

K

AU

A

UR

R

S

SE

EL

LA

AT

TA

AN

N

D

DA

AN

N

M

MA

AJ

JE

E

4.1. RENCANAALOKASIRUANG 4.1.1. Peta Administrasi

Kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje Kabupaten Kaur terletak pada dua wilayah administrasi, yakni Kecamatan Maje dan Kecamatan Kaur Selatan. Kecamatan Maje memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat besar dengan dukungan infrastruktur yang memadai. Letak wilayah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Kaur Selatan serta Kota Bintuhan sebagai ibukota Kabupaten Kaur. Wilayah Kecamatan Kaur Selatan memiliki potensi perkebunan kelapa dalam pada satu hamparan yang luas. Disamping itu Kota Bintuhan Kecamatan Kaur Selatan merupakan lokasi ibukota kabupaten yang memiliki potensi peternakan yang besar yaitu ternak sapi.

Wilayah administrasi desa-desa di Kecamatan Kaur Selatan dan Kecamatan Maje terletak melintang dari Utara ke Selatan yakni dari perbatasan dengan Kecamatan Tetap ke arah Kecamatan Nasal dalam Kabupaten Kaur serta berbatasan dengan hutan lindung dan Propinsi Lampung. Kedua kecamatan terletak membujur ke arah timur yang merupakan perbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan serta membujur ke arah barat yang berbatasan dengan Samudera Indonesia. Bentangan wilayah tersebut menyebabkan sebagian besar wilayah desa di kawasan agropolitan dilewati oleh jalan lintas barat Sumatera, yakni antara Kota Bengkulu – Bandar Lampung.

B

B

A

A

B

B

4

4

(37)
(38)

Permukiman penduduk kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje terkonsentrasi di sepanjang jalan lintas sumatera yang menghubungkan Propinsi Bengkulu dan Propinsi Lampung dan lokasi permukiman hampir tersebar di sepanjang jalan lintas Sumatera tersebut. Pola penyebaran penduduk ini memberikan dampak positif dalam pengembangan kawasan agropolitan karena Kawasan permukiman di sepanjang jalan lintas barat Sumatera dapat berperan sebagai sentra pengolah hasil dan sekaligus outlet pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang bermukim di kawasan produksi bahan baku. Interaksi yang demikian jelas terlihat dari aktivitas penawaran jasa dan perdagangan barang berbasis produk-produk pertanian yang terdapat di sepanjang jalan lintas sumatera .

Berdasarkan fenomena di atas maka rencana alokasi ruang untuk aktivitas agribisnis khususnya perkebunan kelapa dalam, ternak sapi dan perikanan tangkap di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje dapat dibuat sebagai berikut:

 Kawasan yang terletak di sebelah barat jalan lintas Sumatera Bengkulu – Lampung diarahkan sebagai kawasan produksi bahan baku perikanan tangkap dan perkebunan kelapa dalam serta ternak sapi.

 Kawasan permukiman yang terletak di sepanjang jalan lintas barat Sumatera diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan penawaran jasa, baik di sektor sekunder (pasca panen dan pengolahan hasil) maupun sektor tersier (pemasaran).

 Fungsi kedua kawasan di atas masih harus didukung oleh kawasan-kawasan sejenis yang berada di luar kawasan agropolitan, atau yang disebut kawasan

hinterland. Areal yang berada di sekitar wilayah Kecamatan Kaur Selatan

dan Maje diarahkan sebagai kawasan hinterland untuk produksi bahan baku.  Kota Bintuhan dapat diarahkan sebagai kawasan kota outlet yang

mendukung perdagangan dan penawaran jasa.

4.1.2. Peta Tipologi Kawasan

Peta tipologi kawasan (Gambar 4) dibuat untuk menggambarkan potensi pengelolaan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje secara terintegrasi. Empat tipologi kawasan dominan yang terdapat di kawasan agropolitan adalah kawasan perkebunan rakyat terutama kelapa dalam, perikanan tangkap (Pelabuhan Linau dan

(39)

Pelabuhan Bintuhan), hutan belukar dan hutan lebat. Keempat tipologi tersebut dapat dikelola secara terpadu dengan paket wisata sehingga memberikan dampak positif secara lestari dan tanpa merusak lingkungan.

Pemanfaatan setiap tipologi kawasan harus memperhatikan aspek daya dukung lingkungan.

Berdasarkan tipologi yang ada di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje. maka pengembangan kawasan tersebut diarahkan sebagai berikut:

1. Lahan pada kawasan pantai membentang antara desa Sekunyit, Pengumbaian, Bandar Raya (Kaur Selatan) sampai Air Long (Maje) diarahkan untuk pengembangan komoditas kelapa dalam.

2. Gawangan antara pohon kelapa dalam pada kawasan perkebunan rakyat dapat dijadikan sebagai padangan hijauan untuk ternak sapi

3. Kawasan budidaya kelapa dalam dan ternak sapi dapat dijadikan kawasan agrowisata

4. Potensi laut pada kawasan Kaur Selatan dan Maje dijadikan sebagai zone tangkap ikan

5. Kawasan pantai antara Pelabuhan Pasar Lama sampai dengan Pantai Way Hawang dijadikan sebagai kawasan wisata bahari

(40)
(41)

4.1.3. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan

Bagian terpenting dari rencana alokasi ruang adalah visualisasi rencana pengembangan kawasan agropolitan dalam satuan-satuan sehingga memudahkan pengambil kebijakan dalam melakukan implementasi di kemudian hari. Gambar 5 menunjukkan peta arah pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje

Kabupaten Kaur. Komponen-komponen yang termasuk dalam rencana

pengembangan tersebut adalah sentra produksi bahan baku, sentra produksi bahan olahan, kota kecil (agropolis) yang berfungsi sebagai sentra ekonomi regional, dan kota sedang yang berfungsi sebagai sentra pemasaran (outlet).

Rencana pengembangan kawasan agropolitan dibuat berdasarkan tiga komoditi unggulan sebagai basis pembangunan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kaur , yakni Perikanan tangkap, ternak sapi, dan kelapa dalam. Rencana pengembangan kawasan berbasis agribisnis kelapa dalam dan sapi adalah sebagai berikut:

1. Lahan budidaya kelapa dalam pada hamparan Sekunyit, Pengumbaian, Bandar Raya, sampai desa Air Long diarahkan sebagai sentra produksi bahan baku kelapa dalam. Bahan baku yang dihasilkan akan mengalir menuju sentra produksi olahan

2. Desa Binjai pada kawasan hinterland dijadikan sebagai sentra produksi olahan kelapa dalam dalam bentuk minyak kelapa.

3. Desa Pengumbaian diarahkan untuk dijadikan sentra produk olahan kelapa dalam selain minyak kelapa dan sentra pengolahan produk sapi.

4. Desa Sekunyit diarahkan sebagai desa agropolis yang berfungsi sebagai pusat pusat ekonomi regional di kawasan agropolitan. Kawasan ini diharapkan sebagai pusat transaksi antara pemilik industri pada desa Pengumbaian dengan pedagang dari dalam dan luar kawasan agropolitan. Rencana pengembangan kawasan agropolitan berbasis perikanan tangkap adalah sebagai berikut :

1. Zone laut antara Sekunyit, Pasar Lama, Linau sampai Tanjung Baru dijadikan sebagai lahan tangkap nelayan

2. Muara Sambat diarahkan untuk dijadikan sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), yang merupakan tempat mendarat nelayan pada kawasan agropolitan dan juga dijadikan sebagai kawasan untuk menjual produk serba

(42)

ikan dalam bentuk makanan, yakni dalam bentuk Pusat Jajan Serba Ikan (PUJASERI).

3. Daerah Linau dijadikan sebagai pelabuhan samudera untuk transaksi produk ikan ke luar kawasan agropolitan terutama untuk ekspor dan juga sebagai daerah untuk menyediakan bahan hulu untuk perikanan tangkap.

(43)

Gambar 5. Peta rencana pengembangan sarana dan prasarana di kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje

Pujaseri Olahan Kelapa

(44)

4.2. PENGEMBANGAN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS

4.2.1. Pengembangan Sumberdaya Manusia

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia (SDM) petani di kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje sepenuhnya menjadi tanggung jawab Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) Kabupaten Kaur. Tahapan pertama yang harus dilakukan oleh BIPP adalah menyiapkan tenaga penyuluh profesional, dalam arti memiliki keahlian dan keterampilan khusus dalam pengembangan tanaman kelapa dalam , ternak sapi dan perikanan tangkap. Tenaga-tenaga penyuluh tersebut dapat diperoleh melalui peningkatan kualifikasi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ada dalam wilayah kerja BIPP. Selanjutnya, bersama-sama dengan kelompok-kelompok tani, Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) BIPP , kelompok nelayan membentuk dan mengelola sarana pembelajaran bagi petani di lapangan yang disebut Inkubator Teknologi (untuk masalah teknologi budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran) dan Klinik Konsultasi Agribisnis (untuk masalah manajemen dan pemasaran). Keberadaan Inkubator Teknologi dan Klinik Konsultasi Agribisnis dapat juga dimanfaatkan sebagai unit pembelajaran bagi petani-petani, dan nelayan sejenis di luar kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje.

Gambar

Gambar 1.  Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan Kabupaten Kaur
Tabel 1.  Jumlah Sarana Pendidikan Kabupaten Kaur tahun 2005
Tabel 3. Jumlah KUD dan Perusahaan Dagang Kabupaten Kaur Tahun 2005
Tabel 4. Data Kelompok Tani kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan formulir Penetapan Kinerja yang telah dibuat dan ditanda tangani pada tahun 2015 antara Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak

Sasaran ketiga yang diampu oleh Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya peternakan, dengan

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak

Rapat Kerja Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, serta menghadirkan Kepala Badan

: Kepala Badan Keuangan Provinsi Perihal : Pengukuran dan Penentuan Batas Lahan Milik PT Yang Berbatasan dengan Balai Benih Ikan BBI Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi di Kelurahan