• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH GAYA KOMUNIKASI PIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN ENREKANG. Disusun dan di usulkan oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH GAYA KOMUNIKASI PIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN ENREKANG. Disusun dan di usulkan oleh :"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH GAYA KOMUNIKASI PIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN ENREKANG

Disusun dan di usulkan oleh :

SANTRI SARTIKA

Nomor Induk Mahasiswa : 105651103316

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR 2021

(2)

ii

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Disusun dan di usulkan oleh :

SANTRI SARTIKA

Nomor Induk Mahasiswa : 105651103316

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR 2021

(3)

iii Kabupaten Enrekang Nama Mahasiswa : Santri Sartika

Nomor Stambuk : 105651103316 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Hj.Ihyani Malik,S.Sos.,M.Si Syukri, S.Sos.,M.Si NBM : 730727 NIDN. 1218067601

Mengetahui :

Dekan Ketua Program Studi FISIP Unismuh Makassar Ilmu Komunikasi

Dr.Hj.Ihyani Malik,S.Sos.,M.Si Dr. H. Muh. Tahir, M.Si NBM : 730727 NIDN. 0015036312

(4)

iv

menguji ujian skripsi Dekan Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan Nomor : 0159/FSP/A.3-VIII/II/41/2021 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S.I.Kom) dalam Program Studi Ilmu Komunikasi di Makassar pada hari Jumat tanggal 26 Februari Tahun 2021.

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si NBM: 730727 NBM: 1084366

Penguji :

1. Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si (Ketua) ( )

2. Dra. Diana Rina., M.Si ( )

3. Warda, S.Sos., M.A ( )

(5)

v Nama Mahasiswa : Santri Sartika Nomor Stambuk : 105651103316 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa Skripsi ini dengan judul : Pengaruh Gaya Komunikasi Pimpinan terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang adalah sepenuhnya merupakan karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain, tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Makassar, 2021 Yang menyatakan

(6)

vi

Komunikasi memiliki peranan yang amat penting dalam menjalankan kegiatan organisasi. Apabila tidak ada komunikasi pegawai tidak akan mengetahui apa yang dilakukan rekan sekerja, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi dan tidak dapat memberikan intruksi. Seorang pimpinan mempunyai cara dan gaya komunikasi yang berbeda-beda. Gaya komunikasi pimpinan harus sesuai dengan situasi atau kondisi organisasi yang dipimpinnya, sehingga hal tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi bawahan yang akan berakibat pada peningkatan kinerja dan produktivitas dari bawahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat berpengaruh gaya komunikasi pimpinan terhadap kinerja pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian asosiatif, suatu metode dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder dengan jumlah responden sebanyak 39 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, kuesioner dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel bebas dan terikat pada penelitian ini yang terproyeksikan melalui aspek gaya komunikasi pimpinan terhadap kinerja jajaran Pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang, dengan nilai Sig. pada pengujian hipotesis, variabel tingkat pendidikan adalah 0.000 < 0.05 dan nilai 4.818 > t tabel 2.026 dengan nilai koefisien determinasi 0.385 atau dengan persentase 38.5%. Nilai tersebut mengandung arti bahwa variabel terikat (kinerja pegawai) dapat diinterpretasikan (digambarkan) oleh variabel gaya komunikasi pimpinan sebesar 38.5%, kemudian dapat dipahami dari presentase tersebut, dapat diketahui bahwa 61.5% (100% - 38.5%) mengindikasikan kinerja pegawai juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain lain di luar aspek gaya komunikasi pimpinan seperti pada penelitian ini.

(7)

vii

Pencipta atas segala cinta kasih-Nya yang tak terhingga dan nikmat-Nya yang tak berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna, dan memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya Komunikasi Pimpinan terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang” Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan ImuPolitik Universitas Muhammadiyah Makassar ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah tulus memberikan sumbangan berupa pikiran, motivasi, dan nasehat. Untuk semua itu dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

Kedua orang tua penulis, Ibu Sri Ayem dan Bapak Herianto yang telah membesarkan dan mendidik penulis secara ikhlas serta memberikan motivasi dan doa yang tiada henti-hentinya.Terimakasih juga untuk saudara sedarah penulis Sofyan Rhamadaan dan Selvi Ulfa Handayani yang telah memberi semangat untuk terus melanjutkan pendidikan setinggi mungkin kepada saya selaku kakaknya. Selanjutnya pada kesempatan ini,tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada :

(8)

viii

yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis secara intensif, mengoreksi naskah skripsi serta mendorong agar penulis dapat menyelesaikan studi dengan cepat. Penghargaan yang sangat tinggi kepada beliau atas keteladanan yang diberikan baik sebagai pribadi maupun sebagai pembimbing.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Segenap Dosen serta staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberbekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Yusran Arafat yang senantiasa mendukung selama penulis menjalani pendidikan di Unismuh Makassar.

5. Sahabat-sahabat Devi ratma pratama, Fauziah, Inna Karim, Hardiana, Nurhikma yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

6. Feby Bulparti yang senantiasa membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi.

(9)

ix (HUMANIKOM).

9. Kakanda Nurhidayanti yang senantiasa membantu dan mendukung penulis.

10. Teman-teman angkatan 2016 “FEDERASI” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada parapembaca guna menambah Khasanah Ilmu Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi. Teriring doa semoga Allah SWT menjadikan pengorbanan dan kebaikan itu sebagai cahaya penerang di dunia maupun di akhirat kelak. BillahiFiiSabililhaq Fastabiqul Khairat WassalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Makassar, 2021

(10)

x

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Pengertian Konsep dan Teori ... 12

1. Konsep Komunikasi ... 12

2. Konsep Gaya Komunikasi... 16

3. Konsep Kepemimpinan dan Pemimpin ... 21

4. Konsep Kinerja Pegawai ... 24

C. Kerangka Pikir ... 27

D. Hipotesis Penelitian ... 28

E. Definisi Operasional Variabel ... 29

BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 33

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

(11)

xi

3. Uraian Tugas Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kab. Enrekang ... 46

4. Visi, Misi dan Sasaran... 50

B. Analisis Data Hasil Penelitian ... 52

1. Karakteristik Responden ... 52

2. Hasil Penelitian ... 55

3. Analisis Statistik Deskriptif ... 62

4. Uji Validitas dan Reabilitas ... 63

5. Uji Pra Syarat Analisis ... 65

6. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 69

7. Pengujian Hipotesis ... 70

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

1. Gambaran Gaya Komunikasi Pimpinan ... 72

2. Gambaran Kinerja Pegawai... 74

3. Pengaruh Gaya Komunikasi Pimpinan terhadap Kinerja... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN

(12)

xii

D. Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

E. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 53

F. Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54

G. Tabel 4.4 Hasil Observasi Gaya Komunikasi Pimpinan ... 56

H. Tabel 4.5 Hasil Observasi Kinerja Pegawai ... 59

I. Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel... 62

J. Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel X ... 63

K. Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Y ... 64

L. Tabel 4.9 Reabilitas Variabel Penelitian ... 65

M. Tabel 4.10 Uji Normalitas Variabel ... 66

N. Tabel 4.11 Uji Linearitas Variabel ... 68

O. Tabel 4.12 Uji Analisis Regresi Linear Sederhana ... 69

P. Tabel 4.13 Uji Signifikansi Regresi Parsial (Uji t) ... 70

(13)

xiii

D. Gambar 4.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54

E. Gambar 4.4 Gambaran Gaya Komunikasi Pimpinan ... 57

F. Gambar 4.5 Statistik Jawaban Angket Variabel X... 58

G. Gambar 4.6 Gambaran Kondisi Kinerja Pegawai ... 60

H. Gambar 4.7 Statistik Jawaban Angket Variabel Y... 61

I. Gambar 4.8 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 67

J. Gambar 4.9 Grafik Normal Propability Plot ... 67

(14)

xiv

E. Lampiran 5 Uji Reabilitas Variabel Penelitian ... 14

F. Lampiran 6 Distribusi Nilai r Tabel ... 15

G. Lampiran 7 Distribusi Nilai f Tabel ... 16

H. Lampiran 8 Distribusi Nilai t Tabel ... 17

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari komunikasi, dimana komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. dengan berkomunikasi, manusia bisa saling terhubung satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari, di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi (Muhammad, 2011:1). Komunikasi merupakan suatu proses dimana komunikator menyampaikan stimulasi atau pesan yang biasanya dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain (komunikan). Komunikasi juga merupakan proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari sesorang kepada orang lain (Handoko, 2007:56).

Setiap organisasi formal dan informal selalu ada seseorang yang dianggap mempunyai kelebihan dan mampu mempengaruhi orang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut ditunjuk dan diangkat sebagai pemimpin untuk mengatur dan bersama dapat mencapai tujuan organisasi, seperti yang diungkap oleh Kartono (2016:181) Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya disuatu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapai beberapa tujuan. Kepemimpinan akan selalu di butuhkan dalam tingkatan organisasi yang paling kecil sekalipun seperti yang dijelaskan

(16)

Kartono (2016:5-6) bahwa kepimpinan itu selalu ada, dan senantiasa diperlukan pada setiap usaha bersama manusia, sejak zaman purba sampai sekarang Kepemimpinan terdapat disegenap organisasi dari tingkat yang paling kecil dan inti yaitu keluarga, desa, kota, negara dan tingkat lokal, regional sampai nasional. Hal senada diungkap oleh Hasibuan (2003:170) yang mengatakan kepemimpinan adalah cara seorang memimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerjasama secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi jadi dapat dimaknai bahwa pemimpin dapat mempengaruhi jalannya organisasi karena seorang pemimpin dapat mempengaruhi dan menggerakan bawahan untuk melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan.

Seorang pemimpin mempunyai caranya sendiri untuk mempengaruhi dan mendorong pegawainya untuk mau melaksanakan tugas dan bekerjasama hal ini sering disebut dengan gaya kepemimpinan. Ditinjau dari gaya komunikasi seorang pemimpin adalah komunikator, pemimpin harus pandai dalam berkomunikasi baik verbal maupun verbal. Hakikat kepemimpinan adalah apa yang sipemimpin komunikasikan dan bagaimana ia mengkomunikasikannya, (Effendy 2013:39). Penyampaian pesan dari seorang pemimpin dalam kepemimpinannya memerlukan gaya komunikasi yang tepat agar pesan yang disampaikan kepada bawahannya dapat diterima dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai maksimal. Adapun gaya komunikasi itu sendiri diartikan bagaimana perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindakan komunikasi untuk berbagai informasi dan gagasan (Rohim, 2016:126). Pace dan Faules, (2006) mengemukakan bahwa pada dasarnya komunikasi ialah aktifitas

(17)

dasar yang selalu dilakukanmanusiasetiap waktunya. Komunikasi juga merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver). Hal ini merupakan suatu proses komunikasi dalam interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan saling pengertian (feed back).

Komunikasi dalam suatu organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu (Widjaja, 2008). Menurut Kohler yang dikutip oleh Arni Muhammad (2014), komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua organisasi. Karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mareka. Gaya komunikasi yang sukses pada umumnya menggunakan gaya komunikasi yang tegas dalam kegiatan sehari-hari juga dalam memimpin sebuah organisasi. Pemimpin pada umumnya memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif, sehinggamampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin akan memiliki sekumpulan gaya yang digunakan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Gaya komunikasi yang digunakan oleh seorang pemimpin disini menggambarkan kombinasi perilaku antara gaya yang telah menjadi kepribadiannya dan gaya seorang pemimpin yang memiliki tiga pola dasar yakni mementingkan hubungan kerja sama, mementingkan pelaksanaan tugas dan hasil yang dapat dicapai, yang merupakan gaya dasar yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.

(18)

Pegawai adalah Sumber Daya Manusia yang bekerja pada sebuah institusi baik didalam pemerintah atau swasta dan memperoleh imbalan kerja yang sesuai untuk menjalankan suatu pekerjaan dari pemberi kerja. Pegawai adalah asset organisasi yang paling berharga pengetahuan dan keahlian mereka mempengaruhi kualitas barang dan jasa. (Romney & Steinbart, 2006). Kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari suatu organisasi bukan hanya ditentukan dari keberhasilan dalam mengelolah suatu kegiatan, tetapi juga ditentukan dari keberhasilannya mengelolah sumber daya manusia. Pengelolahan sumber daya manusia yang di maksud adalah bahwa sebuah organisasi harus harus mampu untuk menyatukan persepsi pegawai dan pimpinan organisasi dalam rangka mencapai tujuan melalui pembentukan mental bekerja yang baik dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaannya, pengarahan dan koordinasi yang baik dalam bekerja oleh seseorang pemimpin kepada bawahannya.

Menciptakan kinerja pegawai yang optimal tidaklah mudah, sebab karena kinerja yang oprimaal dapat tercipta jika aspek-aspek yang mempengaruhinya antara lain gaya komunikasi, kepemimpinan, motivasi kerja, ataupun tanggung jawab seorang pemimpin dalam menjaga integritas, wibawah dan profesionalismenya didalam sebuah organisasi. Setiap pegawai tentunya memiliki kinerjanya yang berbeda, ada pegawai yang mempunyai kinerja bagus, kinerja biasa bahkan berkinerja jelek, tentunya hal ini dipengaruhi oleh faktor kecerdasan, kemampuan, motivasi dan komunikasi hal ini seperti diungkap Devis dalam Ruliana (2014: 145) faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu kemampuan, motivasi hingga komunikasi. Kinerja seorang pegawai berpengaruh

(19)

besar dalam organisasi, berkaitan dengan tugas masing-masing pegawai, sehigga setiap pegawai harus mempunyai kompetensi, kemampuan individual akan mempengaruhi bagaimana sikap, perilaku dan pengambilan keputusan dalam permasalah pekerjaan, agar hasil pencapaian maksimal atau sebaliknya. Untuk pencapaian tujuan setiap Organisasi Perangkat Daerah seperti Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang yang membutuhkan pola komunikasi yang terlaksana dengan baik agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan maksimal berdasarkan dengan kewenangan dan peranan masing-masing.

Pegawai yang mempunyai ide kreatif dan kinerja yang baik akan berperan besar dalam berjalannya organisasi. Hal ini seperti diungkap Siagian (2006) bahwa manusia sebagai salah satu sumber daya organisasi sangat penting dalam mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di dalam organisasi diwujudkan melalui karya, bakat, kreativitas, dan peran nyata yang dapat diukur produktivitasnya. Terkait dengan penelitian mengenai pengaruh gaya komunikasi terhadap kinerja, telah dilakukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan oleh Zakariah Rialmi (2020) dengan judul penelitian Pengaruh Gaya Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Utama Metal Abadi Tanggerang. Dimana hasil penelitiannya menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan gaya komunikasi terhadap kinerja karyawan dengan kontribusi 59,2% sedangkan. Kemudian Alfiza Rahmadani (2019) dengan judul penelitian Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Taspen (Persero) Cabang Pematangsiantar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang positif antara komunikasi terhadap kinerja karyawan. Penelitian dilakukan oleh Dimas

(20)

Okta Ardiansyah (2017) dengan judul penelitian Pengaruh Gaya Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan dengan Dimediasi oleh Kepuasan Kerja. Meskipun sedikit berbeda namun hasil penelitian tetap menunjukan bahwa komunikasi berpengaruh terhadap kinerja dengan dimedisasi kepuasan.

Berdasarkan beberapa kajian yang relevan tersebut dapat digaris bawahi bahwa untuk membentuk suatu kerja sama yang baik atau saling tolong- menolong jelas memerlukan adanya komunikasi yang baik pula antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Seperti yang di jelaskan dalam ayat Al-Qur’an Al-Maidah ayat 2 :

اوُقَّتا َو ۚ ِنا َوْدُعْلا َو ِمْثِ ْلْا ىَلَع اوُن َواَعَت َلَ َو ۖ ٰى َوْقَّتلا َو ِِّرِبْلا ىَلَع اوُن َواَعَت َو

ِباَقِعْلا ُديِدَش َ َّاللَّ َّنِإ ۖ َ َّاللَّ

Terjemahannya : “..dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”(Qs Al-Maidah Ayat:2)

Pemerintah pusat memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk membentuk beberapa organisasi pemerintahan yang disebut dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dan sekarang istilah tersebut telah dirubah menjadi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atas dasar Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016. Dengang adanya OPD diharapakan akan membantu kinerja pemerintah dalam pembangunan. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang mempunyai tupoksi dalam mendukung kinerja pemerintah dalam hal menjaga kelangsungan lingkungan hidup. Dalam mendukung dan menjalankan amanat dari pemerintah pusat, salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas

(21)

Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang setiap bulan megadakan evaluasi bulanan. Kegiatan ini adalah semacam diskusi hal-hal yang telah di capai dari masing-masing bidang yang ada di dalam Dinas tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung kinerja seorang pegawai, dengan perlu diperhatikan hal-hal yang dianggap penting melalui kegiatan jejak pendapat bersama untuk mengetahui pertanggung jawaban pegawai terhadap kegiatan atau tugas yang harus dicapa. Tugas pemimpin adalah menilai apakah program-program kegiatan yang di laksanakan dari masing masing bidang sudah terlaksana dengan baik sesuai target yang telah di tetapkan dan sebagai pemimpin yang baik seharusnya memberikan semacam motivasi agar para anggota bidang di Dinas tersebut melaksanakan tugasnya dengan semangat, dan meningkatkan lagi kualitas kerja kepada mereka.

Problematika dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang sebenarnya terjadi, antara teori dan prakteknya antara aturan dan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Begitupun pada Dinas Lingkungan Hidup Kab.Enrekang dimana komunikasi antara pimpinan dan jajarannya belum terealisasi dengan baik dimana masih banyak pegawai yang tidak mengindahkan peraturan yang telah di tetapkan. Dari hasil kunjungan awal yang peneliti lakukan hal tersebut terjadi karena kurang optimalnya gaya komunikasi yang di lakukan oleh pimpinan di Dinas tersebut. Kelancaran faktor komunikasi dalam pelaksanaan pelaksanaan tugasnya, baik antara atasan dan bawahan merupakan sarana yang tepat dalam peningkatan kinerja, dimana dalam komunikasi itu, pegawai dapat menerima petunjuk sekaligus dapat menambah

(22)

wawasan pengetahuan. Lebih lanjut kondisi Dinas Lingkungan Hidup Kab.Enrekang yang diperhadapkan pada problematika yang mencakup belum ditemukannya formula gaya komunikasi pimpinan yang tepat untuk digunakan oleh pimpinan yang dapat menjembatani dua kepentingan baik secara organisasi maupun secara politik, jika hal tersebut dapat dipenuhi diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai di dinas tersebut. Dibutuhkannya dorongan dan motivasi kerja yang lebih baik dengan didasari dengan pola komunikasi tentu diharapkan dapat menjadi pemicu dalam menunjnag kinerja baik secara individu pegawai dan keseluruhan.

Peningkatan aspek kedisiplinan dengan dilandasi pola komunikasi pimpinan yang baik dalam berorganisasi, diharapkan dapat menopang kinerja pegawai. Dimana, terdapat sebagian pegawai di Dinas Lingkungan hidup Kab.Enrekang yang tidak menaati peraturan- peraturan seperti tidak menaati jam kerja, baik jam masuk maupun jam pulang kerja dalam rutinitas kerja, hal ini tentu menyebabkan tindak lanjut suatu pekerjaan tidak bisa berjalan dengan baik sehingga dibutuhkan peran dan ketegasan seorang pimpinan dalam memberikan tindakan kepada jajarannya. Karena diketahui bahwa pemimpin adalah faktor sentral dalam organisasi setiap pemimpin memiliki gaya komunikasinya sendiri, bagaimana perilaku komunikasi untuk berbagi informasi dan gagasan terhadap pegawai.

Komunikasi itu sendiri berfungsi sebagai, informasi, mendidik, instruksi, mempengaruhi dan hiburan. Komunikasi adalah bentuk nyata yang dilakukan dalam pertukaran informasi dari atasan kebawahan (downward communication)

(23)

sebaliknya komunikasi dari bawahan keatasan (Upward Communication) komunikasi mengikuti alur manajemen seperti laporan-laporan periodik dan gagasan. Berdasarkan penjabaran tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana gaya komunikasi pimpinan yang dapat meningkatkan kinerja pegawai. maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Gaya Komunikasi Pimpinan terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Seperti apa gambaran gaya komunikasi yang berlangsung antara pimpinan dengan jajaran pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang? 2. Bagaimana gambaran kinerja pegawai di Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Enrekang?

3. Apakah gaya komunikasi pimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang dijabarkan sebeleumnya, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran gaya komunikasi yang berlangsung antara pimpinan dengan jajaran pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang.

(24)

2. Untuk mengetahui gambaran kinerja pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang.

3. Untuk mengetahui pengaruh gaya komunikasi pimpinan terhadap kinerja pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian a) Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan perbaikan bagi unsur yang terkait guna pengembangan organisasi segi peningkatan kinerja dengan menjaga gaya komunikasi pimpinan.

b) Manfaat Teoritis

Bagi para akademisi, penelitian ini dapat menyajikan informasi mengenai pengaruh gaya komunikasi kepemimpinan terhadap peningkatan kinerja pegawai. Bagi para peneliti, dapat menjadi referensi dalam memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur ilmu komunikasi dalam peningkatan kinerja pegawai.

(25)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan penulis adalah sebagai dasar dalam penyusunan penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan dan gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis. Berikut ini adalah rincian terkait dengan penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian penulis saat ini :

1) Penelitian dilakukan oleh Zakariah Rialmi (2020) dengan judul penelitian Pengaruh Gaya Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Utama Metal Abadi Tanggerang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan asosiatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan gaya komunikasi terhadap kinerja karyawan dengan kontribusi pengaruh sebesar 0,592 atau 59,2% sedangkan sisanya sebesar 40,8% dipengaruhi faktor lain. Uji hipotesis diperoleh t hitung > t table atau (8,341 > 2,011) dengan demikian terdapat pengaruh positif dan signifikan antara komunikasi terhadap kinerja karyawan.

2) Penelitian dilakukan oleh Alfiza Rahmadani (2019) dengan judul penelitian Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Taspen (Persero) Cabang Pematangsiantar. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang positif antara komunikasi terhadap

(26)

kinerja karyawan. Hasil korelasi yaitu nilai r sebesar 0,78 yang artinya ada hubungan yang positif dan kuat antara variabel X yaitu komunikasi dan variabel Y yaitu kinerja. Analisa koefisien determinasi menunjukkan tinggi rendahnya kinerja dapat dijelaskan oleh komunikasi sebesar 60,84%, sedangkan 39,16% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

3) Penelitian dilakukan oleh Dimas Okta Ardiansyah (2017) dengan judul penelitian Pengaruh Gaya Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan dengan Dimediasi oleh Kepuasan Kerja. Metode yang digunakan adalah ekplanatory yang bertujuan untuk, menguji pengaruh peran mediasi kepuasan kerja terhadap komunikasi dan kinerja karyawan. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi terhadap kepuasan kerja, komunikasi terhadap kinerja, kepuasan kerja terhadap kinerja, dan peran mediasi kepuasan kerja terhadap komunikasi dan kinerja karyawan mempunyai pengaruh positif dan signifikan.

B. Pengertian Konsep dan Teori 1. Konsep Komunikasi

Komunikasi bisa dikatakan salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Hal ini disebabkan karena keberadaan manusia sebagai makhluk sosial. Yang berarti manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk individu sekaligus mahluk sosial yang membutuhkan interaksi kapanpun dari mulai ia terbangun hingga iaakan tertidur kembali. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa

(27)

Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico,

communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut

sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama”. (Mulyana, 2003:41)

Bernard Barelson & Garry A. Steiner dalam Mulyana (2003:62) Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan sebagainya. Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. Menurut Deddy Mulyana (2003:72-75) dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ia mengemukakan bahwa : “Ada beberapa konteks komunikasi berdasarkan tingkatan, dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling banyak”. Berikut bentuk-bentuk komunikasi tersebut : a) Komunikasi Intrapribadi

Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik disadari atau tidak. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua orang, tiga orang, dan seterusnya,

(28)

karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain orang biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri, hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi orang dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi orang dengan diri sendiri.

b) Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin padajenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapanmata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.

c) Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya kelurga, kelompok diskusi, kelompok pemecahanmasalah, dan lain sebagainya. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan oleh kelompok kecil.

d) Komunikasi Publik

Komunikasi Publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak dapat dikenali satu persatu. Ciri-ciri

(29)

Komunikasi Publik adalah : terjadi ditempat umum (public), misalnya auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lainnya yang dihadiri sejumlah besar orang; merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan; terdapat agenda; beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Komunikasi Publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.

e) Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi vertikal yang terdiri dari komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat.

f) Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak ataupun elektronik, yang dikelola suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khusus media elektronik).

(30)

2. Konsep Gaya Komunikasi

Gaya komunikasi menjelaskan bagaimanan cara berperilaku seseorang ketika kita mengirim dan menerima pesan. Kita sebut “gaya komunikasi” pribadi karena kita paling sering memakai gaya tertentu ketika berkomunikasi dengan orang lain. Akan tetapi dalam suatu komunitas, akan lebih mengarah kepada bagaimana cara kita sebagai satu pribadi yang memiliki gaya komunikasi yang tepat, untuk kembali kepada tujuan komunitas itu sendiri ,termasuk dalam meningkatkan loyalitas anggotanya. Northon (1983) dalam Arni (2014), dalam buku Komunikasi Serba Ada Serba Makna mengkelompokan beberapa tipe atau kategori gaya komunikasi kedalam sepuluh jenis, yakni :

a) Gaya Dominan (dominant style), gaya seseorang individu untuk mengontrol situasi sosial.

b) Gaya Dramatis (dramatic style), gaya seseorang individu yang selalu “hidup” ketika bercakap-cakap.

c) Gaya Kontroversial (controversial style), gaya seseorang yang selalu berkomunikasi secara argumentatif atau cepat untuk untuk memberikan kesan menantang orang lain.

d) Gaya Animasi (animated style), gaya seseorang yang berkomunikasi secara aktif dengan memakai bahasa nonverbal.

e) Gaya Berkesan (impression style), gaya berkomunikasi yang merangsang orang lain sehingga mudah diingat, gaya yang sangat mengesankan!

f) Gaya Santai (relaxed style), gaya seseorang berkomunikasi dengan tenang dan senang, penuh senyum dan tawa.

(31)

g) Gaya Atentif (attentive style), gaya seseorang yang berkomunikasi dengan memberikan perhatian penuh kepada orang lain, bersikap simpati bahkan empati, mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh.

h) Gaya Terbuka (open style), gaya seseorang yang berkomunikasi secara terbuka yang ditunjukkan dalam tampilan jujur .

i) Gaya Bersahabat (friendly style), gaya komunikasi yang ditampilkan seseorang secara ramah, merasa dekat, selalu member respons positif.

j) Gaya yang Tepat (precise style), gaya yang tepat dimana komunikator meminta untuk membicarakan suatu konten yang tepat dan akurat dalam komunikasi lisan.

Gaya komunikasi didefinisikan oleh Tubbs & Moss (dalam Ruliana, 2014: 31-32) sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai guna memperoleh respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya (Morissan, 2009). Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha “menjual‟ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. Berikut kategorisasi dari gaya komunikasi yang dimaksudkan :

(32)

1) The controlling style

Gaya komunikasi ini bersifat mengendalikan dan ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah. Pihak-pihak yang memakai controlling style ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan. Mereka tidak mempunyai ketertarikan dan perhatian kepada umpan balik, kecuali jika umpan balik (feedback) tersebut berguna bagi kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir terhadap pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

2) The equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan dan ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka, artinya setiap anggota organisasi dapat rileks, santai, dan informal. Mereka adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain, baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkungan hidup hubungan kerja. Gaya komunikasi ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya komunikasi ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya

(33)

dalam situasi pengambilan keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

3) The structuring style

Gaya komunikasi ini memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.

4) The relinguishing style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankan.

5) The dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). Dynamic style of

(34)

yang membawa para wiraniaga. Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baikdengan memberi perintah yang ekstra. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

6) The withdrawal style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Hanya dalam keadaan tertentu seorang atasan menggunakan gaya ini, yaitu ketika seorang atasan sedang tidak ingin berkomunikasi dengan bawahan.

Pada dasarnya dari keenam gaya komunikasi di atas, masing –masingpada umumnya memiliki esensi yang berbeda–beda, masing-masing juga dibantu dengan adanya komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai dengan realitas kepribadian seseorangpemimpin dalam organisasipada umumnya, seperti yang

(35)

peneliti akan teliti yaitu pengaruh dari gaya komunikasi seorang pimpinan terhadap kinerja jajarannya dalam hal ini Pegawai Dinasl Likungan Hidup Kabupaten Enrekang. Gaya komunikasi antara satu orang dengan yang lainnyadapat berupa perbedaan dalam ciri-ciribersikap, tata caraberinteraksi, dan cara berekspresi dalam berkomunikasi. Ketika seseorang berkomunikasi, ia tidak hanya memberikan informasi namun kita juga menyajikan informasi dalam bentuk tertentu kepada orang lain dan bagaimana memahami serta menanggapi suatu pesan yang diterima.

3. Konsep Kepemimpinan dan Pemimpin

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memberikan wawasan sehingga orang lain ingin mencapainya. Pemimpin harus memiliki sikap yang baik dengan memberikan pengalaman, ketrampilan dan sikap pribadinya untuk membangkitkan semangat tim. Keefektifan pemimpin dengan memberikan pengarahan terhadap usaha karyawannya dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka (Trisnawati, 2005).

Kepemimpinan merupakan kemampuan dalam mengatur, memberi pengaruh dan memperoleh komitmen dari sebuah tim terhadap sasaran kerjanya. Seorang pemimpin juga harus dapat menyelaraskan kebutuhan di kelompok untuk mengembangkan nilai-nilai dan sesuatu yang menarik perhatian organisasi. Menurut (Tika, 2006) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain kearah tujuan organisasi. Begitu pula seorang pemimpin

(36)

harus mampu bertanggung jawab, perspektif, obyektif, prioritas dan dapat berkomunikasi baik dengan para bawahannya. Dalam teori kontenporer terdiri atas kepemimpinan kharismatik, kepemimkpinan visioner, kepemimpinan transaksional, dan kepemimpinan transformasional. Maka diputuskan kepemimpinan transaksional yang digunakan di Rumah sakit. Pemimpin yang memotivasi para pengikutnya menuju ke sasaran yang di tetapkan dengan memperoleh persyaratan peran dan tugas. Kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan menggerakan, member motivasi kepada orang-orang yang bersedia melakukan tindakan-tindakan terarah pada pencapaian tujuan melalui tindakan keberanian mengambil keputusan mengenai hal-hal yang harus dilakukan. seperti halnya yang disebutkan di atas bahwa dalam setiap kehidupan dan setiap kumpulan manusia atau kelompok pada dasarnya pasti ada salah satu diantara kita yang muncul atau dijadikan pemimpin. sebagaiman yang diterangkan dalam firman Allah SWT dalam QS.As-Sajadah (32) ayat 24:























Terjemahannya : “..dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami” (Qs As-Sajadah ayat:24)

Pada suatu organisasi, pemimpin memiliki peran yang sangat penting demi kamajuan organisasi dimana pemimpin memegang kekuasaan penting dalam setiap pengambilan keputusan, membuat rencana dasar dan dalam menentukan tujuan organisasi. Keberhasilan dari suatu organisasi sangatlah ditentukan oleh pemimpin. Menurut Syuroh dalam Rahmadi (2009:2) menyatakan pimpinan

(37)

adalah “pemimpin yang mampu berjalan memberikan contoh bagaimana harusnya bekerja, bagaimana harusnya disiplin dan bagaimana harusnya mengabdi kepada kepentingan umum dan kepentingan segenap anggota organisasi”. Menurut Sudarmo dan Sudita dalam Sunyoto (2013: 35-36) kepemimpinan terdapat lima dimensi, yaitu:

1) Cara berkomunikasi

Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar. Karena dengan komunikasi yang baik dan lancar, tentu hal ini akan memudahkan bagi bawahannya untuk menangkap apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin.

2) Pemberian motivasi

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi yang baik dan lancar tentu saja juga harus mempunyai kemampuan untuk memberikan dorongan-dorongan atau motivasi kepada bawahannya. Perhatian seorang pemimpin akan sangat berarti bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan ataupun pengakuan sangat memberikan makna yang sangat tinggi bagi karyawan atau bawahan.

3) Kemampuan memimpin

Tidak setiap pemimpin mampun memimpin, karena yang berkenaan dengan bakat seseorang untuk mempunyai kemampuan memimpin adalah berbeda-beda. Hal ini dapat terlihat dalam gaya kepemimpinannya, apakah mempunyai gaya kepemimpinan otokratik, partisipatif, atau bebas kendali.

(38)

4) Pengambilan keputusan

Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta dan peraturan yang berlaku di perusahaan sertakeputusan yang diambil tersebut mampu memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan dari perusahaan.

5) Kekuasaan yang positif

Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan walaupun dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus memberikan rasa aman bagi karyawan (bawahan) yang bekerja.

4. Konsep Kinerja Pegawai

Kinerja adalah hasil kerja seseorang atau kelompok selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Sulistyani, Ambar & Rosidah, 2003 : 223). Menurut Mahsun, (2006 : 25), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan yang tertuang dalam strategis suatu organisasi. Menurut Suntoro dalam Tika, (2006 : 121), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang di dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Widodo, (2005 : 78) kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang

(39)

diharapkan, atau suatu hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Menurut Mangkunegara, (2006 : 9) ada beberapa ahli yang mendefinisikan kinerja pegawai yaitu sebagai berikut :

1. Candosa menyatakan bahwa kinerja pegawai adalah ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivtas sering dihubungkan dengan produktivitas. 2. Kusriyanto berpendapat bahwa kinerja pegawai adalah perbandingan hasil

yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu yang biasanya per jam.

3. Mangkunegara menyatakan kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Kinerja pegawai merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa paparan definisi tersebut, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam mencapai tujuan organisasi. Kemudian faktor yang mampu mempengaruhi aspek pencapaian kinerja adalah kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang diterjemahkan oleh Mangkunegara, (2006 : 67) yaitu :

(40)

1) Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan meliputi kemampuan potensial (IQ) dan kemampuan aktual (pengetahuan dan keterampilan). Artinya, karyawan dengan IQ di atas rata-rata (IQ 110-120), pendidikan kerja yang layak dan kecakapan dalam pekerjaan sehari-hari akan lebih berpeluang mencapai kinerja yang diharapkan.

2) Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan pemaparan di atas tentang kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam pekerjaan. Suatu kinerja akan dapat ditingkatkan apabila terdapat kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan. Evaluasi kinerja pegawai sangat penting untuk meningkatkan kinerja organisasi. Pada dasarnya evaluasi kinerja pegawai membutuhkan beberapa aspek. Menurut Mangkunegara, (2006 : 67) penilaian kinerja pegawai meliputi :

a) Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan, biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, keterampilan, dan keberhasilan kerja.

(41)

c) Disiplin dalam bekerja adalah pegawai harus disiplin pada dirinya, tugasnya, serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

d) Inisiatif adalah kemampuan mengenali masalah-masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima tanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas yang belum diberikan.

e) Tanggungjawab adalah kesediaan pegawai dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaan, pekerjaannya, sarana dan prasarana yang digunakannya serta perilaku kerjanya

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian kerja karyawan dapat diukur melalui berbagai aspek seperti kualitas kerja, beban kerja, pengetahuan kerja, disiplin kerja, inisiatif dan rasa tanggung jawab

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang didefinisikan sebagai masalah yang penting. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan peneltian (Sugiyono 2014 : 55). Oleh karena itu, perlu dibangun kerangka teoritis yang memuat gagasan-gagasan pokok untuk memperjelas isu-isu yang beredar. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengemukakan teori, yang akan menjadi landasan ideologis pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh antara gaya komunikasi pimpinan terhadap kinerja pegawai, pada Variabel X (gaya komunikasi Pimpinan) ditinjau dari aspek (1) The controlling style, (2) The

(42)

equalitarian style, (3) The structuring style, (4) The relinguishing style, (5) The

dynamic style dan (6) The withdrawal style. Sedangkan untuk Variabel Y (kinerja pegawai) ditinjau dari aspek (1) Kualitas, (2) Kuantitas, (3) Kedisiplinan, (4) inisiatif dan (5) tanggung jawab. Selanjutnya akan diinterpretasikan kedalam bagan kerangka pikir dibawah ini :

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1

Sumber : Diolah dan dikembangkan oleh Peneliti

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan jawaban sementara berupa alternatif-alternatif jawaban yang dibuat oleh peneliti terhadap masalah yang akan diteliti berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan peneliti sebelumnya, hipotesis yang telah dirumuskan penulis adalah sebagai berikut:

Kinerja Pegawai (Variabel Y) 1) Kualitas hasil 2) Kuantitas hasil 3) Kedisiplinan 4) Inisiatif 5) Tanggung jawab Mangkunegara (2006) Gaya Komunikasi Pimpinan (Variabel X) 1) The controlling style 2) The equalitarian style 3) The structuring style 4) The relinguishing style 5) The dynamic style 6) The withdrawal style

Tubbs & Moss (Ruliana, 2014)

Analisis

Berpengaruh Tidak

(43)

1) Ho : Gaya komunikasi Pimpinan tidak berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang?

2) Ha : Gaya komunikasi Pimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang?

E. Definisi Oprasional Variabel

Definisi operasional merupakan sebuah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Lebih lanjut terkait dengan definisi operasional variabel dalam penelitian ini, maka diuraikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Gaya Komunikasi

Pimpinan (X)

Gaya komunikasi pimpinan merupakan cara

berkomunikasi verbal dan non verbal yang dipakai pemimpin dalam

mengarahkan, mempengaruhi dan memimpin bawahan agar tujuan atau pekerjaan dapat dijalan dengan baik di dalam sebuah organisasi yang terdapat banyak orang yang mengisi berbagai posisi atau jabatan di dalam organisasi.

The controlling style Likert The equalitarian style Likert The structuring style Likert The relinguishing style Likert

The dynamic style Likert

The withdrawal

style Likert

Kinerja Pegawai

(Y)

Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorangdalam melakukan tugasnya dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

Kualitas Hasil Likert

Kuantitas Hasil Likert

Kedisiplinan Likert

Inisiatif Likert

Tanggung Jawab Likert

(44)

Definisi operasional pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gaya komunikasi pimpinan terhadap kinerja pegawai adalah sebagai berikut :

1) Indkator Gaya Komunikasi Pimpinan

a. The controlling style, Gaya komunikasi ini merupakan gaya komunikasi

yang bersifat mengendalikan atau dalam arti dengan ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud tenrtentu oleh seorang pimpinan untuk membatasi aktivitas jajarannya, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.

b. The equalitarian style, Gaya komunikasi ini, tindak komunikasi yang

dilakukan cenderung terbuka dalam artian setiap anggota organisasi dapat rileks, santai, dan cenderung informal dan tidak menutup kemungkinan tercipta kondisi yang tidak dapat dikendalikan

c. The structuring style, Gaya komunikasi ini memanfaatkan pesan-pesan

verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.

d. The relinguishing style, Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan

kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.

e. The dynamic style, Gaya komunikasi ini dikatakan gaya komunikasi yang

dinamis dengan kecenderungan agresif, dalam arti bahwa pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented)

(45)

f. The withdrawal style, Gaya komunikasi ini cenderung ke arah gaya

komunikasi yang sebaiknya dihindari atau dalam arti lain pengirim pesan terkesan tidak bertanggung jawab dan mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain.

2) Indikator Kinerja Pegawai

a. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan, biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, keterampilan, dan keberhasilan kerja.

b. Kuantitas kerja adalah banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja. c. Disiplin dalam bekerja adalah pegawai harus disiplin pada dirinya,

tugasnya, serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

d. Inisiatif adalah kemampuan mengenali masalah-masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima tanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas yang belum diberikan.

e. Tanggungjawab adalah kesediaan pegawai dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaan, pekerjaannya, sarana dan prasarana yang digunakannya serta perilaku kerjanya

(46)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 9 November 2020 sampai dengan tanggal 9 Januari 2021. Penelitian ini berlokasi di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang Jalan Jendral Sudirman Nomor 22, Leoran Kec. Enrekang Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan Kode Pos 91711.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Metode penelitian kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2014:18) yaitu : “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

2) Tipe Penelitian

Tipe atau pendekatan dalam penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian asosiatif.

(47)

Pendekatan penelitian asosiatif ialah suatu metode dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel pada penelitian ini. Penelitian ini memakai analisa regresi linear sederhana dengan maksud mencari pengaruh antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Melalui pendekatan penelitian asosiatif ini, penulis berharap berdasarkan data dan fakta yang ada selama penelitian dapat dilakukan analisis untuk membuktikan keaslian pengaruh sebab akibat, sehingga makna dan makna masalah penelitian yang akan diselesaikan dapat memperoleh data, hasil analisis data dan kesimpulan.

C. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Sugiyono, (2013 : 19) berpendapat bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jajaran Pegawai Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang yang berjumlah 39 orang.

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013 : 90). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sampel jenuh dimana penentuan keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel pada penelitian ini sejumlah 39 orang pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang. Lebih lanjut berkaitan dengan klasifikasi sampel yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(48)

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Jenis Bidang Jumlah

(Orang)

1 Kepala Dinas 1

2 Bidang Kesekretariatan 1

3 Bidang Tata Lingkungan 9

4 Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah 12 5 Bidang Pengendalian Perencanaan dan Kerusakan

Lingkungan Hidup 11

6 Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan

Hidup 15

Jumlah 39 Orang

Sumber : Bidang Kesekretariatan Dinas LH Kab. Enrekang (Diolah Peneliti, 2021)

D. Variabel Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan bersifat asosiatif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu semua informasi diwujudkan dalam bentuk angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan dengan cara mencari besarnya variabel bebas terhadap variabel terikat.

1) Variabel Independen (X)

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang nilainya dapat mempengaruhi dengan variabel lain. Variabel independen (X) pada penelitian ini ialah Gaya Komunikasi Pimpinan.

2) Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (variable terikat) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau tergantung oleh satu atau lebih variabel bebas. Variabel dependen (Y) pada penelitian ini ialah Kinerja Pegawai.

(49)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan yang diperlukan penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data tersebut dengan cara sebagai berikut:

a. Metode Angket (kuisioner)

Merupakan teknik pengumpulan data melalui pemberian daftar pertanyaan (kuesioner) secara tertutup kepada setiap responden yang pada kuesioner tersebut dilengkapi dengan berbagai alternatif jawaban. Respondennya adalah Pegawai Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang yang telah ditentukan

b. Metode Observasi

Pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang.

2. Pengumpulan Data Sekunder a. Penelitian Kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai literatur, seperti buku, karya ilmiah, majalah dan pendapat para ahli yang berkompetensi.

(50)

b. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti hingga pengamblan foto atau gambar pada lokasi penelitian yang dianggap perlu dan dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1) Teknik Penentuan Skor

Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh temuan hasil penelitian. Jenis skala yang digunakan pada setiap variabel dalam penelitian ini secara keseluruhan menggunakan skala likert untuk menilai jawaban kuisioner yang disebarkan kepada responden (Sugiyono, 2014 : 94). Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Skala Model Likert

No Alternatif Jawaban Keterangan

1 SS (sangat Setuju) 5

2 S (setuju) 4

3 KS (Kurang Setuju) 3

4 TS (Tidak Setuju) 2

5 STS (Sangat TIdak Setuju) 1

Sumber : Sugiyono, (2014 : 94)

Untuk mengetahui atau menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah maka terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara berikut :

(51)

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Sehingga dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing-masing variabel, yaitu :

a. Skor untuk kategori sangat tertinggi = 4.25 – 5.00 b. Skor untuk kategoritinggi = 3.43 – 4.23

c. Skor untuk kategori sedang = 2.62 – 3.42 d. Skor untuk kategori rendah = 1.82 – 2.61 e. Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80 Berikut adalah proses menganalisis data pada penelitian ini :

a) Melakukan penyebaran kuesioner pada responden yang telah ditentukan. b) Mengambil jawaban koesioner dari responden.

c) Mengelompokkan data berdasarkan responden.

d) Data yang berasal dari kuesioner yang telah diisi responden, kemudian ditabulasikan dalam bentuk data kuantitatif.

e) Jawaban dalam tiap responden disajikan dalam tabel distribusi

Setelah memperoleh data dari hasil observasi, dan penyebaran kuesioner yang bersifat ordinal kemudian diubah menjadi skala interval, karena dalam penggunaan analisis linier berganda data yang diperoleh harus merupakan data dengan skala interval. Maka jika data peneliti merupakan data ordinal, maka data tersebut diubah menjadi data interval dengan menggunakan metode successive

(52)

a. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap data kategori jawaban setiap data kategori/ordinal (pilihan jawaban).

b. Kalikan frekuensi dengan nilai kategori/ordinal.

c. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap respon, sehingga diperoleh nilai proporsi kumulatif.

d. Hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif, dan tentukan nilai batas Z. e. Hitung SV (scale value = nilai skala) dengan rumus :

𝑆𝑉 = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑡 𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡 − (𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑡 𝑢𝑝𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡) 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑓𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡 − (𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑖𝑚𝑖𝑡) Keterangan :

Density at lower limit = Kepadatan pada batas bawah Density at upper limit = Kepadatan pada batas atas Area under offer limit = Daerah di bawah batas atas Area under lower limit = Daerah di bawah batas bawah

f. SV (scale value) yang nilainya terkecil (harga negative yang terbesar) diubah menjadi sama dengan satu (=1).

g. Transformed scale value: Y=SV+ SVmin

2) Uji Validitas dan Reabilitas a. UJi Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisoner tersebut (Ghozali 2002:34). Dengan demikian tujuan uji validitas adalah untuk mengukur apakah pertanyaan yang telah disusun dalam kuesioner benar-benar dapat

Gambar

Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Skala Model Likert
Tabel 4.4 Observasi Gaya Komunikasi Pimpinan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat di atas menjelaskan, bahwa komunikasi vertikal adalah komunikasi dua arah yang dilakukan secara timbal balik antara pimpinan dengan bawahan dalam suatu organisasi

Dengan gaya komunikasi dinamis ini Kepala Disdukcapil Padang Pariaman digunakan pada situasi permasalahan yang terjadi dalam pelaksaan inovasi awal, seperti yang

Kebijakan pimpina tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja yang ada pada dinas komunikasi dan informatika Kota Batu, hal ini menunjukkan bahwa kebijakan

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh secara simultan (bersama-sama) dan secara parsial (masing-masing) variabel komunikasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja

Menyatakan bahwa SKRIPSI“PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI, dan KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA KARYAWAN DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA SEMARANG” yang saya susun dengan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dimana penelitian kuantitatif merupakan proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang positif antara gaya kepemimpinan dan komunikasi intern terhadap efektivitas kerja pegawai Kantor Dinas Pendidikan

Berdasarkan permasalahan – permasalahan tersebut, maka cukup relavan peneliti tertarik untuk meneliti dengan mengangkat judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Motivasi