• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ALTERNATIF PENGGUNAAN ABRUPT RISE PADA USBR TIPE III

UNTUK MENGURANGI GEJALA PULSATING WAVES

Marturiawan Kristantoa, Dwi Priyantorob

a

Program Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

b

Jurusan Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya e-mails : kristyo_putro@yahoo.com; dwi_prie@ub.ac.id

ABSTRAK

Maksud dari kajian ini adalah untuk mempelajari perilaku hidrolika antara pengaruh abrupt rise pada USBR III terhadap fenomena Pulsating waves dan mengetahui alternatif pemecahan permasalahan yang terjadi. Penelitian ini menggunakan fasilitas Laboratorium Hidrolika Saluran Terbuka Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya dan beberapa alat tambahan yang dibuat sendiri guna melengkapi proses penelitian. Pengujian pada abrupt rise dibagi menjadi 12 seri yang mana pada setiap serinya akan dialiri 5 debit yang berbeda, adapun pembagian seri dari penelitian berdasarkan variabel berubah seperti q (m3/dt/m), perubahan baffle block, perubahan twl, perubahan slope abrupt rise. Didapatkan dari hasil pengujian bahwa perubahan slope abrupt rise mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap kondisi aliran dan pulsating waves di kolam olak. Hasil uji seri 3 (melepas baffle block, dan memasang abrupt rise dengan kemiringan 1 : 1) menghasilkan redaman dengan effisiensi tertinggi. Kesimpulan dari hasil penelitian yang memprioritaskan pada peredaman pulsating waves ini dapat ditindaklanjuti pada uji model tes. Sehingga dapat diketahui apakah rekomendasi desain hasil penelitian ini memenuhi kriteria aman terhadap tinggi jagaan atau gerusan dan juga apakah dapat dipakai sebagai acuan dalam mendesain panjang saluran pengarah setelah hilir kolam olak.

Kata kunci : Abrupt rise, pulsating waves, tail water level (twl) ABSTRACT

The purpose of this study was to learn the hydraulic behavior between the influence of abrupt rise in USBR III to the phenomenon of pulsating waves and find alternative solutions to problems that occur . This research used the facilities Open Channel Hydraulics Laboratory of the Department of Irrigation Engineering Faculty of UB and some hand made additional tools in order to complete the research process. Tests on the abrupt rise was divided into 12 series which in each series will be flown five different discharge, while sharing a series of studies based on changing variables such as q (m3/dt/m), changed baffle blocks, changed the tail water level, changed the abrupt rise slope. Obtained from the test results that the abrupt change in slope of the rise had a different effect on the flow conditions and the pulsating waves in the stiling basin. Results test series 3 (removed baffle blocks, and put abrupt rise with a slope of 1: 1) produced the highest efficiency. Conclusions from the research that prioritizes the reduction pulsating waves can be followed up on the test model test. So that can be known whether the design recommendations of this study met the criteria of freeboard or secure against scouring and also whether it can be used as a reference in designing the length of the direction channel after stiling basin.

(2)

1.1. Latar Belakang Masalah

Bendungan Sepaku Semoi terletak di Kabupaten Penajam Pasir Utara, Kalimantan Timur. Bendungan Sepaku Semoi memakai peredam energi USBR tipe III dengan panjang peredam energi 19 m dan lebar 25 m. Bangunan peredam energi merupakan salah satu bagian penting dalam perencanaan bendungan. Bangunan peredam energi berfungsi untuk meredam kecepatan dan energi aliran yang berasal dari saluran peluncur, dan mengkondisikan aliran tersebut supaya tidak membahayakan geometri sungai.

Bendungan Sepaku Semoi adalah fenomena Pulsating Waves. Terjadinya

Pulsating Waves mempengaruhi desain

tinggi jagaan dan kontruksi dari tepi sungai bagian hilir peredam energi. Fenomena ini merupakan salah satu acuan dalam mendesain peredam energi.

1.2. Identifikasi Masalah

Tejadinya pulsating waves pada kolam olak disebabkan karena pengaruh loncatan hidraulik. Pada uji model fisik hidraulika Sepaku Semoi tinggi pulsating

waves mencapai 2 m pada peredam

energi, sehingga tinggi jagaan ditambah 2 m dari desain semula. Dalam penelitian ini, untuk meredam pulsating waves dilakukan percobaan beberapa alternatif pada model peneltian flume hidraulika saluran terbuka. Alternatif yang dipakai dengan mencoba memodifikasi peredam energi yaitu, dengan menghilangkan baffle

block, menambah abrupt rise dan lain

sebagainya. Tentunya perubahan ini akan mengakibatkan variasi kondisi pulsating

waves dan kondisi aliran pada peredam

energi. Selain itu kondisi morfologi sungai setelah peredam energi yang menyempit dapat mengakibatkan back water sehingga diperlukan kajian yang dapat memberikan suatu rekomendasi untuk keamanan desain peredam energi dan tepi sungai bagian hilir.

1.3. Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang dari pokok bahasan yang dikaji maka diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Model yang digunakan adalah pada model flume laboratorium Hidraulika Saluran Terbuka

2. Dimensi model peredam energi dan saluran peluncur berdasarkan nilai Fr 9 yang merupakan batasan nilai maksimum Fr pada USBR III

3. Data analisa menggunakan data primer dari hasil pengukuran di flume laboratorium Hidraulika Saluran Terbuka.

4. Tidak membahas tentang pola gerusan (local scouring).

1.4. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam kajian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Baffle Block di USBR III terhadap kondisi pulsating

wave (tinggi dan panjang pulsating waves)?

2. Bagaimana pengaruh perubahan slope pada hilir USBR III (abrupt rise) pada kondisi pulsating wave (tinggi dan panjang gelombang)?

3. Kombinasi desain manakah yang mampu meredam pulsating wave yang terjadi pada peredam energi?

1.5. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mempelajari perilaku hidrolika antara pengaruh abrupt rise terhadap fenomena

pulsating waves dan mengetahui alternatif

pemecahan permasalahan yang disebabkan pulsating waves.

Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah untuk menganalisa sampai sejauh mana penyimpangan hitungan empirik dan hasil model fisik, sehingga dapat diperoleh informasi yang akurat guna menetapkan upaya-upaya perbaikan hidrolika apabila suatu saat terdapat perencanaan peredam energi lain dengan konfigurasi bangunan dan kondisi yang hampir sama.

II. LANDASAN TEORI 2.1. Peredam Energi

Fenomena aliran yang terjadi pada saluran peluncur adalah dengan kecepatan aliran yang sangat tinggi, dengan kondisi

(3)

pengaliran super kritis. Oleh karena itu sebelum aliran air di alirkan ke sungai harus diperlambat dan dirubah pada kondisi aliran sub-kritis, agar supaya tidak terjadi gerusan yang membayahakan geometri sungai pada bagian dasar, dan tebing sungai. Peredam energi mempunyai berbagai tipe dan khusus untuk bendungan urugan biasanya digunakan tipe kolam olakan (stilling

basin type). Kolam olakan datar tipe III

secara teoritis cocok untuk keadaan sebagai berikut :

1. Aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah ( Pw < 60 m)

2. Debit yang dialirkan kecil (debit spesifik q < 18,5 m3/det/m)

3. Bilangan Froude di akhir saluran peluncur > 4,50 1 1 1 . y g V F =

Kedalaman aliran setelah loncatan (kedalaman konjugasi) 1 8 1 2 2 1 1 2 = + Fy y

Panjang loncatan hidrolis pada kolam olakan (Rangga Raju, 1986 : 194)

L = A (y2 – y1)

Dimana A bervariasi dari 5,0 sampai 6,9 , atau secara empirik dapat dugunakan grafik pada Gambar 1 (Sosrodarsono, 1977:222).

Gambar 1 Panjang loncatan hidrolis pada kolam olakan datar tipe I, II dan III

2.2. Pengendalian Loncatan Hidrolis Dengan Ambang

Loncatan hidrolis dapat dikendalikan atau diarahkan dengan menggunakan ambang. Ambang yang dipergunakan mempunyai bentuk bermacam-macam, misalnya berbentuk sekat pelimpah berbentuk tajam (ambang tajam) sekat pelimpah berbentuk lebar (ambang lebar) dan penurunan atau kenaikan mendadak pada lantai saluran peredam energi.

Dalam perencanaan peredam energi umumnya banyak dipilih menggunakan sekat pelimpah berbentuk lebar (ambang lebar) atau kenaikan mendadak pada lantai saluran peredam energi kemudian dilanjutkan ke saluran dihilir peredam energi, dimana perencanaan ketinggian drempel ini dikaitkan dengan kebutuhan kedalaman aliran air di hilir peredam energi (Tail Water Level, TWL).

2.3. Fenomena Pulsating Wave

Potensi pengembangan gelombang pada tail water dari lompatan hidraulik sangat besar untuk bilangan froude yang berkisar 2.5 < F1 < 4.5. Reaksi gelombang juga bergantung pada parameter lain, seperti tipe peredam energi, kedalaman tail water, kemiringan dasar, dan tail water pada sungai.

Abou Seida (1963) mengadakan percobaan dengan menggunakan bilangan froude yang berkisar 2.2 < F1 < 5.5, kemiringan dasar 0.025 – 0.05.

Parameter untuk tail water waves adalah : ƒ Ketinggian gelombang Hw

ƒ Periode gelombang Tw ƒ Ketinggian datang H1

ƒ Ketinggian tail water level H2 ƒ Kecepatan datang V1

ƒ Kemiringan dasar θ ƒ Percepatan gravitasi g

2.4. Analisa dimensi

Analisa dimensi merpakan teknik matematik yang berhubungan dengan dimensi dari suatu besaran fisik yang berpengaruh pada permasalahan yang di hadapi (Triatmodjo,1999:188). Analisa dimensi dapat dipergunakan untuk

(4)

mengatasi permasalahan dalam mekanika fluida dan hidrolika. Dalam suatu penelitian hidrolika, analisadimensi dilakukan untuk mengetahui faktor dominan yang menjadi dasar secara sistematis untuk memperoleh hubungan antar variabel maupun hubungan antar parameter.

Dalam analisa dimensi, pertama kali diperkirakan parameter – parameter fisik yang mempengaruhi aliran. Dan kemudian parameter – parameter tersebut dikelompokkan dalam suatu bentuk tak berdimensi sehingga akhirnya dapat di tetapkan fenomena aliran yang lebih baik.

Analisa dimensi dapat di bagi menjadi dua sistem gaya (F) – panjang (L) – waktu (T) (force length time, FLT)dan sistem massa (M) – panjang (L) – waktu (T) – mass length time, MLT). Ketiga besaran tersebut merupakan besaran bebas dan disebut besaran dasar. Dalam analisa dimensi dapat digunakan dua metode pendekatan yaitu metode Rayleigh dan metode Buckingham (Triadmodjo, 1999: 193).

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Macam Variabel dan Parameter Penelitian

Dalam penelitian akan mengandung banyak parameter serta variabel yang akan diamati dan diukur untuk selanjutnya dianalisa. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelompokan parameter dan variabel sehingga dapat diketahui hubungan-hubungannya dengan melakukan analisa dimensi.

1. Parameter

Parameter merupakan faktor yang ditetapkan selama dalam proses penelitian.

2. Variabel

Variabel merupakan faktor dalam penelitian yang dapat dipengaruhi. Dalam penelitian ini banyak terdapat variabel-variabel terukur yang nantinya akan dipergunakan dalam analisa. Untuk mempermudah analisa maka variabel-variabel dalam penelitian ini

dapat dibagi menjadi 2 yaituvariabel bebas dan variabel tergantung.

Tabel 1. Pengelompokan variabel penelitian

Rancangan pengujian perubahan pada kolam olak dan abrupt rise dibagi dalam 12 seri.

Tabel 2 . Rancangan Pengujian

Gambar 2. Daftar Alir Pelaksanaan Penelitian

Variabel Bebas Variabel Tergantung 1. Peninggian dasar hilir

peredam energi (abrupt

rise).

2. Perubahan slope abrupt rise.

3. Pencopotan baffle block dan menambahkan abrupt rise. 4. Perubahan slope abrupt rise

(tanpa baffle block pada kolam olak)

1. Tail Water Level (twl) 2. Kecepatan (v) 3. Tinggi loncatan 4. Tinggi pulsating waves 5. Panjang rambatan Pulsating

(5)

h s 1 h2 hw z twl Q Lw h3 0.16 m 1.00 m 1.50 m

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Desain Peredam Energi USBR III

Desain peredam energi USBR III direncanakan berdasarkan nilai bilangan froude terbesar dalam hal ini ketika debit yang terjadi sebesar 0,465 lt/dt. Penentuan dimensi peredam energi berdasarkan nilai bilangan froude mengacu pada tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh

abrupt rise pada pulsating wave untuk

kisaran froude 4,5-9.

4.2. Analisa Dimensi

Pengkajian penelitian ini menyangkut banyak variable yang berpengaruh. Maka penting dilakukan analisa untuk sebelum menganalisa data. Analisa dimensi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variable yang digunakan dalam analisa data dan pembahasan. Untuk itu perlu dilakukan pengelompokan variable yang disajikan sebagai berikut:

1. Variabel tergantung : kecepatan (V), tinggi muka air sebelum loncatan (h1), tinggi muka air

setelah loncatan (h2), tinggi

pulsating wave (hw), Jarak

gelombang (Lw), Cepat rambat gelombang (Vw)

2. Variabel yang diatur : perubahan

slope abrupt rise (z), pencopotan baffle block (s), debit persatuan

lebar (q), tail water level (twl) 3. Variabel yang lain : percepatan

gravitasi (g).

Gambar 3. Variabel-variabel dalam penelitian Maka didapatkan : C1 q v.s = C2 s 2 y = C3 s y1 = C4 s Lw = C5 s Hw = C6 q 2 s tw. = C7 s twl = C8 s z = C9 2 5 g.s q =

Analisa dimensi untuk kolam olak tanpa

baffle block. Maka didapatkan : C1 q z. v = C2 z 2 y = C3 z y1 = C4 z Lw = C5 z Hw = C6 q .z vw = C7 2 3 . q z g =

4.3. Perhitungan terhadap tinggi gelombang.

Setelah melakukan pengujian di laboratorium beberapa seri diperoleh hasil tinggi gelombang (hw) yang terjadi pada

stilling basin. Seri 1 (abrupt rise 1 : 1),

seri 5 (abrupt rise 1 : 3), dan seri 9 (abrupt rise 1 : 5) menggunakan analisa dimensi c5 dan c9. Hasil pengujian untuk seri 1 disajikan pada tabel 3 dan gambar 4

(6)

Tabel 3 Hubungan antara C5 dan C9 seri 1 Q Q hw/s g.s5/q2 l/dt cm2/dt C5 C9 0,4653 59,65123 0,600 0,27569 0,6195 79,42556 1,000 0,15550 0,8015 102,7579 1,400 0,09290 1,0132 129,8952 1,600 0,05814 1,2565 161,0951 1,650 0,03780

Gambar 4 Hubungan antara hw/s dan g.s5/q2 seri 1

Tabel 4. Hubungan antara C5 dan C9 seri 5 Q Q hw/s g.s5/q2 l/dt cm2/dt 0,465 59,651 0,350 0,276 0,620 79,426 0,500 0,156 0,802 102,758 0,650 0,093 1,013 129,895 0,700 0,058 1,257 161,095 0,900 0,038

Gambar 5. Hubungan antara hw/s dan g.s5/q2 seri 5

Tabel 5. Hubungan antara C5 dan C9 seri 9 Q Q hw/s g.s5/q2 l/dt cm2/dt 0,465 59,651 0,200 0,276 0,620 79,426 0,220 0,156 0,802 102,758 0,280 0,093 1,013 129,895 0,300 0,058 1,257 161,095 0,320 0,038

Gambar 6. Hubungan antara hw/s dan g.s5/q2 seri 9

4.4. Kalibrasi

Kalibrasi adalah suatu tahap yang dilakukan untuk mencocokan hasil uji penelitian. Dalam penelitian ini kalibrasi dilakukan dengan melakukan uji pada parameter yang sama namun variabel debit yang berbeda.

Tabel 6. Hasil kalibrasi pada Seri 5

Q  Q  g/q2  hw/s  hw/s  KR  l/dt  cm2/dt     grafik  empiris  %  0,5238 67,14946  0,21756249 0,565  0,520  8,68% 0,5865 75,1938  0,17350218 0,629  0,640  1,76% 0,6889 88,3179  0,12576841 0,706  0,730  3,32% 4.5. Pembahasan

Dengan melihat hasil uji penelitian pada flume maka dapat diketahui kombinasi desain pada kolam olak yang mampu mereduksi pulsating waves. Hasil penelitian disajikan pada tabel 7.

Tabel 7 . Hasil pengujian seri 1-12.

4.6. Contoh Aplikasi Hasil Penelitian

Agar pemahaman aplikasi hasil penelitian lebih mudah, berikut ini diberikan contoh perhitungan aplikasi penggunaanya seperti uraian berikut:

Permasalahan :

Suatu pelimpah side channel dengan lebar saluran peluncur hilir (b) sebesar 7,8 m, dilalui debit Q2th sebesar 59,781 m3/dt,

Q100th sebesar 181,846 m3/dt, Q1000th

sebesar 274,218 m3/dt, QPMF sebesar

751,062 m3/dt. Peredam energi menggunakan USBR Tipe III,dengan dimensi panjang kolam olak 16 m, tinggi

Kemiringan dg BB  dg BB  tanpa BB  tanpa BB  Abrupt 

Rise  twl bebas  twl  twl bebas  twl 

1 ; 1  1  2  3  4 

1 ; 3  5  6  7  8 

(7)

baffle block (s) 0,8 m. Jika debit Q25th

dialirkan pada 12 kondisi eksisting yang berbeda yang tersaji pada tabel 8 . Pada kondising eksisting manakah yang menghasilkan rambatan gelombang paling jauh dan tinggi pulsating wave yang maksimum?

Tabel 8. Kondisi eksisting permasalahan

Pemecahan :

Langkah awal adalah melakukan analisa kondisi yang terjadi yaitu :

Dengan mengolah data eksisting yang ada sesuai dengan bilangan tak berdimensi yang dibutuhkan untuk membaca grafik hasil analisa penelitian yang kemudian diolah melalui persamaan hasil analisa penelitian.

C1 = hw/s C2 = g.s5/q2 C3 = hw/lw C4 = hw/z C5 = g.z5/q2 Diketahui : Q2th = 59,781 m3/dt Q100th = 181,846 m3/dt Q1000th = 274,218 m3/dt Qpmf = 751,062 m3/dt Fr = 6,9 s = 0,8 m B = 8 m q = 7,472625 m3/dt/m Penyelesaian

ƒ Kondisi 1 sesuai dengan kondisi seri 1 sehingga hw dan Lw dapat dilihat pada grafik/persamaan hubungan bilangan tak berdimensi seri 1.

Bilangan tak berdimensi C1 = g.s5/q2 ,

C2 = hw/s , C3 = hw/lw y1 = 2.0616e-4.255x x = g.s5/q2 = 0.0576 y1 = hw/s = 1.61375018 hw = 1,291 m y2 = -0.5878x2 + 0.244x + 0.0172 y2 = hw/lw x = g.s5/q2 y2 = 0.0292 lw = 44.06387694 m

ƒ Pada kondisi 1 rambatan gelombang yang terjadi (lw) = 44,064 m dan tinggi gelombang hw = 1,291 m.

Tabel 9. Hasil perhitungan hw dan Lw Q2th melalui persamaan hasil penelitian

Tabel 10. Hasil perhitungan hw dan Lw Q100th melalui persamaan hasil penelitian

Tabel 11. Hasil perhitungan hw dan Lw Q1000th melalui persamaan hasil penelitian

AR = 1 : 1

Kondisi  1  Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:1 dan kondisi hilir pada keadaan bebas. Kondisi 2 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:1, namun kondisi hilir terjadi hambatan. Kondisi 3 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:1, kondisi hilir pada keadaan bebas, 

namun baffle block pada kolam olak dilepas

Kondisi 4 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:1 , baffle block pada kolam olak dilepas dan terjadi hambatan pada hilir. AR = 1 : 3 ` Kondisi 5  Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:3 dan kondisi hilir pada keadaan bebas. Kondisi 6 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:3, namun kondisi hilir terjadi hambatan. Kondisi 7 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:3, kondisi hilir pada keadaan bebas,  namun baffle block pada kolam olak dilepas

Kondisi 8 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:3 , baffle block pada kolam olak dilepas dan terjadi hambatan pada hilir. AR = 1 : 5 Kondisi 9  Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:5 dan kondisi hilir pada keadaan bebas. Kondisi 10 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:5, namun kondisi hilir terjadi hambatan. Kondisi 11 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:5, kondisi hilir pada keadaan bebas,  namun baffle block pada kolam olak dilepas

Kondisi 12 Menggunakan Abrupt Rise dengan slope 1:5 , baffle block pada kolam olak dilepas dan terjadi hambatan pada hilir. Kondisi Hw Lw Efisiensi (hw) Efisiensi (Lw) (m) (m) % % 1 1.291 44.064 16% 62% 2 1.103 50.098 28% 57% 3 0.384 52.654 75% 55% 4 1.533 70.148 0% 40% 5 0.728 117.404 53% 0% 6 - - 7 - - 8 - - 9 0.365 62.924 76% 46% 10 - - 11 - - 12 - - K on disi Hw Lw Efisien si (h w) Efi sien si (Lw) (m) (m) % % 1 1.291 85.915 49% 81% 2 2.511 111.462 0% 75% 3 0.185 40.047 93% 91% 4 1.492 49.813 41% 89% 5 1.638 60.416 35% 86% 6 - - 7 - - 8 - - 9 0.502 443.682 80% 0% 10 - - 11 - - 12 - - Kondisi Hw Lw Efisiensi (hw) Efisiensi (Lw) (m) (m) % % 1 1.291 91.260 51% 25% 2 2.656 121.399 0% 0% 3 0.170 38.297 94% 68% 4 1.494 48.741 44% 60% 5 1.973 66.019 26% 46% 6 - - 7 - - 8 - - 9 0.513 -8 66.329 81% 814% 10 - - 11 - - 12 - -

(8)

Tabel 12. Hasil perhitungan hw dan Lw QPMF melalui persamaan hasil penelitian

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan pengujian di laboratorium dan menganalisa hasil penelitian, maka dapat disimpulkan :

1. Penggunaan baffle block pada kondisi

tail water level tanpa hambatan

(bebas) belum mampu meredam

pulsating waves. Indikasi dari hal ini

adalah masih terjadinya pulsating

waves pada seri 1,5, dan 9 yang

disebabkan karena loncatan hidraulik tidak terjadi secara sempurna, sehingga menimbulkan pulsating

waves yang terjadi di hilir. Pulsating wave yang terjadi ini mempunyai

rambatan gelombang yang cukup jauh dan getaran gelombang dengan frekuensi tinggi. Kecuali pada seri 3 pengujian pada saat baffle block dilepas, dan kondisi bebas (seri 7 dan 11) menghasilkan aliran yang superkritis pada setiap sectionnya (kolam olak tak berfungsi), sehingga tidak terjadi pulsating waves karena pada tiap section terjadi aliran superkritis dimana fr > 4,5.

2. Perubahan slope abrupt rise mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap kondisi aliran dan pulsating

waves di kolam olak. Kemiringan abrupt rise 1 : 1 pada seri 1, seri 2,

seri 3, seri 4, kemiringan abrupt rise 1 : 3 pada seri 5, dan kemiringan abrupt

rise 1 : 5 pada seri 9 masih belum

mampu meredam pulsating waves, namun effisiensi redaman tertinggi terjadi pada seri 3.

3. Kombinasi desain kolam olak menggunakan abrupt rise tentunya tidak serta merta bisa diterapkan pada setiap kasus, karena pada dasarnya penggunaan abrupt rise juga

mempertimbangkan kondisi dari twl, penggunaan abrupt rise berfungsi dengan baik ketika twl < y2 . Apabila

yang terjadi memang twl < y2 dan

dikaitkan dengan pulsating waves, maka bila ketinggian jagaan pada stilling basin masi dapat dimaksmalkan maka kita bisa memakai slope abrupt rise yang curam, namun ketika ketinggian jagaan sudah tidak dapat dimaksimalkan kita dapat memakai

abrupt rise dengan slope landai namun

yang perlu diperhatikan adalah panjang rambatan gelombang dan frekuensinya. Uji penelitian pada seri 6, 7, 8, 10, 11, 12 memang tidak menghasilkan pulsating waves namun bila ditinjau dari segi keamanan desain terhadap gerusan (scouring) maupun tinggi jagaan (freeboard) masih belum memenuhi. Kombinasi desain berdasarkan penelitian dengan effisiensi paling tinggi terhadap tinggi dan jarak rambatan pulsating waves adalah dengan memasang abrupt rise dengan kemiringan 1 : 1 dan melepas

baffle block seri 3.

5.2. Saran

Kesimpulan dari hasil penelitian yang memprioritaskan pada peredaman

pulsating waves ini dapat ditindaklanjuti

pada uji model tes. Sehingga dapat diketahui apakah rekomendasi desain hasil penelitian ini memenuhi kriteria aman terhadap tinggi jagaan atau gerusan dan juga apakah dapat dipakai sebagai acuan dalam mendesain panjang saluran pengarah setelah hilir kolam olak.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Laporan Akhir Uji Model

Fisik Bendungan Sepaku Semoi.

Malang : Jurusan Pengairan FT Unibraw K on disi Hw Lw E fisien si (h w ) E fi sien si (L w ) (m ) (m ) % % 1 1 . 29 1 9 5 . 2 47 5 4 % 2 6 % 2 2 . 75 9 1 2 9 . 029 1 % 0 % 3 0 . 16 0 3 6 . 9 99 9 4 % 7 1 % 4 1 . 49 5 4 8 . 0 34 4 7 % 6 3 % 5 2 . 79 7 8 7 . 7 21 0 % 3 2 % 6 - - 7 - - 8 - - 9 0 . 52 1 -1 0 8 .00 6 8 1 % 1 8 4 % 1 0 - - 1 1 - - 1 2 - -

(9)

Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran

Terbuka, terjemahan E.V. Nensi Rosalina. Jakarta : Erlangga.

Hager, Willi H. 1992. Energy Dissipators

And Hydraulic Jump, Dordrecht :

Kluwer Academic Publishers.

Peterka, A.J. 1978. Hydraulic Design of

Stilling Basins and Energy Dissipators. United States

Department of The Interior : Bureau of Reclamation.

Raju, K.G.R. 1986. Aliran Melalui

Saluran Terbuka, terjemahan Yan Piter Pangaribuan B.E., M.Eng.

Jakarta : Erlangga

Sosrodarsono, Suyono dan Tekeda, Kensaku. 2002. Bendungan Type

Urugan. Jakarta : Erlangga.

United States Department of The Interior : Bureau of Reclamation. 1973.

Design of Small Dams. Oxford &

IBH Publishing CO. New Delhi Bombay Calcutta.

Gambar

Gambar 1  Panjang loncatan hidrolis pada  kolam olakan datar tipe I, II dan III
Tabel 2 . Rancangan Pengujian
Gambar 3. Variabel-variabel dalam  penelitian  Maka didapatkan :  C 1 q= v.s C 2  sy 2=C3sy1=C4s= LwC5s= HwC62 qs=tw.C7s=twlC8s=zC92g.s5=q
Tabel 9. Hasil perhitungan hw dan Lw  Q 2th  melalui persamaan hasil penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

(2) Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada teks terjemahan Al-Qur'an yang menyatakan tentang ucapan (3) Mengimplementasikan nilai pendidikan dalam

Catatan Atas Laporan keuangan (CaLK) Biro Tata Pemerintahan Setda Daerah Istimewa Yogyakarta ini struktur penganggarannya mendasarkan Peraturan Menrteri Dalam Negeri

Yang kedua adalah gelombang permukaan. Atau yang biasa dikenal sebagai surface waves. Tidak seperti body waves yang merambat di seluruh lapisan bumi, surface waves

Pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif yang diterapkan dalam pelatihan ini tidak hanya untuk memotivasi peserta untuk terlibat secara fisik dan mental dalam pelatihan,

Pelajaran Satu Yesus, Penciptaku 4 Pelajaran Dua Manusia dan Taman Eden 18 Pelajaran Tiga Manusia Jatuh Dalam Dosa 24 Pelajaran Empat Tuhan Yesus, Anak Allah

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama guru kelas, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) setelah menambah media boneka jarinya anak-anak

1. Harga saha tidak dipengaruhi oleh ROE yang merupakan ukuran kinerja keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu meningkatkan kinerja keuangan

2) Diharapkan meningkatkannya ketrampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal pada materi pokok Aritmatika Sosial. 3) Minat belajar peserta didik meningkat karena