• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Keuangan Konsolidasian 9 Bulan Yang Berakhir 30 September. Pendapatan bersih (4) Laba bersih*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kinerja Keuangan Konsolidasian 9 Bulan Yang Berakhir 30 September. Pendapatan bersih (4) Laba bersih*"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

31 Oktober 2016

PT Astra International Tbk (Grup Astra atau Perseroan) Laporan Keuangan Kuartal III Tahun 2016

Ikhtisar

 Laba bersih per saham menurun 6% menjadi Rp279  Penjualan mobil naik 10% dan penjualan motor turun 3%

 Penurunan pendapatan bersih dari bisnis alat berat dan kontraktor penambangan  Kenaikan yang signifikan pada provisi kerugian kredit Bank Permata

“Kinerja Grup Astra pada tahun ini diharapkan merefleksikan terus membaiknya kinerja bisnis otomotif, bersamaan dengan beberapa peningkatan kinerja di bisnis agribisnis serta sedikit pulihnya bisnis alat berat dan pertambangan, walaupun masih ada kekhawatiran terhadap tingkat kredit bermasalah di Bank Permata.”

Prijono Sugiarto Presiden Direktur

Kinerja Keuangan Konsolidasian

9 Bulan Yang Berakhir 30 September 2016 Rp miliar 2015 Rp miliar Perubahan % Pendapatan bersih 132.294 138.177 (4) Laba bersih* 11.277 11.997 (6) Rp Rp

Laba bersih per saham 279 296 (6)

30 September 2016 Rp miliar 31 Desember 2015 Rp miliar Perubahan % Ekuitas yang diatribusikan kepada

pemilik entitas induk** 105.706 102.043 4

Rp Rp

Nilai aset bersih per saham** 2.611 2.521 4

* Laba bersih adalah laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk, yaitu pemegang saham Astra International. ** Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan nilai aset bersih per saham didasarkan pada ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

Kinerja keuangan selama sembilan bulan yang berakhir 30 September 2016 dan 2015 serta posisi keuangan per 30 September 2016 disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan tidak diaudit. Posisi keuangan per 31 Desember 2015 telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan telah diaudit sesuai dengan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

(2)

Laporan Presiden Direktur Tinjauan Kinerja

Grup Astra mengalami penurunan pendapatan bersih di sektor alat berat dan pertambangan serta agribisnis, sementara kontribusi pendapatan bersih dari Toyota sales operation juga berkurang setelah restrukturisasi model distribusi dua tingkat (two-tiered) berlaku efektif pada awal tahun ini.

Laba bersih Grup Astra selama sembilan bulan pertama menurun, walaupun terjadi kenaikan keuntungan pada sektor otomotif dari peluncuran produk baru. Penurunan ini disebabkan oleh pelemahan harga komoditas yang berpengaruh negatif terhadap sektor alat berat dan kontraktor penambangan serta kenaikan signifikan pada provisi kerugian atas pinjaman yang diberikan pada PT Bank Permata Tbk yang berujung terhadap menurunnya kontribusi dari sektor bisnis jasa keuangan.

Kinerja

Pendapatan bersih konsolidasian Astra pada sembilan bulan pertama yang berakhir pada 30 September 2016 turun 4% menjadi Rp132,3 triliun, sementara laba bersih turun 6% menjadi Rp11,3 triliun.

Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp2.611 pada 30 September 2016, meningkat 4% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2015.

Nilai kas bersih, di luar Grup Jasa Keuangan, mencapai Rp5,5 triliun pada 30 September 2016, dibandingkan nilai kas bersih pada akhir tahun 2015 sebesar Rp1,0 triliun. Anak perusahaan Grup segmen Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp41,9 triliun, dibandingkan dengan Rp44,6 triliun pada akhir tahun 2015.

Kegiatan Bisnis

Laba bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham Astra International pada periode ini adalah sebagai berikut:

Laba bersih yang diatribusikan kepada PT Astra International Tbk 9 Bulan Yang Berakhir 30 September

2016 Rp Miliar 2015 Rp Miliar Perubahan % Otomotif 5.995 5.329 12 Jasa Keuangan 2.074 2.996 (31)

Alat Berat dan Pertambangan 1.893 3.342 (43)

Agribisnis 913 116 687

Infrastruktur dan Logistik 213 86 148

Teknologi Informasi 105 123 (15)

Properti 84 5 1.580

(3)

Otomotif

Laba bersih dari segmen otomotif Grup naik 12% menjadi Rp6,0 triliun selama periode sembilan bulan, sebagian besar merupakan dampak dari peluncuran model baru yang turut berdampak positif terhadap marjin.

Penjualan mobil secara nasional meningkat sebesar 2% menjadi 783.000 unit. Penjualan nasional mobil Astra naik sebesar 10% menjadi 422.000 unit, sehingga meningkatkan pangsa pasar menjadi 54% dari 50%. Grup telah meluncurkan sepuluh model baru dan tujuh model

revamped selama periode ini.

Penjualan sepeda motor nasional menurun sebesar 10% menjadi 4,4 juta unit. Sementara penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) mengalami penurunan 3% menjadi 3,2 juta unit, meski pangsa pasarnya meningkat menjadi 73% dari 68% dengan didukung oleh peluncuran enam model baru dan delapan model revamped selama periode ini.

Laba bersih PT Astra Otoparts Tbk, bisnis komponen Grup, meningkat 59% menjadi Rp284 miliar dengan peningkatan pendapatan dari segmen pasar pabrikan otomotif (Original Equipment

Manufacturer/OEM), after market dan segmen ekspor.

Jasa Keuangan

Laba bersih dari segmen jasa keuangan Grup menurun sebesar 31% menjadi Rp2,1 triliun. Kenaikan laba bersih PT Federal International Finance (FIF) dan PT Toyota Astra Financial Services (TAFS) diimbangi oleh penurunan kontribusi dari sektor bisnis jasa keuangan lainnya, terutamanya Bank Permata yang mencatat kerugian akibat peningkatan signifikan pada provisi kerugian atas pinjaman yang diberikan.

Sektor bisnis pembiayaan konsumen menunjukkan kenaikan total pembiayaan sebesar 18% menjadi Rp53,7 triliun, termasuk melalui joint bank financing without recourse. PT Astra Sedaya Finance (ASF) yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat penurunan laba bersih sebesar 10% menjadi Rp653 miliar akibat turunnya pendapatan terutama karena menurunnya jumlah unit pembiayaan mobil bekas, sementara pembiayaan roda empat lainnya, PT Toyota Astra Financial Services mencatat peningkatan laba bersih sebesar 11% menjadi Rp251 miliar. FIF yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih sebesar 21% menjadi Rp1,3 triliun, yang diuntungkan dari kenaikan pangsa pasar dan diversifikasi produk.

Total pembiayaan yang dikucurkan oleh Grup pembiayaan alat berat naik 4% menjadi Rp3,3 triliun. PT Surya Artha Nusantara Finance (SANF) yang memiliki spesialisasi di pembiayaan alat berat kelas kecil dan menengah, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 43% menjadi Rp60 miliar.

Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat kerugian bersih sebesar Rp1,2 triliun sepanjang sembilan bulan pertama dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp938 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan signifikan provisi kerugian kredit akibat peningkatan kredit bermasalah menjadi 4,9% dari 2,7% pada akhir tahun lalu. Dalam rangka memperkuat permodalannya, Bank Permata menyelesaikan rights issue pada bulan Juni, yang menghasilkan dana senilai Rp5,5 triliun.

(4)

Perusahaan Grup Asuransi, PT Asuransi Astra Buana, mencatat sedikit penurunan laba bersih menjadi Rp697 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan underwriting income.

Sepanjang sembilan bulan pertama, Perusahaan asuransi jiwa patungan bersama antara Astra International dan Aviva Plc, PT Astra Aviva Life, telah berhasil menambah lebih dari 97.000 nasabah asuransi jiwa perorangan dan lebih dari 121.000 nasabah asuransi untuk program kesejahteraan karyawan, dibandingkan dengan 28.500 dan 186.000 nasabah, secara berurutan sepanjang tahun 2015.

Alat Berat dan Pertambangan

Laba bersih dari segmen alat berat dan pertambangan Grup menurun sebesar 43% menjadi Rp1,9 triliun.

PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan laba bersih sebesar Rp3,1 triliun, turun 44%, akibat turunnya pendapatan bersih bisnis alat berat dan kontraktor penambangan, terutamanya disebabkan oleh rendahnya harga batu bara. UT juga merasakan dampak negatif dari apresiasi rupiah terhadap translasi aset berdenominasi dolar AS, dimana pada tahun sebelumnya terdapat pengaruh positif terhadap translasi tersebut. Pada segmen usaha mesin konstruksi, penjualan alat berat Komatsu menurun 12% menjadi 1.588 unit, dimana pendapatan bersih dari servis dan suku cadang juga menurun. PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan UT di bidang kontraktor penambangan batu bara mencatat penurunan produksi batu bara sebesar 3% menjadi 79 juta ton dan penurunan kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 12% menjadi 524 juta bank cubic

metres. Anak perusahaan UT di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu

bara sebesar 46% menjadi 6 juta ton.

PT Acset Indonusa Tbk, perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki UT, melaporkan laba bersih sebesar Rp40 miliar pada sembilan bulan pertama, meningkat 210% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Acset mencatatkan penambahan kontrak baru senilai Rp2,5 triliun sepanjang periode tersebut dibandingkan dengan Rp3,1 triliun sepanjang tahun 2015. Untuk mendukung pertumbuhan bisnis, Acset menyelesaikan rights issue pada bulan Juni, dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp600 miliar.

Agribisnis

Laba bersih dari segmen Grup Agribisnis meningkat menjadi Rp913 miliar dari Rp116 miliar.

PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun, meningkat dari Rp145 miliar, yang disebabkan oleh keuntungan dari apresiasi rupiah terhadap translasi kewajiban moneter dalam mata uang dolar AS. Diluar keuntungan akibat translasi mata uang asing, hasil kinerja stabil dikarenakan penurunan volume penjualan diimbangi kenaikan harga CPO. Penjualan CPO menurun 12% menjadi 730.000 ton, dimana harga rata-rata CPO mengalami kenaikan sebesar 5% menjadi Rp7.588/kg dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penjualan olein menurun 23% menjadi 231.000 ton. AAL menyelesaikan rights issue senilai Rp4,0 triliun pada bulan Juni untuk memperkuat posisi neraca keuangannya.

(5)

Infrastruktur dan Logistik

Laba bersih dari segmen infrastruktur dan logistik Grup meningkat sebesar 148% menjadi Rp213 miliar, terutama disebabkan oleh meningkatnya laba bersih dari jalan tol, penjualan mobil bekas dan bisnis logistik.

PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang mengoperasikan jalur Tangerang-Merak sepanjang 72,5km, yang 79,3% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatat peningkatan volume trafik kendaraan sebesar 3% menjadi 35 juta kendaraan. Pembangunan konstruksi sepanjang 40,5km di jalan tol Jombang–Mojokerto yang sepenuhnya dimiliki Grup Perseroan terus berlanjut, dimana sepanjang 14,7km sudah mulai beroperasi. Ruas jalan tol Semarang-Solo sepanjang 72,6km, yang 25% sahamnya dimiliki Grup telah mulai beroperasi sepanjang 22,8km. Jika ditambahkan dengan kepemilikan 40% saham Grup di jalan tol lingkar luar Kunciran-Serpong sepanjang 11,2km dan 25% saham di jalan tol Kunciran-Serpong-Balaraja sepanjang 30km, maka total jalan tol yang dimiliki Grup saat ini mencapai 226,8km.

PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih yang melayani wilayah barat Jakarta mencatat kenaikan penjualan volume air bersih sebesar 3% menjadi 120 juta meter kubik.

Laba bersih PT Serasi Autoraya (SERA) meningkat 43% menjadi Rp68 miliar. Peningkatan laba bersih dari penjualan kendaraan bekas dan bisnis logistik berpengaruh lebih besar daripada penurunan 6% jumlah kendaraan tersewa di bisnis leasing dan rental.

Teknologi Informasi

Laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup turun sebesar 15% menjadi Rp105 miliar.

PT Astra Graphia Tbk, yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp137 miliar, disebabkan oleh menurunnya marjin meskipun terjadi peningkatan pendapatan.

Properti

Laba bersih dari segmen properti Grup sebesar Rp84 miliar, meningkat secara siginifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 yang sebesar Rp5 miliar.

Konstruksi Anandamaya Residences, proyek residensial eksklusif berlokasi di pusat bisnis Jakarta, yang 60% sahamnya dimiliki oleh Perseroan dan telah terjual 92%, serta gedung perkantoran grade A dari Grup, Menara Astra, terus berlanjut dan diharapkan dapat rampung sesuai dengan rencana dan selesai pada tahun 2018.

(6)

Prospek Bisnis

Kinerja Grup Astra pada tahun ini diharapkan merefleksikan terus membaiknya kinerja bisnis otomotif, bersamaan dengan beberapa peningkatan kinerja di bisnis agribisnis serta sedikit pulihnya bisnis alat berat dan pertambangan, walaupun masih ada kekhawatiran terhadap tingkat kredit bermasalah di Bank Permata.

Prijono Sugiarto Presiden Direktur 31 Oktober 2016

Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi: PT Astra International Tbk

Pongki Pamungkas, Chief of Corporate Communications, Social Responsibility & Security Tel: + 62 – 21 – 6530 4956

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian terdahulu oleh Indra Kurnia (2013) yang berjudul Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Kualitas Aparatur Pemerintah Terhadap Akuntabilitas

Pada Sapi Perah di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

 Pengembangan jelutung rawa dengan sistem agroforestri untuk memulihkan lahan gambut terdegradasi ditinjau dari aspek lingkungan layak dilakukan, dengan indikator lahan

Mengisi Formulir Aplikasi Data Nasabah (CIF) Perorangan dan Formulir Pembukaan Rekening (khusus untuk orang tua/wali yang belum memiliki rekening tabungan di BNI Syariah) dengan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pen- garuh kedalaman undercut gigi pegangan dan tipe bahan cengkeram termoplastik nilon terh- adap kekuatan retensi GTSL Co-Cr kombinasi

Hubungan antara tujuan dan sasaran strategis Setditjen P2HP dengan IKU- nya dapat dijelaskan bahwa tujuan strategis “melaksanakan pelayanan teknis dan administratif

Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten dan mengerti dengan pasti mengenai bagaimana upaya komunikasi pemasaran Jogja Media Net

Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat melakukan intervensi pada proses di ICANN dan menelurkan pertanyaan soal wewenang negara (dalam hal ini pemerintah) terkait tata kelola