_____________________________________
http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR
PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Oleh:
Yulia Ratnaningsih
Dosen Fakultas Ilmu Kehutanan UNTB
Abstrak:Penelitian bertujuan (1) Untuk mengetahui kebutuhan tiap jenis bahan bakar (kayu, minyak
ta-nah, batubara dan LPG) yang akan digunakan dalam proses pengovenan tembakau Virginia; (2) Untuk
menganalisis efisiensi penggunaan jenis bahan bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG) pada
pen-govenan tembakau Virginia; (3) Untuk mengetahui hambatan dalam penggunaan bahan bakar (kayu,
mi-nyak tanah, batubara dan LPG) pada pengovenan tembakau Virginia.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif.ditentukan satu kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu
Kecamatan Sakra dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut memiliki jumlah oven tembakau
Virginia terbanyak. Penentuan responden ditentukan secara ”purposive sampling” yaitu masing-masing
sebanyak 8 orang petani tembakau Virginia yang menggunakan bahan bakar kayu, 8 orang yang
menggunakan bahan bakar minyak tanah, 8 orang yang menggunakan bahan bakar batubara dan 8 orang
yang menggunakan bahan bakar LPG. Hasil Penelitian menujukkan bahwa (1). Berdasarkan jumlah
bahan bakar yang dibutuhkan dalam proses pengovenan tembakau Virginia selama 1 musim tanam (7 kali
pengovenan) yaitu penggunaan bahan bakar kayu sebanyak 28 kubik dengan harga Rp. 230.000 dan
ratio penggunaan kayu 0,01 m3/kg krosok dengan biaya bahan bakar Rp. 2.640/kg krosok; minyak tanah
3.150 liter dengan harga Rp. 3.750,-/ltr dan ratio penggunaan minyak tanah 1,3 ltr/kg krosok dengan
biaya bahan bakar Rp. 5.025/kg; batubara sebanyak 9.478 kg dengan harga Rp. 1.281,-/kg dan ratio
penggunaan batubara 3,3 kg/kg krosok dengan biaya bahan bakar Rp. 4.350/kg; LPG sebanyak 1.141 kg
dengan harga Rp. 9.500,-/kg dan ratio penggunaan LPG 0,45 kg/kg krosok dengan biaya bahan
bakar Rp. 4.603/kg; (2)Berdasarkan nilai R/C ratio maka pengovenan tembakau Virginia dengan bahan
bakar kayu, minyak tanah, batu bara, dan LPG layak diusahakan (R/C ratio
≥
1). Secara berurutan kayu
memiliki nilai R/C ratio 1,32; batu bara nilai R/C ratio 1,28; LPG nilai R/C ratio 1,24 dan minyak
tanah nilai R/C ratio 1,15;
Kata kunci: Bahan bakar, oven, tembakau virginia
PENDAHULUAN
Tembakau merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang cukup penting peranannya dalam
kehidupan sosial ekonommi bangsa Indonesia. Hal
ini ditunjukkan oleh aktivitas produksi dan
pemasarannya yang melibatkan jumlah penduduk,
baik sebagai petani, buruh tani, buruh pabrik
rokok, pedagang maupun sebagai pengusaha untuk
mendapatkan
penghasilan.
Selain
itu
juga
tembakau mempunyai andil dalam penerimaan
negara yaitu cukai. Dari industri rokok, tembakau
mampu memasukkan cukai sekitar 51 (lima puluh
satu) triliun rupiah setiap tahunnya. Angka ini
merupakan jumlah penerimaan terbesar dari semua
cukai yang dipetik pemerintah.
Nusa Tenggara Barat khususnya Pulau
Lombok sebagai salah satu daerah penghasil
tembakau Virginia, memiliki luas areal tanam dan
produksi yang meningkat dari tahun ke tahun.
Daerah penghasil tembakau Virginia di Pulau
Lombok adalah Kabupaten Lombok Barat,
Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten
Lombok Timur.
Diantara tiga daerah penghasil tembakau
Virginia di Pulau Lombok, Kabupaten Lombok
Timur merupakan salah satu penghasil tembakau
Virginia
terluas
dan
merupakan
sentra
produksinya. Seluruh hasil produksinya diolah
menjadi krosok fc (flue-cured).
Untuk mengolah daun tembakau Virginia
menjadi krosok fc diperlukan pengovenan dengan
mengalirkan udara panas melalui pipa (flue).
Udara panas diperoleh dari hasil pembakaran
bahan bakar minyak tanah dan atau bahan bakar
lainnya.
Dengan terus meningkatnya harga BBM
dalam negeri dan dicabutnya subsidi bahan bakar
minyak tanah untuk pengomprongan tembakau,
dikhawatirkan
akan
berpengaruh
terhadap
operasionalisasi omprongan yang akibatnya biaya
produksi meningkat sehingga merugikan petani.
Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu caranya
adalah mencari bahan bakar alternatif sebagai
pengganti minyak tanah yang harganya murah.
Bahan bakar alternatif yang digunakan sebagai
_____________________________________________
Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com
subsitusi minyak tanah antara lain : kayu bakar,
batubara dan LPG. Dalam menghadapi berbagai
alternatif penggunaan bahan bakar dalam proses
pengovenan, petani harus memutuskan bahan
bakar mana yang terbaik untuk pengovenan, yaitu
suatu proses yang secara teknis dan ekonomis
paling efisien. Untuk pengovenan tembakau
Virginia yang perlu diperhatikan dalam memilih
bahan bakar antara lain :
(1) Ramah Lingkungan;
(2) Tersedia cukup dan berkesinambungan;
(3) Aman Penggunaannya dan menguntungkan
petani.
Berdasarkan uraian di atas maka dipandang
perlu
untuk
melakukan
penelitian
yang
berujuanuntuk mengetahui kebutuhan tiap jenis
bahan bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan
LPG) yang akan digunakan dalam proses
pengovenan
tembakau
Virginia,
untuk
menganalisis efisiensi penggunaan jenis bahan
bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG)
pada pengovenan tembakau Virginia, untuk
mengetahui hambatan dalam penggunaan bahan
bakar (kayu, minyak tanah, batubara dan LPG)
pada pengovenan tembakau Virginia.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif yaitu suatu metode yang memusatkan
diri pada pemecahan masalah aktual yang ada pada
masa sekarang.Pengumpulan data dilaksanakan
dengan teknik survei yaitu cara pngumpulan data
dari sejumlah individu (responden) dalam kurun
waktu tertentu dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan yang sudah dipersiapkan terlebih
dahulu (Surakhmad, 1989)Unit Analisis. Dalam
penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah
usaha pengovenan tembakau Virginia pada musim
tanam 2012 di Kecamatan Sakra Kabupaten
Lombok Timur.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Lombok Timur yang terdiri dari 20 (dua puluh)
Kecamatan. Dari jumlah tersebut, ditentukan 1
(satu) kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu
Kecamatan Sakra dengan pertimbangan bahwa
desa tersebut memiliki jumlah oven tembakau
Virginia terbanyak.
Penentuan jumlah petani responden dilakukan
secara
”Quota
Sampling”
yaitu
ditetapkan
sebanyak 32 orang. Selanjutnya penentuan
responden ditentukan seara ”Purposive Sampling”
yaitu masing-masing sebanyak 8 orang petani
tembakau Virginia yang menggunakan bahan
bakar kayu, 8 orang yang menggunakan bahan
bakar minyak tanah, 8 orang yang menggunakan
bahan bakar batubara dan 8 orang yang
menggunakan bahan bakar LPG.
Jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Data Primer, yaitu data yang langsung
diperoleh dari petani responden berdasarkan
hasil wawancara secara langsung dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.
2.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
instansi atau kantor dinas yang berhubungan
dalam penelitian ini seperti : Dinas Perkebunan
Provinsi
Nusa
Tenggara
Barat,
Dinas
Kehutanan
dan
Perkebunan
Kabupaten
Lombok Timur, Badan Pusat Statistik dan
Instansi terkait lainnya.
Beberapa
variabel
yang
diukur
dalam
penelitian ini adalah :
1.
Biaya yaitu biaya bahan bakar yang
dikeluarkan oleh produsen selama proses
pengovenan tembakau Virginia.
2.
Pendapatan merupakan selisih penerimaan
dengan biaya yang dikeluarkan selama proses
pengovenan tembakau Virginia, dinyatakan
dalam satuan rupiah.
3.
Efisiensi usaha adalah perbandingan antara
total penerimaan (total revenue) dan total
biaya (total cost).
4.
Hambatan dalam penelitian ini adalah sesuatu
yang
menyebabkan
usaha
pengovenan
tembakau Virginia belum dapat berlangsung
optimal dalam kaitannya dengan penggunaan
bahan bakar.
Untuk menganalisis besarnya pendapatan
petani tembakau Virginia dianalisis dengan
menggunakan analisis biaya dan pendapatan, yaitu
(Soekartawi, 2003) :
I = TR – TC
Dimana :
I
= Income (Pendapatan)
TR
= Total Revenue (Total Penerimaan)
TC
= Total Cost (Total Biaya)
Untuk analisis efisiensi penggunaan bahan
bakar pada pengovenan tembakau Virginia
dianalisis menggunakan analisis R/C ratio yaitu
besarnya penerimaan dibagi besarnya biaya
(Soerkartawi, 1986).
R/C =
TC
TR
= 1
Keterangan :
TR = Total Revenue (total penerimaan)
TC = Total Cost (total pengeluaran)
Hipotesis yang diajukan :
R/C ratio
≥
1, artinya usahatani tembakau Virginia
dengan
bahan
bakar
(minyak
tanah/kayu
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014
bakar/batubara/LPG) efisiensi tercapai dan layak
diusahakan.R/C ratio < 1, artinya usahatani
tembakau Virginia dengan bahan bakar (minyak
tanah/kayu bakar/batubara/LPG) efisiensi tidak
tercapai sehingga tidak layak diusahakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Biaya
Produksi
dalam
Pengovenan
Tembakau Virginia
Biaya produksi merupakan penjumlahan dari
biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi dalam pengovenan tembakau Virginia.
Komponen biaya produksi terdiri atas : harga
bahan baku (duan tembakau Virginia basah), biaya
angkutan, biaya bahan bakar, upah tenaga kerja
dan biaya penyusutan alat (lampiran 7). Berikut
gambaran mengenai biaya produksi dengan
menggunakan bahan bakar kayu, minyak tanah,
batubara dan LPG.
Tabel 1. Biaya Produksi dan Biaya Bahan Bakar
pada Pengovenan Tembakau Virginia
Tahun 2009 dalam Satu Musim Tanam
Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan
kayu bakar untuk bahan bakar pengovenan
tembakau jauh lebih murah dibandingkan dengan
bahan bakar lain, seperti minyak tanah, batubara
dan LPG yaitu sebesar 7.196.250,- (14,54 %) dari
total biaya produksinya sebesar 49.485.625,-.
Namun
demikian
Pemda
NTB
tidak
merekomendasikan penggunaan bahan bakar kayu
sebagai bahan bakar pada pengovenan tembakau
Virginia, hal ini dikarenakan ketersediaan kayu
sangat terbatas dan akan berdampak buruk
terhadap kelestarian lingkungan hutan.
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan
berbagai jenis bahan bakar dalam pengovenan
tembakau Virginia diperlukan pendekatan biaya
per Kg krosok yang dihasilkan.Melalui hasil
perhitungan yang didapat dari responden yang
berada di Kabupaten Lombok Timur Kecamatan
Sakra diperoleh biaya yang digunakan untuk
menghasilkan 1 Kg krosok dalam 1 musim tanam
(7-8 kali pengovenan) sebagai berikut.
Tabel 2. Biaya Beberapa Jenis Bahan Bakar untuk
Menghasilkan 1 Kg Krosok Per-
Musim Tanam.
Tabel 3 menunjukkan bahwa harga bahan
bakar pada tahun 2012 dengan menggunakan
bahan bakar kayu mencapai Rp. 230.000,-/kubik,
untuk 1 (satu) kali pengovenan membutuhkan kayu
rata-rata 4 m3, sehingga untuk pengovenan dalam
1 musim ( 7 kali pengovenan) membutuhkan bahan
bakar sebanyak 28 m3. Biaya bahan bakar yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Kg krosok yaitu
sebesar Rp. 2.640,- dengan total biaya selama
proses pengovenan sebesar Rp. 18.156/Kg
krosok
Dengan menggunakan bahan bakar minyak
tanah, harga minyak tanah rata-rata mencapai Rp.
3.875,-/liter, untuk 1 (satu) kali pengovenan
membutuhkan minyak tanah sebanyak 450 liter,
sehingga untuk pengovenan dalam 1 musim ( 7
kali pengovenan) membutuhkan bahan bakar
sebanyak 3.150 liter. Biaya bahan bakar yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Kg krosok yaitu
sebesar Rp. 5.025,- dengan total biaya selama
proses pengovenan sebesar Rp. 21.525/Kg krosok.
Dengan menggunakan bahan bakar batubara, harga
batubara rata-rata mencapai Rp. 1.281,-/kg,
untuk 1 (satu) kali pengovenan membutuhkan
batubara rata-rata 1.354 kg, sehingga untuk
pengovenan dalam 1 musim ( 7 kali pengovenan)
membutuhkan bahan bakar sebanyak 9.478-10.760
kg. Biaya bahan bakar yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 Kg krosok yaitu sebesar Rp.
4.350,- dengan total biaya selama proses
pengovenan sebesar Rp. 19.968/Kg krosok.
Dengan menggunakan bahan bakar gas (LPG),
harga LPG mencapai Rp. 9.500,-/kg, untuk 1
(satu) kali pengovenan membutuhkan gas (LPG)
rata-rata 163 kg, sehingga untuk pengovenan
dalam
1
musim
(
8
kali
pengovenan)
membutuhkan bahan bakar sebanyak 1.304 kg.
Biaya bahan bakar yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 Kg krosok yaitu sebesar Rp.
4.603,- dengan total biaya selama proses
pengovenan sebesar Rp. 19.666/Kg krosok.
_____________________________________________
Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com
Sehingga dapat dikatakan bahwa biaya bahan bakr
termurah untuk menghasilkan 1 Kg krosok
berturut-turut yaitu kayu, batubara, LPG dan
minyak tanah.
b. Efisiensi Pengovenan Tembakau Virginia
Efisiensi dimaksud dalam penelitian adalah
kelayakan
usaha
untuk
mengembangkan
pengovenan tembakau Virginia dimasa yang akan
datang dengan melihat perbandingan antara
penerimaan dan biaya. Analisis yang digunakan
adalah R/C-ratio yaitu perbandingan antara
penerimaan dan biaya dalam proses produksi,
dengan kriteria apabila nilai R/C ratio
≥
1 maka
usaha tersebut dikatakan efisien, dan apabila nilai
R/C ratio < 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak
efisien. Efisiensi pengovenan tembakau Virginia
dengan beberapa macam bahan bakar dapat dilihat
pada Tabel 4.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai R/C ratio
responden yang menggunakan kayu sebagai bahan
bakar untuk pengovenan sebesar 1,32 artinya
setiap pengeluaran Rp. 1.000, biaya produksi yang
dialokasikan dalam proses pengovenan tembakau
Virginia akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.
1.320.
Nilai
R/C
ratio
responden
yang
menggunakan minyak tanah sebesar 1,15 artinya
setiap pengeluaran Rp.1.000 biaya produksi yang
dialokasikan dalam proses pengovenan tembakau
Virginia akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.
1.150.
Nilai
R/C
ratio
responden
yang
menggunakan batu bara sebesar 1,28 artinya setiap
pengeluaran Rp.1.000 biaya produksi yang
dialokasikan dalam proses pengovenan tembakau
Virginia akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.
1.280 dan nilai R/C ratio responden yang
menggunakan gas (LPG) sebesar 1,24 artinya
setiap pengeluaran Rp.1.000 biaya produksi yang
dialokasikan dalam proses pengovenan tembakau
Virginia akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.
1.240.
Tabel 3. Rata-rata Total Penerimaan dan Total
Biaya serta Nilai R/C Ratio Responden
pada Pengovenan Tembakau Virginia.
Jenis Bahan Bakar Hasil Penilaian 1 2 3 Kayu - Nilai Produksi - Total Biaya Produksi - Pendapatan - Nilai R/C Ratio Rp. 65.629.375,- Rp. 49.332.500,- Rp. 16.296.875,- 1,32 Layak/Efisi en Minyak Tanah - Nilai Produksi - Total Biaya Produksi - Pendapatan - Nilai R/C Ratio Rp. 59.794.374,- Rp. 51.753.375,- Rp. 8.041.000,- 1,15 Layak/Efisi en Batubara - Nilai Produksi - Total Biaya Produksi - Pendapatan - Nilai R/C Ratio Rp. 73.780.625,- Rp. 57.212.303,- Rp. 16.568.322,- 1,28 Layak/Efisi en LPG - Nilai Produksi - Total Biaya Produksi - Pendapatan - Nilai R/C Ratio Rp. 62.101.875,- Rp. 49.594.688,- Rp. 12.507.188,- 1,24 Layak/Efisi enSumber : Data Primer diolah, 2012
Dari analisa di atas nilai R/C Ratio positif atau
lebih besar dari 1 maka pengovenan tembakau
Virginia dengan berbahan bakar kayu, minyak
tanah, batubara, dan LPG layak diusahakan. R/C
ratio tertinggi dengan menggunakan bahan bakar
kayu yaitu 1,32. Hal ini disebabkan karena harga
kayu lebih murah dari bahan bakar lainnya, dimana
bahan bakar merupakan komponen utama dalam
pengovenan tembakau Virginia sehingga biaya
produksi lebih rendah. Namun penggunaan kayu
sebagai bahan bakar pada pengovenan tembakau
Virginia
tidak
dianjurkan
sesuai
dengan
rekomendasi POKJA BBA. Bahan bakar yang
lebih kompetitif menghasilkan keuntungan yang
lebih besar pada pengovenan tembakau Virginia
yaitu dengan menggunakan bahan bakar batubara.
Berdasarkan Tabel 11, pendapatan yang paling
tinggi yaitu pada pengovenan tembakau Virginia
dengan menggunakan bahan bakar batubara
sebesar Rp. 16.568.322,-, dengan R/C ratio sebesar
1,28 hal ini disebabkan karena selisih antara nilai
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014
produksi dan total biaya produksi pada batubara
paling besar.
c.
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
Pengovenan Tembakau Virginia
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
responden ditemui beberapa hambatan antara lain
modal dan ketersedian bahan bakar (dalam proses
pengovenan) : secara rinci kendala yang dihadapi
responden disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hambatan yang dihadapi Responden
pada Pengovenan Tembakau Virginia di
Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2012
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Tabel 4 menunjukkan bahwa hambatan yang
paling dominan dihadapi responden dalam proses
pengovenan tembakau Virginia di Kabupaten
Lombok Timur adalah modal yaitu 13 orang
(40,63 %), sedangkan hambatan terkecil adalah
bahan bakar yaitu 8 orang (25 %).
1.
Modal
Modal merupakan hambatan terbesar bagi
responden dalam usaha pengovenan tembakau
Virginia sebanyak 13 orang (40,63%), dengan
rincian yaitu dengan menggunakan bahan bakar
kayu sebanyak 2 orang, minyak tanah 3 orang,
batubara 4 orang dan LPG 4 orang. Hal ini
ditunjukkan berdasarkan hasil wawancara dengan
responden yang menyatakan kekurangan modal
disebabkan oleh biaya produksi yang sangat tinggi
untuk pengovenan tembakau dan tidak adanya
kredit atau pinjaman lunak yang diberikan
pemerintah.
Modal
yang
dipakai
untuk
pengovenan tembakau Virginia diperoleh dari
pinjaman antar keluarga atau dari pinjaman
lembaga-lembaga keuangan dan bahkan terkadang
pinjaman modal dari pihak rentenir yang biasanya
memberikan suku bunga yang tinggi.
Modal yang dipinjam pada rentenir atau yang
lainnya dibayarkan pada waktu yang telah
disepakati bersama dengan suku bunga antara
5-10%. Sedangkan apabila meminjam uang pada
lembaga keuangan dengan bunga 2.5-3 % yang
disetorkan setiap bulannya. Namun kebanyakan
lebih memilih meminjam uang dari keluarga atau
rentenir karena tidak mau direpotkan dengan
urusan administrasi yang berbelit-belit pada
lembaga keuangan. Untuk mengatasi masalah
dalam hal permodalan perlu adanya lembaga
keuangan
ditingkat
desa
yang
urusan
administrasinya
tidak
berbelit-belit
untuk
mempermudah petani meminjam modal seperti
Koperasi Unit Desa (KUD).
2. Ketersediaan Bahan Bakar
Proses pengovenan tembakau Virginia sampai
saat
ini
masih
dihadapkan
pada
kendala
ketersediaan
bahan
bakar
serta
penggunaan/pemilihan bahan bakar alternatif yang
ekonomis, mudah diperoleh, aman bagi kesehatan
pengguna dan lingkungan serta menguntungkan
dari aspek sosial kemasyarakatan.
a). Kayu
Bahan bakar kayu mempunyai nilai ekonomis
yang sangat tinggi. Penggunaan kayu bakar
untuk
bahan
bakar
pada
pengovenan
tembakau
Virginia
jauh
lebih
murah
dibandingkan bahan bakar lain seperti BBMT,
batu bara dan LPG. Tetapi pemerintah
melarang penggunaan kayu sebagai bahan
bakar karena banyak petani yang makin nekat
membabat hutan dan tanaman perkebunan
untuk mendapatkan kayu. Jika seluruh petani
menggunakan bahan bakar kayu untuk
pengovenan
tembakau
Virginia,
maka
dibutuhkan sekitar 480.000 m3 setara dengan
12.000 hektar per 1 (satu) musim sehingga
penggunaan kayu sebagai bahan bakar
pengovenan
tembakau
Virginia
akan
berdampak
buruk
terhadap
kelestarian
lingkungan.
Berdasarkan
Tabel
12,
menunjukkan
bahwa
responden
yang
mengalami hambatan dengan menggunakan
bahan bakar kayu sebanyak 1 orang, hal
ini disebabkan karena penggunaan kayu
dilarang oleh pemerintah dan kayu yang
digunakan untuk pengovenan harus memenuhi
kriteria tertentu sehingga sulit diperoleh.
b.) Minyak Tanah
Selama ini pengovenan tembakau di pulau
Lombok menggunakan bahan bakar minyak
tanah dengan harga subsidi. Berdasarkan
ketentuan Pemerintah yang
menetapkan
kegiatan pengovenan daun tembakau Virginia
menjadi krosok fc merupakan kegiatan
industri
sehingga
tidak
dapat
lagi
menggunakan energi minyak tanah dengan
harga subsidi (Rp.3.000/liter), tetapi harus
menggunakan harga non subsidi yang
mengikuti harga internasional yang berkisar
antara Rp. 5.500-6000/l. Besarnya subsidi
bahan bakar minyak tanah yang diberikan
pemerintah untuk pengovenan tembakau
_____________________________________________
Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com
setiap tahunnya berkisar antara 135-150
Milyar. Seiring dengan kebijakan Pemerintah
yang akan mengurangi kuota minyak tanah
bersubsidi mulai tahun 2008 hingga 2011
mendatang, maka perlu dicari bahan bakar
alternatif. Bahan bakar alternatif untuk
pengovenan tembakau yang telah disepakati
yaitu batubara dan Gas LPG sesuai dengan
Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat
Nomor : 79 A Tahun 2008 tentang Bahan
Bakar Alternatif Untuk Pengovenan Daun
Tembakau Virginia menjadi Krosok
Flue-Cured di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa
responden yang mengalami hambatan dengan
menggunakan bahan bakar kayu sebanyak 5
orang, hal ini disebabkan karena harga
minyak tanah yang tinggi karena dicabutnya
subsidi minyak tanah untuk pengovenan
tembakau Virginia dari pemerintah.
c). Batubara
Secara ekonomi bahan bakar batubara
dianggap cukup prospektif dibanding dengan
bahan bakar lainnya. Cadangan batubara
nasional mencapai 19,3 triliun ton dan baru
dieksploitasi
130
juta
ton/th
sehingga
ketersediannya terjamin. Dalam satu musim
tanam
daerah
Nusa
Tenggara
Barat
membutuhkan ± 150.000 ton batubara. Akan
tetapi pengovenan tembakau Virginia dengan
menggunakan batubara masih mengalami
kendala yaitu adanya limbah negatif (SO
2,
asap, dll) yang dihasilkan dan mengganggu
lingkungan
sekitar.
Untuk
menghindari
dampak negatif tersebut diperlukan sistem
pembakaran yang tidak menghasilkan asap
(gasifikasi), SO
2yang terlepas ke udara dapat
diatasi dengan bahan bakar batubara yang
kandungan belerangnya rendah. Kendala lain
penggunaan bahan bakar batubara untuk
pengovenan
tembakau
Virginia
harus
dilakukan modifikasi tungku dari tungku
bahan bakar minyak tanah menjadi tungku
batubara
dengan
sistem
gasifikasi
memerlukan biaya sebesar Rp.
7.754.000,- per unit sampai dengan Rp.
12.000.000,- per unit. Berdasarkan Tabel 12,
menunjukkan bahwa responden tidak ada
yang mengalami hambatan untuk memperoleh
batu bara karena distribusi batubara lancar,
dimana pada tahun 2009 ada 7 perusahaan
sebagai supplier batubara.
d). Gas (LPG)
Bahan bakar LPG merupakan bahan bakar
liquid yang mudah dibakar seperti halnya
minyak tanah yang selama ini dipakai sebagai
bahan bakar dalam proses pengovenan
tembakau Virginia. Akan tetapi kendala yang
dihadapi yaitu dari sisi penyediaan bahan
bakar ini memerlukan manajemen yang rapi
dan juga teknologi khusus karena bahan bakar
gas mempunyai peluang kebakaran, ledakan,
dan
lain-lain.
Selain
itu
Pemerintah
menetapkan harga berbeda untuk keperluan
rumah
tangga
dan
keperluan
industri.
Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa
responden yang mengalami hambatan dengan
menggunakan bahan bakar LPG sebanyak 2
orang, hal ini disebabkan karena untuk
keperluan
industri
termasuk
industri
pengovenan tembakau Virginia memperoleh
harga yang lebih tinggi..
PENUTUP
a. Simpulan
Berdasakan hasil penelitian dan prmbahasan
yang
dipaparkan
sebelumnya
maka
dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan jumlah bahan bakar yang
dibutuhkan
dalam
proses
pengovenan
tembakau Virginia yaitu dengan bahan bakar
kayu sebanyak 28 kubik dengan harga Rp.
230.000,-/m3, miyak tanah 3.150 liter dengan
harga Rp. 3.750,-/ltr, batubara sebanyak
9.475/ltr dengan harga Rp. 1.281,-/kg dan
LPG sebanyak 163 kg dengan harga Rp.
9.500,-/kg.
2.
Berdasarkan nilai R/C ratio maka pengovenan
tembakau Virginia dengan bahan bakar kayu,
minyak tanah, batu bara, dan LPG layak
diusahakan (R/C ratio > 1). Secara berurutan
kayu memiliki nilai R/C ratio 1,32; batu bara
nilai R/C ratio 1,28; LPG nilai R/C ratio 1,24
dan minyak tanah nilai R/C ratio 1,15.
3.
Hambatan-Hambatan yang dihadapi oleh
responden dalam pengovenan tembakau
Virginia menjadi krosok adalah modal dan
ketersediaan bahan bakar, khususnya minyak
tanah.
4.
Berdasarkan
biaya
bahan
bakar
yang
digunakan dalam pengovenan tembakau
Virginia, batu bara merupakan bahan bakar
paling prospektif bila dibandingan dengan
minyak tanah dan LPG. Khusus untuk bahan
bakar kayu mempunyai nilai ekonomis yang
sangat tinggi tetapi tidak direkomendasikan
karena merusak sumber daya alam dan
lingkungan.
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014
1.
Pengovenan
tembakau
Virginia
dengan
menggunakan bahan bakar kayu mempunyai
biaya produksi yang paling rendah bila
dibandingkan dengan bahan bakar lainnya,
namun
dapat
menyebabkan
kerusakan
lingkungan. Diharapkan adanya pencanangan
pembangunan
hutan
produksi
terutama
dilahan-lahan kering yang ada di Nusa
Tenggara Barat sehingga diharapkan dalam
jangka waktu 5-10 tahun kedepan bahan bakar
kayu dapat dijadikan bahan bakar alternative
untuk pengovenan tembakau Virginia.
2.
Kayu dapat dijadikan bahan bakar, namun
dikombinasikan dengan bahan bakar alternatif
lainnya misalnya dengan menggunakan bahan
bakar batu bara, sehingga akan diperoleh
biaya produksi yang lebih rendah.
3.
Perlu adanya pengkajian dan penelitian lebih
lanjut mengenai dampak penggunaan bahan
bakar batubara untuk pengovenan tembakau
Virginia baik terhadap mutu krosok maupun
lingkungan.
4.
Perlu adanya bantuan dana dari Pemerintah
untuk pembuatan tungku oven batubara
gasifikasi (modifikasi tungku dari tungku
bahan bakar minyak tanah menjadi tungku
batubara dengan sistem gasifikasi).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto, 1979.
Budidaya Tembakau. CV. Yasagusa.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2005-2007. NTB Dalam
Angka. BPS NTB. Mataram.
Badan Pusat Statistik, 2005-2007. Lombok Timur
Dalam Angka. BPS NTB. Mataram.
Darmawijaya,M,L., 1989. Peran Survei Tanah
Dalam Pembangunan Perkebunan.Dalam
Natalis UNS. Balai Informasi Pertanian
NTB.
Dinas Perkebunan NTB, 1999. Laporan Tahunan
Pelaksanaan
Intensifikasi
Tembakau
Virginia. Dinas Perkebunan Tingkat I
NTB. Mataram.
Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat,
2009. Road Map Tembakau Virginia di
Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk
Mendukung Industri Hasil Tembakau.
Disbun NTB. Mataram.
Hadisapoetra, 1983. Biaya dan Pendapatan Dalam
Usahatani.
Departemen
Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Makfoeld,
D.,
1994.
Mengenal
Beberapa
Penilaian Fisik Mutu Tembakau di
Indonesia. Liberty. Yogyakarta.
Mubyarto,
1989.
Pengantar
Ekonomi
Pertanian.LP3S. Jakarta.
Prayitno, H., dan Lincolin Arsyad, 1987. Petani
dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.
Rahim, Abd., 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus
Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Setiawan
dan
Trisnawati,
Y.,
1995.
Pembudidayaan,
Pengolahan
dan
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, A., 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pembangunan Petani
Kecil. UIPress. Jakarta.
, 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Surakmad, Winarno, 1985. Pengantar Penelitian
Ilmiah Dasar Metode dan Teknis. Edisi
VII. Tarsito. Bandung.
Tjakrawiralaksana
dan
Soeriatmadja,
1983.
Usahatani. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Proyek Pengadaan Buku
Menengah dan Kejuruan.
_____________________________________________