Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 39 PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP
PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA MAHASISWA AKBID CITRA MEDIKA SURAKARTA
Nabilatul Fanny
APIKES Citra Medika Surakarta
ABSTRAK
Pengetahuan dan pendidikan orang tua berpengaruh besar dalam mengatasi berbagai masalah remaja yang muncul saat ini. Dengan adanya penelitian ini diharapkan perhatian dan bekal yang diterima oleh remaja dari orang tua atau orang dewasa di sekitarnya dapat dilakukan dengan maksimal. Sehingga kasus-kasus yang disebabkan oleh ketidaktahuan masalah kesehatan reproduksi dapat diminimalisir. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta.
Penilitian ini merupakan penelitian jenis observasional analitik. Rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian 94 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling.
Hasil uji statistik spearman’s coefficient of correlation menunjukkan nilai
p(0,239) lebih besar dari nilai α(0,05), maka hasil pada penelitian ini dinyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta.
Kata kunci : latar belakang pendidikan orang tua, pengetahuan kesehatan reproduksi mahasiswa
PENDAHULUAN
Perilaku seks pranikah sudah menjadi fenomena di kalangan remaja, tak terkecuali di Kota Surakarta. Faktor-faktor penyebab munculnya perilaku seks pranikah beradasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Salisa (2010) diantaranya adalah 1) Kegagalan fungsi keluarga, hal ini memicu mereka untuk berperilaku bebas bahkan melanggar norma sekalipun, karena merasa tidak ada yang peduli
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 40 atau mencegah hal tersebut. 2) Pengaruh
media, hal tersebut menunjukkan bahwa media sangat berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah. 3) Rendahnya pendidikan nilai-nilai agama.
Orang tua mempunyai pengaruh besar terhadap setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi pada anaknya. Mereka umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak, seperti mengajarkan sopan santun, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain. Sari (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan kualitas komunikasi orang tua-remaja. Hal tersebut berarti semakin tinggi kualitas komunikasi orang tua dengan remaja, maka pengetahuan kesehatan reproduksi remaja semakin baik.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Widyastuti, 2009).
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolecere (kata belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock,
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 41 2000). Istiliah adosecence seperti yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Piaget dalam Hurlock (2000), mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah masa dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia diman anak tidak merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Lebih lanjut Hurlock (2000) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanan-kanan ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja ini berlangsung dari usia 13 tahun hingga 19 tahun.
Peningkatan minat pada seks, membuat remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap mengetahu mengenai seluk beluk seks dari orangtuanya. Oleh karena itu remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat
diperoleh, misalnya disekolah, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, atau melakukan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama. Pada masa akhir remaja sebagian besar remaja baik laki-laki maupun perempuan sudah mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan mereka (Hurlock, 2000).
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa (orang tua) dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara" (UU RI, 2003).
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 42 pertama pada tahun 1930 yang
menyebutkan pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk menunjukkan bertambahnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter) pikiran (intelektual) dan tubuh anak. Pendidikan secara umum yaitu meliputi semua perbuatan dan usaha manusia dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, serta keterampilanya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan diri agar dapat memenuhi hidupnya baik jasmani maupun rohani (Ihsan, 2004).
Mahasiswa merupakan individu yang memasuki masa kuliah. Masa mahasiswa tergolong ke dalam kelompok remaja yang meliputi rentang umur 18/19 tahun sampai 24/25 tahun (Winkle, 2004). Menurut Siti Pariani (2009) dalam BKKBN (2011) mengungkapkan bahwa potensi terjadinya perilaku seksual di luar nikah di kalangan mahasiswa lebih besar, karena belum tahu dampak perilaku seks di luar nikah dan seks tidak aman. Perilaku tersebut dapat dapat berakibat fatal bagi remaja karena berisiko tinggi
terhadap timbulnya kehamilan di luar nikah, tertular penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, aborsi yang tidak aman, hingga kematian.
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa di AKBID Citra Medika Surakarta. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa di AKBID Citra Medika Surakarta.
METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian
Penilitian ini merupakan penelitian jenis observasional analitik. Rancangan yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang).
Populasi dan Sampel
Sebagai populasi penelitian adalah semua mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta semester II, IV dan VI yang berjumlah 190 mahasiswa. Pemilihan
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 43 sampel dalam penelitian ini didasarkan
pada kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi meliputi: a. Mahasiswa AKBID Citra Medika
Surakarta semester II, IV, dan VI. b. Masih terdaftar sebagai mahasiswa
aktif di AKBID Citra Medika Surakarta.
c. Usia 17-19 tahun.
d. Masih memiliki orang tua.
e. Bersedia sebagai subjek penelitian. Kriteria ekslusi meliputi:
a. Usia <17 tahun dan >19 tahun.
b. Mahasiswa yang tidak bersedia sebagai subjek penelitian.
Salah satu formula yang sering digunakan untuk menentukan ukuran sampel adalah formula dari Isaac dan Mechael, yaitu dengan cara menghitung besarnya populasi yang terpilih sebagai sampel. Penulis menggunakan rumus yang didasarkan pada presisi estimasi statistik 5% sebagai berikut:
Dimana:
S = ukuran sampel yang diperlukan N = jumlah anggota populasi P = proporsi populasi (0,50)
d = tingkat akurasi (0,05) 2
= tabel nilai chi-square sesuai tingkat kepercayaan 0,95 = 1,841 (Muhidin & Somantori, 2006)
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan sampel yang harus diteliti yaitu sebesar 94 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling, yaitu dengan menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (quota) yang diinginkan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara dokumentasi dan kuesioner. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta semester II, IV, dan VI, profil dan struktur organisasi AKBID Citra Medika Surakarta.
Sedangkan Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi tentang latar belakang pendidikan orang tua dan tingkat pengetahuan mahsiswa AKBID Citra Medika Surakarta semester II, IV, dan VI.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 44 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang bertujuan untuk mengetahui data tentang latar belakang pendidikan pendidikan orang tua dan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta. Untuk latar belakang pendidikan orang tua, dapat ditentukan melalui skor di bawah ini.
Tabel 1. Skor Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
No Latar Belakang
Pendidikan Orang Tua Skor
1 SD 6 2 SMP 9 3 SMA 12 4 D1 13 5 D2 14 6 D3 15 7 S1 16 8 S2 18 9 S3 21
Sedangkan untuk tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika
Surakarta ditentukan dengan skor dibawah ini.
Tabel 2. Skor Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
No Skor Keterangan
1 >21 Tinggi 2 8 – 21 Sedang 3 <8 Rendah
Perhitungan dan analisis data dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat yaitu menyajikan data secara deskriptif yang membahas satu variabel yang dalam penyajiannya berbentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat yang diduga memiliki korelasi. Uji statistik yang digunakan untuk membantu analisis adalah uji spearman’s coefficient of correlation dengan tabulasi bantuan komputer program SPSS versi 17.0 dengan interpretasi hasil sebagai berikut : Jika p value ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. Jika p value
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 45 > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak
signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Univariat
Penilaian pada pernyataan untuk variabel Latar Belakang Pendidikan Orang Tua menggunakan lama tahun orang tua tersebut menempuh pendidikan, skor latar belakang pendidikan orang tua pada penelitian ini adalah rata-rata pendidikan ayah dan ibu. Dari hasil penelitian, maka didapat distribusi latar belakang pendidikan orang tua sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Distribusi Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
No Interval Frekuensi Persentase
(%) 1 7,0 – 8,6 2 2,1 2 8,7 – 10,3 1 1,1 3 10,4 – 12,0 39 41,5 4 12,1 – 13,7 9 9,6 5 13,8 – 15,4 22 23,4 6 15,5 – 17,1 17 18,1 7 17,2 – 18,8 3 3,2 8 18,9 – 20,5 1 1,1 ∑ 94 100
Sumber : Data Primer Penelitian
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat di ketahui kecenderungan latar belakang pendidikan orang tua yang
dibedakan berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Kategori Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
No Rentang Skor Frekue nsi (%) Kategori 1 15,75-21,00 22 23,4 Tinggi 2 10,50-15,74 69 73,4 Sedang 3 00,00-10,49 3 3,2 Rendah ∑ 94 100
Sumber : Data Primer Penelitian
Dari hasil kategorisasi yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa latar belakang pendidikan orang tua yang termasuk dalam kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (3,2%), sedang sebanyak 69 orang (73,4%), tinggi sebanyak 22 orang (23,4%).
Kuesioner tentang kesehatan reproduksi dilakukan untuk mengeahui seberapa banyak mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta yang tahu dan memahami kesehatan reproduksi. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka didapatkan gambaran tentang distribusi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 46 Tabel 5. Persentase Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reroduksi
No Skor Frekuensi (%) Keterangan
1 >21 25 26,6 Tinggi 2 8-21 56 59,6 Sedang 3 <8 13 13,8 Rendah
∑ 94 100
Sumber : Data Primer Penelitian
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi mahasiswa yang masuk dalam kategori rendah adalah sebanyak 13 mahasiswa (13,8%), sedang sebanyak 56 mahasiswa (59,6%), tinggi sebanyak 25 mahasiswa (26,6%).
Hasil Analisis Bivariat
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang telah dirumusan oleh peneliti. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji spearman’s coefficient of correlation. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Hasil analisis menunjukkan bahwa
nilai signifikansi pada uji spearman’s coefficient of correlation adalah sebesar 0,239, nilai ini lebih besar dibandingkan
nilai α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini (Ha)
ditolak, dalam artian latar belakang pendidikan orang tua tidak mempunyai
pengaruh terhadap pengetahuan
kesehatan reproduksi pada mahsiswa AKBID Citra Medika Surakarta.
Pembahasan
Responden dalam penelitian ini berjumlah 94 mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta pada tingkat semester II, IV, dan VI. Data yang diperoleh dari lapangan diwujudkan dalam deskripsi data masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa latar belakang pendidikan orang tua mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta sebesar 73,4 % berkategori sedang, dalam artian sebagian besar (69 orang) pendidikan orang tua mahasiswa tersebut sampai pada tingkat SD sederatan dan SMP sederajat. Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan pendidikan diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 47 diperlukan untuk kehidupan dalam
bermasyarakat. Pendidikan dasar wajib diikuti oleh setiap warga negara guna membekali dengan pengetahuan dasar, nilai dan sikap dasar, serta ketrampilan dasar. Dengan pendidikan yang telah di tempuh, orang tua dapat menentukan cara apa yang akan ditempuh untuk membimbing anak-anak mereka dalam menghadapai segala permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak, baik itu permasalahan dalam sekolah/kampus maupun diluar sekolah/kampus.
Pada uji spearman’s coefficient of correlation menunjukkan nilai p(0,239)
lebih besar dari nilai α(0,05). Jelas
terlihat bahwa latar belakang pendidikan
orang tua tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pendidikan formal (SD, SMP, SMA, DI-DIII, S1-S3). Hasil penelitian menunjukkan 59,6% atau sebanyak 56 mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup baik /sedang tentang kesehatan reproduksi. Tinggi rendahnya
pengetahuan mahasiswa tentang
kesehatan reproduksi tidak di tentukan oleh tinggi rendahnya/latar belakang pendidikan orang tua.
Sesuai dengan teori yang telah di jelaskan oleh Hurlock (2000) bahwa
perkembangan remaja yang penting adalah pembentukan hubungan-hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis, dan dalam memainkan peran yang tepat dengan seksnya. Dorongan untuk melakukan ini datang dari tekanan-tekanan sosial tetapi terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya (belajar) tentang seks. Sukamadinata (2003) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belajar bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau lingkungannya.
a. Faktor-faktor dari dalam diri individu yang menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah. Jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif dari individu. Sedangkan kondisi intelektual
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 48 menyangkut tingkat kecerdasan,
bakat-bakat, penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajarannya yang lalu. Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik dosen, teman, orang tua maupun orang-orang yang lainnya.
b. Faktor-faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
AKBID Citra Medika Surakarta merupakan salah satu akademi/sekolah tinggi yang berkonsentrasi dibidang kebidanan. Mereka akan memperoleh pengetahuan tentang reproduksi mulai dari semester satu sampai semester akhir/enam. Mata kuliah pokok yang di berikan kepada mahasiswa sangat membantu mereka dalam mengetahui dan memahami segala hal tentang kesehatan reproduksi. Adapun mata kuliah pokok yang mereka dapatkan adalah:
a. Semester I : biologi dasar dan biologi perkembangan, keterampilan dasar kebidanan I, konsep kebidanan.
b. Semester II : komunikasi dalam praktik kebidanan, ketrampilan dasar kebidanan II, etikolegal dalam praktik kebidanan, obstetri gynekologi, praktik keterampilan dasar kebidanan
c. Semester III :asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir, asuhan kebidanan nifas dan menyusui, asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah, praktik kebidanan I (hamil, bersalin, nifas, neonatus, bayi, balita, anak pra sekolah normal) d. Semester IV :asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatus, asuhan kebidanan komunitas, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, praktik kebidanan II (asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana dan kegawatdaruratan
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 49 maternal neonatal), gizi dalam
kebidanan.
e. Semester V : mutu layanan kebidanan dan kebijakan kesehatan f. Semester VI : praktik klinik
kebidanan III
Peningkatan minat pada seks, membuat remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap mengetahu mengenai seluk beluk seks dari orangtuanya. Oleh karena itu remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya disekolah, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, atau melakukan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama. Pada masa akhir remaja sebagian besar remaja baik laki-laki maupun perempuan sudah mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan mereka. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mempersiapkan anak dalam mengahadapi masa-masa remaja yaitu:
a. Pembinaan religius
Pembinaan religius sangat diperlukan dalam hal mempersiapkan anak memasuki masa pubertas. Dalyono (2005) menyebutkan bahwa dalam mempersiapkan diri jalan teraman bagi orang tua adalah berpegang pada landasan agama. Penjelasan yang diberikan kepada anak mengenai kesehatan reproduksi senantiasa di bingkai dalam nuansa moral dan keagamaan.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Purwanto (2003) mengatakan bahwa orang tua kurang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga tidak mampu membekali pengetahuan kesehatan reproduksi secara aktif. Pemahaman orang tua yang keliru tentang kesehatan reproduksi juga mempengaruhi upaya dalam mempersiapkan anak menuju masa pubertas.
c. Interaksi orang tua dan anak. Interaksi ini terjalin dalam komunikasi. Komunikasi adalah inti
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 50 suksesnya hubungan orang tua dan
anak. Komunikasi di landasi rasa respek terhadap anak, langsung, dan proaktif (tidak perlu menunggu anak bertanya). Makin luas informasi yang diperoleh, makin besar kesiapan remaja menghadapi masa remaja dengan sebaik-baiknya.
d. Menanamkan konsep diri yang positif.
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya sendiri meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.
e. Mengkondisikan lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.
Salah satu upaya dalam mempersiapkan masa pubertas adalah menciptakan hubungan harmonis dalam keluarga. Hal ini mempermudah interaksi antar
anggota keluarga. Dari berbagai studi dan pendapat para ahli memperlihatkan bahwa sikap keterbukaan, perhatian, cinta, dan rasa persahabatan yang di berikan oleh orang tua kepada remaja mampu membina pendidikan reproduksi dalam keluarga.
f. Pengawasan peer group.
Pada masa ini telah terbentuk peer group sesuai dengan tahap perkembangannya, dan anak-anak remaja umumnya percaya pada ucapan teman-temannya tersebut. Orang tua sama-sama dapat menunjukkan otoritas bila persoalan mengenai hal-hal yang prinsip yang tentu saja tetap dengan menggunakan tehnik yang tepat, tanpa prinsip duel sehingga ada pihak yang menang dan kalah. g. Memfasilitasi tersedianya media
massa yang terpercaya.
Salah satu ciri media pengajaran adalah mengandung atau membawa pesan atau informasi kepada penerima. Banyak media massa yang memberikan informasi
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 51 keliru tentang reproduksi. Begitu
juga dengan mudahnya akses terhadap penyedia layanan yang cenderung merusak prilaku seksual remaja.
h. Partisipasi dalam program kesehatan reproduksi remaja dan peer education di sekolah.
Program ini dilakukan dengan
pendekatan komunikasi
berkesinambungan antara keluarga dan sekolah. Pembinaan keluarga disekolah dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan metode pemecahan masalah pada siswa yang bermasalah. Penelitian Fuad menyebutkan bahwa sebaiknya peer education dipilih dari teman-teman yang suaranya didengar sehingga mempunyai nilai kepercayaan bagi teman-teman yang lain.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Latar belakang pendidikan orang tua mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta 73,4 % berkategori sedang, sampai pada tingkat SD sederatan dan SMP sederajat.
b. Mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup baik /sedang tentang kesehatan reproduksi sebesar 59,6% atau sebanyak 56 mahasiswa.
c. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan
orang tua terhadap pengetahuan
kesehatan reproduksi pada
mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta. Uji spearman’s coefficient of correlation menunjukkan nilai p(0,239) lebih besar dari nilai
α(0,05).
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, walaupun tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi, saran yang dapat diberikan bagi orang tua adalah untuk tetap memperhatikan dan memberikan contoh
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 52 yang baik kepada anak-anak mereka,
karena orang tua merupakan tempat interaksi pertama anak dan tempat dibentuknya sikap, perilaku dan kebiasaan yang diharapkan menjadi media stimulasi peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Sedangkan bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, disarankan untuk meneliti tentang hubungan gender terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2011. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja. Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi. Jakarta
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Ihsan, F. 2004. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Muhudin, S.A., Somantri, A. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Salisa, A. 2010. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja, Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perilaku seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS.
Sari, K.P. 2010. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Ditinjau dari Persepsi Kualitas Komunikasi Orang Tua dan remaja. [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN.
Sukamadinata, N.S . 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.
Undang – Undang RI. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta.
Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya
Winkle, W. S., Hastuti, M.M. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta. Media Abadi