91
KOMPETENSI VOLUME 6 NOMOR 2 TAHUN 2021
Kompetensi, Volume 6 Nomor 2
https://kompetensi.kemenag.go.id, ISSN:2540-7848
PEMETAAN KOMPETENSI WIDYAISWARA PELATIHAN TEKNIS ADMINISTRASI KEMENTERIAN AGAMA Qurrotu Aini, S. Psi, MSM
Pusdiklat Tenaga Administrasi Kementerian Agama [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menggambarkan kompetensi widyaiswara administrasi jika dilihat berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat nomor 14 tahun 2020 tentang Kurikulum Pelatihan Tenaga Administrasi Kementerian Agama.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan melalui penyebaran kuesioner terhadap Widyaiswara Administrasi Kementerian Agama. Hasil penelitian menunjukkan ada lima kategori pelatihan jika dilihat dari ketersediaan widyaiswara pengampunya yaitu pelatihan dengan kategori A, B, C, D dan E. Pelatihan dengan kategori A memiliki widyaiswara pengampu 40 orang atau lebih. Pelatihan kategori B memiliki widyaiswara pengampu 30-39 orang. Pelatihan kategori C memiliki widyaiswara pengampu 20-29 orang. Pelatihan kategori D memiliki widyaiswara pengampu 10-19 orang. Pelatihan kategori E memiliki widyaiswara pengampu kurang dari 10 orang. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pembinaan terhadap jabatan fungsional widyaiswara, penentuan training of trainer, rekomendasi spesialisasi widyaiswara dan rekruitmen widyaiswara.
Kata kunci : pemetaan, widyaiswara, kompetensi widyaiswara Abstract
This study aims to describe the competence of administrative Widyaiswara when viewed based on the Decree of the Head of the Research, Development. Education, and Training Number 14 Year 2020 concerning the Ministry of Religion’s Administrative Staff Training Curriculum. This research is descriptive research with a quantitative approach. The research was conducted by distributing questionnaires to the Widyaiswara Administration of the Ministry of Religion. The results showed that there were five categories of training when viewed from the availability of the facilitators, namely training with categories A, B, C, D and E.
Training with Category A has 40 or more tutors. Category B training has 30-39 mentoring Widyaiswara. Category C training has 20-29 tutors. Category D training has 10-19 mentors Widyaiswara. Category E training has less than 10 tutors. The results of this study can be used for coaching the Widyaiswara, determining training of trainers, recommending Widyaiswara specialization, and recruiting Widyaiswara.
Keywords: mapping, widyaiswara, the competence of widyaiswara
This is open access article under CC BY-NC-SA-License (https://creativecommons.org/license/by-nc-sa/4.0/)
DINAMIKA PENGEMBANGAN LITERASI KEAGAMAAN PADA PUSLITBANG LEKTUR, KHAZANAH KEAGAMAAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI PEMETAAN KOMPETENSI WIDYAISWARA PELATIHAN TEKNIS ADMINISTRASI
Pendahuluan
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya percepatan reformasi birokrasi yang menyasar perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pegawai negeri sipil.
Pendidikan dan pelatihan menurut Armstrong (dalam Ilona, 2018) adalah the systematic modification of behavior through learning which occurs as a result of education, instruction, development and planned experienced. Agar pelatihan yang dilaksanakan tepat sasaran maka diperlukan analisis kebutuhan pelatihan. Menurut Barbazette (2006, dalam Ilona 2018), analisis kebutuhan adalah “the process of collecting information about an expressed or implied organizational need that could be met by conducting training. Barbazette (2006, dalam Ilona 2018) menambahkan bahwa ada tiga proses tahapan dalam analisis kebutuhan diklat, yaitu :
• Gather information (mendapatkan informasi): Analisis yang termasuk mengumpulkan informasi yang mem-bantu keputusan penting. Informasi yang didapatkan bisa informasi yang sudah ada ataupun informasi yang masih baru.
• Analyze information (Analisis Informasi): Setelah mendapatkan informasi, analisis itu, interprestasikan dan gambarlah sebuah kesimpulan dari informasi ter- sebut. Ini menjadi sangat penting dan membantu pengajar yang mendapatkan hasil informasi analisis kebutuhan secara mandiri dan menginterprestasikan pendapat untuk kesimpulannya. Pada tahap ini analisis kebutuhan lebih efektif apa bila adanya proses kolaborasi dengan seluruh pihak yang terlibat.
• Create a training plan (menciptakan rencana pelatihan):
Setelah analisis dan interprestasikan informasi dan menawarkan kesimpulan, informasi tersebut menjadi dasar dari rencana pelatihan yang bertujuan untuk mengurangi kinerja yang tidak efektif.
Rencana pelatihan ini kemudian dituangkan dalam kurikulum pelatihan. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 19 tahun 2020, Pusdiklat adalah instansi yang berwenang menyusun perencanaan pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan.
Karenanya kewenangan menyusun kurikulum untuk pelatihan teknis administrasi terletak di Pusdiklat Tenaga Administrasi.
Untuk itu, pusdiklat tenaga administrasi melakukan analisis kebutuhan pelatihan secara berkala yang hasilnya digunakan untuk menyusun kurikulum untuk pelatihan teknis
Pada tahun 2020, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama megeluarkan Surat keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama nomor 14 tahun 2020 tentang kurikulum pelatihan tenaga administrasi pada Kementerian Agama. Keputusan tersebut menetapkan kurikulum pelatihan yang digunakan dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga administrasi dan mencabut seluruh keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan yang terbit sebelum tanggal keputusan ini. Dalam surat keputusan tersebut terlampir kurikulum untuk berbagai jenis pelatihan yaitu kurikulum pelatihan dasar, kurikulum pelatihan kepemimpinan, kurikulum pelatihan fungsional administrasi dan kurikulum pelatihan teknis administrasi pada Kementerian Agama.
Kurikulum pelatihan teknis administrasi meliputi 43 kurikulum pelatihan teknis, 7 kurikulum training of trainer, kurikulum training officer course dan kurikulum management of training. Kurikulum pelatihan teknis administrasi ini digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pelatihan teknis administrasi di Pusdiklat Tenaga Administrasi dan Balai Diklat Keagamaan di seluruh Indonesia. Kurikulum pelatihan teknis administrasi merupakan kurikulum yang dibuat oleh Pusdiklat Teknis Administrasi berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan.
Dalam proses penyelenggaraan pelatihan, widyaiswara memegang peranan yang cukup penting karena widyaiswara yang akan menfasilitasi terjadinya perubahan pengetahuan,
sikap maupun ketrampilan aparatur sipil negara. Widyaiswara sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kredit adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas dan tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar dan atau melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada lembaga diklat pemerintah. Hal ini berarti keberhasilan peserta pelatihan dalam memahami dan menerapkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam sebuah pelatihan akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi widyaiswaranya. Menurut Hapsari &Prasetio (2017) Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh pengajar dalam menjalankan tugas keprofesionalan. Ashari (2021) menyebutkan pelaksanaan tugas widyaiswara disesuaikan dengan spesialisasi berdasarkan pada rumpun keilmuan tertentu sesuai latar belakang pendidikan dan atau pengalaman kerja. Hal ini tentunya didukung dengan kompetensi yang sesuai dengan bidang spesialisasi. Kompetensi widyaiswara adalah pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan.
Kepala Lembaga Adiministrasi Negara menetapkan standar kompetensi widyaiswara dalam Perkalan nomor 5 tahun 2008.
Standar kompetensi widyaiswara adalah kemampuan minimal yang secara umum dimiliki oleh seorang widyaiswara dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab dan wewenangnya untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS. Standar Kompetensi widyaiswara meliputi kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi substantif. Kompetensi pengelolaan pembelajaran merupakan kemampuan widyaiswara dalam merencanakan, menyusun dan melaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi pengelolaan pembelajaran meliputi kemampuan :a) membuat garis-garis besar program pembelajaran (GBPP)/Rancang bangun pembelajaran mata diklat dan satuan acara pembelajaran (SAP)/Rencana pembelajaran (RP), b)Menyusun bahan ajar, c)menerapkan pembelajaran orang dewasa d)melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta, e)memotivasi semangat belajar peserta dan f)mengevaluasi pembelajaran. Nugraha (2014) mengemukakan bahwa variabel manajemen pembelajaran widyaiswara berpengaruh positif dan penting terhadap kualitas layanan pendidikan di Pusdiklat Geologi Bandung.
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang harus dimiliki widyaiswara dalam melaksanakan tugas jabatan yang dapat diamati dan dijadikan teladan bagi peserta pelatihan.
Sementara kompetensi sosial merupakan kompetensi yang dimiliki widyaiswara dalam berhubungan dengan lingkungan kerjanya. Sedangkan kompetensi substantif merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh widyaiswara terkait substantif pelatihan atau keilmuan dan ketrampilan. Kompetensi substantif meliputi kemampuan menguasai keilmuan dan ketrampilan mempraktekkan sesuai dengan materi diklat yang diajarkan dan menulis karya tulis ilmiah yang terkait dengan lingkup kediklatan dan atau pengembangan spesialisasinya.
Kompetensi substantif dapat bervariasi antara satu widyaiswara dengan yang lain karena terkait dengan keilmuan yang ditekuni dan pengalaman yang sudah didapatkan di jabatan sebelumnya.
Kompetensi subtantif ini sangat mempengaruhi kemampuan widyaiswara dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan karenanya penyelenggaraan pelatihan juga seringkali dipengaruhi dengan kompetensi widyaiswaranya.
Widyaiswara seringkali disebut sebagai ujung tombak kegiatan pelatihan. Karena widyaiswara adalah figur yang memfasilitasi terjadinya proses belajar dari peserta pelatihan.
Widyaiswara akan mempengaruhi, membimbing dan memberdayakan peserta pelatihan. Kualitas suatu pelatihan akan sangat dipengaruhi dari kualitas pengajarnya. Seringkali kebutuhan akan suatu pelatihan tidak dapat terpenuhi karena kurang atau tidak ada pengajar dan atau widyaiswara di wilayah tersebut. Karenanya penting sekali untuk mengetahui
93
KOMPETENSI VOLUME 6 NOMOR 2 TAHUN 2021
bagaimana peta kompetensi widyaiswara di Kementerian Agama sehingga dapat dilakukan pembinaan yang tepat bagi widyaiswara di Kementerian Agama. Kementerian agama selama ini belum memiliki data yang cukup komprehensif yang dapat menggambarkan kompetensi widyaiswara. Karenanya pemetaan widyaiswara ini penting untuk dilakukan agar didapatkan data yang kuat sehingga kebijakan yang diambil juga tepat sasaran.
Selain itu hasil pemetaan ini diharapkan juga dapat memberikan gambaran widyaiswara pelatihan apa yang masih dibutuhkan sebagai gambaran untuk penerimaan widyaiswara baru dan pengambilan spesialisasi widyaiswara.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Moleong (2010) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian pengumpulan data yang memberikan gambaran atau pengakuan atas suatu konsepsi atau gejala dan menjawab pertanyaan tentang status topik penelitian saat ini. Sedangkan menurut Mulyadi (2011:132) penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial. Pada penelitian deskriptif hasil penelitian hanyalah berupa deskripsi mengenai variable-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka, rata-rata atau kualifikasi lainnya .
Pendekatan kuantitatif menurut Arikunto (2013:12) merupakan pendekatan dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta hasil dari penelitian. juga ditampilkan dalam bentuk angka. Mulyadi (2011) juga menyebutkan bahwa dalam pendekatan kuantitatif , instrumen telah ditentukan sebelumnya dan tertata dengan baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibilitas.
Instrumen yang dipakai adalah angket (kuesioner).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dimana penelitian dilakukan dengan cara mencari informasi berkaitan dengan gejala yang ada, tujuan yang akan diraih jelas serta pengumpulan data, interpretasi dan penyajian hasilnya dengan menggunakan angka. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui gambaran kompetensi widyaiswara dengan merujuk pada surat keputusan kepala badan litbang dan diklat nomor 14 tahun 2020 tentang kurikulum pelatihan tenaga administrasi kementerian agama.
Penelitian ini dilakukan terhadap widyaiswara pelatihan administrasi Kementerian Agama. Jumlah widyaiswara untuk pelatihan teknis administrasi adalah 95 orang. Keseluruhan widyaiswara diminta untuk mengisi googleform, Tapi hingga analisis data ini dilakukan, terdapat 80 widyaiswara yang mengisi data. Pengumpulan data ini dilaksanakan dengan melakukan penyebaran instrument melalui google form. Data yang masuk kemudian dilakukan verifikasi untuk menghilangkan data yang masuk lebih dari satu kali.
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran kompetensi widyaiswara dalam mengajar kurang merata jika dilihat dari jenis pelatihan berdasarkan SK Kepala Badan Litbang dan Diklat Nomor 14 Tahun 2020. Terdapat pelatihan dengan jumlah widyaiswara pengampu sangat besar namun ada juga pelatihan yang memiliki widyaiswara sangat sedikit atau bahkan tidak ada widyaiswara pengampunya. Hasil dari pengolahan data ini dikelompokkan menjadi 5 yaitu.
• Kategori A: pelatihan dengan widyaiswara pengampu 40 orang atau lebih
• Kategori B : pelatihan dengan widyaiswara pengampu antara 30 – 39 orang
• Kategori C: pelatihan dengan widyaiswara pengampu antara 20-29
• Kategori D : pelatihan dengan widyaiswara pengampu antara 10-19
• Kategori E : pelatihan dengan widyaiswara pengampu kurang dari 10
Kategori A
Pelatihan dengan jumlah widyaiswara pengampu 40 orang atau lebih
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa terdapat tujuh pelatihan yang memiliki jumlah widyaiswara diatas 40 orang. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:
No. Nama Pelatihan Jumlah
Widyaiswara %
1. Pelatihan pelayanan publik 59 74.68 %
2. pelatihan teknis manajemen madrasah 48 60.76 % 3. pelatihan teknis nilai budaya kerja
Kementerian Agama 45 56.96 %
4. pelatihan teknis peningkatan kinerja staf 43 54.43%
5. pelatihan teknis pengelolaan administrasi
madrasah 42 53.16 %
6. pelatihan teknis internalisasi nasionalisme
berbasis nilai-nilai agama 40 50.63 %
7. pelatihan teknis penilaian kinerja PNS 40 50.63 %
Pelatihan-pelatihan tersebut memiliki widyaiswara cukup banyak dan semua lembaga pelatihan baik Pusdiklat Tenaga Administrasi maupun Balai Diklat Keagamaan memiliki widyaiswara pengampu dalam jumlah yang cukup memadai.
Kategori B
Pelatihan dengan jumlah widyaiswara pengampu antara 30 -39 Terdapat 10 pelatihan dengan jumlah widyaiswara pengampu 30-39 orang (40-50%). Hal tersebut terlihat dari tabel berikut:
No. Nama Pelatihan Jumlah
Widyaiswara % 1. Pelatihan teknis Tata Naskah Dinas 39 49, 37 % 2. Pelatihan teknis revolusi mental 39 49, 37 %
3. Pelatihan teknis keprotokolan 39 49, 37 %
4. Pelatihan teknis kantor urusan agama 38 48.10 % 5. Pelatihan teknis karya tulis ilmiah bagi
jabatan fungsional 37 46.84 %
6. Pelatihan teknis penyusunan standar
operasional procedure 34 43.04 %
7. Pelatihan teknis Penyusunan laporan
kinerja instansi pemerintah 33 41.77 %
8. Pelatihan teknis kehumasan 32 40.51 %
9. Pelatihan teknis Manajemen Perpustakaan 31 39.24 % 10. Pelatihan teknis Penyusunan Program dan
Rencana Kerja 30 37.97 %
Pelatihan-pelatihan tersebut memiliki widyaiswara cukup banyak. Hampir semua lembaga pelatihan, kecuali 1 lembaga pelatihan memiliki widyaiswara pengampu untuk sepuluh pelatihan tersebut. Selain itu terdapat juga 1 lembaga pelatihan yang widyaiswaranya merasa cukup kompeten mengampu di salah satu pelatihan sementara pelatihan-pelatihan
Kategori C
Pelatihan dengan jumlah widyaiswara pengampu antara 20 -29 Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa terdapat 10 pelatihan yang memiliki jumlah widyaiswara antara 20 -29. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:
DINAMIKA PENGEMBANGAN LITERASI KEAGAMAAN PADA PUSLITBANG LEKTUR, KHAZANAH KEAGAMAAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI PEMETAAN KOMPETENSI WIDYAISWARA PELATIHAN TEKNIS ADMINISTRASI
No. Nama Pelatihan Jumlah Widyaiswara % 1. Pelatihan teknis manajemen kepegawaian 29 36.71 % 2. Pelatihan teknis analisis jabatan dan
analisis beban kerja (ABK) 28 35.44 %
3. Pelatihan teknis pengelolaan BMN 28 35.44 % 4. Pelatihan teknis agen perubahan 26 32.91 % 5. Pelatihan teknis sistem informasi
manajemen pondok pesantren 24 30.38 %
6. Pelatihan teknis pengelolaan TIK pada
madrasah 24 30.38 %
7. Pelatihan teknis persiapan pensiun 23 29.11 % 8. Pelatihan teknis pengelolaan keuangan
madrasah 22 27.85 %
9. Pelatihan teknis manajemen madrasah 20 25.32 % 10. Pelatihan teknis fotografi dan videografi 20 25.32 %
Walaupun dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dibanding kategori B, namun hampir semua lembaga pelatihan memiliki widyaiswara yang menyatakan sanggup mengampu mata pelatihan di kategori C ini. Hanya terdapat dua lembaga pelatihan yang tidak memiliki widyaiswara yang mampu mengampu di pelatihan-pelatihan di kategori ini
Kategori D
Pelatihan dengan jumlah pengampu antara 10 -19
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa terdapat tiga belas pelatihan yang memiliki jumlah widyaiswara antara 10 -19. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:
No. Nama Pelatihan Jumlah
Widyaiswara % 1. Pelatihan Teknis Pengelolaan Ujian
Berbasis Komputer bagi proktor/teknisi 19 24.05 % 2. Pelatihan Teknis Digitalisasi Arsip 19 24.05 % 3. Pelatihan Teknis Pengelolaan website 19 24.05 % 4. Pelatihan Teknis Pengelolaan Penilaian
Angka Kredit Dosen 18 22.78 %
5. Pelatihan Teknis Pengelolaan Keuangan
bagi Bendahara Penerimaan 18 22.78 %
6. Pelatihan Teknis Manajemen
Penyelenggaraan Perguruan tinggi 18 22.78 % 7. Pelatihan Teknis Sistem Informasi
Manajemen 17 21.52 %
8. Pelatihan Teknis Pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 17 21.52 % 9. Pelatihan Teknis Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa Pemerintah 16 20.25 %
10. Pelatihan Teknis Pengelolaan Keuangan
Negara 15 18.98 %
11. Pelatihan Teknis Penerapan Keselamatan
dan Kesehatan kerja 15 18.98 %
12. Pelatihan Teknis Pejabat Pembuat
Komitmen 14 17.72 %
13. Pelatihan Teknis Pengelolaan OJS 12 15.18 %
Pelatihan-pelatihan tersebut tersebut memiliki jumlah widyaiswara pengampu yang sangat sedikit pada semua lembaga pelatihan.
Kategori E
Pelatihan dengan jumlah widyaiswara pengampu kurang dari 10 orang
Terdapat 3 pelatihan dengan jumlah widyaiswara pengampu kurang dari 10 orang di seluruh Indonesia. Hal tersebut terlihat dari tabel berikut:
No. Nama Pelatihan Jumlah
Widyaiswara % 1. Pelatihan teknis Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Berbasis e-learning 9 7.59
2. pelatihan teknis Pengelolaan keuangan BLU 9 11.39
3. pelatihan teknis legal drafting 6 11.39
Lembaga pelatihan di Kementerian Agama sebagian besar tidak memiliki widyaiswara yang memiliki kemampuan menjadi pengajar atau fasilitator di pelatihan kategori ini. Pelatihan legal drafting misalnya hanya terdapat 6 orang widyaiswara yang memiliki kompetensi untuk mengampu mata pelatihan tersebut di seluruh Indonesia.
Dalam Pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah terdapat 9 orang (11,4 %) yang merasa kompeten mengampu mata pelatihan tersebut. Pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan pelatihan yang sangat penting karena setiap satuan kerja memerlukan proses pengadaan barang dan jasa. Pelatihan ini akan membekali para pengeloa satuan kerja atau instansi untuk melakukan proses pengadaan barang/jasa dengan baik dan benar sesuai dengan aturan sehingga hasil kerjanya dapat dipertanggungjawabkan. Kementerian Agama merupakan kementerian dengan satuan kerja terbesar sehingga kebutuhan akan pengelola pengadaan barang jasa juga sangat banyak. Selama ini Pusdiklat sebagai pusat pelatihan bagi ASN di lingkungan kementerian Agama serta balai balai Diklat keagamaan yang tersebar di seluruh Indonesia sudah melaksanakan pelatihan pengadaan barang dan jasa pemerintah tersebut setiap tahunnya namun pelaksanaannya kurang optimal karena sedikitnya pegawai Kementerian agama yang memiliki sertifikat barang/jasa. Dari 230 pegawai Kementerian Agama hanya terdapat sepuluh orang yang memiliki sertifikat ToT, 1 orang widyaiswara dan 9 orang dari jabatan lainnya.
Data widyaiswara pengampu pelatihan pejabat pembuat komitmen juga menunjukkan hal yang sama. Hanya terdapat 14 orang (17,7 %) yang merasa mampu untuk mengajar pelatihan ini. Dengan jumlah satuan kerja Kementerian Agama yang sangat besar maka kebutuhan akan pejabat pembuat komitmen yang mumpuni juga sangat besar. Namun sayangnya penyelenggaraan pelatihan ini juga terhambat dengan ketersediaan jumlah widyaiswara. Tiga pelatihan ini seyogyanya mendapatkan perhatian khusus dengan melaksanakan Training of trainer untuk memenuhi kebutuhan widyaiswaranya.
Secara umum, pelatihan terkait keuangan juga memiliki widyaiswara yang terbatas. Terdapat tiga pelatihan yang jumlah widyaiswaranya di bawah 25%, yaitu pelatihan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang hanya memiliki 9 widyaiswara, pelatihan pengelolaan pengeluaran keuangan negara dengan 15 orang widyaiswara dan pelatihan pengelolaan keuangan bagi bendahara penerimaan yang memiliki 18 orang widyaiswara. Terdapat tujuh lembaga pelatihan yang tidak memiliki pengampu pelatihan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum. Pelatihan teknis pengelolaan keuangan madrasah terdapat 5 lembaga pelatihan yang tidak memiliki widyaiswara pengampu. Sedangkan untuk pelatihan teknis pengelolaan keuangan bagi bendahara penerimaan ada empat lembaga pelatihan yang tidak memiliki widyaiswara pengampu.
Ketiadaan widyaiswara pengampu pelatihan tertentu cenderung menyebabkan pelatihan tersebut tidak dilaksanakan.
Akibatnya program pelatihan lembaga pelatihan dari tahun ke tahun cenderung sama sementara kebutuhan organisasi berubah.
Kurikulum pelatihan teknis administrasi dibuat berdasarkan hasil analisis kebutuhan pelatihan. Hal ini berarti kurikulum tersebut ada karena kebutuhan organisasi dan kebutuhan peningkatan kompetensi aparatur sipil negara di bawah Kementerian Agama.
Karenanya ketika suatu pelatihan tidak dapat diselenggarakan karena ketiadaan widyaiswara pengampu maka patut diduga ada kebutuhan organisasi yang tidak terpenuhi.
95
KOMPETENSI VOLUME 6 NOMOR 2 TAHUN 2021
Penutup Simpulan
Mealui penelitian ini didapatkan lima kategori pelatihan jika dilihat dari jumlah widyaiswaranya yaitu pelatihan kategori A yang memiliki widyaiswara pengampu dengan jumlah 40 orang atau lebih, pelatihan kategori B dengan widyaiswara pengampu sejumlah 30-39, pelatihan kategori C yang memiliki widyaiswara pengampu dengan jumlah 20-29, pelatihan kategori D dengan widyaiswara pengampu sejumlah 10-19 dan pelatihan kategori E yang memiliki widyaiswara kurang dari 10 orang.
Limitasi dan Rekomendasi
Kekurangan penelitian ini adalah pemetaan kompetensi ini berdasarkan pada persepsi widyaiswara terhadap kompetensi yang dimiliki untuk mengampu mata pelatihan tertentu.
Walaupun dalam kuesioner, terdapat kolom alasan kenapa merasa kompeten untuk mengampu mata pelatihan, baik karena faktor pendidikan, pengalaman atau pelatihan yang diikuti, namun tak tertutup kemungkinan widyaiswara mengisi secara overestimated atau underestimated dalam pengisian. Namun penelitian ini dapat memberikan gambaran umum tentang kompetensi widyaiswara di pelatihan teknis administrasi
Pembinaan terhadap jabatan fungsional widyaiswara hendaknya memperhatikan hasil pemetaan diatas. Melalui penelitian ini, didapatkan hasil bagaimana peta kekuatan widyaiswara. Hasilnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk perekrutan widyaiswara. Perekrutan widyaiswara tidak saja berdasarkan jumlahnya tapi juga memperhatikan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh calon widyaiswara sehingga bisa mengisi disparitas antara kebutuhan dan ketersediaan. Data ini juga dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan arah spesialisasi widyaiswara sesuai kebutuhan organisasi dan Kementerian.
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan ketika Pusdiklat hendak melaksanakan training of trainer. Karena data ini menunjukkan untuk mata pelatihan yang dibutuhkan tapi tidak tersedia widyaiswaranya. Kedepan kerjasama antar lembaga pelatihan baik Pusdiklat maupun Balai diklat dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan widyaiswara di pelatihan tertentu.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pt. Rineka Cipta
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. 2020. Surat Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama nomor 14 tahun 2020 tentang kurikulum pelatihan tenaga administrasi pada Kementerian Agama.
Hamzah, H. 2017. Kompetensi Widyaiswara dan kualitas Diklat.
Jurmal Ilmu Pendidikan, keguruan dan Pembelajaran, 1, 111-118
Hasan Ashari, & Sancoko, B. 2021. Kompetensi Widyaiswara di Era Digital dan Media Sosial. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 7 (1), 2021, 11 – 30
Huda, M. N. 2018. Studi kompetensi Widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah. Universitas Negeri Semarang
Ilona, Vetty. 2018. Analisis Kebutuhan Diklat di Pemerintahan.
Civil Service Vol. 12 No. 1 juni 2018: 23-31
Jayusman, Iyus (2020). Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Akktivitas Belajar Mahasiswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran Edmodo dalam Pembelajaran sejarah. Jurnal artefak Volume 7 No. 1 April 2020 hal 13-20
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi. (2014). Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya.
Lembaga Administrasi Negara. (2008). Peraturan Kepala
Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara. Berita Negara Republik Indonesia.
Moleong,L.J.(2010). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Mulyadi, Mohammad. 2011. Penelitian kuantitatif dan kualitatif serta pemikiran dasar menggabungkannya. Jurnal studi komunikasi dan media Vo. 15 No. 1 (Januari-Juni 2011), hal 127 – 128
Nugraha, T. (2014). Pengaruh kompetensi pengelolaan pembelajaran widyaiswara terhadap mutu layanan pembelajaran di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Geologi Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
DINAMIKA PENGEMBANGAN LITERASI KEAGAMAAN PADA PUSLITBANG LEKTUR, KHAZANAH KEAGAMAAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI PEMETAAN KOMPETENSI WIDYAISWARA PELATIHAN TEKNIS ADMINISTRASI