• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KONDISI UMUM PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Lokasi dan Luas

Secara geografis, DAS Citarum bagian hulu berada pada 107o15’46.27” – 107o57’1.99” BT dan 6o43’8.65”-7o14’32.09” LS dengan luas area ± 230.802 ha. Wilayah bagian hulu DAS Citarum merupakan catchment Unit Bisnis Pembangkit Saguling yang merupakan sumber pembangkit PLTA utama di Pulau Jawa. DAS Citarum memiliki luas sekitar 6.600 km2. DAS Citarum terletak di bagian Tengah Jawa Barat dan bagian hulu sungai berada di Kabupaten Bandung. Sungai Citarum bersumber dari Situ Cisanti yang terletak di kaki Gunung Wayang pada ketinggian ± 2.198 m di atas permukaan laut, mengalir ke arah Utara melewati Kabupaten Bandung Barat, Cianjur, Purwakarta dan akhirnya bermuara di Laut Jawa di daerah Kabupaten Karawang dengan panjang total dari hulu sampai ke muara Laut Jawa sekitar 245 km (Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu 2010).

Secara administratif, 56,24% wilayah DAS Citarum bagian hulu masuk wilayah Kab. Bandung, 29,26% termasuk wilayah Kab. Bandung Barat, 6,53% masuk Kota Bandung, Kota Cimahi 1,76%, Kab. Sumedang 5,50% dan sebagian kecil berada di Garut 0,71%. Wilayah administrasi Kab. Bandung, Kota Cimahi dan Kota Bandung semuanya merupakan wilayah DAS Citarum Bagian Hulu. Wilayah Kab. Bandung Barat yang tidak masuk wilayah DAS Citarum bagian hulu yaitu Kecamatan Cikalong Wetan; Cipendeuy; Kec. Gunung Halu; Sindang Kerta dan Rongga hanya sebagian kecil. Wilayah Kab. Sumedang yang termasuk wilayah DAS Citarum bagian hulu adalah Kec. Cikeruh, Cimanggu, Sukasari dan Tanjungsari, hanya sebagian kecil wilayah Kec. Sumedang Selatan dan Pemulihan termasuk wilayah DAS Citarum Bagian Hulu. Wilayah Kab. Garut yang termasuk wilayah DAS Citarum bagian hulu hanya sebagian kecil wilayah di Kec. Leles dan Blubur Limbangan (Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu 2010).

Luas setiap wilayah setiap sub DAS disajikan Tabel 5. DAS Citarum bagian hulu terbagi menjadi 8 sub DAS. Sub Das yang paling luas adalah Cirasea

(2)

(16,51%) selanjutnya Sub DAS Cisangkuy dan Ciminyak. Sub DAS Cikeruh hanya sekitar 8,24% dari wilayah DAS Citarum Bagian Hulu.

Tabel 5. Luas Sub DAS Citarum bagian hulu

Sub DAS Kabupaten atau kota Jumlah Bandung Garut Bandung

Barat Kota Bandung Kota Cimahi Sumedang (ha) (%) Cihaur 1.691 - 21.488 756 4.046 - 27.981 12,12 Cikapundung-Cipamokolan 8.564 - 9.950 11.821 11 127 30.472 13,20 Cikeruh 8.870 - - 2.497 - 7.662 19.029 8,24 Ciminyak 1.071 - 31.504 - - - 32.575 14,11 Cirasea 37.219 892 - - - - 38.110 16,51 Cisangkuy 34.159 - - - 34.159 14,80 Citarik 17.295 758 - - - 4.899 22.951 9,94 Ciwidey 20.941 - 1.228 - - - 22.169 9,61 Tubuh Air (Waduk) - - 3.356 - - - 3.356 1,45 Jumlah (ha) 129.810 1.694 67.562 15.073 4.056 12.688 230.802 100,00 Jumlah (%) 56,24 0,71 29,26 6,53 1,76 5,50 100.00

Sumber : Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu (2010) 4.2 Morfologi

Morfologi DAS Citarum bagian hulu dapat diklasifikasikan ke dalam dua satuan utama, yaitu satuan vulkanik dan struktural. Satuan vulkanik sebagian besar terletak di bagian Utara, sedangkan satuan struktural terletak di bagian Selatan. Satuan vulkanik terdiri atas cone vulkanik, lereng, dan vulkanik-tektonik (Dataran Lembang). Relief dari unit geomorfologi vulkanik berkisar dari sangat datar (Dataran Lembang) hingga lereng sangat curam. Unit ini sebagian besar tersusun dari tuff, lava, breccia, dan lapilli. Satuan struktural merupakan areal yang terbentuk dari pertahanan normal Lembang, yang tersebar dari arah Timur hingga Barat. Kondisi topografi DAS Citarum sangat bergelombang, terutama di daerah hulu dan tengah. Gradien sungai terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian hulu sepanjang ± 25 km merupakan bagian yang paling terjal dengan kemiringan sungai rata-rata 1:30. Bagian tengah sepanjang ± 150 km, mulai dari Daerah Cekungan Bandung ke hilir, kemiringan sungai cukup terjal yaitu rata-rata 1: 300.

Fisiografi lahan DAS Citarum bagian hulu nampak seperti cekungan raksasa, yang lebih dikenal sebagai cekungan Bandung. DAS Citarum bagian hulu dikelilingi oleh daerah pegunungan dan perbukitan, diantaranya dari bagian Utara terdapat Gn. Tangkuban Perahu; sebelah Timur terdapat Gn. Munggang, Gn. Mandalawangi; sebelah selatan terdapat Gn. Malabar, Puncak Besar, Puntang, Haruman, Gn. Tilu, Gn. Tikukur, Gn. Guha dan punggung-punggung gunung

(3)

yang tidak beraturan di bagian Barat. Bentuk sistem lahan gunung berapi, punggung gunung dan punggung bukit lebih mendominasi daerah ini. Pada umumnya daerah ini memiliki kelas lereng dari sedang sampai sangat curam dengan proporsi luasnya ± 33,7% dari luas daerah tangkapan air Waduk Saguling tanpa tubuh air. Sekitar 86,659 ha di bagian tengah daerah tangkapan air Waduk Saguling merupakan daerah dataran (lereng kurang dari 8%). Berdasarkan bentuk sistem lahan di bagian tengah ini merupakan aliran lava basa atau sedang yang agak tertoreh di bagian Utara dan di bagian Selatan lebih didominasi dataran lakustrin yang tertoreh ringan.

Elevasi DAS Citarum bagian hulu berkisar antara 625-2.600 m dpl (diatas permukaan laut). Daerah tertinggi terdapat di bagian hulu Citarum, di sekitar Gn. Guha dekat Pegunungan Kendal. Elevasi terendah berada di sekitar Waduk Saguling. Perincian elevasi setiap sub DAS di DAS Citarum bagian hulu ditunjukkan pada Tabel 6. Untuk perincian kelas lereng setiap Sub DAS disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6. Elevasi setiap Sub DAS di DAS Citarum bagian hulu

Catchment

Elevasi (m)

Minimum Maksimum Rata-rata Standar deviasi Cikapundung-Cipamokolan 662 2.200 1.430 444 Cikeruh 662 1.962 1.310 374 Cisangkuy 662 2.337 1.500 484 Citarik 662 1.731 1.191 306 Cirasea 662 2.600 1.629 558 Ciwidey 662 2.437 1.548 512 Ciminyak 625 1.512 1.068 256 Cihaur 637 2.075 1.356 416

Sumber: Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu (2010)

Tabel 7. Kelas lereng setiap Sub DAS di DAS Citarum bagian hulu

Sub DAS Kelas slope (%) Jumlah

(ha) 0-8 8-15 15-25 25-40 >40 Cikapundung-Cipamokolan Cikeruh Cisangkuy Citarik Cirasea Ciwidey Ciminyak Cihaur 18.800 3.918 4.845 2.648 260 30.472 10.799 3.354 2.880 1.799 197 19.029 14.831 7.388 6.997 4.200 742 34.159 12.418 4.035 4.288 2.090 120 22.951 15.436 7.723 8.817 5.610 525 38.111 6.696 4.950 6.881 3.385 258 22.169 10.631 7.230 8.960 5.423 332 32.575 17.942 4.708 3.479 1.689 162 27.981 Jumlah (ha) Jumlah (%) 107.553 43.307 47.147 26.844 2.596 227.446 47,29 19,04 20,37 11,80 1,14 100.00 Sumber: Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu (2010)

(4)

4.3 Geologi

Kondisi geologi regional, sebagian besar dataran Bandung ditutupi oleh aluvium yang terbentuk dari endapan sungai dan situ. Endapan aluvial yang menjadi aquifer utama di DAS Citarum umumnya tertutup oleh produk vulkanik kuarter yang dibentuk dari material pyroclastic dan aliran lava. Permeabilitas produk vulkanik bervariasi pada material yang tidak terkonsolidasi atau aliran lava berongga. Produk vulkanik ini memainkan peranan penting pada aquifer. Produk vulkanik kuarter ditutupi oleh batuan sedimenter dari zaman tersier. Batuan sedimenter yang membentuk rangkaian pegunungan di bagian Selatan dan Barat dataran Bandung ini tersusun atas pasir, lempung, marl (campuran tanah liat dan kapur), breksi, dan batu kapur yang sebagian besar bercampur. Tingkat permeabilitas tanah pada umumnya rendah namun sangat bervariasi pada batuan kapur (Dinas PSDA 2009).

Menurut Silitonga (1973) kondisi geologi di DAS Citarum hulu dapat dibagi ke dalam empat kategori:

1. Hasil gunung api tua yang tidak dapat dibedakan, tersusun atas pasir tuffaceous, lapilli, lava yang berlapis berseling. Unit-unit ini tersebar, menutup hampir 65% DAS Citarum hulu dari mulai bagian Utara hingga Selatan.

2. Hasil gunung api muda yang tidak dapat dibedakan, terdiri dari pasir tuffaceous, lapilli, lava, agglomerate yang sebagian besar berasal dari Gunung Tangkuban Perahu. Unit ini ditunjukkan di areal datar sampai bergelombang atau berbukit dengan warna tanah abu kekuning-kuningan hingga abu kemerah-merahan. Unit-unit ini tersebar, mencakup hampir 10% area ke bagian Timur hulu DAS Citarum.

3. Pumiceous Tuff, terdiri stsd tuffsceous sand, lapilli, scoriaceous lava, letusan A Gunung Tangkuban Perahu. Unit-unit ini tersebar, mencakup hampir 5% area, di sepanjang lembah sungai.

4. Sandy tuff, terdiri dari sandy tuff yang berasal dari letusan C Gunung Tangkuban Perahu, sandy tuff berwarna kecoklatan, sangat poros, terdiri atas kristal-kristal hornblende yang kasar, juga lahar red-weathered,

(5)

lapisan-lapisan lapilli dan breccia. Area ini tersebar mencakup hampir 20% area, di bagian tengah hulu DAS.

Berdasarkan peta klasifikasi PSDA skala 1:250.000, DAS Citarum bagian hulu tersusun attas tanah distropepts, eutrandepts, eutropepts, hidraquents, paleudults, tropaquepts dan tropudults, namun lebih didominasi oleh jenis tanah distropepts (42,73%), hidraquants (21,74%) dan tanah tropaquepts (20.8%). Tanah hidraquents dan tropaquepts merupakan tanah gleisol sedangkan tanah distropepts merupakan asosiasi tanah andosol. Sub DAS Cikapundung-Cipamokolan lebih didominasi tanah distropepts (15.499 ha) dan tidak ditemukan tanah jenis eutropepts, paleudults, dan tropudults. Di Sub DAS Cikeruh, tanah distropepts; hidraquents dan tropaquepts hampir tersebar merata; tanah tropudults hanya sedikit sekali tersebar (606 ha). Tanah hidraquents tersebar dominan di Sub DAS Cisangkuy (11.287 ha) dan tidak terdapat tanah tropudults. Seperti halnya Sub DAS Cikeruh, di Sub DAS Citarik distropepts, hidraquents dan tropaquepts hampir tersebar merata; tanah tropudults hanya sedikit sekitar 521 ha. Tanah distropepts dan hidraquents lebih dominan di Sub DAS Cisarea. Sedangkan di Sub DAS Ciwidey, Ciminyak dan Cihaur tanah distropepts lebih dominan tersebar dibandingkan jenis tanah lainnya.

4.4 Fungsi Kawasan

Berdasarkan peta fungsi kawasan yang dikeluarkan oleh Badan Planologi Departemen Kehutanan skala 1:250.000, DAS Citarum bagian hulu terbagi menjadi dalam kawasan hutan yang termasuk wilayah KPH Bandung Selatan dan KPH Bandung Utara, yang harus dikelompokkan menjadi hutan lindung dengan aktivitas pemanfaatan yang terbatas, dan sisanya merupakan area luar kawasan hutan yang terdiri dari lahan hak milik dan areal perkebunan teh, kina, karet yang dikelola oleh pemerintah dan swasta, serta lahan milik masyarakat yang digunakan untuk keperluan budidaya lahan kering, sawah, dan sayuran. Perincian fungsi kawasan di setiap Sub DAS disajikan dalam Tabel 8.

Dalam area kawasan hutan di Sub DAS Cikapundung-Cipamokolan terdapat Tahura Ir. H. Djuanda dan TWA Tangkuban Perahu. Di Sub DAS Cisangkuy terdapat CA Gn. Tilu, di Sub DAS Citarik terdapat SM. Gn.

(6)

Calancang. Di Sub DAS Citarum hulu banyak terdapat kawasan lindung, diantaranya CA. Gn. Malabar, CA. Papandayan, TWA. Cigenteng, CA Gn. Tilu dan TWA Cimanggu. Di Sub DAS Cihau terdapat CA dan TWA Tangkuban Perahu. Peta fungsi kawasan di catchment Waduk Saguling ditunjukkan Tabel 8. Tabel 8. Fungsi kawasan setiap sub DAS di DAS Citarum bagian hulu

Sub DAS

Kawasan hutan Luar kawasan

hutan Luas (ha) Luas (ha) Luas (%) Luas (ha) Luas (%) Cikapundung-Cipamokolan Cikeruh Cisangkuy Citarik Cirasea Ciwidey Ciminyak Cihaur 5.320 17,46 25.152 82,54 30.472 2.806 14,74 16.224 85,26 19.029 10.632 31,12 23.527 68,88 34.159 4.735 20,63 18.217 79,37 22.951 14.508 38,07 23.602 61,93 38.110 8.958 40,41 13.211 59,59 22.169 9.336 28,66 23.239 71,34 32.575 4.541 16,23 23.440 83,77 27.981 Jumlah 60.835 26,75 166.611 73,25 227.446

Sumber : Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu (2010)

4.5 Iklim

Keadaan iklim di DAS Citarum, sebagaimana umumnya wilayah Jawa Barat, adalah memiliki iklim tropis monsun dengan suhu dan kelembaban udara relatif konstan sepanjang tahun. Iklim tropis monsun dicirikan dengan terjadinya dua musim, yaitu hujan dan kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan-bulan Oktober - Maret dan musim kering atau kemarau terjadi pada bulan-bulan Juni – September. Bulan-bulan lainnya merupakan masa transisi atau pancaroba.

Suhu udara rata-rata harian berkisar 22-23oC, sementara kelembaban relatif berkisar antara 25-83%. Kecepatan angin bulanan berkisar antara 23-106 km/hari dengan kecepatan angin tertinggi 213 km/hari dan terendah 7 km/hari. Rata-rata radiasi sinar matahari bulanan berkisar 1,289-1,687 J/cm2/hari dengan kisaran tertinggi dan terendah pada periode 1980-1990 adalah 1,124 j/cm2/hari terjadi pada Bulan September 1985 dan 1182 J/cm2/hari pada Bulan Januari 1990. Rata-rata evaporasi bulanan dari 1972-1992 berkisar antara 2 mm/hari (Januari) sampai 5,5 mm/hari (Oktober) dengan evaporasi tertinggi adalah 7,3 mm/hari dan terendah 2,7 mm/hari (Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu 2010).

(7)

Dengan tinggi curah hujan tahunan berkisar antara 1.500-4.000 mm, potensi sumberdaya air permukaan pada daerah pengaliran Sungai Citarum rata-rata mencapai 11 milyar m3 per tahun dalam kondisi normal. Dari potensi tersebut, sampai dengan saat ini baru sekitar 5,2 milyar m3 per tahun yang sudah terkendali dan dimanfatkan untuk berbagai kebutuhan sedangkan sisanya sebagian besar terbuang kelaut. Rata-rata curah hujan tahunan DAS Citarum mencapai sekitar 2.400 mm. Rata-rata terendah terjadi di daerah pantai Utara dengan curah hujan sekitar 1.500 mm per tahun sedangkan rata-rata tertinggi terjadi di daerah hulu sungai Ciherang, Cilamaya, dan hulu sungai Cipunagara dengan curah hujan mencapai 4.000 mm per tahun. Suhu rata-rata di dataran rendah sekitar 27ºC, sedangkan di bagian hulu sungai di daerah dataran tinggi atau pegunungan suhu udara minimum rata-rata 15,3ºC yang tercatat di daerah Ciwidey, Pangalengan, dan Lembang. Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan antara 80% - 92%, dengan tingkat penguapan rata-rata tahunan sekitar 1.640 mm

Distribusi spasial curah hujan di DAS Citarum bagian hulu tidak merata. Terjadi kejadian hujan dengan intensitas tinggi di suatu tempat, sedangkan di bagian lainnya sama sekali tidak terjadi hujan. Curah hujan tahunan bervariasi antara 1.966-2.600 mm. Variasi curah hujan ini terjadi karena pengaruh topografi. Periode bulan basah mulai dari Bulan November hingga Bulan April dengan bulan terbasah mencapai 300mm dan selebihnya masuk masa bulan kering atau periode transisi. Dari seri data hujan, musim hujan terjadi pada Bulan November hingga Desember, setelah sebelumnya terjadi musim kering pada Bulan Mei hingga Oktober dimana curah hujan masih relatif rendah (Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu 2010).

Secara umum iklim DAS Citarum bagian hulu dapat digolongkan sebagai iklim tipe C menurut sistem klasifikasi Schmit dan Fergusson atau tipe AM menurut sistem klasifikasi Koppen. Sedangkan menurut klasifikasi iklim Oldeman yang didasarkan pada jumlah curah hujan bulan basah (>200mm) dan bulan kering (<100mm), DAS Citarum bagian hulu diklasifikasikan ke dalam zona agroklimat B2 dengan 3 – 2 bulan basah dan 2-5 bulan kering. Iklim setiap Sub DAS di Citarum bagian hulu menurut klasifikasi iklim Schmidt & Fergusson disajikan dalam Tabel 9.

(8)

Tabel 9. Klasifikasi iklim Schmidt & Fergusson di DAS Citarum bagian hulu Sub DAS Curah hujan (mm/th) Jumlah hari hujan Curah hujan (mm/hari) Tipe iklim (Schimdt&Fergus on) Citarik-Cikeruh 1,911 108 17,1 B Cirasea 2,716 123 19,0 A Cisangkuy 2,138 122 15,1 A Ciminyak 1,562 115 13,6 C Cihaur 1,817 132 13,6 A Cikapundung-Cipamokolan 1,920 125 13,3 B Ciwidey 2,233 127 17,6 A

Sumber : Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu (2010)

4.6 Sumber Daya Air

DAS Citarum bagian hulu terdapat Waduk Saguling, Situ Cileunca dan Situ Cipanunjang. Wilayah DAS Citarum bagian hulu merupakan DTA Waduk Saguling. Waduk Saguling berada di antara Sub DAS Ciminyak dan Cihaur. Volume Waduk Saguling menurun selama musim kemarau, rata-rata volumenya sekitar 242 juta m3. Pada musim hujan volumenya semakin meningkat rata-rata sekitar 273 juta m3. Volume waduk Saguling paling rendah terjadi pada awal musim hujan dan akhir musim kemarau, sekitar 70-71 juta m3 dan Bulan April-Mei volume Waduk Saguling dalam kondisi maksimum sekitar 425-440 juta m3.

Situ Cileunca dan Cipanunjang terdapat di Sub DAS Cisangkuy. Rata-rata volume air yang tertampung Situ Cileunca berkisar 3-16 juta m3, rata-rata pada musim kemarau sekitar 8.77 juta m3 sedangkan pada musim hujan ± 9.41 juta m3 . Selama musim kemarau volume air di Situ Cileunca semakin menurun dan paling rendah terjadi pada akhir musim kemarau. Ketika memasuki musim hujan volume air Situ Cileunca relatif lebih kecil dibandingkan laju penurunan volume air Situ Cileunca relatif lebih kecil dibandingkan laju penurunan volume air pada musim kemarau. Di Situ Cipanunjang, rata-rata volume air yang tertampung ± 12.78 m3 dan pada musim kemarau ± 12.48 juta m3. Laju penambahan volume air selama musim hujan sebanding dengan laju penuruanan volume air selama kemarau.

Banyak pihak yang memanfaatkan sumber daya air ini. Dari pihak pemerintah seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja untuk pengadaaan dan distribusi air bersih. Dari pihak swasta seperti Indopower yang memanfaatkan air untuk pembangkit listrik. Indopower memanfaatkan 4 PLTA

(9)

yang sudah ada sejak jaman Belanda yaitu PLTA Plengan, PLTA Lamajan dan Cikaling di Sub DAS Cisangkuy dan PLTA Saguling. PLTA ini berada di bawah Unit Bisnis Pembangkit (UBP) Saguling. PLTA di Sub DAS Cisangkuy air yang digunakannya berasal dari Waduk Saguling. Produksi Listrik yang dibangkitkan akan didistribusikan untuk wilayah Jawa dan Bali oleh PLN. Di setiap PLTA mengalami pola produksi listrik yang hampir sama. Mengalami penurunan produksi pada musim kemarau dan kenaikan produksi pada musim hujan. Produksi maksimum dicapai pada bulan-bulan akhir musim hujan.

Das Citarum bagian hulu banyak juga tersebar mata air. Hasil survey BPDAS Citarum-Ciliwung telah menemukan 48 mata air. Diantaranya sangat prioritas untuk segera dilakukan rehabilitasi lahan di sekitar mata air tersebut. Mata air tersebut di Kec. Pangalengan yaitu mata air Cisarua, Cisoolok, Labakduloh dan Citiis atau Seseupan, Cicalengka, Ibun, Kertasari, dan Pacet. Data dari GTL sekitar 87 mata air dengan debit berkisar 1-115 l/dtk. Dari Dinas Kehutanan Kab. Bandung telah menginventarisasi data mata air di Bagian Hulu DAS Citarum sebanyak 361 mata air (Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu 2010).

4.7 Demografi

Gambaran kondisi demografi 4 tahun terakhir di Bagian Hulu DAS Citarum terutama Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kota Cimahi ditunjukkan Gambar 3. Jumlah penduduk setiap tahun terus bertambah dengan laju pertumbuhan yang bervariasi. Rata-rata pertumbuhan penduduk di Kab. Bandung selama 4 tahun terakhir sekitar 4,24%, termasuk Kab. Bandung Barat pada tahun 2007. Pada tahun 2007, jumlah penduduk telah mencapai 4,53 juta jiwa. Kota Cimahi, tahun 2007 jumlah penduduknya sekitar 2,44%. Sedangkan Kota Bandung rata-rata laju pertumbuhannya sekitar 1.1% dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 sekitar 2.36 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan daya dukung lahan akan berkurang dan dalam jangka panjang akan menurunkan fungsi DAS secara menyeluruh.

(10)

Gambar 3 Dinamika jumlah penduduk Kab. Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi tahun 2004-2007 (Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu 2010).

Penduduk Kabupaten Bandung menurut kelompok usia produktif pada tahun 2007, kelompok umur 0-14 tahun mencapai 30,36%, kelompok umur 15-64 tahun 65,44% dan kelompok umur >65 tahun sebesar 4,20%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bandung termasuk kategori usia produktif berdasarkan pada data presentase kelompok umur usia produktif sebesar 1:1,89. Di sisi lain angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bandung sebesar 56.98%. Faktor migrasi yang memberikan pengaruh besar pada laju pertumbuhan penduduk akan menyebabkan tingkat densitas yang tinggi dan pada akhirnya menjadi beban bagi beberapa wilayah Kecamatan yang memiliki fungsi sebagai pusat pengembangan wilayah atau dekat dengan fasilitas sosial dan umum seperti Kecamatan Cileunyi, Rancaekek, Cisalengka, Majalaya, Dayeuhkolot, Baleendah, Margahayu, Katapang dan Soreang.

4 4,26 4,4 4,53 2,29 2,32 2,34 2,36 0,48 0,49 0,51 0,52 2004 2005 2006 2007

Kab. Bandung Kota Bandung Kota Cimahi

Ju m la h P en du du k (ju ta jiw a)

Gambar

Tabel 5. Luas Sub DAS Citarum bagian hulu
Tabel 6.  Elevasi setiap Sub DAS di DAS Citarum bagian hulu  Catchment
Gambar  3  Dinamika jumlah penduduk Kab.  Bandung, Kota Bandung dan Kota  Cimahi tahun 2004-2007 (Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum  Terpadu 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Evaluasi Seleksi Umum Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman Dan Penataan Ruang Kota Medan Tahun Anggaran 2017 Paket Pekerjaan

Sedangkan kedua perlakuan ini tidak memberikan perbedaan nyata terhadap kadar air, kadar abu dan sifat fisik ya ng di teliti yaitu warna (α = 0. 05).Perlakuan terbaik

 mengidentifikasi alat gambar teknik  menyebutkan macam-macam alat gambar Siswa mampu:  menjelaskan o prinsip-prinsip bahan logam o prinsip-prinsip bahan non logam Aplikasi

Penelitian ini menggunakan dua teori untuk mengkaji rumusan masalahnya, yaitu teori upacara Koentjaraningrat untuk mengkaji proses upacara dan teori semiotik Barthes untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi teori belajar konstruktivisme dengan menggunakan model

Bahkan demi niatnya itu, dia mendekati pejabat yang lebih tinggi kedudukannya (Ngantos Kanjeng Dalem), tetapi sia-sia harapannya tidak terkabul (lempa lempi lempong,

Dalam bidang komunikasi, teknologi digital berkembang dengan menggunakan spektrum elektomagnetik yang merupakan gabungan dari frekuensi magnetik, gelombang radio, sinar X,

Langkah untuk menyelesaikan transaksi diatas ke dalam Zahir yaitu pilih Modul Pembelian &gt; Pembayaran Hutang Usaha &gt; Isi data sesuai dengan transaksi &gt;