• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pemeliharaan Koleksi Sekolah: Studi Kasus Perpustakaan SMPN 107 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Pemeliharaan Koleksi Sekolah: Studi Kasus Perpustakaan SMPN 107 Jakarta"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Pemeliharaan Koleksi Sekolah: Studi Kasus Perpustakaan SMPN

107 Jakarta

Bhara Nurpasma Miawani

Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16460, Indonesia

E-mail: bharanurpasma@gmail.com

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai upaya pemeliharaan koleksi perpustakaan di Perpustakaan SMPN 107 Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil Penelitian ini dibagi ke dalam tiga bagian: kebijakan preservasi di Perpustakaan SMPN 107 Jakarta, kerjasama antar anggota perpustakan, dan upaya pemeliharaan koleksi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebenarnya sudah ada pemahaman dan kebiasaan stakeholder mulai dari pengguna, pustakawan, pembina perpustakaan sampai kepala sekolah dalam upaya pemeliharaan koleksi perpustakaan sekolah, namun perlu adanya kedisiplinan dan konsistensi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal ini. Penelitian ini menyarankan untuk membuat kebijakan mengenai perpustakaan, khususnya kebijakan mengenai pemeliharaan perpustakaan dan koleksi, serta membuat rambu-rambu sebagai tanda peringatan dan ajakan untuk memelihara koleksi perpustakaan bagi seluruh pihak perpustakaan agar tercapainya visi dan misi SMPN 107 Jakarta dengan maksimal.

Efforts Of School Library Collections Preservation: Case Study Library Of SMPN 107 Jakarta

Abstract

This thesis discuss about the efforts of library collections preservation in the library of SMPN 107 Jakarta. This research uses qualitative approach with case study method. The result of the research consist of three parst: policy of preservation in the library of SMPN 107 Jakarta, cooperation among library members, and collection preservation efforts. Conclusion of this research is in fact there has been an understanding and habit of stakeholders ranging from users, librarians, library trustees, and the headmaster in the school’s library collection preservation efforts, but the need for discipline and consistency in the implementation of activities relating to these matters. This research suggest to create a policy that concern with library, esspecially a policy regarding the preservation of library and collections, as well as making signs as a warning sign and advice to maintain library collections for the whole achievement in line with the library so that the vision and mission of SMPN 107 Jakarta.

Keywords: Preservation Efforts, Collection, School Library

Pendahuluan

Preservasi, atau yang lebih dikenal dengan pelestarian, dipahami sebagai upaya pemeliharaan, perawatan koleksi perpustakaan. Preservasi adalah kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh setiap perpustakaan. Martoatmodjo (1993: 1; Massofa, 2009) menyatakan,

(2)

bahan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan yang harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal. Kegiatan pelestarian ini tidak hanya mencakup perlindungan terhadap fisik koleksi, namun juga informasi yang terkandung di dalam koleksi tersebut (Nelly Ballofet, 2005: xvii). Kemudian, Daryono (2009: 1) berpendapat bahwa pemeliharaan bahan pustaka merupakan unsur penting dalam sistem sebuah perpustakaan.

Bahan pustaka, yang juga dikenal sebagai koleksi perpustakaan, adalah sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan. Buku merupakan salah satu jenis koleksi perpustakaan yang menjadi prioritas utama keberadaannya, oleh karena sangat sering dijumpai di setiap perpustakaan, terutama di perpustakaan sekolah yang koleksinya sebagian besar merupakan buku-buku kurikulum dan bacaan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Perpustakaan merupakan lembaga yang bertujuan menyimpan dan memberikan layanan informasi kepada pengguna. Yusuf (2010: 7) juga mengatakan salah satu tugas perpustakaan sekolah adalah menghimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara, dan membina secara terus menerus bahan koleksi atau sumber informasi (bahan pustaka) dalam bentuk apa saja, seperti buku, majalah, surat kabar, dan dalam bentuk koleksi lainnya. Perpustakaan sangat berperan penting dalam menjaga informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam koleksi perpustakaan.

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan SMPN 107 Jakarta karena pertama, SMPN 107 merupakan salah satu SMPN terbaik di Jakarta Selatan. Dengan demikian asumsinya sebuah perpustakaan yang berada di SMPN ini, tentunya turut mengawal dan mendukungnya sebagai sebuah SMPN terbaik di Jakarta Selatan. Kedua, berdasarkan pengamatan dari pengalaman selama ini, SMPN 107 merupakan sekolah menengah pertama yang memiliki perpustakaan dengan fasilitas yang cukup memadai dengan intensitas pengunjung yang cukup banyak.

Ketiga, pada saat siswa berada di sekolah menengah pertama (SMP), umumnya merupakan

awal pembentukan diri seseorang. Asumsinya, saat ini lah yang tepat untuk mengamati kebiasaan para siswa terhadap kepeduliannya akan pemeliharaan koleksi. Sebab pada usia memasuki sekolah menengah pertama tersebut merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju remaja, sehingga akan lebih mudah untuk mengamati penerapan kedisplinan dalam menjaga dan merawat koleksi di sebuah perpustakaan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa mereka sering berkunjung ke sana. Dengan demikian perilaku mereka sebagai pengunjung dapat diketahui dan dimengerti serta dapat digali pandangan mereka akan bagaimana seharusnya menggunakan, menjaga, dan merawat koleksi. Perilaku pustakawan, pembina

(3)

perpustakaan dan kepala sekolah sebagai yang berwenang dalam memberikan kebijakan di perpustakaan juga perlu diteliti, khususnya pandangan kebijakannya dalam upaya pemeliharaan koleksi di perpustakaan SMPN 107 Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis upaya pemeliharaan yang dilakukan terhadap koleksi perpustakaan SMPN 107 Jakarta.

Tinjauan Literatur

Literatur yang digunakan bertujuan sebagai landasan teori untuk penelitian mengenai upaya pemeliharaan koleksi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta. Khususnya mengenai preservasi, pemeliharaan dan penanganan koleksi perpustakaan, faktor-faktor kerusakan bahan pustaka, dan koleksi perpustakaan sekolah. Berikut penjabaran singkat literatur yang digunakan dalam penelitian ini.

Istilah preservasi akrab dengan istilah pelestarian, pemeliharaan, dan perawatan. Menurut IFLA dalam Harvey (1993: 6; Ballofet, 2005) istilah preservasi atau pelestarian mencakup pengelolaan dan keuangan termasuk cara penyimpanan, alat bantu, sumber daya manusia, kebijakan, teknik dan metode yang digunakan dalam melestarikan bahan pustaka serta informasi yang terkandung di dalamnya. Harvey dalam Fatkhurrokhman (2008) mengungkapkan bahwa kebijakan preservasi adalah masalah manajemen dan harus dipertimbangkan hubungannya dengan kebijakan manajemen perpustakaan. Kebijakan preservasi adalah suatu dokumen tertulis (formal) yang berisi maksud-maksud pelestarian secara rinci yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemahaman keadaan lokal dan konsep fungsi lembaga perpustakaan tersebut. Pengertian preservasi ini penting diketengahkan untuk menganalisis pemahaman informan yang terdiri pengguna, pustakawan, pembina perpustakaan dan kepala sekolah mengenai upaya pemeliharaan koleksi perpustakaan sekolah di perpustakaan SMPN 107 Jakarta.

Menurut Depew (1991: 89-98) pemeliharaan dan penanganan koleksi perpustakaan dimulai dengan memilih dan menggunakan rak yang tepat, menyimpan koleksi di rak dan menggantinya bila ada koleksi baru, menggunakan alat dengan benar, dan menangani koleksi dengan cara yang akan memperpanjang hidup koleksi tersebut. Anshor (2007) menambahkan usaha pencegahan kerusakan bahan pustaka dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang utama adalah menggunakan vacuum cleaner dalam membersihkan ruangan perpustakaan secara berkala. Meletakkan buku pada lemari kaca juga merupakan upaya dalam mencegah kerusakan buku yang disebabkan oleh debu. Memasang AC (Air Conditioning) pada ruang

(4)

perpustakaan juga salah satu cara untuk memelihara buku. Dengan memasang AC, ruangan harus dikondisikan tertutup agar AC tidak terbuang percuma dan mengurangi masuknya debu ke dalam perpustakaan. Dalam pemeliharaan koleksi perpustakaan sekolah, Yusuf (2010: 120-121) membaginya menjadi dua tindakan yaitu tindakan preventif dan tindakan kuratif. Tindakan preventif dimaksudkan untuk mencegah sebelum bahan atau koleksi perpustakaan termasuk segala fasiltas, perabotan, dan perlengkapannya mengalami kerusakan. Tindakan kuratif juga merupakan tindakan dalam upaya pemeliharaan koleksi perpustakaan sekolah. Tindakan kuratif dalam dunia kesehatan berarti pengobatan. Dalam dunia perpustakaan, tindakan kuratif berarti perbaikan akan sesuatu yang sudah terlanjur rusak. Pemeliharaan dan penanganan koleksi perpustakaan penting diketahui dalam menganalisis pemahaman dan kebiasaan informan yang terdiri pengguna, pustakawan, pembina perpustakaan dan kepala sekolah dalam melakukan upaya pemeliharaan koleksi perpustakaan SMPN 107 Jakarta.

Martoatmodjo (1993: 36-47; IFLA, 1998; Teygeler, 2001) mengemukakan kerusakan bahan pustaka secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor biologi (binatang pengerat, serangga dan jamur), faktor fisika (debu, cahaya, suhu dan kelembaban), faktor kimia (senyawa-senyawa pada tinta dan kertas pada buku), dan faktor-faktor lain seperti banjir, kebakaran, atau ulah manusia perlu diketahui untuk mengidentifikasi bila ada gejala atau faktor yang menyebabkan kerusakan pada koleksi perpustakaan SMPN 107 Jakarta.

Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan (UU No. 43 Tahun 2007). Koleksi perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting pada suatu perpustakaan. Koleksi perpustakaan sekolah menurut Yusuf (2010: 9-23) adalah sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan proses belajar dan mengajar di sekolah yang bersangkutan. Secara keseluruhan isinya mengandung bahan-bahan yang semuanya dapat menunjang program kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, baik program yang bersifat kurikuler maupun yang ekstra kurikuler. Yusuf membagi menjadi 3 jenis koleksi yang terdapat di perpustakaan sekolah, yaitu koleksi buku, koleksi bukan buku, dan koleksi pandang dengar (audiovisual). Koleksi perpustakaan sekolah perlu diterangkan untuk mengetahui jenis koleksi yang terdapat di perpustakaan SMPN 107 jakarta dan untuk mengetahui cara pemeliharaan dan penanganan yang tepat untuk jenis koleksi di perpustakaan tersebut.

(5)

Metode Penelitian

Penelitian mengenai upaya pemeliharaan koleksi perpustakaan sekolah di perpustakaan SMPN 107 Jakarta menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus karena pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus merupakan pendekatan dan metode penelitian yang tepat untuk mengamati kebiasaan stakeholder dalam memelihara koleksi perpustakaan sehari-hari serta pemahaman dalam kegiatan tersebut. Pada penelitian ini peneliti memilih informan berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu orang yang mengetahui apa yang peneliti harapkan. Informan utama dalam penelitian ini adalah pustakawan yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang ada, termasuk kegiatan pelestarian koleksi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta. Selain pustakawan, peneliti juga memilih kepala sekolah, pembina perpustakaan, dan pemustaka yang dapat memberikan informasi mengenai perilaku, kebiasaan, dan pemahaman mengenai pemeliharaan koleksi perpustakaan sekolah. Berikut nama-nama informan yang sebelumnya telah disamarkan:

Tabel 1: Daftar Informan

Nomor Informan Peran

1. Elang Kepala Sekolah

2. Melati Pembina Perpustakaan

3. Bunga Staf Perpustakaan

(Pustakawan)

4. Tasya & Wira Siswa kelas VII

5. Alycia & Rara Siswa kelas VIII

6. Vicky & Zura Siswa kelas IX

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui observasi dan wawancara, juga dokumentasi sebagai bukti untuk mendukung data-data yang sudah diperoleh selama penelitian. Penelitian dilakukan di Perpustakaan SMPN 107 Jakarta setiap hari selama kurang lebih tiga puluh hari kerja, pada tanggal 13 Januari sampai 28 Februari 2014. Setelah data-data diperoleh, langkah selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisis data.

Data yang diperoleh dapat berupa hasil pengamatan, wawancara dengan informan dan gambar. Terdapat tiga aktivitas dalam menganalisis data, yaitu reduksi data (merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan

(6)

pola), penyajian data (data yang sudah dipilih, lalu disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya), dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan data-data yang sudah diolah hasil dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kebijakan preservasi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta, kerjasama antar anggota organisasi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta, dan upaya pemeliharaan koleksi perpustakaan SMPN 107 Jakarta.

Pembahasan

Profil Perpustakaan SMPN 107 Jakarta

Penanggung jawab Perpustakaan SMPN 107 Jakarta adalah Kepala Sekolah, Bapak Drs. Elang, M.Pd. Beliau juga bertanggung jawab dalam pembuatan kebijakan dan peraturan yang ada di perpustakaan. Beliau dibantu oleh seorang guru bidang studi Bahasa Indonesia untuk membina perpustakaan, yaitu Ibu Melati, S.Pd yang sudah menjabat sebagai pembina perpustakaan SMPN 107 Jakarta sejak tahun 2006. Dalam kegiatan sehari-hari perpustakaan dikelola oleh Ibu Bunga. Ibu Bunga adalah seorang staf perpustakaan atau dapat disebut sebagai pustakawan. Ibu Bunga berlatar belakang D3 perbankan sudah menjadi pustakawan sudah 11 tahun, sejak tahun 2003.

(Sumber : Bhara Nurpasma Miawani)

Gambar 1: Ruang Perpustakaan

Ruang Perpustakaan SMPN 107 Jakarta terletak di lantai 1 dekat dengan tangga pertama setelah gerbang sekolah. Ruang perpustakaan buka setiap hari kerja, Senin-Jumat jam 07.00-15.00. Ruang Perpustakaan SMPN 107 Jakarta memiliki luas 7,20 meter x 18 meter, yakni sekitar 129,6 m2. Dengan luas tersebut, Perpustakaan SMPN 107 Jakarta memiliki koleksi

(7)

Tabel 2: Koleksi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta

No. Jenis Koleksi Jumlah Kondisi

Baik Rusak 1. Buku siswa/pelajaran (semua mata pelajaran) 5.079 ü 2. Buku bacaan

(novel, buku ilmu pengetahuan, dsb) 956 ü 3. Buku referensi (kamus, ensiklopedia) 331 ü 4. Jurnal 2 ü 5. Majalah 97 ü 6. Surat Kabar 30 ü 7. Lain-lain Total 6.495eks

(Sumber: Profil Sekolah SMPN 107 Jakarta, 2012)

Selain memuat koleksi, ruangan Perpustakaan SMPN 107 Jakarta juga memiliki sarana dan fasilitas. Sarana yang dimiliki berupa 1 ruang baca, 5 buah meja komputer, 1 buah meja pustakawan, 1 buah kursi pustakawan, 1 buah lemari pustakawan, 15 buah rak buku, 1 buah lemari kaca, 12 buah meja baca, 1 buah meja diskusi, 9 buah kursi diskusi, 1 rak koran, 1 meja majalah, 1 meja absen, dan 2 buah rak katalog. Perpustakaan SMPN 107 juga menyediakan fasilitas penunjang, seperti 1 buah tong sampah kecil untuk tempat sampah ringan seperti sisa-sisa sampul buku, 1 buah sapu, 1 buah pel, 2 buah kemoceng, 1 buah vacuum cleaner, 1 buah dispenser, 4 buah AC, 5 buah komputer, 1 buah education-TV atau biasanya disebut e-TV, 1 buah LCD, dan 1 buah DVD player seperti yang terlihat pada denah perpustakaan sebagai berikut:

(8)

(Sumber : Bhara Nurpasma Miawani)

Gambar 2: Denah Perpustakaan SMPN 107 Jakarta

Berdasarkan denah tersebut, sangat disayangkan bila pihak perpustakaan khususnya pustakawan meletakkan alat-alat kebersihan seperti vacuum cleaner, pengki, sapu, dan pel dipojok ruang perpustakaan. Pihak perpustakaan tidak mengusahakan untuk mempunyai tempat atau ruangan khusus untuk alat-alat kebersihan tersebut. Pihak perpustakaan juga tidak mempermasalahkan bila hal ini dapat mengganggu siapapun yang melihatnya. Alangkah lebih baik pula bila lemari tidak menempel pada dinding, terutama dinding yang terdapat jendela tembus cahaya. Bila hal itu terjadi dikhawatirkan dapat merusak rak dan buku, karena sinar cahaya matahari yang masuk secara langsung ke dalam perpustakaan dan terkena langsung ke dalam lemari dapat membahayakan kondisi buku.

Kebijakan Preservasi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan suatu keputusan formal organisasi, bersifat mengikat, mengatur perilaku, dengan tujuan untuk menciptakan keseragaman dalam mencapai visi dan misi organisasi tersebut. Kebijakan merupakan suatu hal yang vital keberadaannya, agar organisasi tersebut dapat menjalankan kegiatan-kegiatannya secara terarah dan tepat pada sasaran yang ingin dicapai. Namun selama Perpustakaan SMPN 107 Jakarta berdiri, belum ada sama sekali kebijakan tertulis. Selama ini hanya kebijakan lisan dari Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab sekolah ini termasuk perpustakaan kepada Pembina Perpustakaan sebagai penanggung jawab perpustakaan sampai kepada staf perpustakaan yang juga disebut sebagai pustakawan.

Kebijakan lisan yang ada selama ini sudah menjadi kebiasaan yang melekat pada perpustakaan tersebut. Seperti pada ketika kebijakan pemberian sanksi berupa denda bagi siswa yang telat mengembalikan buku dihapus. Penghapusan kebijakan tersebut sempat

(9)

disayangkan oleh Ibu Melati dan Ibu Bunga sebagai pembina perpustakaan dan pustakawan SMPN 107 Jakarta. Menurut Ibu Melati dan Ibu Bunga dengan penghapusan kebijakan tersebut, pemasukan untuk membeli koleksi dan alat-alat pemeliharan menjadi semakin menipis. Ibu Bunga menambahkan, seharusnya kebijakan tersebut tidak dihapus agar dapat memberi efek jera kepada para siswa agar tepat waktu mengembalikan buku dan tidak menghilangkan atau merusak buku yang dipinjamnya. Ibu Bunga berpendapat, seharusnya penghapusan kebijakan tersebut dibarengi dengan adanya solusi lain. Tujuannya agar pemasukan perpustakaan tidak kian menipis. Tetapi, mereka tidak dapat berbuat banyak karena semua keputusan dan pembuat kebijakan merupakan wewenang Kepala Sekolah.

Kepala sekolah SMPN 107 Jakarta dalam kasus ini berperan sebagai pemegang kekuasaan atau orang yang memiliki wewenang dalam pembuatan kebijakan, khususnya mengenai kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan perpustakaan termasuk preservasi. Sebagai orang yang memiliki wewenang dalam hal tersebut, Pak Elang ingin menanamkan suatu pola pikir agar para siswa tetap tepat waktu mengembalikan buku yang mereka pinjam tanpa ada rasa takut atau terpaksa agar mereka tidak terkena sanksi denda. Beliau berharap dengan pola pikir tersebut agar menjadi kebiasaan dalam salah satu upaya dalam pemeliharaan koleksi di Perpustakaan SMPN 107 Jakarta. Beliau juga menyampaikan untuk pembelian koleksi dan alat-alat pemeliharaan seperti sampul sudah dialokasikan dari dana yang ada di sekolah. Sehingga, menurut beliau penghapusan kebijakan tersebut tidak mengganggu alur dana pemasukan perpustakaan, khususnya untuk pemeliharaan perpustakaan. Beliau ingin membangun kesadaran, kedisplinan, dan pemahaman para siswa akan pentingnya menjaga koleksi perpustakaan dengan tepat waktu mengembalikan buku yang mereka pinjam dan tidak menghilangkan atau merusaknya dengan cara membentuk pola pikir para siswa tersebut.

Bila dilihat dari pernyataan-pernyataan tersebut, kebijakan yang ada di Perpustakaan SMPN 107 Jakarta adalah kebijakan secara lisan. Kebijakan secara lisan tersebut sudah ada dari Perpustakaan SMPN 107 Jakarta berdiri hingga saat ini. Pustakawan juga hanya menerima apa yang sudah diberikan oleh Pembina Perpustakaan, yang sudah didapatnya dari mengikuti pelatihan atau seminar. Hal tersebut disebabkan dari sekolah ini hanya mengutus Pembina Perpustakaan untuk mengikuti pelatihan dan seminar tersebut. Meskipun ada pertentangan dari bawahan kepada atasan sebagai pemegang kekuasaan (dalam kasus ini, antara pustakawan dengan pembina perpustakaan dan pembina perpustakaan dengan kepala sekolah), namun mereka tetap menjalankan kebijakan yang sudah ada selama ini.

(10)

Kerjasama Antar Anggota Organisasi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta

Kerjasama antar anggota dalam sebuah organisasi menjadi kebutuhan untuk tercapainya visi misi dari organisasi tersebut. Menurut Bakhtiar (2004), kerjasama merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan. Kerjasama akan menyatukan kekuatan ide-ide yang mengantarkan pada kesuksesan. Kerjasama antara Kepala Sekolah, Pembina Perpustakaan, dan Pustakawan di SMPN 107 Jakarta harus terjalin dengan baik agar Perpustakaan SMPN 107 Jakarta dapat mempertahankan eksistensinya. Kerjasama antar anggota organisasi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta merupakan kebutuhan setiap anggotanya karena mereka adalah sebuah organisasi.

Menurut Pak Elang selama beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMPN 107 Jakarta, kerjasama antara beliau dengan seluruh pihak sekolah terutama dengan pembina dan staf perpustakaan berjalan dengan baik. Tidak ada yang dikeluhkan beliau, baik dari Wakil Kepala Sekolah, guru-guru, tata usaha, wali kelas, sampai pada pembina dan staf perpustakaan. Beliau berpendapat bahwa seluruh pihak sekolah merupakan sebuah tim, jadi semua terjalin dan terkoordinasi dengan baik demi tercapainya visi misi SMPN 107 Jakarta. Namun pendapat Pak Elang bertentang dengan yang terjadi di lapangan selama peneliti melakukan pengamatan. Jarang sekali terlihat Kepala Sekolah maupun Pembina Perpustakaan untuk memantau kegiatan yang terjadi di perpustakaan selama proses belajar mengajar berlangsung. Pembina Perpustakaan yang juga merupakan guru bidang studi Bahasa Indonesia datang bila ingin menggunakan perpustakaan sebagai kelas pada jam pelajarannya.

Ibu Bunga dan Ibu Melati juga memperlihatkan kekecewaannya terhadap kerjasama dari masing-masing anggota. Baik dari Ibu Bunga terhadap Ibu Melati dan sebaliknya, atau Ibu Bunga terhadap Pak Elang, atau Ibu Melati terhadap Pak Elang. Ibu Bunga merasa selama beliau menjadi pustakawan di perpustakaan ini, beliau selalu bekerja sendirian. Begitu juga dengan Ibu Melati, Ibu Melati merasa bahwa Ibu Bunga sebagai pustakawan juga kurang sigap dan cenderung malas-malasan dalam menjalankan tugasnya. Ibu Melati juga kecewa terhadap kerjasama dengan sesama guru di SMPN 107 Jakarta yang dirasa beliau kurang mendukung upaya-upaya beliau dalam meningkatkan perpustakaan ke arah yang lebih baik.

Pernyataan di atas memperlihatkan adanya konflik di antara anggota organisasi perpustakaan. Kebiasaan saling menyalahkan dan kurang peka terhadap tanggung jawabnya. Tidak adanya kepercayaan antara anggota organisasi perpustakaan ini merupakan faktor utama dari konflik tersebut. Bila hal ini terjadi terus menerus, dampak yang ditimbulkan adalah kondisi perpustakaan yang makin memburuk dapat terjadi. Oleh karena itu sebagai

(11)

pembina perpustakaan yang sangat peduli terhadap perpustakaan SMPN 107 Jakarta, Ibu Melati sebaiknya mulai menjalin hubungan yang baik dengan Ibu Bunga sebagai staf perpustakaan yang ia percaya untuk menjaga dan mengurus perpustakaan setiap harinya. Lalu, membangun harmonisasi dengan sesama guru, mengajak guru masing-masing bidang studi untuk ikut membantu menjaga dan memelihara perpustakaan ini hingga koleksi yang ada di dalamnya, serta mengajak para siswa untuk gemar berkunjung ke perpustakaan dan juga ikut berpartisipasi dalam menjaga dan memelihara perpustakaan. Dan yang terakhir, Ibu Bunga, Ibu Melati dan Kepala Sekolah bersama-sama harus saling menjaga kepercayaan bahwa mereka dapat menjaga dan memelihara perpustakaan ini dengan baik.

Upaya Pemeliharaan Koleksi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta

Pemahaman masing-masing anggota organisasi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta akan pentingnya upaya pemeliharaan koleksi sangat diperlukan. Paham akan pentingnya menjaga dan memelihara koleksi secara berkelanjutan akan menimbulkan rasa ingin menjaga dan memelihara buku. Pada akhirnya menjaga dan memelihara koleksi perpustakaan merupakan suatu kebiasaan seluruh pihak perpustakaan ini. Salah satu kebiasaan Ibu Bunga sebagai pustakawan dalam menjaga dan merawat koleksi adalah membersihkan ruang perpustakaan setiap harinya.

Ibu Bunga memiliki rutinitas yang cukup banyak di perpustakaan setiap harinya. Mulai dari memberi label pada buku baru, menyampulnya, memberi barcode, melayani pengguna, sampai membersihkan ruang perpustakaan, karena salah satu cara merawat koleksi adalah dengan membersihkan rak dan buku dari debu dan kotoran yang menempel (Depew, 2010: 92). Ibu Bunga membersihkan ruang perpustakaan setiap pagi ketika suasana perpustakaan masih sepi. Ibu Bunga membersihkan ruang perpustakaan, seperti mengelap kaca jendela perpustakaan, lemari kaca, rak buku, membuang sisa sampul yang sudah tidak terpakai, dan membersihkan karpet perpustakaan dengan vacuum cleaner.

Ibu Melati mengakui Ibu Bunga rajin membersihkan perpustakaan. Setiap pagi karpetnya dibersihkan dengan vacuum cleaner. Ketika perpustakaan sedang sepi pengunjung, Ibu Bunga terkadang juga membersihkan ruangan atau merapikan buku-buku yang telah digunakan oleh para siswa. Selama penelitian, Ibu Bunga memang rajin menjaga kebersihan perpustakaan. Ibu Bunga tidak segan untuk mengambil sampah-sampah kecil, seperti sisa-sisa sampul buku lalu dibuangnya ke tempat sampah mini di dekat pintu perpustakaan. Ibu Bunga juga rajin untuk mengelap kaca jendela, lemari kaca, dan rak-rak buku. Meskipun kadang Ibu Bunga

(12)

suka mengeluh atau cenderung malas untuk merapikan buku yang telah digunakan para siswa, tetapi pekerjaan tersebut tetap ia lakukan. Berikut gambar yang telah diambil ketika Ibu Bunga sedang merapikan buku yang telah digunakan pada waktu perpustakaan sedang sepi.

(Sumber : Bhara Nurpasma Miawani)

Gambar 3: Ibu Bunga sedang merapikan buku ke dalam rak

Selain membersihkan ruangan perpustakaan, koleksi dan rak koleksi, suhu dan kelembaban koleksi dan ruangan perpustakaan juga harus diperhatikan. Pemeriksaan pendingin ruangan dan pencahayaan harus dilakukan secara berkala agar suhu dan kelembaban koleksi dan ruangan perpustakaan tetap terjaga dengan baik. Suhu dan kelembaban yang stabil dapat memperpanjang umur koleksi perpustakaan. Perpustakaan SMPN 107 Jakarta memiliki 4 buah Air Conditioning (AC) dan semuanya berfungsi dengan baik. Suhu dari keempat AC tersebut sudah diatur sesuai dengan standar yang diharuskan dalam upaya pemeliharaan koleksi perpustakaan. Ibu Bunga cukup mengerti cara memelihara koleksi perpustakaan salah satunya dengan menjaga stabilitas suhu dan kelembaban udara. Suhu AC di perpustakaan juga sudah sesuai dengan standar suhu menurut Harvey (1993; Anshor, 2007) untuk koleksi perpustakaan yaitu suhu sekitar 16o-24oC.

Selain Ibu Bunga sebagai pustakawan yang memiliki tanggung jawab dan tugas untuk memelihara dan merawat perpustakaan setiap hari, para siswa SMPN 107 Jakarta juga memiliki kewajiban untuk memelihara dan menjaga perpustakaan, terutama koleksi yang mereka gunakan setiap harinya. Para siswa sudah cukup memiliki pengetahuan sederhana untuk menjaga dan memelihara koleksi. Mereka tahu cara menjaga buku dengan tidak meninggalkan bekas lipatan, tidak mencoret dan merobek halaman buku. Meskipun sebagian kecil dari mereka masih ada yang suka melipat halaman buku untuk memberi tanda. Ada juga yang sengaja meletakkan buku tidak sesuai dengan asalnya agar bila esok hari mau

(13)

melanjutkan membaca tidak perlu lagi mencari-cari di rak semula atau diam-diam membawa makanan atau minuman ke dalam ruang perpustakaan. Sebagian dari mereka juga menyalin ke buku lain bila ada informasi penting pada halaman buku yang mereka pinjam, bukan menggarisbawahi atau mencuri halaman buku tersebut.

Upaya Pemeliharaan yang dilakukan stakeholder terhadap koleksi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta termasuk pada tindakan preventif (Yusuf, 2010: 210-211). Ibu Bunga melakukan upaya pemeliharaan terbatas pada menjaga kebersihan ruang perpustakaan sampai pada koleksi, menyampul buku baru untuk pencegahan kerusakan buku, dan mengatur suhu ruang perpustakaan. Ibu Bunga melakukan upaya pemeliharaan tersebut setiap hari. Tindakan preventif juga dilakukan oleh siswa-siswa SMPN 107 Jakarta sebagai pengguna utama perpustakaan ini. Mereka melakukan tindakan tersebut dengan cara tidak melipat halaman buku, tidak merobek atau mencoret bagian buku yang menurut mereka penting atau yang mereka sukai, turut membantu Ibu Bunga menyampul buku, sampai menjaga kebersihan ruang perpustakaan. Meskipun begitu, tetap saja masih ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kecil siswa yang memang mereka agak susah untuk diberitahu. Para pelanggar tersebut masih bersikap acuh dan malas untuk mengembalikan buku pada rak atau meletakkannya di meja baca. Selain itu, juga ada yang masih malas untuk membuka sepatunya terlebih dahulu sebelum memasuki ruang perpustakaan. Dalam hal ini, Ibu Bunga sigap dan tegas untuk menegur dan memperingatkan para pelanggar tersebut tanpa pandang bulu.

Pengetahuan sederhana mengenai cara menjaga dan memelihara koleksi perpustakaan perlu ditingkatkan dan disebarluaskan lagi. Pengetahuan sederhana ini sangat berguna untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada buku. Selain diberikannya pengetahuan sederhana, pustakawan dan guru juga mendidik para siswa agar mereka terbiasa untuk melakukan upaya-upaya pemeliharaan tersebut. Pihak Perpustakaan SMPN 107 Jakarta sudah melakukan upaya pemeliharan, mulai dari membersihkan ruangan secara rutin, memeriksa seluruh alat dan fasilitas, sampai mengajarkan para siswa untuk turut menjaga dan memelihara perpustakan. Perlu ditanamkan kembali kebiasaan untuk menjaga dan memelihara koleksi perpustakaan tersebut agar terciptanya suatu budaya memelihara koleksi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta. Dengan tujuan, para siswa akan tetap menjaga dan memelihara koleksi perpustakaan sampai seterusnya.

(14)

Kesimpulan

Upaya pemeliharaan koleksi di Perpustakaan SMPN 107 Jakarta terbatas pada usaha pihak perpustakaan terhadap kebersihan perpustakaan, penempatan dan perlakuan koleksi, dan pengaturan suhu ruangan. Perpustakaan SMPN 107 Jakarta juga memiliki alat pemeliharaan yang baik, alat kebersihan seperti sapu, kemoceng, kain lap, vacuum cleaner, tempat sampah, dan pendingin ruangan untuk mendukung upaya pemeliharaan koleksi di perpustakaan ini. Upaya pemeliharaan koleksi juga sudah mulai terlihat meskipun masih ada beberapa hambatan. Hambatan tersebut dari dua faktor: Pertama, faktor kedisiplinan dan konsistensi dari masing-masing stakeholder dalam mematuhi peraturan dan menjalin kerjasama dalam memelihara perpustakaan dan koleksinya. Kedua, faktor pemanfaatan dana yang belum transparan bagi pustakawan dan pembina perpustakaan yang berasal dari tidak adanya rasa saling percaya dari masing-masing anggota organisasi perpustakaan, yaitu pembina perpustakaan, pustakawan, dan kepala sekolah.

Saran

Hambatan-hambatan yang dialami dapat diminimalisir keberadaannya. Dengan cara saling mengenal dan mendekatkan diri masing-masing anggota organisasi perpustakaan. Diharapkan dengan saling mengenal dan mendekatkan diri dapat menimbulkan rasa saling percaya antara satu dengan yang lainnya. Disarankan masing-masing anggota untuk melakukan intropeksi diri, mulai dari Kepala Sekolah sebagai pimpinan, Pembina Perpustakaan sebagai penanggung jawab perpustakaan, dan Pustakawan yang dipercayai untuk menjaga dan mengurus perpustakaan ini. Sikap saling terbuka juga sangat diperlukan agar rasa kekecewaan dan ketidakpuasan dapat dihindari. Dengan timbulnya rasa saling percaya antara satu anggota dengan anggota lainnya, kerjasama antar anggota dapat terjalin dengan baik. Tak kalah pentingnya, Kepala Sekolah bersama dengan Pembina Perpustakaan dan Pustakawan membuat kebijakan secara tertulis. Kebijakan tertulis dibuat berdasarkan Undang-Undang, Standar, dan kebijakan-kebijakan lainnya. Kebijakan mengenai pemeliharaan juga harus diatur agar kegiatan pemeliharaan juga berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebijakan dan aturan yang berlaku. Dengan demikian, visi dan misi SMPN 107 Jakarta melalui perpustakaannya dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

(15)

DAFTAR REFERENSI Buku

Bakhtiar. (2004). Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ballofet, Nelly. (2005). Preservation and Conversation for Libraries and Archives. Chicago: American Library Association

Depew, John N. (1991). A Library, Media, and Archival Preservation HandBook. California: ABC-CLIO, Inc.

Forde, Helen. (2007). Preserving Archives. London: Facet Publishing.

Harvey, Ross. (1993). Preservation in Libraries: Principles, Srategies and Practice for Librarians. London: Bowker-Saur.

Martoatmodjo, Karmidi. (1993). Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud. Ritzenthaler, Mary Lynn. (2010). Preserving Archives & Manuscripts. Chicago: The Society of American Archivists.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulistyo-Basuki. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku

Teygeler, René. (2001). Preservation of Archives in Tropical Climates: An Annotated Bibliography. Paris: International Council on Archives; The Hague: National Archives of the Netherlands; Jakarta: National Archives of the Republic of Indonesia.

Yusuf, M. Pawit. (2010). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana Artikel Jurnal

Daryono. (2006). Pemeliharaan Bahan Pustaka Tercetak di Perpustakaan: Studi kasus Perpustakaan

Brawijaya Malang. Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol 1 . No. 2. Hlm . 71 – 76.

Fatkhurrokhman. (2008). Preservasi Bahan Pustaka Di Perpustakaan Museum: Studi Kebijakan Preservasi

di Perpustakaan Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga.

Jurnal Online

Ansor, Sokhibul. (2007). Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah, Jurnal Perpustakaan Sekolah,

Edisi Tahun 1, No. 2. Malang: Universitas Negeri Malang. ( http://library.um.ac.id/index.php/Artikel-Jurnal-Perpustakaan-Sekolah-ISSN/perawatan-bahan-pustaka-perpustakaan-sekolah.html)

Massofa. (2009). Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka, dan Latar Belakang Masalahnya. Surakarta:

Universitas Negeri Sebelas Maret.

(http://pustaka.uns.ac.id/2009/1203//opt=1001&menu=news&option=detail&nid=9) Peraturan dan Standar

IFLA. (1998). IFLA Principles For The Care and Handling Of Library Material. International Federation of Library Associations and Institutions: Core Programme on Preservation and Conversation.

Indonesia. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. (http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/peraturan/UU_43_2007_PERPUSTAKAAN.pdf  

Gambar

Tabel 1: Daftar Informan
Gambar 1: Ruang Perpustakaan
Tabel 2: Koleksi Perpustakaan SMPN 107 Jakarta
Gambar 2: Denah Perpustakaan SMPN 107 Jakarta
+2

Referensi

Dokumen terkait

Fokus penulis dalam penciptaan tugas akhir dimulai dari karya pertama dengan cerita Adipati bernama Raden Sudama atau Nilasuwarna yang bergelar Adipati Ariyo

Pada hari ini Jum’at tanggal SATU bulan SEPTEMBER tahun DUA RIBU DUA BELAS, dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB, kami Panitia untuk pekerjaan tersebut

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Seleksi Umum Paket Pekerjaan Pengembangan Software Early Warning System untuk Mendukung Crisis Management Protocol oleh Panitia

Arah dari Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Trenggalek tentang Pembentukan Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio Pemerintah Kabupaten Trenggalek adalah mewujudkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh tolok ukur dan metode analisis kinerja yang berbeda terhadap kinerja dari masing-masing Reksa Dana, serta

Dalam astrologi Jawa juga dikenal adanya bintang, yang biasa disebut Wuku; ada 30 wuku yang masing-masing mempunyai Dewa (Betara) pelindung (yang kemudian sering dijadikan simbol dari

Oleh karena itu peneliti mengusulkan untuk mengembangan sistem informasi pada yayasan sinergi sriwijaya palembang dengan menggunakan metodologi Rapid Application

This research will also integrate Geographic Information System (GIS), VGI, social media tools, data mining, and mobile technology to design a conceptual framework for promoting