BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance. Insurance mempunyai pengertian; asuransi, jaminan. Kata asuransi dalam bahasa Indonesia telah diadopsi ke dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata pertanggungan. Yang dimaksud asuransi menurut Wirjono Prodjodikoro adalah suatu persetujuan pihak yang menjamin dan berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.1
Pengertian asuransi di atas, akan lebih jelas bila dihubungkan dengan pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang menjelaskan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
Disamping itu asuransi dari sudut pandang ekonomi merupakan metode untuk mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuntungan. Menurut sudut pandang bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya
1
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: Intermassa, 1987), hlm.1
menerima/menjual jasa pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko di antara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang sosial asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota asuransi tersebut.2
Definisi asuransi sebenarnya bisa dideskripsikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial ataupun berdasarkan pengertian matematika. Hal itu berarti terdapat lima definisi bagi asuransi. Tidak ada suatu definisi yang dapat memenuhi masing-masing sudut pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis unik, yang di dalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum sosial, bisnis dan aspek matematika.3 Secara esensial ada lima unsur dalam asuransi, di antaranya adalah:
a. Perjanjian yang mendasari terbentuknya antara keperdataan perikatan (muamalah).
b. Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung.
c. Adanya ganti rugi dari penanggung kepada pihak tertanggung jika terjadi klaim atau masa perjanjian selesai.
2
Hasan Ali, Asuransi Perspektif Hukum Islam Dalam; Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Prenada Media,2004), hlm. 59.
3
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General), (Jakarta; Gema insani,2004), hal. 27.
d. Adanya suatu peristiwa yang tak tentu dan adanya suatu risiko yang memungkinkan ada atau tidaknya risiko.
e. Pihak-pihak melakukan perjanjian, yakni penanggung dan tertanggung. Kelima unsur yang terdapat dalam asuransi tersebut, memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, baik hubungan stuktural maupun fungsional
Secara garis besar asuransi dapat diartikan sebagai transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak tertanggung dan penanggung dimana penanggung menjamin pihak tertanggung bahwa akan mendapatkan peggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula belum dapat ditentukan saat/kapan terjadinya, sebagai kontraprestasinya sitertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung yang besarnya sekian persen dari nilai pertanggungan yang biasa disebut premi.
Pengertian Asuransi Syariah dalam bahasa Arab asuransi disebut
at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-Ta’min diambil dari kata amana memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah:
“Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan”.(Quraisy:4)
( ف وخلا نم ةنم لا ا ): aman dari rasa takut ( ةن ايخلادضةن املا ا ): amanah lawan dari khianat ( رفكلادض ناميلاا ): iman lawan dari kufur
Dari arti terakhir di atas, dianggap paling tepat untuk mendefinisikan istilah at-ta’min, yaitu “Men-ta’min-kan sesuatu adalah seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya.”
Al-Fanjari mengartikan tadhamun,takaful,at-ta’min atau asuransi syariah dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min ke dalam tiga bagian, yaitu ta’min ta’awuni
at-taawuniy, ta’min altijari, dan ta’min al-hukumiy.
Menurut Mustafa Ahmad Zarqa, makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun metodologi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya,asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
Dalam hal ini asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusi/premi yang mereka bayar untuk digunakan membayar klaim atas musibah yang dialami oleh
sebagian peserta.. Apabila terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. Dengan demikian, tidak terjadi transfer resiko ( transfer of risk atau memindahkan resiko) dari peserta ke perusahaan seperti pada asuransi konvensional.
B. Landasan Hukum Asuransi Syariah
1. Al-qur’an
Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat Al-qur’an tidak terdapat satu ayat pun yang menyebutkan istilah asuransi seperti yang kita kenal sekarang ini baik istilah at-ta’min ataupun at-takaful. Di antara ayat-ayat Al-qur’an tersebut antara lain:
a. Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan. 1. QS. Al-Hasyr (59): 18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui yang kamu kerjakan”. 2. QS. Yusuf (12): 47-49
“Yusuf berkata,supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa. Maka apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian akan datang tahun yang padanya manusia
diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu manusia memeras anggur”.
b. Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama. 1) QS. Al-Maidah (5): 2
“…Tolong menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah aamat berat siksa-Nya”.
2) QS. Al-Baqarah (2): 185
“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…”
c. Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah. QS. Al-Quraisy (106): 4
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”
d. Perintah Allah untuk bertawakal dan optimis berusaha.
“Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal.”(QS.Luqman (3): 34)
Adapun dalam Konsep asuransi syariah berbeda dengan konsep asuransi konvensional. Dengan perbedaan konsep ini tentunya akan mempengaruhi operasionalnya yang dilaksanakan akan berbeda satu
dengan lainnya. Berikut adalah perbedaan antara asuransi syari’ah dan asuransi konvensional yang dikemukakan oleh Muhammad Syakir Sula.4 No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syari’ah
1. Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung
Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin dan bekerja sama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana
tabarru’
2. Asal-usul Dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal
dengan perjanjian
Hammurabi. Dan tahun 1668
M di Coffe House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional
Dari Al-aqidah, kebiasaan suku arab jauh sebelum islam datang. Kemudian di sahkan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah tertuang dalam kontitusi pertama di dunia (kontitusi Madina) yang dibuat
4
Muhammad Syakir Sula, Landasan Syari’ah, Rapat Karja Nasional PT. Asuransi Takaful
langsung Rasulullah 3. Sumber
Hukum
Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan, berdasarkan hukum positif, hukum alami dan contoh sebelumnya
Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber hukum dalam syari’ah Islam adalah Al-qur’an, Sunnah rasul, ijma’, fatwa sahabat, Qiyas, istihsan, dan Marshalih Mursalah
4. Maghrib (Maisir,
Gharar dan Riba)
Tidak selaras dengan syari’ah Islam karena adanya Maisir,
Gharar dan Riba, hal yang
diharamkan dalam muamalah
Bersih dari adanya praktik Gharar, maisir dan riba.
5. DPS (Dewan Pengawas Syari’ah)
Tidak ada, sehingga dalam
banyak praktiknya
bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’
Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan
operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik
muamalah yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah. 6. Akad Akad jual-beli (akad Akad tabarru’ dan akad
mu’awadah, akad idz’aan, akad gharra dan akad mulzim) tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah, dsb) 7. Jaminan/Ri sk (Risiko)
Transfer of Risk, dimana
terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung
Sharing of Risk, dimana
terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta’awun) 8. Pengelola
dana
Tidak ada pemisahan dana yang berakibat terjadinya dana hangus (untuk produk
saving life)
Pada produk-produk saving (life) terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru’ (derma) dan dana peserta, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus. Sedangkan untuk term insurance (life) dan general insurance semuanya bersifat tabarru’
9. Investasi Bebas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundang-undangan, dan
Dapat melakuka investasi sesuai ketentuan
perundang-tidak terbatasi pada halal dan haramnya objek atau sistem investasi yang digunakan
undangan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang
10. Kepemilika n dana
Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan.
Perusahaan bebas
menggunakan dan
menginvestasikan kemana saja
Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (shahibul
mal) asuransi syari’ah
hanya sebagai
pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana tersebut 11. Unsur
premi
Unsur premi terdiri dari table mortalita (mortality tables), bunga (interest), biaya-biaya asuransi (cost of insurance)
Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur
tabarru’ dan tabungan
(yang tidak
mengandung unsur riba) tabarru’ juga
dihitung dari tabel mortalita , tetapi tanpa perhitungan bunga teknik
12. Loading Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama diperuntukan untuk komisi agen, bias menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus)
Pada sebagian asuransi syari’ah, loading (komisi agen) tidak dibebankan pada peserta tapi dari dana pemegang saham. Namun sebagian yang lainnya mengambilkan dari sekitar 20-30 persen saja dari premi tahun pertama. Dengan demikian nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk
13. Sumber pembayara n klaim
Sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan
Sumber pembayaran klaim diperoleh dari pembayaran rekening
tabarru’ yaitu peserta
tidak ada nuansa spiritual Jika salah satu peserta mandapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko
14. Sistem akuntansi
Menganut konsep akuntansi
accrual basis, yaitu proses
akuntansi yang mengakui terjadinya peristiwa atau keadaan non kas. Dan mengakui pendapatan, peningkaytan asset, expensis,
liabilities dan jumlah tertentu
yang baru akan diterima dalam waktu yang akan dating
Menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual
basis dianggap
bertentangan dengan syari’ah karena mengakui adanya pendapatan, hata, beban atau utang yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu
15. Keuntunga n (profit)
Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting,
Profit yang diperoleh
komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan
underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta
16. Misi dan Visi
Secara garis besar misi utama dari asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan misi sosial
Misi yang diemban dalam asuransi syari’ah adalah aqidah, misi ibadah (ta’awun), misi ekonomi (iqtishod) dan misi pemberdayaan umat (sosial)
Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al
birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam
setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad
takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling
menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan
kepada kita untuk ta’awun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat
taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang ta’awun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan). Dalam asuransi konvensional, asuransi
merupakan transfer of risk yaitu pemindahan risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekuensi maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi.
C. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah
Prinsip dasar asuransi syariah ada sembilan macam5, yaitu : 1. Tauhid (unity)
2. Keadalian (justice)
3. Tolong menolong (ta’awun) 4. Kerjasama (cooperation) 5. Amanah (al-amanah) 6. Keralaan (al-ridha) 7. Larangan riba
8. Larangan maisir (judi)
9. Larangan gharar (ketidakpastian)
Gharar dalam asuransi ada dua bentuk, yaiu :
a) Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis
5
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta : Kencana, cet ke-2, 2004) hlm. 125-136
b) Sumber dana pembayaran klaim
Begitu pula ada prinsip yang digunakan dalam asuransi syariah khusus nya pada Asuransi Sinarmas antara lain :
a. Prinsip Saling Bertanggung- jawab
Para peserta asuransi bersetuju untuk saling bertanggungjawab antara satu sama lain. Memikul tanggungjawab dengan niat ikhlas adalah ibadah, hal ini dapat diperhatikan dari hadist-hadist berikut:
“Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang
beriman antara satu dengan lain seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh tubuh” (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Prinsip Saling Kerjasama dan Bantu Membantu
Salah satu keutamaan umat Islam adalah saling Bantu memabantu sesamanya dalam kebajikan, karena bantu-membantu itu merupakan gambaran sifat kerjasama sebagai aplikasi dari ketaqwaan kepada Allah SWT, diantara cerminan ketaqwaan itu ialah: Melaksanakan fungsi harta dengan betul, diantaranya untuk kebajikan social, menapati janji, Sabar ketika mengalami bencana
Dalam ayat lain Allah menyampaikan, bahwa antar orang mukmin saling menolong antara satu sama lain, dalam artian saling melindungi sesama mereka, hal ini dapat dipahami dari surat al-Taubah (9): 71
Diantara sabda Rasul yang mengandung maksud perlunya saling melindungi ialah: “Sesungguhnya seseorang yang beriman ialah siapa
yang boleh memberi keselamatan dan perlindumgan terhadap harta dan jiwa raga manusia” (HR Ibnu Majah).
“Rasulullah bersabda: ‘Demi diriku dalam kekuasaan Allah,
bahwa siapa pun tidak masuk surga kalau tidak memberi perlindungan jirannya yang terhimpit” (HR. Ahmad)
D. Fungsi Asuransi Syariah
Adapun fungsi yang di kedepankan oleh asuransi syariah dari beberapa perspektif yaitu fungsi dari pelaksanaan syariat islam, fungsi dari segi pembangungan nasional dan fungsi dari segi pengelolaan dan pendayagunaan ekonomi umat.
E. Pengertian Akad Wakalah dalam Asuransi Syariah.
Wakalah adalah pelimpahan wewenang oleh seseorang kepada orang
lain sebagai pengganti dirinya atau mewakili kepentingannya dalam mengurus urusanya selama dia masih hidup.
Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan atau melakukan kegiatan lain sebagaimana disebutkan pada bagian ketiga angka 2 (dua) Fatwa ini dengan imbalan pemberian ujrah (fee).6 Hadis nabi yang dapat dijadikan
landasan wakalah:
ةنوميم هاجوزف راصنلاا نم لجرو عفار باا ثعب ملسو هيلع الله لص الله لوسر نا
ثرلحا تنب
“Bahwasannya Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshor untuk mewakilkannya mengawini Maimunah Bintil Harits”.
Selanjutnya dijelaskan mengenai akad wakalah akan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut:7
1. Matinya salah seorang dari yang berakad karena salah satu syarat sah akad adalah orang yang berakat masih hidup.
2. Bila salah seorang yang berakat gila, karena syarat sah akad salah satunya orang yang berakat mempunyai akal.
3. Dihentikan pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti, dalam keadaan seperti ini al-wakalah tidak berfungsi lagi.
4. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil belum mengetahui, (pendapat Syafi’i dan Hambali).
6 Fatwa No.52/DSN-MUI/2006
5. Wakil memutuskan sendiri, menurut Mazdhab Hanafi tidak pelu orang yang mewakilkan mengetahui pemutusan dirinya atau tidak perlu kehadirannya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
6. Keluar orang yang mewakilkan dari status pemilikan.
Kedudukan dan ketentuan para pihak dalam akad wakalah bil ujrah:
1. Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana .
2. Peserta sebagai individu dalam produk saving bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa).
3. Peserta sebagai suatu benda/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa).
4. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas izin muwakil (peserta).
5. Akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi. 6. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari
hasil investasi, karena akad yang digunakan adalah akad wakalah.8
Dengan adanya akad wakalah kesulitan yang dihadapi akan terbantu. Akad wakalah bisa di laksanakan dengan atau tanpa upah. ketika
akad wakalah bil ujrah telah sempurna, maka akad tersebut bersifat
mengikat. Maka wakalah sering kali digunakan dalam asuransi lebih
tepatnya berinvestasi dan menyerahkan urusan untuk membayarkan bantuan kepada setiap peserta / nasabah yang ditimpa musibah.9 Selain itu juga dengan adanya akad wakalah kesulitan yang dihadapi akan terbantu.
9 Ibid, hlm. 39