• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Prodjodikoro adalah suatu persetujuan pihak yang menjamin dan berjanji. akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Prodjodikoro adalah suatu persetujuan pihak yang menjamin dan berjanji. akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi

Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance. Insurance mempunyai pengertian; asuransi, jaminan. Kata asuransi dalam bahasa Indonesia telah diadopsi ke dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata pertanggungan. Yang dimaksud asuransi menurut Wirjono Prodjodikoro adalah suatu persetujuan pihak yang menjamin dan berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.1

Pengertian asuransi di atas, akan lebih jelas bila dihubungkan dengan pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang menjelaskan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

Disamping itu asuransi dari sudut pandang ekonomi merupakan metode untuk mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuntungan. Menurut sudut pandang bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya

1

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: Intermassa, 1987), hlm.1

(2)

menerima/menjual jasa pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko di antara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang sosial asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota asuransi tersebut.2

Definisi asuransi sebenarnya bisa dideskripsikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial ataupun berdasarkan pengertian matematika. Hal itu berarti terdapat lima definisi bagi asuransi. Tidak ada suatu definisi yang dapat memenuhi masing-masing sudut pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis unik, yang di dalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum sosial, bisnis dan aspek matematika.3 Secara esensial ada lima unsur dalam asuransi, di antaranya adalah:

a. Perjanjian yang mendasari terbentuknya antara keperdataan perikatan (muamalah).

b. Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung.

c. Adanya ganti rugi dari penanggung kepada pihak tertanggung jika terjadi klaim atau masa perjanjian selesai.

2

Hasan Ali, Asuransi Perspektif Hukum Islam Dalam; Suatu Tinjauan Analisis Historis,

Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Prenada Media,2004), hlm. 59.

3

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General), (Jakarta; Gema insani,2004), hal. 27.

(3)

d. Adanya suatu peristiwa yang tak tentu dan adanya suatu risiko yang memungkinkan ada atau tidaknya risiko.

e. Pihak-pihak melakukan perjanjian, yakni penanggung dan tertanggung. Kelima unsur yang terdapat dalam asuransi tersebut, memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, baik hubungan stuktural maupun fungsional

Secara garis besar asuransi dapat diartikan sebagai transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak tertanggung dan penanggung dimana penanggung menjamin pihak tertanggung bahwa akan mendapatkan peggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula belum dapat ditentukan saat/kapan terjadinya, sebagai kontraprestasinya sitertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung yang besarnya sekian persen dari nilai pertanggungan yang biasa disebut premi.

Pengertian Asuransi Syariah dalam bahasa Arab asuransi disebut

at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-Ta’min diambil dari kata amana memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah:

“Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan”.(Quraisy:4)

(4)

( ف وخلا نم ةنم لا ا ): aman dari rasa takut ( ةن ايخلادضةن املا ا ): amanah lawan dari khianat ( رفكلادض ناميلاا ): iman lawan dari kufur

Dari arti terakhir di atas, dianggap paling tepat untuk mendefinisikan istilah at-ta’min, yaitu “Men-ta’min-kan sesuatu adalah seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya.”

Al-Fanjari mengartikan tadhamun,takaful,at-ta’min atau asuransi syariah dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min ke dalam tiga bagian, yaitu ta’min ta’awuni

at-taawuniy, ta’min altijari, dan ta’min al-hukumiy.

Menurut Mustafa Ahmad Zarqa, makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun metodologi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya,asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.

Dalam hal ini asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusi/premi yang mereka bayar untuk digunakan membayar klaim atas musibah yang dialami oleh

(5)

sebagian peserta.. Apabila terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. Dengan demikian, tidak terjadi transfer resiko ( transfer of risk atau memindahkan resiko) dari peserta ke perusahaan seperti pada asuransi konvensional.

B. Landasan Hukum Asuransi Syariah

1. Al-qur’an

Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat Al-qur’an tidak terdapat satu ayat pun yang menyebutkan istilah asuransi seperti yang kita kenal sekarang ini baik istilah at-ta’min ataupun at-takaful. Di antara ayat-ayat Al-qur’an tersebut antara lain:

a. Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan. 1. QS. Al-Hasyr (59): 18

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui yang kamu kerjakan”. 2. QS. Yusuf (12): 47-49

“Yusuf berkata,supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa. Maka apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian akan datang tahun yang padanya manusia

(6)

diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu manusia memeras anggur”.

b. Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama. 1) QS. Al-Maidah (5): 2

“…Tolong menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah aamat berat siksa-Nya”.

2) QS. Al-Baqarah (2): 185

“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…”

c. Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah. QS. Al-Quraisy (106): 4

“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”

d. Perintah Allah untuk bertawakal dan optimis berusaha.

“Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal.”(QS.Luqman (3): 34)

Adapun dalam Konsep asuransi syariah berbeda dengan konsep asuransi konvensional. Dengan perbedaan konsep ini tentunya akan mempengaruhi operasionalnya yang dilaksanakan akan berbeda satu

(7)

dengan lainnya. Berikut adalah perbedaan antara asuransi syari’ah dan asuransi konvensional yang dikemukakan oleh Muhammad Syakir Sula.4 No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syari’ah

1. Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana

pihak penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung

Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin dan bekerja sama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana

tabarru’

2. Asal-usul Dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal

dengan perjanjian

Hammurabi. Dan tahun 1668

M di Coffe House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional

Dari Al-aqidah, kebiasaan suku arab jauh sebelum islam datang. Kemudian di sahkan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah tertuang dalam kontitusi pertama di dunia (kontitusi Madina) yang dibuat

4

Muhammad Syakir Sula, Landasan Syari’ah, Rapat Karja Nasional PT. Asuransi Takaful

(8)

langsung Rasulullah 3. Sumber

Hukum

Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan, berdasarkan hukum positif, hukum alami dan contoh sebelumnya

Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber hukum dalam syari’ah Islam adalah Al-qur’an, Sunnah rasul, ijma’, fatwa sahabat, Qiyas, istihsan, dan Marshalih Mursalah

4. Maghrib (Maisir,

Gharar dan Riba)

Tidak selaras dengan syari’ah Islam karena adanya Maisir,

Gharar dan Riba, hal yang

diharamkan dalam muamalah

Bersih dari adanya praktik Gharar, maisir dan riba.

5. DPS (Dewan Pengawas Syari’ah)

Tidak ada, sehingga dalam

banyak praktiknya

bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’

Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan

operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik

muamalah yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah. 6. Akad Akad jual-beli (akad Akad tabarru’ dan akad

(9)

mu’awadah, akad idz’aan, akad gharra dan akad mulzim) tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah, dsb) 7. Jaminan/Ri sk (Risiko)

Transfer of Risk, dimana

terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung

Sharing of Risk, dimana

terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta’awun) 8. Pengelola

dana

Tidak ada pemisahan dana yang berakibat terjadinya dana hangus (untuk produk

saving life)

Pada produk-produk saving (life) terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru’ (derma) dan dana peserta, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus. Sedangkan untuk term insurance (life) dan general insurance semuanya bersifat tabarru’

9. Investasi Bebas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundang-undangan, dan

Dapat melakuka investasi sesuai ketentuan

(10)

perundang-tidak terbatasi pada halal dan haramnya objek atau sistem investasi yang digunakan

undangan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang

10. Kepemilika n dana

Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan.

Perusahaan bebas

menggunakan dan

menginvestasikan kemana saja

Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (shahibul

mal) asuransi syari’ah

hanya sebagai

pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana tersebut 11. Unsur

premi

Unsur premi terdiri dari table mortalita (mortality tables), bunga (interest), biaya-biaya asuransi (cost of insurance)

Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur

tabarru’ dan tabungan

(yang tidak

mengandung unsur riba) tabarru’ juga

(11)

dihitung dari tabel mortalita , tetapi tanpa perhitungan bunga teknik

12. Loading Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama diperuntukan untuk komisi agen, bias menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus)

Pada sebagian asuransi syari’ah, loading (komisi agen) tidak dibebankan pada peserta tapi dari dana pemegang saham. Namun sebagian yang lainnya mengambilkan dari sekitar 20-30 persen saja dari premi tahun pertama. Dengan demikian nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk

13. Sumber pembayara n klaim

Sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan

Sumber pembayaran klaim diperoleh dari pembayaran rekening

tabarru’ yaitu peserta

(12)

tidak ada nuansa spiritual Jika salah satu peserta mandapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko

14. Sistem akuntansi

Menganut konsep akuntansi

accrual basis, yaitu proses

akuntansi yang mengakui terjadinya peristiwa atau keadaan non kas. Dan mengakui pendapatan, peningkaytan asset, expensis,

liabilities dan jumlah tertentu

yang baru akan diterima dalam waktu yang akan dating

Menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual

basis dianggap

bertentangan dengan syari’ah karena mengakui adanya pendapatan, hata, beban atau utang yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu

15. Keuntunga n (profit)

Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting,

Profit yang diperoleh

(13)

komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan

underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta

16. Misi dan Visi

Secara garis besar misi utama dari asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan misi sosial

Misi yang diemban dalam asuransi syari’ah adalah aqidah, misi ibadah (ta’awun), misi ekonomi (iqtishod) dan misi pemberdayaan umat (sosial)

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al

birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam

setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad

takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling

menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan

(14)

kepada kita untuk ta’awun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat

taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang ta’awun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan). Dalam asuransi konvensional, asuransi

merupakan transfer of risk yaitu pemindahan risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekuensi maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi.

C. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

Prinsip dasar asuransi syariah ada sembilan macam5, yaitu : 1. Tauhid (unity)

2. Keadalian (justice)

3. Tolong menolong (ta’awun) 4. Kerjasama (cooperation) 5. Amanah (al-amanah) 6. Keralaan (al-ridha) 7. Larangan riba

8. Larangan maisir (judi)

9. Larangan gharar (ketidakpastian)

Gharar dalam asuransi ada dua bentuk, yaiu :

a) Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis

5

Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta : Kencana, cet ke-2, 2004) hlm. 125-136

(15)

b) Sumber dana pembayaran klaim

Begitu pula ada prinsip yang digunakan dalam asuransi syariah khusus nya pada Asuransi Sinarmas antara lain :

a. Prinsip Saling Bertanggung- jawab

Para peserta asuransi bersetuju untuk saling bertanggungjawab antara satu sama lain. Memikul tanggungjawab dengan niat ikhlas adalah ibadah, hal ini dapat diperhatikan dari hadist-hadist berikut:

“Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang

beriman antara satu dengan lain seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh tubuh” (HR. Bukhari dan Muslim)

b. Prinsip Saling Kerjasama dan Bantu Membantu

Salah satu keutamaan umat Islam adalah saling Bantu memabantu sesamanya dalam kebajikan, karena bantu-membantu itu merupakan gambaran sifat kerjasama sebagai aplikasi dari ketaqwaan kepada Allah SWT, diantara cerminan ketaqwaan itu ialah: Melaksanakan fungsi harta dengan betul, diantaranya untuk kebajikan social, menapati janji, Sabar ketika mengalami bencana

(16)

Dalam ayat lain Allah menyampaikan, bahwa antar orang mukmin saling menolong antara satu sama lain, dalam artian saling melindungi sesama mereka, hal ini dapat dipahami dari surat al-Taubah (9): 71

Diantara sabda Rasul yang mengandung maksud perlunya saling melindungi ialah: “Sesungguhnya seseorang yang beriman ialah siapa

yang boleh memberi keselamatan dan perlindumgan terhadap harta dan jiwa raga manusia” (HR Ibnu Majah).

“Rasulullah bersabda: ‘Demi diriku dalam kekuasaan Allah,

bahwa siapa pun tidak masuk surga kalau tidak memberi perlindungan jirannya yang terhimpit” (HR. Ahmad)

D. Fungsi Asuransi Syariah

Adapun fungsi yang di kedepankan oleh asuransi syariah dari beberapa perspektif yaitu fungsi dari pelaksanaan syariat islam, fungsi dari segi pembangungan nasional dan fungsi dari segi pengelolaan dan pendayagunaan ekonomi umat.

E. Pengertian Akad Wakalah dalam Asuransi Syariah.

Wakalah adalah pelimpahan wewenang oleh seseorang kepada orang

lain sebagai pengganti dirinya atau mewakili kepentingannya dalam mengurus urusanya selama dia masih hidup.

(17)

Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada

perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan atau melakukan kegiatan lain sebagaimana disebutkan pada bagian ketiga angka 2 (dua) Fatwa ini dengan imbalan pemberian ujrah (fee).6 Hadis nabi yang dapat dijadikan

landasan wakalah:

ةنوميم هاجوزف راصنلاا نم لجرو عفار باا ثعب ملسو هيلع الله لص الله لوسر نا

ثرلحا تنب

“Bahwasannya Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshor untuk mewakilkannya mengawini Maimunah Bintil Harits”.

Selanjutnya dijelaskan mengenai akad wakalah akan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut:7

1. Matinya salah seorang dari yang berakad karena salah satu syarat sah akad adalah orang yang berakat masih hidup.

2. Bila salah seorang yang berakat gila, karena syarat sah akad salah satunya orang yang berakat mempunyai akal.

3. Dihentikan pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti, dalam keadaan seperti ini al-wakalah tidak berfungsi lagi.

4. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil belum mengetahui, (pendapat Syafi’i dan Hambali).

6 Fatwa No.52/DSN-MUI/2006

(18)

5. Wakil memutuskan sendiri, menurut Mazdhab Hanafi tidak pelu orang yang mewakilkan mengetahui pemutusan dirinya atau tidak perlu kehadirannya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

6. Keluar orang yang mewakilkan dari status pemilikan.

Kedudukan dan ketentuan para pihak dalam akad wakalah bil ujrah:

1. Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana .

2. Peserta sebagai individu dalam produk saving bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa).

3. Peserta sebagai suatu benda/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa).

4. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas izin muwakil (peserta).

5. Akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi. 6. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari

hasil investasi, karena akad yang digunakan adalah akad wakalah.8

Dengan adanya akad wakalah kesulitan yang dihadapi akan terbantu. Akad wakalah bisa di laksanakan dengan atau tanpa upah. ketika

akad wakalah bil ujrah telah sempurna, maka akad tersebut bersifat

mengikat. Maka wakalah sering kali digunakan dalam asuransi lebih

(19)

tepatnya berinvestasi dan menyerahkan urusan untuk membayarkan bantuan kepada setiap peserta / nasabah yang ditimpa musibah.9 Selain itu juga dengan adanya akad wakalah kesulitan yang dihadapi akan terbantu.

9 Ibid, hlm. 39

Referensi

Dokumen terkait

tujuan pembelajaran [6]. Salah satu contoh dari media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantu pelaksanakan pembelajaran matematika adalah software

masalah dalam penelitian yaitu apakah penerapan Pendekatan Saintifik dapat meningkatkan hasil belajar IPA Materi Daur Hidup Hewan pada siswa kelas.. IV MI Ma’arif Gedangan

Hasil BNJ 5% minggu I penyimpanan buah tomat menunjukkan bahwa kontrol, pati aren dan pati sagu memiliki nilai total padatan terlarut paling rendah yaitu 5,30

Hasil uji validitas untuk variabel bebas (gaya kepemimpinan, pengembangan sumber daya manusia dan disiplin kerja) dan variabel terikat (kinerja pegawai) menunjukan bahwa

Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produk simpanan valas yang dilayani oleh bank rakyat indonesia yang diaplikasikan dalam bentuk tabungan britama valas

KPS dapat dilatihkan dengan cara siswa memperoleh pengalaman langsung selama proses pembelajaran (Widodo dkk, 2014). Pembelajaran berbasis pengalaman adalah pembelajaran

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 11 petugas di CSSD dapat disimpulkan bahwa petugas CSSD yang telah melakukan cuci tangan sesuai standar 6 langkah POS