• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar.ciri-ciri fisik tanaman sukun antara lain :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar.ciri-ciri fisik tanaman sukun antara lain :"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst)

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m, kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar.Ciri-ciri fisik tanaman sukun antara lain : semua bagian tanaman bergetah encer, daunnya lebar, bercanggap menjari, dan berbulu kasar, batangnya besar, agak lunak, dan bergetah banyak, cabangnya banyak, pertumbuhannya cenderung ke atas. Bunga sukun berkelamin tunggal (bunga betina dan bunga jantan terpisah), tetapi berumah satu. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting. Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada nangka (Dephut, 1998).

Kedudukan daun mendatar, melebar dan menghadap ke atas bunganya berumah satu, bunga jantan dan betina terdapat pada tongkol yang berbeda. Bunga jantan berbentuk kecil memanjang dan bunga betina berbentuk bulat sampai bulat panjang. Pada saat muda bunga berwarna hijau dan kekuningan pada saat tua. Umur bunga jantan dan betina relatif pendek, bunga jantan 25 hari dan bunga betina ± 90 hari, letaknya bunga jantan atau betina berada di atas pangkal daun. Buahnya berbentuk bulat sampai sedikit agak lonjong. Buah muda berkulit kasar dan berkulit halus pada saat tua serta berwarna hijau kekuningan. Beratnya dapat mencapai 4 kg/buah. Daging buah berwarna putih cenderung krem dan rasanya agak manis dan memiliki aroma spesifik, tidak berbiji sehingga perbanyakannya dengan cara stek dan sambung. Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik (Dephut, 1998).

(2)

Penyerbukan bunga pada tanaman sukun dibantu oleh angin, sedangkan serangga yang sering berkunjung kurang berperan dalam penyerbukan bunga. Pada buah sukun, walaupun terjadi penyerbukan, pembuahannya mengalami kegagalan sehingga buah yang terbentuk tidak berbiji. Pada sukun (Artocarpus communis Forst) kedua proses dapat berlangsung normal sehingga buah yang terbentuk berbiji normal dan kulit buah berduri lunak sekali oleh kaena itu buah sukun tidak berbiji (partenokarpi). Akar tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar samping dangkal. Akar samping dapat tumbuh tunas yang sering digunakan untuk bibit. Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu :

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Klas : Dicotyledonae Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis Forst., A. altilis (Parkinson) Fosberg Nama lain : Seedless bread fruit (Inggris)

Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun dan sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan (Dephut, 1998).

Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian membesar

(3)

bulat dan manjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk ke dalam tanah, ada pula yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah. Panjang akar dapat mencapai 6 meter. Warna kulit akar coklat kemerahan. Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar terpotong atau terluka akan memacu tumbuhnya pertunasan (Pitojo, 1999).

Pohon sukun bertajuk rimbun dengan percabangan melebar ke samping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit batangnya hijau kecoklatan (Dephut, 1998). Pohon sukun membentuk percabangan sejak ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Dahan pohon sukun yang dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).

Syarat tumbuh

Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah sekitar 6-7. Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah pada tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air (Pitojo, 1999).

Pedoman Budidaya

Tanaman sukun diperbanyak dengan stek akar atau cangkok. Akar samping pohon sukun ditarik ke atas, lalu dipotong sepanjang 20-30 cm, kemudian disemaikan untuk bibit. Akar tanaman sukun yang tampak di permukaan tanah sering tumbuh

(4)

tunas. Tunas ini dapat dipotong beserta akar induknya untuk dijadikan bibit. Bibit sukun yang telah mencapai tinggi kurang lebih 70 cm dapat ditanam di kebun. Ukuran lubang tanam 40 cm x 40 cm x 30 cm. Setiap lubang diberi 10 kg pupuk kandang yang telah matang. Sebaiknya bibit muda dilindungi dulu dengan daun kelapa atau daun lainnya untuk mencegah sengatan sinar matahari dan diberi air yang cukup bila musim kemarau (Pitojo, 1999).

Media Tanam Tumbuhan

Pembibitan atau persemaian merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih dari suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih dari suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan sistem periode waktu yang ditetapkan. Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki kesuburan yang memadai, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999).

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit

(5)

kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, maka harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya (Khaerudin, 1999).

Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangan akar tanaman yang ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian larutan nutrisi tersebut diserap oleh perakaran. Syarat yang digunakan untuk media taTanah yang merupakan tempat tumbuh suatu tanaman merupakan suatu sistem terpadu antara unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya misalnya mineral anorganik, mineral organik, organik tanah, udara, tanah dan air tanah. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi, tanaman mendapatkan suplai nutrisi (hara mineral) dari dalam tanah dan mineral-mineral tersebut diserap dalam bentuk yang spesifik. Untuk mengembalikan mineral-mineral tanah yang hilang, baik yang tercuci oleh hujan maupun yang terserap tanaman maka dilakukan pemupukan (Umboh 1997 dalam Sitepu 2007).

Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik, hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh

(6)

mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air

(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang

dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi (Bagus, 2007).

Bahan organik mempunyai sejumlah energi, sebagian besar dapat diubah menjadi bentuk yang laten atau dibebaskan sebagai panas. Jaringan tumbuhan yang sampai di tanah mempunyai nilai panas sebesar 4 hingga 5 kcal tiap gram bahan kering, misalnya penambahan 10 ton pupuk kandang yang mengandung 2,5 ton bahan kering merupakan penambahan 9-11 juta kcal energi laten. Tanah yang mengandung 4% bahan organik mempunyai 170-200 juta kcal energi potensial tiap Ha lapisan olah. Jumlah ini sama dengan 20-25 ton batu bara. Humus (bahan organik) bersifat sangat koloidal, tetapi berbeda dari liat silikat karena humus adalah amorf, selanjutnya luas permukaan dan sifat jerapannya jauh melebihi liat. Daya jerap liat berkisar 8-100 me tiap gram, sebaliknya humus mempunyai kapasitas tukar kation sebesar 150-300 me tiap 100 gram. Pada umumnya 1% humus dalam tanah mineral sama dengan 2 me kapasitas tukar tiap 100 gram. Dibandingkan dengan liat nilai tesebut sama dengan 0,1 hingga 1,0 me. Sehubungan dengan air terjerap, perbandingannya adalah serupa, humus akan menjerap dari lingkungan jenuh air sejumlah air ekuivalen dengan 80 hingga 90% dari bobotnya. Liat sebaliknya hanya dapat memperoleh 15 hingga 20 % (Soepardi, 1983)

(7)

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, sampah kota, dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Kandungan utama dengan kadar tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal untuk memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium (Lingga dan Marsono, 2007)

Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit (Isroi, 2008).

Tumpukan bahan-bahan mentah (serasah, sisa-sisa tanaman, sampah dapur, dll) menjadi kompos dikarenakan telah terjadi pelapukan, penguraian atau dengan perkataan lain telah terjadi perubahan-perubahan dari sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru (kompos). Menurut penelitian Syakhrul (2007), bahwa pemberian bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman jarak pagar. Hal ini disebabkan dengan adanya pemberian bahan organik tersebut secara langsung, bahan organik tersebut akan menjadi sumber energi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman meskipun dalam jumlah sedikit. Secara fisik bahan organik tersebut berperan dalam memperbaiki struktur tanah menjadi

(8)

remah sehingga akan lebih mudah ditembus perakaran tanaman, meningkatkan daya menahan air dan unsur hara dalam tanah tersedia bagi pertumbuhan tanaman (Engelsrad 1997 dalam Syakhrul 2007).

Alasan utama pemberian pupuk organik atau kompos sebenarnya lebih bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah daripada untuk menyediakan unsur hara. Meskipun kandungan unsur hara dalam kompos tergolong lengkap, tetapi jumlahnya sedikit. Berarti untuk memenuhi kebutuhan tanaman dibutuhkan kompos dalam jumlah cukup banyak. Kompos lebih berperan untuk menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan atau diserap tanaman. Selain itu kompos bisa menjaga sifat fisik tanah dan menjamin kehidupan mikroba tanah (Simamora dan Salunduk, 2006).

Bahan baku kompos sangat mudah diperoleh karena memanfaatkan sampah organik. Bahan bakunya bisa berupa dedaunan, jerami, serasah sisa panen, kotoran ternak dan sisa sayuran. Adanya aktivitas mikroorganisme dan terbentuknya asam organik pada proses dekomposisi menyebabkan daya larut unsur N, P, K dan Ca menjadi lebih tinggi sehingga berada dalam bentuk tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, kandungan unsur hara kompos lebih lengkap karena mengandung unsur hara makro, sekaligus unsur hara mikro. Keunggulan kompos antara lain :

- mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi sedikit - dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi subur - memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi

- beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap serangan penyakit

(9)

- memiliki residual effect yang positif, artinya pengaruh positif dari kompos terhadap tanaman yang ditanam pada musim berikutnya masih ada sehingga pertumbuhan dan produktivitasnya bagus

(Simamora dan Salunduk, 2006).

b. Pupuk Kandang

Bahan organik dan pupuk kandang adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah tumbuhan atau hewan atau produk sampingan seperti pupuk kandang ternak atau unggas, jerami padi yang dikompos atau residu tanaman lainnya, kotoran pada saluran air, bungkil, pupuk hijau, dan potongan leguminosa (Bawolye, 2006).

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra produk sayuran. Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman (Bawolye, 2006).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Pupuk kandang terdiri dari 2 jenis yaitu padat dan cair. Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri dan makanan masing-masing ternak pun berbeda-beda. Jenis makanan sangat menentukan

(10)

kadar hara. Jika makanan yang diberikan kaya hara, maka kotorannya pun akan kaya dengan zat hara. Usia ternak juga akan menentukan kadar hara. Ternak muda akan menghasilkan feses dan urine yang kadar haranya rendah, karena ternak muda memerlukan sangat banyak zat hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringan-jaringan tubuhnya (Lingga dan Marsono, 2007).

Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang murah dan mudah diperoleh. Macam-macam pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam dan lain-lain. Selain mengandung unsur hara, pupuk kandang juga membantu dalam penyimpanan air, terutama pada saat musim kemarau. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang sangat bergantung pada jenis ternak, jenis pakan, sifat kotoran, cara penyimpanan, pengolahan dan pemakaiannya. Hal ini seiring dengan pendapat Musnamar (2003) bahwa proses penguapan dan penyerapan dapat menyebabkan hilangnya unsur hara dalam pupuk kandang terutama unsur N sekitar 50 % dan unsur K 60 % hilang karena proses ini (Elfarisna et al., 2004).

c. Arang

Arang pada umumnya hanya dikenal sebagai bahan untuk pembakaran terutama untuk memasak dan juga untuk pembuatan briket arang dan juga arang aktif, padahal arang memiliki peranan yang baik dan penting dalam menyuburkan tanah. Gusmailina et al (2002) menyatakan bahwa arang yang berasal dari pengolahan kayu maupun dari kegiatan lainnya mampu menyuburkan tanah. Selain itu pemanfaatan arang dari hasil kegiatan pengolahan kayu tersebut mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu dan nilai tambah limbah kayu.

(11)

Arang merupakan hasil dari pembakaran dari bahan yang mengandung karbon yang berbentuk padat dan berpori. Arang dapat digunakan untuk memperbaiki tempat tumbuh suatu tanaman dan juga dapat berfungsi sebagai pembangun kesuburan tanah (soil conditioning). Hal ini dikarenakan arang memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. Selain itu, arang juga dapat berfungsi sebagai media untuk mengikat karbon di dalam tanah (Gusmailina et al., 2002).

Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang berasal dari industri pengolahan kayu untuk soil conditioning, merupakan salah satu alternatif pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologi, arang mempunyai pori-pori pada permukaanya. Pori ini sangat efektif mengikat dan menyimpan hara tanah yang berada di dalam dan di sekitarnya, oleh sebab itu aplikasi arang pada lahan-lahan miskin hara dapat membangun dan meningkatkan kesuburan tanah karena dapat meningkatkan beberapa fungsi, antara lain : sirkulasi udara dan tanah, pH tanah, merangsang pembentukan spora endomikoriza dan spora ektomikoriza sehingga dapat meningkatkan produkt ivitas lahan dan hutan tanaman. Unsur hara ini dapat dilepaskan secara perlahan sesuai dengan laju konsumsi yang dilakukan oleh tanaman (slow release). Selain itu arang juga memiliki sifat higroskopis sehingga hara yang terdapat di dalam tanah tidak mudah tercuci dan lahan akan berada dalam keadaan siap pakai (Gusmailina et al., 2002).

Bahan baku arang diambil dari kayu yang dikeringkan melalui proses pemanasan. Sifat arang yang ringan ini ketika diberikan ke tanah bisa mengikat air dan juga membuang racun. Penggunaan arang selain mampu menggemburkan tanah dan menyuburkan tanah, bagi pertanian juga otomatis dapat meminimalisir kerusakan tanah akibat bahan-bahan kimia dan menggantikan posisi pupuk buatan. Secara fisik

(12)

arang berpengaruh terhadap struktur dan tekstur tanah, oleh karena itu semakin banyak suplai arang ke dalam tanah maka akan mengurangi kepadatan tanah (bulk density). Penambahan arang ke dalam tanah mengakibatkan semakin banyak ruang pori yang terdapat di dalam tanah sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik, selain itu juga pemberian arang ini juga dapat menekan tingginya laju pencucian unsur hara di dalam tanah. Hal ini dimungkinkan karena secara morfologis arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Penambahan arang pada media pembibitan juga dapat meningkatkan : kelembapan, daya serap air, serta sirkulasi udara sehingga mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan akar halus bibit tanaman (Gusmailina et al., 2002)

d. Hydrogel

Hydrogel adalah merupakan super absorbent anionic polyacrylamide

polymers. Produk ini adalah crosslinked copolymers dari acrylamide dan potassium acrylate.

Gambar 1. Rantai polimer hydrogel

Hydrogel adalah penahan air-cairan yang dapat digunakan bersinergi dengan tanah atau media lain serta pupuk, menyerap dan menyimpan air dan nutrient dalam jumlah yang besar. Tidak seperti produk lain, hydrogel tidak larut dalam air tetapi dia hanya menyerap dan akan melepaskan air dan nutrient tersebut secara proporsional pada saat dibutuhkan oleh tanaman, dengan demikian tanaman akan selalu mempunyai persediaan air dan nutrient setiap saat karena hydrogel berfungsi

(13)

menyerap dan melepaskan (absorption–release cycles). Hydrogel mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dengan mengurangi kehilangan air dan nutrient melalui leaching dan evaporasi. Air dan nutrient tersimpan di sekeliling akar sehingga dapat mengoptimalkan penyerapan oleh tanaman. Hydrogel mampu menyerap air sebanyak 100 kali berat hydrogel itu sendiri. Hydrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh mikrobia sehingga produk ini sangat aman digunakan. Polimer ini sensitif terhadap sinar matahari langsung yang mana itu akan memutus rantai polimernya dan terurai menjadi beberapa oligomer. Hydrogel akan terurai secara alami di dalam tanah menjadi CO2, H2O dan komponen nitrogen. Harap dapat dimengerti bahwa, hydrogel

tidak dapat menggantikan air tetapi mengoptimalkannya melalui penggunaan yang lebih efisien (Irawan, 2007).

Nama hydrogel dasarnya terdiri atas dua istilah, yaitu hidro artinya media tanam alternatif pengganti tanah dan gell yang maksudnya adalah jeli. Hidrogel sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman (Rahardjo, 2007).

Selain tampak indah, butiran hydrogel yang lebih mirip kristal sering mengecoh siapa saja yang baru melihatnya. Bisa dibayangkan betapa indahnya jika ruangan Anda ada vas bening berisi tanaman yang tumbuh di dalam media hydrogel dengan warna-warna yang menawan seperti biru, hijau, merah, kuning, orange, putih dan sebagainya yang berkilauan. Keuntungan menggunakan hydrogel :

- memastikan ketersediaan air sepanjang tahun.

(14)

- mengurangi hilangnya air dan nutrient disebabkan oleh leaching dan evaporasi. - memperbaiki physical properties dari compact soils dengan membentuk

aerasi/ventilasi udara yang baik.

- meningkatkan pertumbuhan tanaman karena air dan nutrisi selalu tersedia di sekitar tanaman sehingga mengoptimalkan penyerapan oleh akar.

- mengurangi pencemaran lingkungan dari erosi dan pencemaran air tanah (Rahardjo, 2007)

Aplikasi hydrogel ada dua cara yaitu aplikasi kering dan aplikasi basah. - aplikasi kering (dry application)

Hydrogel ditabur merata pada tanah yang telah dipersiapkan untuk penanaman dengan kedalaman 10-30 cm. Metode ini menjamin keuntungan yang berjangka panjang. Setelah polimer menyerap air, struktur tanah akan semakin baik dan kemampuan tanah untuk menampung air (water retention capacity) akan naik. - aplikasi basah (pre-hidrated)

Hydrogel pertama-tama harus direndam dalam air sebanyak 100-200 kali berat polimer tersebut dan dibiarkan selama 1 jam sampai jenuh dan kemudian ditaburkan ke dalam tanah, kemudian ditutup dengan tanah agar polimer tidak rusak karena kontak langsung dengan sinar ultraviolet. Dosis yang dianjurkan adalah 5-20 kg/ha (Rahardjo, 2007).

Produk hidrogel akhir-akhir ini terkenal di Indonesia sebagai media pengganti tanah untuk tanaman dalam ruangan ataupun sebagai hiasan/dekorasi ruangan. Sebenarnya ada banyak sekali aplikasi untuk produk ini di lapangan seperti: pembibitan, perkebunan/HTI, reklamasi lahan bekas tambang, pertamanan, lapangan golf/sepak bola, tanaman palawija, transportasi bibit jarak jauh, campuran media tanam, pengganti media tanaman indoor dan dekorasi (Irawan, 2007).

(15)

e. Agar-agar

Agar-agar, agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa darkanten dan oleh orang

lengkong. Jenis rumput laut yang biasa diolah untuk keperluan ini

adalah Eucheuma spinosum

golongan Gracilaria dan Gelidium) juga dapat dipakai sebagai sumber agar-agar. Agar-agar sebenarnya adalah tinggi yang mengis merupakan suat dibentuk sebagai

Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat untuk menyangga tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam Agar-agar dapat juga digunakan secara luas di kemikalia dalam percobaan, media tumbuh unt biaka agar-agar (biasanya dikemas dalam bentuk bubuk) dikenal sebagai agar atau agarosa saja (Wikipedia, 2008).

(16)

Sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara 3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air dan oli yang tinggi ini memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air atau oli. Disamping itu dapat juga digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform) sebagai bahan pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini kemungkinan besar dapat terdekomposisi secara alami (Subiyanto et al., 2003).

Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa. Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, ada lagi untuk bahan jok mobil, untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco pot dan lain-lain. Penggunaan dan permintaan cocopot mengalami peningkatan pasar yang digunakan sebagai media tanam. Cocopot adalah tempat untuk tanaman yang dibuat dari serabut kelapa sama halnya dengan pot-pot tanaman lainnya tetapi kalau pot tanaman lainnya ada yang terbuat dari plastic, semen, tanah liat dan sebagainya. Cocopot ini sangat potensial bagi tempat tanaman yang ramah akan lingkungan (eco-friendly) (Mashuri, 2009).

(17)

g. Batang Pisang

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dan sebagainya. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang, namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis (Prihatman, 2000).

Gambar

Gambar 1. Rantai polimer hydrogel

Referensi

Dokumen terkait

Nur Maslahan M.Si Setiawan, SP., M.Sc Susi Noorsyamsiah Siti Rohmah Wawan Lukman Unang Mansur Yayat Hidayat Sarwanda.. Aziz 11 Teknologi Pasca Panen

Hal ini menunjukkan pada konsentrasi cemaran nikel 50 – 100 ppm nikel tersedia dalam tanah jumlah ion nikel tersedia dalam tanah lebih besar sehingga apabila ion tersebut

Odvzem oziroma zaseg prepovedanih drog, nedovoljenih snovi v športu in sredstev za njihovo izdelovanje ter prevoznih sredstev, uporabljenih za prevoz in hrambo prepovedanih drog

ABSTRAK - Wereng hijau ( Nephotettix virescens ) merupakan serangga vektor penyakit tungro pada tanaman padi. Spesies tersebut saat ini mendominasi populasi spesies

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam basah

Judul : PEMBUATAN KERUPUK MPF (MULTI PURPOSE FOOD) DARI CAMPURAN UBI KAYU, WORTEL DAN ISOLAT PROTEIN DARI LIMBAH PADAT PABRIK KECAP DENGAN CaSO 4.. Kategori

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan adat perkawinan masyarakat Melayu di desa Teluk Mega Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir,

Analisis regresi linear merupakan model statistika yang digunakan untuk menganalisis hubungan linier antara satu variabel atau lebih variabel bebas ( dengan