• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAPAN DAN MEKANISME PEMBAHASAN RUU TENT ANG PERBANKAN SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TAHAPAN DAN MEKANISME PEMBAHASAN RUU TENT ANG PERBANKAN SYARIAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RUU TENT ANG PERBANKAN SYARIAH

I.

TAHAPAN

Untuk menunjang efektifitas dan kesinambungan pembahasan RUU tentang Perbankan Syariah akan dilakukan pembahasan dengan Tahapan sebagai berikut :

1.

Rapat Ker ja Komisi XI DPR RI dengan Wakil Pemerintah dalam hal ini sesuai

Supres Nomor R.08/Pres/2/2007 tanggal 5 Pebruari 2007, Yaitu Menteri keuangan, Menteri Agama dan Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia dengan aeara:

• Mendengarkan keterangan DPR RI tentang RUU Perbankan Syariah

• Mendengarkan Tanggapan Pemerintah Atas keterangan DPR RI tentang RUU Perbankan Syariah

2. Rapat Ker ja Komisi XI dengan wakil pemerintah dengan aeara ;

- Tanggapan Komisi terhadap pendapat/pandangan Pemerintah (meminta pendapat Itanggapan fraksi-fraksi)

- Penyerahan DIM oleh wakil pemerintah kepada DPR

- melakukan pembahasan penyisiran terhadap DIM (Panja, timus dan timsin) - Jika rapat-rapat ker ja dionggap eukup maka komisi bisa membentuk Panja

untuk mengefektifkan pembahasan DIM, sekaligus pemilihan ketua Panja dan anggoto Panja. (jumlah Panja separuh jumlah Komisi)

3. Rapat-Rapat PANJ A membahas DIM yang diputuskan untuk dibahas dalam Panja.

4. Setelah Rapat-rapat Panja selesai, dibentuk Timus/Timsin (jumlah separuh dari jumlah Panja). !"O

5. Rapat-Rapat Timus/Timsin untuk membahas DIM yang diputuskan untuk dibahas dalam timus/Timsin, jika ada subtansi yang tidak bisa diputuskan dalam Timus dan Timsin, maka substansi tersebut dikembalikan ke panja untuk

(2)

t

»

dibahas dan diputuskan kembali.

6. Timus dan Timsin melaporkan nasH pembanasannya kepada Panja

7. Rapat Kerja komisi dengan pemerintah dengan acara laporan nasil pembahasan Panja, Timus dan Timsin serta pengambilan keputusan.

8. Penyampaian hasil keputusan komisi tentang pembahasan RUU tentang Perbankan Syariah di komisi XI kepada Pimpinan DPR RI sekaligus untuk dijadwalkan dalam Rapat Bamus terdekat

9. Rapat Bamus tentang Laporan komisi XI tentang pembahasan RUU tentang

Perbankan Syariah

10. Rapat Paripurna pengambilan keputusan tentang Undang-undang perbankan Syariah.

11. Penyampaian UU tentang Perbankan Syariah kepada Presiden

II. MEKANISME PEMBAHASAN

A.UMUM

1. Mekanisme pembahasan ini berfungsi sebagaimana pedoman umum dalam pembahasan materi muatan rancangan undang-undang dan bersifat fleksibel.

2. Pembahasan dilaksanakan secara langsung terhadap mater; muatan dengan acuan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dari Pemerintah dalam suatu daftar/DIM Persandingan dengan ketentuan :

Penjelasan/keterangan Komisi at as rumusan RUU

Pendapat/pandangan pemerintah terhadap RUU (sesuai DIM)

b. Tanggapan Komisi terhadap pendapat Ipandangan pemerintah (meminta pendapat Itanggapan fraksi-fraksi). Apabila belum tercapai kesepakatan dapatdiputar 2 kali termasuk dengan pemerintah.

a. Selama pembanasan dalam Rapat Kornisi dan Panitia Ker ja dapat

ditempuh upaya forum lobi.

h. Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) berisi butir-butir seperti apa yang tercantum di dalam RUU sebagai banan awal, dan pengantar pemerintah merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

(3)

c. Usulan baru yang diajukan oleh Pemerintah/Fraksi dapat dibicarakan dalam forum pembahasan sepanjang materi baru tersebut mempunyai relevansi dengan materi yang dibahas serta memperoleh persetujuan Fraksi-Fraksi dan Pemerintah.

d. Apabila dipandang perlu, pembahasan materi RUU tentang Perbankan Syariah dapat dilakukan melalui lobby secara ber jenjang sesuai dengan substansi, bobot, lingkup, dan kompleksitas materi bahasan, yaitu : - Lobby antara Anggota Komisi dari unsur Fraksi dengan Pimpinan

Komisi dan Pemerintah;

- Lobby antara Ketua-Ketua Fraksi dan Pimpinan komisi dengan Pemerintah.

B. JENIS RAPAT -RAPAT DALAM PEMBAHASAN 1. RAPAT KERJ A

a. Rapat Ker ja Komisi adalah pembahasan substansi materi DIM yang berkaitan dengan kebijakan strategis.

b. Rapat Kerja Komisi dihadiri langsung oleh Menteri Keuangan, Menteri Agama dan menteri Hukum Dan HAM sebagai Wakil Pemerintah baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama (sesuai Surpres).

c. DIM persandingan disahkan dalam Rapot Ker ja dan menjadi aeuan dalam pembahasan

Pada dasarnya pembahasan materi DIM dilakukan pada rapat terbuka dalam 1 (satu) putaran, dimana bila belum ter jadi kesepakatan lanjutan 2 (dua) putaran atau maksimum 3 (tiga) putaran. Apabila 3 (tiga) putaran belum tercapai kesepakatan maka dilakukan lobby.

d. Materi yang bersifat substansial dan belum ada kesepakatan, terlebih dahulu dibicarakan ditingkat lobby (sebagaimana pad a angka I butir 7), baru kemudian diteruskan ke Panitia Ker ja (Panja).

e. Materi datam Konsideran dan Penjelasan Umum, setelah dibahas di Rapat Kerja, diserahkan kepada Tim Kecil pad a Rapat Panja.

(4)

4

Materi yang bersifat redaksional, longsung diserahkan ke Tim Perumus (Timus)/Tim Sinkronisasi (Timsin).

f. DIM yang kosong dari pemerintah, dapat dianggap menyetujui dan tetap sesuai RUU yang diajukan. Namun jiko suatu materi diajukan oleh suatu fraksi, maka fraksi lain dapat menanggapi sesuai relevansinya. Pendalaman dapat berkembang sesuai dengan dinamika dalam pembahasan.

g. Materi yang dinyatakan tetap sesuai RUU oleh pemerintah dapat dibicarakan lagi demi untuk konsistensi dan jika tetap langsung dapot diputuskan.

h. Usul-usul perubahan/penyempurnaan baru di luar DIM Persandingan hanya dapat dipertimbangkan, apabila disepakati oleh pemerintah.

i. Pendapat dan saran penyempurnaan yang berasal dari pembahasan DIM pemerintah, yang sepenuhnya bersifat redaksional dari sudut bahasa, setelah 1 (satu) putaran, dua putaran atau maksimum tigQ putaran, diteruskan ke Timus/Timsin.

j. Pada dasarnya Rapat Ker ja Komisi DPR RI dalam rangka pembahasan RUU adalah terbuka.

2. RAPAT PANITIA KERJA (PANJA)

a. Panja dibentuk oleh Rapat Ker ja Komisi DPR RI dan dipimpin oleh seorang unsur Pimpinan Komisi DPR RI yang disepakati.

b. Rapat Panja membahas secara mendalam dan cermat materi-materi DIM yang ditugaskan oleh Rapat Ker ja Pansus DPR RI untuk diselesaikan, termasuk Penjelasan pasal. Materi yang sudah mendapatkan kesepakatan di tingkat Panja diserahkan kepada Timus/Timsin.

c. Pada dasarnya Rapat Panja adalah tertutup {Pasal 95

ayat

(2) Tata Tertib}.

d. Hasil Panja dilaporkan dalam Rapat Kerja Komisi DPR RI.

e. Keanggotaan Panja ber jumlah sebanyak-banyaknya separuh dari jumlah anggota Pansus.

(5)

Menteri agama dan Menteri Hukum dan HAM atau Pejabat Eselon I atau pejabat setara yang ditunjuk oleh Menteri-menteri yang bersangkutan.

3. RAPAT TIM KECIL (Jika: diperlukan)

a. Tim Keeil dibentuk oleh Panja Perbankan Syariah Komisi XI DPR RI. b. Membahas dan merumuskan Konsideran dan Penjelasan Umum.

c. Hasil kerja Tim Kecil dilaporkan ke Rapat Komisi DPR R

d. Anggota Tim Keeil yaitu sebanyak-banyaknya setengah dari jumlah anggota Panja dan beberapa orang dari Pemerintah, termasuk salah satu unsur Pimpinan Komisi DPR RI.

e. Wakil Pemerintah dalam Rapat-rapat Tim Keeil adalah Pejabat Eselon I yang ditunjuk oleh Menteri yang bersangkutan.

4. RAPAT TIM PERUMUS/SINKRONISASI

a. Tim Perumus/Tim Sinkronisasi dibentuk oleh Panja Perbankan Syariah Komisi XI DPR RI.

b. Merumuskan redaksional materi-materi yang ditugaskan oleh Komisi atau Panja, dengan berpegang pada kaidah-kaidah dan peristilahan hukum yang lazim dipergunakan dalam perumusan Undang-Undang, serta penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk itu dimintakan bantuan ahli Bahasa Indonesia dan legal drafter.

c. Tidak membahas substansi yang sudah diputuskan dalam Rapat Kerja Komisi dan Rapat Panja.

d. Mensinkronkan keterkaitan antara Pasal dan Ayat dengan Penjelasan.

e. Hasil Ker ja Tim Perumus/Tim Sinkronisasi dilaporkan ke Rapat Komisi. f. Anggota Tim Perumus atau Tim Sinkronisasi sebanyak-banyaknya

ber jumlah setengah dari Anggota Panja dan beberapa orang dari Pemerintah, termasuk salah satu unsur Pimpinan Komisi.

(6)

o

g. Wakil Pemerintah. dalam Rapat-rapat Tim Perumus/Sinkronisasi adalah Pejabat Eselon I atau pejabat setara yang ditunjuk oleh Menteri terkait.

c.

WAKTU RAPAT

1.

Rapat-rapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang diatur oleh Peraturan tata tertib DPR RI, atau

2. dengan alternatif sebagai berikut :

RAPAT KERJA/PANJA/TIMMUS/TIMSIN dilaksanakan pada :

a. Rabu :

19.30- 23.30

WIB b. Kamis

D. LAIN-LAIN

: 19.30- 23.30

WIB (sepanjang belum dipergunakan untuk pembahasan RUU Keuangan Negara)

1. Anggota yang tidak hadir dianggap menyetujui keputusan yang diambil di dalam Rapat Pleno/PANJA dan TIMMUS sertaTIMSIN

2. Pada Akhir setiap rapat-rapat tidak dinyatakan ditutup, tetapi dinyatakan diskors dan dilanjutkan pad a hari yang disepakati (kecuali apabila rapat melebihi 2 X 24 jam)

3. Rapat Kerja Komisi , Rapat Panja, Rapat Timus/Timcil, dan Rapat Timsin dibantu oleh Tim Ahli, yang terdiri dari ahli bahasa, ahli perundang-undangan, dan legal drafter.

4. Jumlah yang mewakili Pemerintah yang hadir dalam Rapat Panja, Rapat Timus, Rapat Timcil, dan Rapat Timsin diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Jakarta,

Maret 2007

(7)

MENTERI KEUANGAN RI,

SRI MULYANI INDRAWATI

,-MENTERI AGAMA RI,

MUHMMAMAD MACHFUD BASYUNI

RUU

TENT ANG PERBANKAN SYARIAH

K

e

t U Q,

IRe AWAL KUSUMAH.M.Si

MENTER! HUKUM

DAN HAK

ASASI

MANUSIA RI,

(8)

0

KOMPOSISI ANGGOTA PANJA

Pimpinan

5 orang

1. PG

4 orang

2.

PDIP

3 orang

3.

PD

2 orang

4.

PPP

2 orang

5.

PAN

2 orang

6.

PKB

2 orang

7.

PKS

2 orang

8.

BPD

1

orang

9.

PBR

1

orang

10. PDS

1

orang

Jumlah

30

orang

I r

~

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu upaya yang dilakukan yaitu melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan pengembangan model kelembagaan pengelolaan DAS serta dalam rangka peningkatan daya

Apabila dilihat dari hasil khi- kuadratnya, keenam faktor risiko tersebut juga memang menunjukkan hasil bahwa belum ada cukup bukti yang signifikan untuk menunjuk- kan

berprestasi melalui kegiatan pengembangan diri. Kegiatan pembinaan peserta didik menjadi tanggung jawab semua tenaga kependidikan terutama guru, karena guru merupakan sosok

Pendekatan metode koreksi pasang ini dapat diterangkan berdasarkan asumsi bahwa pada tahapan deliniasi data citra akan diperoleh posisi batas darat-air yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)pengaruh model pembelajaran Mind Mapping terhadap pemahaman konsep siswa (2) pengaruh model pembelajaran Contextual

Yaitu stasiun yang melayani penumpang dengan asal dan tujuan daerah di luar propinsi , sehingga pada stasiun seperti ini akan disinggahi oleh kereta api cepat, karena

Dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan 21 jenis anggrek termasuk ke dalam 16 marga, dimana termasuk 16 jenis anggrek epifit dan 5 jenis anggrek teresterial

Objektif kajian ini adalah untuk: (1) Menganalisis tahap pengetahuan, persepsi dan tingkah laku para pelajar sekolah peringkat remaja pertengahan terhadap isu HIV/AIDS sebelum