SINKRONISASI
PEMBANGUNAN
NASIONAL,
PEMBANGUNAN
REGIONAL,
DAERAH,
SERTA
PROGRAM-PROGRAM KHUSUS
O l e h :
Dr. Diunaedi Hadisumarto
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Arahan dlsampaikan pada Rapat Kerja Gubernur se.lndonesia Jakarta, l4 -15 Februari 2000
Yang
terhormat
Bapak
Menteri
Yang
terhormat
Saudara
Gubernur
Kepala
Daerah
Propinsi
Yang
terhormat
Para
Peserta
Rapat
Kerja
Gubernur
Seluruh
Indonesia
Kita menyadari bahwa dinamika sosial politik yang terjadi dewasa ini telah membawa pengaruh yang signifikan bagi pembangunan nasional yang tengah berjalan. Pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang dilaksanakan selama ini ternyata lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Karena itu, dengan berlangsungnya reformasi di bidang sosial politik dan ekonomi telah memunculkan berbagai aspirasi dan tuntutan masyarakat di berbagai daerah terhadap ketidakpuasan pembangunan, khususnya dalam hal hubungan pusat - daerah yang tidak seimbang dan adil. Kondisi ini semakin parah mengingat latar belakang sosial bangr;a yang majemuk, otonomi daerah yang belum tenruujud, maupun tantangan politik internasional yang dapat mendorong terjadinya disintegrasi bangsa.
GBHN lggg secara khusus telah mengamanatkan bahwa otonomi daerah dilaksanakan secara luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Selain itu, perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara adil dengan mengutamakan kepentingan daerah yang lebih luas melalui desentralisasi perijinan dan investasi serta pengelolaan sumber daya secara konsisten terus diperjuangkan untuk diwujudkan. Hal ini semakin penting dan mendesak mengingat aspirasi sebagian masyarakat di beberapa daerah menuntut otonomi daerah yang seluasJuasnya, bahkan diusulkan pula format negara federasi sebagai solusi alternatif dari ketidakseimbangan hubungan antara pusat dan daerah.
Karena itu, tantangan dan permasalahan yang muncul seiring dengan perwujudan otonomi daerah adalah perimbangan peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjalankan tugas pokok pemerintahan' Daerah kabupaten/kota akan semakin besar memperoleh alokasi dana pembangunan, sehingga tuntutan penguatan kapasitas seluruh aparatur pemerintahan di daerah kabupaten/kota dan penyiap"n masyarakat semakin penting. Pemberian wewenang kepada pemerintah daerah kabupaten/kota perlu memperhatikan
unsur-unsur penting seperti ; (1) kemantapan kelembagaan, (2) ketersediaan sumber daya manusia yang memadai, khususnya aparatur pemerintah daerah dan masyarakat, (3) potensi ekonomi daerah untuk menggali sumber pendapatannya sendiri, dan (4) kemampuan pengelolaan keuangan daerah yang dipadukan dengan kebijaksanaan investasi dan pembangunan daerah secara
keseluruhan.
Koordinasi dan Keterpaduan : suatu Agenda Pembangunan
Hadirin yang terhormat,
Persoalan lain yang mendapat soroton publik dalam pembangunan nasional kita adalah tidak serasinya antara pembangunan sektoral dan
I I
I
l
pembangunan regional. lsu sinkronisasi menjadi isu sentral dalam pelaksanaan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian. Upaya sinkronisasi yang telah dikembangkan selama ini adalah menggunakan mekanisme perencanaan yang mengkombinasikan antara pendekata n top down sektoral departemental dengan pendekatan bottom up daerah dan kewilayahan. Mekanisme ini yang kita kenal dalam suatu Pedoman penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah (PsD).
pada umumnya mekanisme ini telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap keberhasilan pembangunan yang telah kita capai selama ini. Namun di sisi lain, disadari pula bahwa pada beberapa aspek terkesan masih dominannya pendekatan sektoral departemental, yang mewarnai pelaksanaan pembangunan selama ini. Masyarakat umum menilai ego-sektoral sangat mengedepan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah' sehingga seringkali tidak memperhatikan kondisi obyektif daerah dan karakteristik lokal.. Akibat adanya . keseragaman strategi dan kebijakan pembangunan membuat aspirasi lokal seringkali tengeser dari rancang bangun pelaksanaan pembangunan daerah. Melihat kondisi seperti itu, maka dalam era reformasi ini semakin penting peran daerah propinsi maupun kabupaten/kota dalam pembangunan nasional.
Untuk itu, langkah utama yang perlu direorientasi dan reevaluasi adalah menyangkut koordinasi dan keterpaduan pembangunan, mulai dari : Pertama, perumusan strategi dan kebijaksanaan, perencanaan program pembangunan' dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang serasi antara sektoral dan regional.
Kedua, untuk mencapai keserasian ini dibutuhkan format dan mekanisme yang disepakati oleh semua pihak (Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Propinsi, dan pemerintah Kabupaten/Kota). Mekanisme perencanaan pembangunan daerah mulai dari Musbangdes, UDKP, Rakorbang Tingkat ll, Rakorbang Tingkat l, hingga Konasbang sudah saatnya ditinjau kembali baik dalam hal
indikator
untuk kebutuhan
pengukuran
hasil, evaluasi
dan pelaporan
yang
berguna
bagi
pengendalian
program
pembangunan
sektoral
dan regional.
Dengan semakin besarnya kewenangan pemerintah daerah dalam hal perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian progfam dan proyek
pembangunan, maka koordinasi dan keterpaduan yang kukuh akan mendorong pelaksanaan kegiatan pembangunan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota secara serasi, terpadu dan serentak sesuai dengan permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Keserasian berarti bahwa pelaksanaan pembangunan harus meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat daerah dan wilayah yang lebih luas. Keterpaduan berarti adanya pertalian erat antar dinas-dinas pemerintah daerah dengan Kantor-Kantor Wilayah (Kanwil) dan keterkaitan antara rencana pembangunan wilayah desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional.
Upaya Menuju Keterpaduan Pembangunan
Hadirin yang terhormat,
Untuk kedepan, upaya keterpaduan perlu ditempuh pada hal-hal sebagai berikut:
1. Keterpaduan strategi, kebijaksanaan, dan program pembangunan. Hal ini berarti kita perlu untuk menjadikan GBHN 1999 sebagai acuan dasar dari perencanaan pembangunan nasional dan daerah. GBHN mengamanatkan agar dirumuskan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) lima tahun yang memuat uraian kebijakan secara rinci dan terukur yang ditetapkan oleh Presiden bersama DPR. Kemudian Program Pembangunan'Nasionat (PROPENAS) harus dirinci lagi ke dalam Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) yang memuat Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang juga ditetapkan oleh Presiden bersama DPR. Saat ini PROPENAS tersebut belum tersusun secara defenitif,
BAPPENAS
sedang
mempersiapkan
secara
intensif.
Sebagai
langkah
lebih
lanjut, Daerah perlu menyusun
juga Program
pembangunan
Daerah
(PROPEDA) beserta Rencana Pembangunan
Tahunan Daerah
(REPETADA). Dalam penyusunannya, PROPENAS merupakan acuan bagi perumusan visi, misi, strategi, dan program pembangunan daerah. Tentunya UU No. 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah, serta UU No. 24Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu dijadikan acuan bagi format perencanaan pengembangan daerah dan masyarakat.Dalam penyusunannya, PROPENAS merupakan acuan bagi perumusan visi, misi, kebijakan dan program pembangunan, dalam bidang-bidang : (i) Mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa serta
meningkatkan kehidupan demokrasi : aspek Politik dan Hankam
(ii) Mewujudkan pemerintahan yang baik (aspek Hukum dan Aparatur Negara);
(iii) Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Memperkuat Ketahanan Ekonomi (aspek Ekonomi dan sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup;
(iv) Membangun kesejahteraan sosial dan ketahanan budaya (aspek Agama, Sosial Budaya, dan Pendidikan);
(v) Memberdayakan masyarakat dan daerah (aspek pembangunan Daerah)
Keterpaduan Mekanisme Perencanaan Pembangunan Hal ini berarti bahwa untuk mencapai keterpaduan pembangunan diperlukan wadah atau forum koordinasi untuk memaduserasikan perencanaan pembangunan yang telah disusun oleh berbagai jenjang dan lini pemerintahan, baik antar daerah, antar sektor, maupun koordinasi antar sektor dan daerah. Selama ini kita menyelenggarakan suatu mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang bersifat hirarkis, yang dimulai dari Musyawarah pembangunan
3.
Desa (Musbangdes),
Forum unit Diskusi
Kerja pembangunan
(uDKp),
Rapat Koordinasi
pembangunan
Tingkat
il (Rakorbang
Tingkat
il), Rapat
Koordinasi
pembangunan
Tingkat
r (Rakorbang
Tingkat
r), dan bermuara
pada suatu Konsurtasi Nasionar pembangunan (Konasbang).Forum seperti ini terah kita laksanakan secara rutin setiap tahunnya. Namun demikian, nuansa yang mewarnainya setaru
berubah, mengikuti dinamika perkembangan dan situasi yang ada. Nuansa yang akan mewarnai Forum Konsultasi Pembangunan dewasa
ini adalah reformasi di segala bidang yang menyangkut paradigma pembangunan yang akhirnya mengharuskan kita untuk melakukan reorientasi proses perencanaannya pula. seluruh perubahan tersebut akan kita arahkan menuju kaidah perencanaan pembangunan yang lebih demokratis, desentra/isfis, partisipatif, terbuka dan bertanggunggugat (accountabte)
daram suasana kemitraan dan konsultatif yang setara, tidak hierarkis
tetapi sinergis karena saling mendukung. Wadah sinkronisasi perencanaan
ini k1a akan kenalkan dalam suatu Forum Konsurtasi perencanaan pembangunan (FKpp).
Keterpaduan pelaksanaan pembangunan. penyusunan
REpETA dan REPETADA perru dipadukan daram perencanaan, peraksanaan dan pengendalian serta evaluasi dengan berbagai program/proyek pembangunan baik yang diraksanakan oreh pemerintah
pusat maupun daerah' Keterpaduan diarahkan agar tercapai keserasian,
keselarasan dan keharmonisan baik dilihat dari segi wilayah, penggunaan
waktu maupun pencapaian sasaran. Karena itu, setiap program
dan proyek perlu disusun indikator kinerja yang dapat digunakan daram evaruasi dan pengendaliannya. penyempurnaan
perlu dilakukan datam hal proses pengelolaan dana pembangunan murai
dari tahap : (1) pengarokasikan dana pembangunan harus tepat sasaran, mengena
pada kelompok sasaran yang paling memerlukan, (2) kelancaran dan kecepatan
dalam penyaluran dana, sarana, dan prasarana sehingga dana pembangunan dapat
dipergunakan
sepenuhnya
oleh
kelompok
sasaran,
(3) bagaimana
kesiapan
masyarakat
dalam menerima
dan mendayagunakan
dana, sarana,
dan
prasarana'
(4) bagaimana
kapasitas
aparatur
pelaksana
dan masyarakat
dalam menciptakan keberlanjutan program secara mandiri, (S) kelengkapan
pencatatan sebagai dasar pengendalian dan penyusunan
dasar yang lengkap dan operasional sehingga berguna bagi evaluasi dan penyempurnaan program yang akan datang.
Hadirin, Para Peserta Rapat Kerja Gubernur,
Khusus dalam Tahun Anggaran 2000, kita telah berupaya untuk menguatkan peranan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan nasional. Satu hal yang perlu dipertimbangkan bahwa;
Pertama, Tahun Anggaran 2000 adalah masa transisi tahun fiskal yang hanya berlangsung selama g bulan. Karena itu, tahapan-tahapan perencanaan dan pengelolaan dana pembangunan Dlp, Dana propinsi, dan Dana Pembangunan Kabupaten/Kota akan dipercepat.
Kedua, pengalokasikan dana pembangunan daerah yang semakin besar ke daerah menandakan telah terjadinya desentralisasi fiskal. Dalam RApBN Tahun 2000 porsi alokasi anggaran pembangunan yang dikelola daerah akan meningkat dari 50,8 persen terhadap total pembiayaan rupiah pada TA 1999/2000 menjadi 64,8 persen dari RApBN Tahun 2000 ( TA 1999/2000 (9 bulan) 12,1 triliun naik 15,1 triliun untuk 9 bulan dalam TA 2000). Untuk itu, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan dan mengoptimalkan perencanaan pembangunan sehingga dana tersebut dapat dimanfaatkan
secara benar dan tepat mengena kelompok sasaran dan kebutuhan masyarakat setempat.
Ketiga, secara bertahap sejak rA lggg/2000 dana pembangunan Dlp dialihkan ke dalam bantuan spesifik (spesific grant), kemudian dari bantuan bersifat spesifik dialihkan ke dalam bantuan blok spesifik (spesrfrc block grant), dan pada dewasa ini dari bantuan bersifat blok spesifik ke dalam blok (btock grant). Dengan pengalihan dana pembangunan ini, Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan dana sesuai kebutuhan obyektif daerah dan prioritas daerah, tanpa dibatasi program-program pembangunan daerah yang dibiayai oleh
instansi sektoral. Sebagaimana TA yang berjalan, kegiatan penyusunan Dlp dilaksanakan di daerah oleh Bappeda dan Kanwil Ditjen Anggaran, dan bahkan revisi DIP cukup dilakukan setempat.
Keempat, dalam dua tahun terakhir ini kita telah mengupayakan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang ditujukan bagi penyelamatan mereka yang terkena dampak krisis sosial ekonomi. Untuk menjamin agar Program JPS lebih mencapai sasarannya maka diupayakan berbagai penyempurnaan dari sisi penyelamatan program, yang meliputi antara lain : (i) peningkatan penyebarluasan informasi, (ii) penetapan mekanisme penanganan pengaduan masyarakat, (iii) sistem pelaporan secara reguler yang didasarkan pada pencapaian target kinerja, (iv) verifikasi independen atas laporan pelaksanaan program, serta (v) peningkatan keterlibatan berbagai komponen masyarakat.
Kelima, Dana Alokasi Umum (DAU) secara bertahap akan diperbesar porsi alokasi anggarannya. Sehingga diharapkan daerah dapat leluasa memanfaatkan dana tersebut bagi pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat. Demikian pula, Pusat hanya membuat Pedoman Umum sebagai acuan pelaksanaan program pembangunan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Pedoman Umum ini bersifat fleksibel, sehingga kondisi daerah dan karakteristik lokal dapat diakomodasi dalam perencanaan pembangunan daerah.
Keenam, untuk mensinkronisasi proyek-proyek pembangunan sektoral dan daerah, maka pembahasan Daftar lsian Proyek (Dlp) telah didaerahkan. Hal ini diharapkan agar sasaran program sektoral sesuai dengan rancang bangun perencanaan daerah dan kebutuhan masyarakat setempat.
Hadirin yang terhormat, .
Demikian beberapa pokok pikiran yang dapat saya sampaikan untuk forum ini' Mudahan-mudahan dapat dijadikan bahan pemikiran dalam diskusi berikutnya. Akhir kata, melalui forum Rapat Kerja Gubernur ini kita dituntut
untuk mencurahkan segenap kemampuan, pengalaman, dan komitmen kita untuk merumuskan langkah-langkah antisipatif menyongsong era desentralisasi dengan program pembangunan yang reatistis, demokratis, adil, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, serta konsisten dengan amanat GBHN.
*** r l t l i i l l I i l I