• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Proyek Taman Menteng Square, Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. Proyek Taman Menteng Square, Jakarta Pusat"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proyek Taman Menteng Square, Jakarta Pusat

Pengembang

Proyek Menteng Square ini dikembangkan oleh PT. Bahama Development yang merupakan holding company dengan memfokuskan diri pada industri properti. Seiring dengan pertumbuhan bisnis properti yang begitu pesat, dalam kurun waktu beberapa tahun ini Bahama Group telah mengembangkan perusahaannya dengan membangun anak perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, pengelolaan properti, integrated marketing service, hotel operator dan investasi. Dengan lahirnya beberapa anak perusahaan tersebut, perusahaan yang berdiri pada Mei 2007 ini semakin mengokohkan diri dalam dunia properti Indonesia. Pada akhir 2010, Bahama Group telah membangun 4000 unit apartemen yang telah dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Proyek properti Bahama Group yang telah dibangun dan beroperasi dengan baik, antara lain Menara Cawang, Menara Kebon Jeruk, Menara Latumenten, Botani Square Bogor, dan lain lain. Saat ini pekerjaan yang sedang dalam proses pembangunan yaitu proyek apartemen Menteng Square, Jakarta Pusat.

Deskripsi Proyek

Pada saat kegiatan magang berlangsung, proyek desain taman Menteng Square berada pada tahap awal yaitu tahap persiapan dan status proyek adalah sedang dalam tahap pembangunan gedung. Proyek desain taman Menteng Square ini merupakan pekerjaan desain taman pada sebuah gedung apartemen.

Rencana pembangunan Menteng Square adalah sebuah integrated commercial complex yang terdiri dari tiga tower berisi food arcade, office park, medical center, hotel dan apartemen. Ketiga tower ini didominasi oleh hunian apartemen yang mencapai 1.600 unit. Setiap tower dihubungkan oleh sky bridge untuk mempermudah akses penghuni dari tower yang satu ke tower yang lainnya. Rencana area rekreasi yang akan dikembangkan meliputi dua buah area kolam

(2)

renang, jogging track, roof garden, shopping arcade, office area, outdoor gym dan lain sebagainya.

Proyek Menteng Square memiliki lahan seluas 1,6 ha yang berlokasi di Jalan Matraman no 30 E Jakarta Pusat. Peta orientasi proyek dapat dilihat pada Gambar 37 dan batas batas-batas dari tapak dapat dilihat pada Gambar 38.

Gambar 37 Peta orientasi proyek

(Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Gambar 38 Batas-batas tapak

(3)

Proyek ini memiliki rencana periode pengerjaan dari bulan April 2011 hingga akhir tahun 2011 dan serah terima akan dilakukan pada tahun 2012. Secara keseluruhan pengerjaan proyek Menteng Square dikerjakan dalam bentuk tim yang terdiri dari berbagai profesi yang dipimpin oleh seorang project manager sebagai pimpinan proyek secara keseluruhan sedangkan divisi perancangan pada proyek ini dipimpin oleh seorang arsitek. Profesi lain yang terlibat adalah arsitekur lanskap, teknik sipil dan mechanical and electrical engineering.

Tujuan Perancangan

Menurut Simonds (2006), dalam suatu perancangan arsitektural, arsitek lanskap dan teknik harus memiliki pemahaman yang jelas atas apa yang telah dirancang dan akan dirancang serta tujuan yang jelas. Hal tersebut dapat mempengaruhi keberlanjutan suatu desain. Tujuan dari proyek Menteng Square adalah untuk mengakomodasi wilayah hunian di Jakarta Pusat. Dengan keterbatasan lahan dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, PT.Bahama Development mencoba memberikan solusi dalam bentuk kawasan hunian yang bukan saja memanfaatkan ruang secara horizontal, namun juga secara vertikal sebagai kawasan hunian modern.

Tujuan dari perancangan taman Menteng Square itu sendiri adalah menyediakan ruang terbuka yang berkualitas dan menciptakan integrasi antara bangunan dengan nuansa alami. Dengan keterbatasan lahan yang ada pada bangunan, perusahaan ESCI mencoba memberikan solusi sebuah ruang terbuka berupa taman yang memanfaatkan ruang secara horizontal maupun vertikal. Pemanfaatan ruang secara horizontal dapat berupa taman sedangkan pemanfaatan ruang secara horizontal dapat berupa taman vertikal (vertical garden/vertical greenery).

Proses Perancangan Taman Menteng Square Jakarta

Tahapan kegiatan yang dikerjakan pada proyek perancangan taman Menteng Square melalui tahapan perancangan yang digunakan oleh perusahaan ESCI.

(4)

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal suatu proyek, dilakukan berbagai persiapan yang berhubungan dengan teknis dan urusan administrasi proyek. Estimasi waktu penyelesaian proyek, penyelesaian gambar sampai final produk hasil perancangan dibicarakan pada tahap ini dengan tujuan agar kedua belah pihak, yaitu klien dan perusahaan di masa mendatang tidak terjadi kerugian dan kesalahpahaman pada pelaksanaan proyek.

Pada pertemuan pertama klien menyampaikan pada pimpinan perusahaan dalam pertemuan di lapang (site meeting) mengenai keinginannya pada apartemen Menteng Square. Pertama klien menjelaskan tujuan dari pembangunan Menteng Square yaitu membangun integrated commercial complex yang terdiri dari tiga gedung berisi food arcade, office park, medical center, hotel dan apartemen. Selanjutnya keinginan klien terhadap lanskap yang ada di sekitar bangunan adalah menjadikannya ruang terbuka dengan menciptakan integrasi antara bangunan dengan nuansa alami berupa sebuah taman.

Pada tahap ini, pimpinan perusahaan mendapatkan peta dasar yang sudah dihasilkan oleh arsitek dalam tim desain proyek ini. Peta dasar tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk dapat melanjutkan ke tahap perancangan taman Menteng Square berikutnya. Klien menginginkan arsitek lanskap merancang taman lantai dasar, lantai empat, dan atap gedung Menteng Square. Maka pada tahap persiapan ini pimpinan mendapatkan tiga buah peta dasar seperti yang disajikan pada Gambar 39, 40 dan 41 dan gambar tampak bangunan yang disajikan pada Gambar 42.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Booth (1983), tahapan desain yang pertama adalah project acceptance yaitu tahap usulan proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Maka sangat penting sekali untuk memberikan perhatian yang lebih dalam menyimak keinginan dan harapan klien mengenai proyek yang akan dikerjakan. Komunikasi dan cara presentasi sangat penting pada tahap ini, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman pada tahap selanjutnya. Komunikasi yang baik dari pihak perusahaan dalam hal ini

(5)

pimpinan perusahaan dan juga staf menjadi kunci keberhasilan pada tahap persiapan ini. Kemudian pihak perusahaan mempersiapkan usulan kegiatan yang lebih rinci yang mencakup pelayanan, bentuk produk dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja. Dengan begitu maka telah resmi dilakukan tahap penerimaan proyek (project acceptance).

Gambar 39 Peta dasar lantai dasar Menteng Square (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Gambar 40 Peta dasar lantai empat Menteng Square (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(6)

Gambar 41 Peta dasar atap Menteng Square (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Gambar 42 Potongan gedung apartemen Menteng Square (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

b. Tahap Inventarisasi Tapak

Proyek yang berlokasi di Jalan Matraman nomor 30 E Jakarta Pusat ini memiliki luas sekitar 1.6 ha dengan luas bangunan secara horizontal sekitar 9436.8 m² dan luas area pekerjaan arsitektur lanskap sekitar 6911 m². Karena lokasi proyek berada di Jakarta, maka secara umum tapak memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang panas. Suhu rata-rata tahunan kota Jakarta berkisar antara 25°-35 °C.

(7)

Sebelum tahap perancangan yang dilakukan oleh arsitek, kondisi eksisting tapak merupakan lahan kosong. Saat proses perancangan yang akan dilakukan ESCI, tapak sudah mulai dalam proses pembangunan gedung. Keadaan topografi berdasarkan hasil site plan yang dihasilkan arsitek merupakan area yang relatif datar.

Tahap inventarisasi tapak yang dilakukan oleh perusahaan secara umum dilakukan pada tapak secara keseluruhan dan secara khusus dilakukan pada area yang menjadi pekerjaan arsitektur lanskap sesuai permintaan klien. Kegiatan inventarisasi dilakukan pada lantai dasar, lantai empat dan atap gedung. Selain lantai tersebut yaitu lantai dua dan tiga akan dijadikan fasilitas umum dan lantai diatas lantai empat hingga atap gedung merupakan unit apartemen untuk dihuni.

Lantai dasar

Kegiatan inventarisasi pada lantai dasar dibagi menjadi tiga area seperti yang disajikan pada Gambar 43 yaitu area turap (boundary wall) gedung, area sekitar gedung dan area di dalam gedung (indoor landscape).

Gambar 43 Zona desain dan denah inventarisasi lantai dasar (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(8)

1. Turap

Pada area turap memiliki posisi mengelilingi area depan gedung dan sekaligus sebagai entrance area. Klien memberi kesempatan kepada perusahaan ESCI untuk merancang dan memasukkannya sebagai pekerjaan arsitek lanskap. Kondisi sepanjang turap sangat gersang, panas, berdebu, dan banyak asap kendaraan bermotor karena berbatasan langsung dengan pedestrian dan jalan raya serta sedang terjadinya pembangunan pada area ini. Selain itu terdapat beberapa ruko milik warga yang terletak di sekitar area turap yang tidak disetujui oleh pemilik ruko mengenai pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan proyek ini. Gambar 44 merupakan kondisi eksisting area turap.

Gambar 44 Kondisi eksisting area turap (a) Area depan turap, (b) Area belakang turap, dan (c) Ruko

(Foto: Mohammad Andika, 2011)

2. Area sekitar gedung

Selanjutnya kegiatan inventarisasi pada area disekitar gedung. Berdasarkan site plan, pihak arsitek sudah mendesain area disekitar

Eksisting Turap

Eksisting Ruko

(a)

(9)

gedung seperti planter box dan outdoor parking lot. Maka untuk area ini, kontribusi arsitek lanskap adalah menentukan tanaman yang akan digunakan. Gambar 45 merupakan kondisi eksisting pada area sekitar gedung.

Gambar 45 Kondisi eksisting area sekitar gedung, (a) area sekitar gedung A, (b) area sekitar gedung B, (c) area sekitar gedung C

(Foto: Mohammad Andika, 2011)

3. Indoor landscape

Area berikutnya adalah indoor landscape yang dibagi menjadi dua yaitu indoor landscape dengan posisinya di tengah gedung serta koridor gedung yang memanjang pada tiap tower (Gambar 46). Pada main indoor landscape dibedakan menjadi tiga area yaitu indoor landscape gedung A, gedung B, dan gedung C. Pada gedung A memiliki fungsi sebagai area perbelanjaan dan tempat makan, pada gedung B memiliki fungsi sebagai area perkantoran, dan pada gedung C memiliki fungsi sebagai hotel. Menurut site plan yang dihasilkan oleh arsitek, pada gedung C yang berfungsi sebagai hotel telah didesain sebuah kolam renang untuk penghuni hotel dan termasuk semi-outdoor landscape karena berada di dalam ruangan dan memiliki tembok dan kolom bangunan sebagai pembatas namun tidak beratap (void). Kegiatan inventarisasi pada indoor landscape yang memiliki fungsi yang berbeda-beda ini akan menjadikan pertimbangan dalam melakukan desain.

(10)

Gambar 46 Zona desain indoor landscape

(Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011) (Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

Pada Gambar 47 merupakan kondisi eksisting dari indoor landscape gedung A, B, dan C. Titik perhatian a pada zona desain indoor landscape dapat dilihat kondisinya pada gambar (a) yaitu kondisi eksisting indoor landscape gedung A, titik perhatian b dapat dilihat kondisinya pada gambar (b) yaitu koridor gedung A, titik perhatian c dapat dilihat kondisinya pada gambar (c) yaitu indoor landscape gedung B, titik perhatian d dapat dilihat kondisinya pada gambar (d) yaitu koridor gedung B, titik perhatian e dapat dilihat kondisinya pada gambar (e) yaitu indoor landscape gedung C, dan titik perhatian f dapat dilihat kondisinya pada gambar (f) yaitu koridor gedung C.

(11)

Gambar 47 Kondisi eksisting area indoor landscape (Foto: Mohammad Andika, 2011)

Lantai Empat

Mengingat site plan yang telah dibuat oleh arsitek pada proyek, secara umum lantai empat setiap gedung merupakan suatu lawn area yang menjadi pekerjaan desain arsitek lanskap. Pada lantai empat terdapat titik yang menjadi perhatian sebagai potensi dan juga kendala yaitu potensi penanaman, potensi sirkulasi, adanya exhaust fan, dan area yang berbahaya (danger area).

1. Zona desain

Lantai empat setiap gedung akan menjadi pekerjaan desain bagi arsitek lanskap. Gambar 48 merupakan zona desain atau area pekerjaan arsitek lanskap pada lantai empat beserta inventarisasi tapak.

Main Indoor Gedung A

Main Indoor Gedung B

Main Indoor Gedung C (c) (d) (e) (f) (b) (a) Koridor Gedung A Koridor Gedung B Koridor Gedung C

(12)

Gambar 48 Zona desain lantai empat

(Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011) (Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

2. Potensi Green Wall

Area ini merupakan area yang mendapatkan lebih banyak sinar matahari dibandingkan dengan area lainnya sehingga berpotensi untuk dilakukan penghijauan pada area tersebut dengan seleksi tanaman yang lebih minim

3. Ruang linear

Pada gedung ini terdapat ruang linear yang berpotensi untuk dijadikan sebuah sirkulasi penghubung antar ruang bagi pengguna karena memiliki luas area yang cukup ideal jika dijadikan sirkulasi serta dapat pula dimanfaatkan untuk aktifitas baik aktif maupun pasif.

4. Exhaust fan

Adanya exhaust fan yang terpasang berjajar secara linear dan terletak pada tepian bangunan pada lantai ini adalah karena pada lantai dibawahnya menggunakan pendingin ruangan. Adanya exhaust fan mengurangi kualitas visual pada lantai ini.

(13)

5. Area berbahaya

Area ini terletak di tepi void atau suatu area kosong yang tidak memiliki dasar dan langsung berhubungan dengan lantai-lantai dibawahnya sehingga area tersebut berbahaya bagi pengguna karena dikhawatirkan dapat membuat orang yang berada di area tersebut jatuh ke lantai dibawahnya.

6. Adapun sky bridge pada lantai ini yang berfungsi menghubungkan setiap gedung dengan potensi visual yang baik berupa pemandangan perkotaan dari lantai empat.

Desain lantai empat akan berbeda dengan lantai dasar karena secara keseluruhan permintaan klien pada lantai ini adalah menjadikannya sebagai ruang terbuka untuk rekreasi bagi penghuni apartemen. Pada Gambar 49 menunjukkan kondisi eksisting pada lantai empat.

Gambar 49 Kondisi eksisting lantai empat (a) titik potensial untuk penghijauan, (b) ruang linear, (c) area berbahaya, (d) sky bridge

(Foto: Mohammad Andika, 2011)

Atap Gedung

Pekerjaan aristek lanskap pada lantai sembilan belas atau atap gedung adalah pada sebuah lawn area yang bukan merupakan hunian. Kondisi pada atap gedung adalah berangin dengan kecepatan yang tinggi. Pada saat matahari bersinar, area ini terasa sangat panas dan terik. Bila hujan air akan langsung

(a) (b) (c)

(14)

membasahi atap tower. Pada Gambar 50 merupakan zona desain pada atap gedung sedangkan Gambar 51 merupakan kondisi eksisting atap gedung.

Gambar 50 Zona desain atap Menteng Square (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

Gambar 51 Kondisi eksisting atap gedung (Foto: Mohammad Andika, 2011)

Menurut Booth (1983), tahap selanjutnya setelah project acceptance yaitu riset dan analisis (research and analysis). Kegiatan pada tahap riset dan analisis adalah persiapan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak atau tahap pengumpulan data kemudian melakukan analisis (evaluasi data). Dibandingkan dengan tahap desain yang dikemukakan oleh Booth (1983), tahap kedua dalam proses desain yang dilakukan oleh perusahaan ESCI adalah tahap inventarisasi tapak, sedangkan tahap analisis tapak dilakukan pada tahap berikutnya agar dapat diskusikan bersama mahasiswa sekaligus untuk koordinasi.

(15)

Dalam melakukan kegiatan inventarisasi tapak, dilakukan penelusuran pada tapak secara keseluruhan dan pada area yang menjadi pekerjaan arsitek lanskap. melakukan identifikasi potensi dan kendala, dan mengenal dan mengevaluasi karakteristik tapak. Meskipun tahap analisis tapak dilakukan setelah tahap ini namun tetap melakukan beberapa analisis ringan dengan melihat dan merasakan langsung kondisi pada tapak yang akan dirancang (feel of the land). Lalu dilakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait untuk menambah data-data yang relevan sebagai bahan untuk melakukan desain pada tahap-tahap berikutnya. Data yang dikumpulkan oleh perusahaan merupakan data primer yang diambil secara langsung dari tapak. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah melalui site survey ke lokasi proyek secara langsung dan wawancara dengan pihak klien dan pihak lainnya yang berhubungan dengan proyek. Data primer ini merupakan semua data eksisting yang ada pada tapak dengan melakukan pengambilan dokumentasi berupa foto, wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan proyek, dan studi pustaka.

Peta dasar (base plan) sudah tersedia dari klien baik berupa soft file maupun hard copy yang di print. Jika tidak ada base plan maka perusahaan berusaha mengambil data awal berupa peta dasar dari google map dari internet untuk mengetahui lokasi proyek yang dikerjakan. Data primer maupun data sekunder yang berhubungan dengan proyek sangat penting dan dibutuhkan untuk keperluan tahap perancangan selanjutnya yaitu tahap analisis tapak. Kelengkapan yang dimiliki oleh perusahaan sangat membantu dalam tahap inventarisasi. Pada tahap ini data inventarisasi yang dibutuhkan oleh perusahaan sudah cukup lengkap untuk dapat melanjutkan ke tahap perancangan berikutnya karena dalam proyek ini dikerjakan secara tim sehingga data mengenai tapak akan selalu diberitahukan, dan bilamana ada data yang dibutuhkan dapat dilengkapi sesuai dengan profesi masing-masing dalam tim.

Namun kekurangan yang ada pada tahap inventarisasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah hanya melakukan inventarisasi secara deskriptif pada area-area yang ada di dalam tapak dan tidak menyajikan inventarisasi tapak secara spasial. Inventarisasi tapak secara spasial disajikan pada Gambar 52, 53, dan 54. Dengan menggunakan inventarisasi yang dilakukan secara spasial, akan lebih sistematis

(16)

dan lebih mudah menggambarkan kondisi yang ada dalam tapak sehingga dapat mempermudah tahap analisis tapak karena dengan peta inventarisasi yang dilakukan secara spasial dapat langsung melanjutkan analisa lalu mencari solusi berdasarkan peta inventarisasi.

Dengan begitu, dari segi waktu penyelesaian tahap inventarisasi yang dilakukan secara deskriptif dan secara spasial sama-sama efisien, namun jika penyajiannya dilakukan secara spasial, akan lebih sistematis dan informatif sehingga dapat lebih menggambarkan kondisi tapak ketika melakukan presentasi kepada klien. Ketika informasi yang disampaikan oleh desainer dapat diterima dengan baik oleh klien, maka kedua belah pihak telah memiliki satu sudut pandang yang sama terhadap kondisi tapak sehingga mempermudah koordinasi dalam melanjutkan tahap-tahap desain berikutnya.

(17)
(18)
(19)
(20)

c. Tahap Analisis Tapak

Setelah melakukan inventarisasi tapak, tahap selanjutnya dalam proses perancangan yang dilakukan oleh perusahaan ESCI adalah tahap analisis tapak. Metode analisis yang digunakan adalah analisis cepat atau quick analysis.

Mengingat tahap inventarisasi tapak bahwa Jakarta memiliki iklim yang tropis, maka taman di Menteng Square akan dibuat dengan desain yang memiliki kesan tropis. Secara umum kondisi eksisting tapak memiliki iklim yang cukup panas membuat rancangan pada tapak membutuhkan penambahan penanaman tanaman untuk meningkatkan kualitas iklim mikro. Peningkatan kualitas lingkungan dapat tercapai dengan banyaknya penggunaan tanaman pada tapak atau penanaman secara masal (mass planting) atau dapat juga dilakukan penanaman secara cluster atau berkelompok.

Selain perbaikan iklim mikro, mass planting sangat baik diterapkan karena dapat berfungsi sebagai penutup tanah agar mengurangi kesan gersang dan banyak debu pada tapak. Selanjutnya langkah dalam melakukan analisis tapak menyesuaikan langkah pada saat melakukan inventarisasi tapak yang kemudian dilakukan evaluasi pada setiap area yang telah dilakukan inventarisasi.

Lantai Dasar

Seperti pada tahap inventarisasi, lantai dasar terdiri atas tiga bagian yaitu boundary wall area, area sekitar bangunan dan indoor landscape.

1. Turap

Pada inventarisasi dijelaskan bahwa turap berbatasan langsung dengan pedestrian dan jalan raya. Dalam bukunya, Simonds (2006) menjelaskan bahwa sepanjang sebuah sirkulasi sebaiknya terdapat kualitas visual yang baik yang dapat dilihat sejajar dengan level pandang manusia. Berdasarkan pernyataan tersebut turap pada tapak ini harus memiliki kualitas visual yang baik bagi para pengguna pedestrian, dalam rancangannya terdapat sesuatu yang bermakna mengarahkan para pejalan kaki dan terdapat sentuhan estetika yang dapat memberikan makna pergerakan (movement). Selain itu proporsi dari penanaman tanaman harus

(21)

diperhatikan mengingat taman yang akan didesain berada pada area yang memiliki gedung-gedung tinggi. Area turap yang gersang ini membutuhkan penurunan iklim mikro yang dapat dilakukan dengan penanaman massal sehingga meciptakan suasana alami yang semarak.

Mengingat tahap inventarisasi pada bagian turap yaitu dengan adanya beberapa ruko yang tidak dibebaskan lahannya, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas visual karena bad view yang diakibatkan oleh dinding-dinding ruko maka visual dari gedung kearah dinding ruko sebaiknya diberi screen.

2. Area sekitar gedung

Selanjutnya adalah area disekitar gedung. Mengingat inventarisasi yang berdasarkan site plan yang dihasilkan oleh arsitek, telah terdapat rancangan untuk planting area disekitar gedung. Arsitek lanskap hanya menentukan tanaman yang akan digunakan. Pada area ini terdapat outdoor parking lot dan planter box, maka penanaman untuk planting akan menggunakan pohon fitur yang memiliki kesan tropis sedangkan pada planter box akan menerapkan konsep penanaman masal untuk menciptakan suasana alami yang semarak.

3. Indoor landscape

Pada indoor landscape yang terdiri dari tiga gedung yang memiliki fungsi yang berbeda-beda, setiap desain pada tiap gedung perlu menyesuaikan karakter dan fungsi tiap tower tersebut. Pada gedung A yang berfungsi sebagai area perbelanjaan dan tempat makan dan gedung B yang berfungsi sebagai area perkantoran dapat dijadikan satu tema desain yaitu dengan menciptakan ruang publik dengan suasana tropis. Mengingat tahap inventarisasi pada gedung C yang berfungsi sebagai hotel dan termasuk semi-outdoor landscape, sesuai dengan site plan yang dihasilkan oleh arsitek, telah di desain sebuah kolam renang pada gedung ini sehingga arsitek lanskap dapat mengembangkan suatu desain ruang yang memiliki kesan tropis dengan mengembangkan fasilitas-fasilitas yang mendukung pada area tersebut.

(22)

Lantai Empat

Sesuai dengan keinginan klien, tapak ini akan dijadikan untuk area rekreasi. Seperti yang dijelaskan pada inventarisasi tapak bahwa lantai-lantai diatas lantai empat merupakan unit apartemen untuk dihuni, maka dibutuhkan area bagi para penghuni untuk melakukan berbagai macam aktifitas. Lantai empat ini merupakan area yang strategis bagi para pengguna tapak untuk melakukan berbagai macam aktifitas karena merupakan area semi publik. Lantai empat ini dapat dikatakan area semi publik karena merupakan lantai transisi antara lantai berzona publik yaitu lantai satu sampai dengan lantai tiga dan lantai berzona privat yaitu lantai diatas lantai empat. Maka desain ruang terbuka di lantai empat akan menitikberatkan pada ketersediaan kebutuhan pengguna tapak untuk beraktifitas khususnya untuk rekreasi dan bersantai.

Pada lantai ini akan menarik jika ruang terbuka untuk rekreasi bagi penghuni didesain dengan mengolah fitur lanskap yang dapat meningkatkan kualitas ruang untuk menciptakan suasana yang nyaman dengan menghadirkan kesan tropis dan kealamian. Sesuai dengan tahap inventarisasi, adapun titik-titik yang menjadi perhatian yang perlu dievaluasi potensi dan kendalanya.

1. Potensi penanaman

Setelah melakukan inventarisasi, hampir di setiap sudut dan tepian bangunan di lantai ini memiliki potensi untuk dilakukan penanaman karena adanya sinar matahari yang lebih banyak dibandingkan pada area lain sehingga pemilihan tanaman lebih bervariasi. Potensi ini dapat diolah dengan mengajukan beberapa alternatif ide untuk mengangkat sebuah fitur lanskap. Green wall dapat dijadikan salah satu fitur lanskap yang menarik dan dapat diletakkan pada tembok tiap-tiap sudut gedung. Planting display pun dapat menjadi fitur lanskap yang menarik pada area ini.

2. Ruang linear

Lantai empat ini memiliki ruang linear yang berpotensi untuk dijadikan akses yang dapat digunakan untuk rekreasi aktif maupun pasif. Dengan kondisi tersebut maka area ini akan baik jika diajukan untuk dijadikan sebuah sirkulasi yang dapat dimanfaatkan sebagai rekreasi aktif

(23)

maupun pasif seperti sebuah jogging track yang dapat dimanfaatkan untuk jogging maupun berjalan santai.

3. Exhaust fan

Exhaust fan yang terpasang berjajar pada tepian bangunan yang mengurangi kualitas visual pada lantai ini perlu dilakukan screening untuk menutupi exhaust fan agar tidak terlihat oleh pengguna. Screening dapat dilakukan dengan menggunakan pot atau planter box tepat didepan exhaust fan lalu melakukan penanaman untuk meningkatkan estetika. 4. Area berbahaya

Area ini terletak di tepian void yang tidak memiliki pembatas sehingga berbahaya bagi pengguna bila berada disekitar area ini. Perlu adanya pembatas yang membatasi area sepanjang tepian void agar dapat menghalangi pengguna untuk melakukan aktifitas sampai ke tepian void. Pembatas yang akan digunakan dapat berupa sebuah pot atau planter box. Penggunaan elemen ini adalah selain dapat digunakan sebagai pembatas jika diletakkan secara linear, dapat pula dilakukan penanaman agar meningkatkan estetika.

5. Sky bridge

Sky bridge ini merupakan area transisi dari satu gedung ke gedung lainnya. Area ini sangat potensial karena dapat dijadikan sebagai tempat pemberhentian dari akses yang akan diciptakan, selain itu karena area ini bersifat transisi, maka jika diolah dengan menghadirkan fitur-fitur lanskap yang menarik, dapat menjadi area pemberhentian yang nyaman dan estetis. Dan dengan letaknya yang berada di lantai empat, memiliki potensi visual yang sangat baik berupa pemandangan perkotaan.

Area transisi sekaligus area pemberhentian ini dapat diolah dengan menghadirkan planter box sebagai pembatas tepian sky bridge yang dilengkapi dengan adanya bangku taman yang dapat digunakan untuk duduk dan berhenti bagi yang melakukan aktifitas aktif serta dapat pula menghadirkan pergola dan gazebo untuk bersantai menikmati pemandangan diluar gedung yang terlihat dari area tersebut. Gazebo dan

(24)

pergola pun dapat berfungsi sebagai penaung karena area ini merupakan area yang terik.

Atap Gedung

Selanjutnya adalah atap gedung yang berada di lantai paling atas. Pada atap setiap gedung terdapat lahan terbatas yang akan dirancang oleh arsitek lanskap untuk dijadikan roof garden. Pada roof garden memiliki potensi untuk membuat desain yang berbeda-beda untuk tiap tower, namun permintaan klien adalah menyamakan desain roof garden agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial antar penghuni. Sesuai dengan inventarisasi tapak, pada lantai ini terdapat angin yang berhembus kencang, panas terik dan jika hujan akan basah secara langsung. Hembusan angin yang terlalu kencang dapat dikurangi dengan melakukan screening, sedangkan panas yang terik dan basah air hujan perlu dipertimbangkan adanya naungan agar pengguna dapat tetap nyaman berada pada area ini.

Pemilihan tanaman yang akan digunakan pada roof garden harus disesuaikan karakteristiknya. Tanaman yang digunakan sebaiknya tanaman yang tidak terlalu tinggi dan besar, memiliki daun yang tidak mudah gugur, dan akar yang ramah dan tidak merusak struktur. Sedapat mungkin menggunakan tanaman dengan konsep zero maintenance. Fitur-fitur lanskap yang dapat dikembangkan pada roof garden sama seperti pada lantai-lantai sebelumnya agar memiliki kesatuan tema desain seperti adanya water feature, vertical greenery, planter box, naungan berupa kanopi kaca dan lain sebagainya.

Menurut Booth (1983), setelah melakukan riset dan pengumpulan data atau inventarisasi tapak, selanjutnya melakukan analisis tapak. Kegiatan analisis tapak bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh pada tahap inventarisasi tapak. Sedangkan menurut Hakim (2000) proses analisis tapak adalah menganalisa potensi dan kendala yang mungkin timbul dari rancangan perancang. Seorang perancang tidak dapat melakukan tahapan analisis sebelum tujuan dan sasaran yang diinginkan telah terumuskan dengan matang. Analisis tapak memerlukan pertimbangan yang sistematis terhadap tiga konteks utama yaitu:

(25)

a. Konteks analisis terhadap aktivitas dan fungsi pengguna.

b. Konteks analisis terhadap lingkungan dengan dengan potensi tapak yang memiliki nilai-nilai tertentu seperti nilai sejarah, nilai religi, nilai ekologi dan nilai ekonomi.

c. Konteks analisis terhadap behavioral (pola aktivitas sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan tapak sekitarnya termasuk kebijaksanaan umum yang mempengaruhi pengembangan tapak).

Analisis tapak yang dilakukan perusahaan sangat mementingkan pada fungsi dan estetika yang akan dicapai, peluang untuk direalisasikan yang harus menyesuaikan dana yang dimiliki klien, serta mempertimbangkan pula keinginan dari klien dan keberlanjutan tapak agar tidak terjadi kerusakan lingkungan.

Analisis tapak dilakukan pada setiap area yang ada pada tapak seperti letak dan luas tapak, aksesibilitas, iklim, tata guna lahan, vegetasi, topografi dan hidrologi. Namun pada pelaksanaannya biasanya pihak perusahaan melakukan analisis pada aspek yang sangat berpengaruh pada perancangan tapak saja.

Tahap analisis merupakan tahap yang penting pada suatu proses perancangan. Tahapan ini sangat dipengaruhi oleh waktu dan dana yang tersedia, dengan waktu yang cukup maka hasil analisis yang dilakukan akan lebih spesifik. Pada proyek yang dikerjakan, tahapan analisis dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama atau seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu menggunakan metode analisis cepat (quick analysis) karena staf perusahaan khususnya pimpinan perusahaan telah berpengalaman dalam banyak proyek lainnya yang sudah ditangani. Metode quick analysis tersebut dilakukan karena keinginan klien atas suatu produk dalam waktu yang cepat sehingga kecepatan dalam melakukan desain perlu diperhitungkan waktunya.

Metode analisis cepat dilakukan dengan melihat kembali pada area-area yang dilakukan inventarisasi lalu mengidentifikasi potensi dan kendala yang ada pada setiap area. Nantinya pada tahap konsep masing-masing area yang potensial ditonjolkan pengembangan fitur lanskapnya. Mengingat waktu dan dana yang terbatas, metode analisis ini efisien dalam penerapannya dan hasil analisisnya pun cukup baik karena setiap permasalahan dapat dicari solusinya dan potensi dapat ditonjolkan. Namun kekurangan metode ini adalah kurang melakukan eksplorasi

(26)

lebih jauh sehingga fitur lanskap yang akan ditampilkan relatif sederhana karena menganalisa dalam waktu yang terbatas. Selain itu karena pada tahap inventarisasi tidak dilakukan secara spasial, maka pada tahap ini pun demikian sehingga informasi yang disampaikan pada tahap analisis kurang sistematis dan informatif. Gambar 55, 56, dan 57 merupakan contoh analisis secara spasial.

Analisis tapak yang disajikan secara spasial memiliki waktu penyelesaian yang cepat karena analisis langsung dilakukan dengan sketsa pada peta. Jika dilihat dari segi waktu penyelesaian tahap analisis yang dilakukan secara deskriptif dan secara spasial sama-sama efisien, namun jika penyajiannya dilakukan secara spasial, akan lebih sistematis, informatif.

(27)
(28)
(29)
(30)

d. Tahap Konsep Perancangan

Setelah tahap inventarisasi dan analisis tapak, proses perancangan dilanjutkan ke tahapan selanjutnya pada pekerjaan di studio yaitu membuat konsep perancangan. Tahap ini bertujuan untuk membuat arahan mengenai rancangan yang akan dibuat selanjutnya pada proyek. Pihak klien menginginkan suatu komplek gedung apartemen yang memiliki integrasi dengan kealamian (natural). Maka konsep dasar yang digunakan untuk desain taman Menteng Square adalah integrasi dan relasi lanskap alami pada bangunan gedung (integrated landscape).

Setelah konsep dasar disepakati, selanjutnya adalah membuat konsep desain. Melalui studi pustaka pimpinan perusahaan melibatkan mahasiswa magang dalam diskusi mengenai konsep desain. Mengingat kondisi tapak yang beriklim tropis dan bangunan yang modern, konsep desain yang diangkat adalah tropis modern. Konsep desain tropis modern akan diaplikasikan dengan perpaduan material yang selaras untuk mencapai desain yang sesuai dengan konsep.

Taman tropis modern memiliki ciri khas yaitu di dalam tamannya menggunakan beraneka ragam tanaman sehingga menciptakan suasana rimbun, berwarna, dan banyak bunga. Taman yang tropis merupakan refleksi dari hutan tropis di Indonesia sehingga taman dibiarkan rimbun dan tanaman tumbuh dalam tatanan yang alami. Selain itu, dalam penerapan taman tropis dapat diaplikasikan dengan memanfaatkan tanaman yang memiliki daun lebar dan lunak serta penanaman masal untuk menciptakan suasana yang lebih semarak. Sedangkan taman modern adalah taman yang memanfaatkan lahan yang sempit dan terbatas serta memiliki tatanan dengan menciptakan kesan yang rapi. Salah satu contoh aplikasi taman modern adalah dengan menggunakan vertical greenery.

Maka taman tropis modern merupakan perpaduan antara taman tropis dan taman modern yaitu taman yang memiliki karakter alami yang kuat namun dalam penataannya tetap rapi. Pada konsep desain ini perlu diperhatikan permainan kombinasi antara soft material dan hard material untuk menciptakan suasana tropis pada bangunan modern.

(31)

1. Softscape material

Dalam penerapan konsep desain taman tropis modern, softscape material yang diusulkan untuk digunakan pada perancangan taman Menteng Square terdiri dari berbagai jenis tanaman dari mulai semak, pohon dan palem. Pemilihan tanaman yang akan digunakan untuk desain memiliki nilai fungsi dan juga nilai estetik. Sebagai contoh, fungsi yang diberikan sebagai tanaman pembatas, focal point, screen dan display. Fungsi estetik tanaman cenderung mengkombinasikan tanaman untuk menciptakan kesan tropis dengan perpaduan semak. Jenis palem yang digunakan adalah jenis yang memiliki kekhasan dalam bentuk tajuk, warna bunga dan warna daunnya.

Karena area pekerjaan arsitek lanskap berada di luar maupun di dalam gedung, maka dalam pemilihan tanaman yang akan digunakan harus diperhatikan kesesuaiannya dengan lingkunan. Kriteria tanaman yang sesuai untuk ditanam di dalam ruangan yaitu tanaman tersebut dapat hidup dengan cahaya matahari yang terbatas atau merupakan jenis tanaman yang cocok untuk hidup dibawah naungan. Sedangkan tanaman di luar ruangan merupakan tanaman yang membutuhkan sinar matahari secara intensif. Adapun beberapa tanaman yang diusulkan dalam perancangan taman Menteng Square diperlihatkan pada Gambar 58.

2. Hardscape material

Dalam mengaplikasikan konsep desain tropis modern ini, penggunaan hardscape material pada umumnya sama dengan softscape material yaitu memiliki kesan alami namun tetap tertata dengan rapi. Beberapa contoh usulan hardscape material yang dapat digunakan untuk penerapan konsep desain di taman Menteng Square ini adalah seperti batu andesit, batu palimanan, batu acak purwakarta, batu granit, gazebo, pergola, dan lain sebagainya.

(32)

Alstonia scholaris Kondisi baik Cahaya intensif

Baccaurea motleyana Bentuk dan kondisi baik Cahaya semi intensif-intensif

Erythrina crysta-galli Kondisi baik Cahaya intensif Kopsia flavida Kondisi baik Cahaya intensif Plumeria sp. Kondisi baik Cahaya intensif

Poliyalthia longifolia pendula Kondisi baik Cahaya intensif Pohon Syzigium myrtifolium Kondisi baik Cahaya intensif Terminalia catappa Kondisi baik Cahaya intensif Palem Livistona rotundifolia t. 15000-20000mm Cahaya intensif Chrysalidocarpus lutescens t. 1000-1500mm Cahaya intensif Rhapis excelsa t. 1000-2000mm Cahaya semi intensif-intensif

Shrub

Aglaonema sp.

t. 400mm, penanaman massal Butuh naungan-cahaya semi intensif

Costus sp.

t. 500-700mm, penanaman massal Butuh naungan-cahaya semi intensif

Neomarica gracilis t. 400mm, penanaman massal Cahaya semi intensif-intensif

Ophiopogon jaburan t. 300mm, penanaman massal Cahaya semi intensif-intensif

Osmoxylon lineare t. 300mm, penanaman massal Cahaya semi intensif-intensif

Costus sp.

t. 500-700mm, penanaman berkelompok/cluster

Butuh naungan-cahaya semi intensif

Merambat Bauhinia cockiana 3 nos/m’ Ccahaya intensif Ficus repens 10 nos/m’

Ccahaya semi intensif-intensif

Gambar 58 Plant list

(Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(33)

Saat memasuki tahap perancangan diawali dengan pembuatan konsep desain (design concept). Konsep desain merupakan tahap yang penting pada proses perancangan, karena merupakan dasar untuk merancang. Reid (1996) mengemukakan bahwa konsep merupakan tahapan ketika para perancang menuangkan ide-ide awal suatu perancangan dan mengaitkan hubungannya dengan fungsional tapak. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang yaitu konsep, prinsip desain, elemen desain dan tahapan-tahapan dalam merancang menjadi satu kesatuan dalam proses perancangan. Suatu konsep dalam suatu karya lanskap dapat mendorong manusia untuk merencanakan, mengintegrasikan, mengkoordinasikan bentuk buatan manusia dan bentukan alam. Proyek desain taman Menteng Square di Jakarta pada proses perancangannya melalui tahap konsep perancangan. Dalam pembuatan konsep pada perusahaan ESCI dilakukan sebuah diskusi dengan divisi perencanaan dan perancangan dengan mempertimbangkan keinginan dari klien. Konsep desain yang digunakan untuk proyek ini dihasilkan dari diskusi dan kesepakatan antara klien dengan perusahaan. Diskusi yang dilakukan antara klien dan perusahaan dilakukan untuk mendapatkan konsep terbaik untuk menghasilkan produk perancangan yang baik, yaitu fungsional, estetik dan tidak merusak lingkungan. Klien sebagai owner menyampaikan tujuan dan keinginannya akan proyek, kemudian perusahaan ESCI sebagai desainer bertugas untuk mewujudkannya dalam bentuk rancangan tapak.

Konsep desain tropis modern yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu pihak klien dan perusahaan merupakan konsep desain taman yang sesuai untuk diterapkan pada proyek taman Menteng Square. Hal tersebut adalah karena letak dari proyek yang berada pada kawasan perkotaan sehingga dengan aplikasi desain yang memiliki tatanan rapi namun tetap menunjukkan kesan alami dapat menciptakan sebuah integrasi antara bangunan dengan desain tamannya. Namun kekurangan yang ada pada tahap konsep perancangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah hanya dilakukan secara deskriptif tanpa membuat denah konsep secara spasial. Dengan membuat denah konsep secara spasial dapat

(34)

memberi gambaran terhadap klien mengenai pola keterhubungan antar ruang yang akan diterapkan dalam tapak.

e. Tahap Konsep Awal Perancangan (Preliminary Concept Design)

Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan gambar-gambar ilustrasi dan referensi yang menggambarkan aplikasi dari konsep dasar dan konsep desain yang digunakan. Gambar-gambar tersebut akan dipresentasikan dan diajukan pada klien dan pihak lain untuk mendapatkan revisi.

Pada tahap konsep awal perancangan semua elemen perancangan dimasukkan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnnya dengan bantuan operasi komputer yang belum disertai gambar secara detail. Semua elemen perancangan dipertimbangkan sebagai komponen yang berhubungan dalam keseluruhan lingkungan. Konsep awal perancangan ini merupakan usulan dari beberapa alternatif dengan konsep yang telah disepakati yaitu integrated landscape yang nantinya akan dipresentasikan untuk mendapatkan masukan dari pihak lain. Semua produk yang dihasilkan pada tahap ini mengalami tiga kali revisi yang selanjutnya disepakati bersama untuk dapat dilanjutkan ke tahapan perancangan berikutnya. Atas permintaan klien tahap ini menghasilkan tiga buah produk yaitu design inspiration image, conceptual landscape plan dan artist impression images untuk dipresentasikan dengan klien dan tim dalam proyek.

Design inspiration image

Design inspiration image merupakan gambaran kepada klien mengenai konsep desain yang didapat dari referensi pada sebuah pustaka ataupun dokumentasi pribadi untuk memberikan beberapa gambaran mengenai softscape planting concept dan hard material concept yang akan digunakan beserta polanya. Design inspiration image juga menjadi ide desain bagi arsitek lanskap dalam melakukan pengembangan rancangan lanskap (Gambar 59 dan 60).

Untuk softscape planting concept menggunakan berbagai jenis tanaman dari mulai tanaman penutup tanah, semak, pohon dan palem. Pemilihan tanaman yang akan digunakan dalam perancangan ini memiliki nilai fungsi dan juga estetika. Sebagai contoh fungsi yang diberikan adalah sebagai tanaman pembatas,

(35)

menciptakan karakter, focal point, screen dan display. Fungsi estetika dari tanaman dapat dicapai dari bentuk tajuk tanaman, warna, dan bentuk bunga. Jenis pohon dan palem-paleman yang digunakan adalah jenis yang memiliki keunikan dan kekhasan dalam bentuk tajuk, warna bunga dan warna daunnya. Penanaman secara masal untuk tanaman dapat menimbulkan suasana yang lebih indah dan semarak.

Hardscape concept yang diusulkan untuk menciptakan konsep integrated landscape pada Menteng Square menggunakan material yang dapat mengekspresikan kesan alami. Beberapa hard material yang digunakan contohnya adalah sculpture, bangku taman, paving, gazebo, children play ground, kolam, sign system dan lainnya. Gambar 61 menyajikan design inspiration image mengenai softscape dan hardscape concept.

Gambar 59 Design inspiration image lantai dasar (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(36)

Gambar 60 Design inspiration image lantai empat dan roof garden (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Gambar 61 Design inspiration image konsep penanaman (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(37)

Conceptual landscape plan

Merupakan gambar yang menunjukkan rencana penataan ruang pada tapak beserta semua elemennya dilihat dari tampak atas (denah) agar lebih tergambar pola hubungan antar ruang dan suasana akhir dari perancangan lanskapnya.

Dalam membuat conceptual landscape plan, biasanya dikerjakan oleh pimpinan dengan sistem manual atau sketsa. Mengingat bahwa tahapan skematik desain merupakan tahap selanjutnya, sedangkan klien meminta conceptual landscape plan untuk dipresentasikan maka tahap skematik desain dimasukkan ke tahap ini dengan hasil berupa conceptual landscape plan secara skematik yang diberi warna. Gambar 62, 63, dan 64 merupakan conceptual landscape plan untuk lantai dasar, lantai empat, dan roof garden.

Conceptual landscape plan juga merupakan hasil pengembangan dari analisis tapak yaitu dengan mengembangkan elemen-elemen dalam analisis yang diwujudkan dengan fitur-fitur lanskap yang akan dikembangkan pada tapak.fitur-fitur tersebut diletakkan pada area-area penting yang potensial dan akan ditonjolkan. Area-area tersebut yaitu turap, indoor landscape gedung A, indoor landscape gedung B, indoor landscape gedung C, lantai empat dan roof garden. Conceptual landscape plan yang telah dihasilkan kemudian diikuti oleh gambar-gambar pada fitur-fitur yang akan ditampilkan pada tapak. Gambar dari fitur yang akan ditampilkan tersebut berupa artist impression image.

Artist impression image

Sama halnya dengan design inspiration image yaitu memberikan gambaran kepada klien mengenai konsep perancangan namun gambar yang dihasilkan berupa ilustrasi yang dibuat langsung oleh perusahaan dengan mengaplikasikan konsep perancangannya langsung dari conceptual landscape plan baik dari segi softscape maupun hardscape. Artist impression image yang disajikan berdasarkan area pekerjaan arsitek lanskap dengan mengangkat fitur-fitur lanskap yang ingin ditampilkan pada tapak yaitu pada lantai dasar, lantai empat dan roof garden.

(38)

1. Lantai dasar

Untuk artist impression pada lantai dasar dibagi menjadi zona pada area turap dan indoor landscape. Menurut klien, area sekitar gedung tidak perlu membuat artist impression image karena hanya melakukan pemilihan tanaman saja, cukup dengan melihat dari gambar tanaman. Untuk area turap, Gambar 65 menunjukkan alternatif desain area turap, Gambar 66 menunjukkan alternatif screening terhadap ruko.

Untuk area indoor landscape, pada Gambar 67 menunjukkan area seating indoor landscape pada gedung A, Gambar 68 menunjukkan green wall dan water feature pada indoor landscape gedung A, Gambar 69 merupakan planter box with seating pada indoor landscape gedung B, Gambar 70 merupakan tropical water fall pada indoor landscape gedung B, Gambar 71 green wall dan water feature indoor landscape gedung C, Gambar 72 Pool side landscape gedung C, Gambar 73 water feature pada traffic island area entrance.

2. Lantai empat

Untuk artist impression pada lantai empat, Gambar 74 menunjukkan outdoor gym lantai empat, Gambar 75 menunjukkan jogging track lantai empat, Gambar 76 menunjukkan children playground lantai empat, Gambar 77 merupakan tree house children playground lantai empat.

3. Roof Garden

Untuk artist impression pada roof garden, Gambar 78 merupakan cottage yard pada roof garden, Gambar 79 merupakan water feature dan green wall di roof garden, Gambar 80 merupakan akses kanopi kaca dan pergola di roof garden.

(39)

Ga mbar 62 C onc eptual L andsc ape Plan lanta i das ar S umber : P T. Envir ospac e C onsul tants Indone sia , 2011

(40)

Ga mbar 63 C onc eptual L andsc ape Plan lanta i em pa t S umber : P T. Env irospa ce C onsul tants Indone sia , 2011

(41)

Gambar 64 Conceptual Landscape Plan roof garden (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(42)

Lantai dasar

Gambar 65 Alternatif desain area turap

(Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011) (Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

(43)

Gambar 66 Alternatif screening terhadap ruko (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(44)

Gambar 67 Area duduk indoor landscape gedung A (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

Gambar 68 Green wall dan water feature pada indoor landscape gedung A (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(45)

Gambar 69 Planter box with seating pada indoor landscape gedung B (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

Gambar 70 Tropical water fall pada indoor landscape gedung B (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(46)

Gambar 71 Green wall dan water feature indoor landscape gedung C (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

Gambar 72 Pool side landscape tower C

(Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011) (Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

Gambar 73 Water feature pada traffic island area entrance (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(47)

Lantai empat

Gambar 74 Outdoor gym lantai empat

(Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Gambar 75 Jogging track lantai empat

(48)

Gambar 76 Children playground lantai empat (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Gambar 77 Tree house children playground lantai empat (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(49)

Roof Garden

Gambar 78 Cottage yard pada roof garden (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Gambar 79 Water feature dan green wall di roof garden (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(50)

Gambar 80 Akses kanopi kaca dan pergola di roof garden (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

(Gambar dibuat oleh : Mohammad Andika)

Presentasi kepada klien

Pada proyek desain taman Menteng Square ini, klien meminta kepada perusahaan ESCI untuk mempresentasikan konsep perancangan lanskapnya pada tahap preliminary concept design dengan menyajikannya berupa design inspiration image yang disertai conceptual landscape plan dan artist impression image agar tim perancang lebih tergambar pola hubungan antar ruang dan suasana akhir dari perancangan tamannya. Karena presentasi harus menyertai conceptual landscape plan maka tahapan desain skematik dimasukkan pada tahap preliminary concept design yang menghasilkan conceptual landscape plan secara skematik yang dibuat oleh pimpinan perusahaan. Pada tahap desain skematik bertujuan untuk menggambarkan penggunaan ruang, pembagian ruang, pola hubungan ruang dan pola desain yang direncanakan secara skematik. Namun pada tahap ini masih memiliki kemungkinan untuk terjadinya revisi sederhana.

Pada masa awal proyek berlangsung perusahaan ESCI melakukan presentasi dengan mengajukan konsep awal perancangan yang pertama kali yang berikutnya akan dilanjutkan dengan diskusi dengan tim perancang dari berbagai

(51)

profesi lain dan akan mendapatkan revisi. Pada proses desain taman di Menteng Square terjadi tiga kali revisi pada tahap preliminary concept design.

Presentasi pertama merupakan pengajuan konsep perancangan untuk pertama kali kepada klien dan tim perancang lainnya dengan memprioritaskan lantai dasar. Gambar 81 merupakan conceptual landscape plan yang pertama kali diajukan kepada klien. Selanjutnya presentasi kepada klien akan dilakukan dengan menjelaskan tiap-tiap area kecuali area sekitar gedung. Atas permintaan klien, mengingat area sekitar gedung yang telah memiliki desain dari pihak arsitek berupa planter box, maka untuk penghijauannya arsitek lanskap hanya melakukan pemilihan tanaman saja sehingga belum menjadi prioritas untuk dipresentasikan.

Gambar 81 Conceptual landscape plan Menteng Square lantai dasar utama (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Area turap di desain dengan konsep penanaman formal dengan jenis pohon berukuran besar, memiliki karakter daun yang tidak terlalu padat, warna hijau muda, termasuk jenis pohon besar, ditata secara linear dan dipadukan dengan tanaman penutup tanah yang ditata formal (Gambar 82). Dalam bukunya, Ingels (2004) menjelaskan bahwa proporsi terpusat pada hubungan ukuran antara semua pola dalam suatu fitur lanskap. Proporsi termasuk bentuk hubungan vertikal dan horizontal dalam spasial. Setiap komponen dalam suatu lanskap harus memiliki kesesuaian ukuran dan keterkaitan hubungan dengan elemen-elemen disekitarnya. Untuk penutup tanah dapat menggunakan tanaman penutup tanah ataupun semak dengan konsep penanaman masal. Pemilihan pohon berukuran besar adalah untuk mendapatkan proporsi yang tepat dalam desain karena taman ini berada pada area

(52)

sebuah gedung bertingkat. Selain itu penanaman masal dari penutup tanah berupa semak bertujuan untuk menciptakan kesan tropis namun ditata secara formal agar tetap memiliki kesan rapi dan modern. Mengingat tahap inventarisasi yang menyatakan bahwa adanya beberapa ruko yang tidak dibebaskan lahannya, untuk conceptual landscape plan yang pertama kali klien meminta untuk mengabaikan hal tersebut karena belum ada kepastian yang jelas mengenai pembebasan lahan terhadap ruko tersebut sehingga screening ruko belum ditunjukkan.

Gambar 82 Usulan konsep area turap

(Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Secara keseluruhan lantai dasar gedung A berfungsi sebagai area perbelanjaan dan tempat makan yang terdiri dari indoor landscape dan koridor (Gambar 83). Pada indoor landscape lantai dasar gedung A akan didesain sebuah ruang publik untuk istirahat, duduk, dan bersantai. Dengan adanya kolam sebagai elemen air dan dikelilingi dengan penanaman pohon fitur disekelilingnya menciptakan suasana tropis yang tenang dan menciptakan suasana rekreasi pasif yang nyaman untuk area bersantai bagi pengunjung setelah berbelanja dan makan. Selain berfungsi sebagai area perbelanjaan dan tempat makan, pada mulanya arsitek merencanakan sekolah taman kanak-kanak khususnya terletak pada koridor gedung A. Maka perusahaan membuat sedikit area untuk mengakomodasi aktivitas bermain anak di sudut koridor berupa taman bermain anak. Taman bermain anak-anak ini dapat menjadi focal point courtyard dalam

(53)

area tersebut karena menggunakan pola paving yang berwarna-warni agar menciptakan karakter ruang yang ceria.

Gambar 83 Usulan konsep indoor landscape gedung A (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Penerapan desain pada area taman kanak-kanak sesuai dengan pernyataan Ingels (2004) dalam bukunya bahwa focalization of interest merupakan suatu desain yang dapat mencuri perhatian penggunanya. Dalam hal ini, perpaduan warna menarik perhatian penggunanya dan juga merupakan suatu kesatuan (unity) pada area tersebut. Penanaman di sepanjang koridor menggunakan pola organik yang ditata acak menciptakan suasana tropis yang kuat. Pada koridor ini pun dirancang dengan adanya tempat duduk agar sepanjang koridor pun dapat menjadi ruang publik untuk duduk dan bersantai. Selain itu, kegiatan atau event tertentu dapat memanfaatkan area sepanjang koridor.

Pada indoor landscape gedung B akan berfungsi sebagai area perkantoran (Gambar 84). Desain pada indoor landscape gedung B memiliki kesamaan dengan gedung A. Pada indoor landscape gedung B akan dibuat sebuah area yang dapat digunakan untuk bebas berjalan dan singgah serta ketersediaan area untuk duduk dan bersantai dengan perpaduan elemen air dari sungai buatan dan air

(54)

terjun buatan serta penanaman tropis yang kuat. Pada koridor gedung B, di desain sama dengan koridor gedung A yaitu sebagai tempat berjalan, duduk, bersantai, dan dapat juga berfungsi untuk event kantor dengan desain penanaman tropis yang kuat.

Gambar 84 Usulan konsep indoor landscape gedung B (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Selanjutnya Gambar 85 usulan konsep indoor landscape gedung C. Gedung C ini memiliki fungsi sebagai hotel Pada gedung C sudah didesain oleh arsitek sebuah kolam renang. Dengan fungsi gedung sebagai hotel serta kolam renang yang sudah didesain, maka desain lanskapnya akan menyesuaikan dengan menciptakan karakter dan suasana tropis yang lebih modern dengan perpaduan material yang sesuai.

Konsep penanaman tanaman tropis akan diterapkan seperti pada beberapa gedung sebelumnya untuk menciptakan suatu kesatuan dalam desain. Pada area kolam renang gedung C ini memiliki pola penanaman yang hampir sama dengan indoor landscape gedung A yaitu mengikuti bentuk dasar kolam. Dalam aplikasinya dapat dilihat seperti pada design inspiration image yaitu penanaman pohon fitur yang ditanam di pinggir kolam dengan tanaman penutup tanah yang

(55)

pendek. Menyediakan area untuk duduk di sekitar kolam dengan pola penanaman tropis.

Selanjutnya pada koridor gedung C memiliki pola desain yang sama dengan koridor gedung lainnya yaitu pola penanaman secara acak dan memiliki kesan tropis yang kuat. Dapat berfungsi sebagai area untuk berjalan sebagai koridor, untuk duduk dan bersantai, dan juga dapat mengakomodasi suatu kegiatan atau event.

Gambar 85 Usulan konsep indoor landscape gedung C (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Setelah dipresentasikan lalu dilakukan diskusi mengenai preliminary concept design tersebut. Dalam diskusi ditemui banyak ketidaksesuaian dengan keinginan klien dan tim perancang lainnya sehingga dicari bersama solusi yang terbaik bagi semua belah pihak. Setelah solusi didapatkan, revisi pertama akan dimulai. Konsep yang diangkat dalam perancangan taman pada proyek ini yaitu integrated landscape dengan menghadirkan nuansa tropis modern. Setelah dipresentasikan, ada beberapa area pada conceptual landscape plan yang desainnya masih kurang sesuai dengan keinginan klien serta adapun berbagai pertimbangan tim perancang yang merasa ada beberapa pola desain yang terlalu rumit sehingga butuh adanya revisi. Setiap setelah presentasi dilakukan diskusi

(56)

secara matang dengan tim perancang dan pada akhirnya menghasilkan tiga kali revisi. Gambar 86 merupakan revisi-revisi conceptual landscape plan.

Gambar 86 Revisi-revisi conceptual landscape plan Menteng Square (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)

Revisi A

Revisi B

(57)

Revisi pertama

Pada revisi A, klien merasa perlu adanya perbaikan pada area turap dan koridor tiap gedung. Setelah mendapatkan kepastian dari pihak pemilik ruko untuk tidak melakukan pembebasan lahan pada rukonya maka hal tersebut diatasi dengan solusi berupa screening dengan melakukan penanaman yang dapat mengurangi visual buruk pengguna ke arah ruko.

Selanjutnya pada gedung A, B dan C secara umum memiliki pola desain indoor landscape yang sama, namun klien mengusulkan untuk menyamakan material footpath tiap indoor landscape. Selain itu koridor tiap gedung memiliki pola yang terlalu rumit dan kesan tropis yang sangat dominan sehingga kesan modern menjadi hilang. Selain itu, kerumitan suatu desain dapat mempengaruhi waktu dalam implementasi dan dana yang tersedia. Maka klien meminta pada perusahaan ESCI untuk menyederhanakan pola pada tiap koridor gedung.

Pada koridor gedung A terdapat permainan pola pada footpath dari bentuk dasar lingkaran, sedangkan pada gedung B menggunakan permainan pola footpath secara linear, lalu pada gedung C terdapat permainan pola footpath dengan bentuk dasar lingkaran seperti koridor gedung A. Secara keseluruhan koridor tiap gedung menjadi lebih lebar karena penanaman pada koridor disederhanakan. Lalu di sudut koridor gedung A ditambahkan water feature untuk menambah elemen air pada koridor. Pola sirkulasi taman bermain anak yang memiliki kesan ceria itu pun telah dihilangkan pada koridor gedung A karena sekolah taman kanak-kanak dipindahkan ke gedung C sehingga desain pada koridor gedung C area desain ditambahkan. Selain itu adapun area yang dapat didesain yaitu area disebelah indoor landscape gedung C. Area tersebut memiliki perbedaan ketinggian dengan area kolam renang. Area tersebut berpotensi untuk dihijaukan dengan vertical greenery dipadukan dengan water feature.

Revisi Kedua

Pada revisi B terjadi perbaikan pada area turap, indoor landscape gedung A, B, C, dan koridor. Pada area turap, menurut klien penanaman pohon dan tanaman penutup tanah dengan pola linear dirasa monoton sehingga klien meminta untuk mengubahnya menjadi lebih dinamis dan fleksibel. Selain itu

(58)

tanaman penutup memiliki kesan yang terlalu semarak. Maka pola penanaman pohon pada area turap diubah menjadi penanaman pohon secara cluster atau berkelompok dan tanaman penutup tanah disederhanakan dengan mengusulkan satu jenis tanaman penutup tanah sepanjang area turap.

Indoor landscape gedung A, B, dan C pun terjadi perubahan. Pada indoor landscape gedung A, arsitek membatalkan pembuatan kolam, maka pada area tersebut, arsitek lanskap menjadikannya sebagai tempat untuk duduk dan bersantai dengan penanaman pohon fitur yang ditata mengikuti pola footpath dari bentuk zig-zag. Pada indoor landscape gedung B pun terjadi penyederhanaan pola desain yaitu water feature hanya berada pada sudut ruangan saja dan penanaman pohon fitur yang menggunakan pot. Selain itu material footpath pun lebih disederhanakan kembali. Ruang ini memiliki fungsi yang sama dengan indoor landscape gedung A yaitu untuk duduk dan bersantai. Indoor landscape gedung C hanya mengalami perubahan pada material footpath yang diseragamkan dengan material footpath pada indoor landscape lainnya.

Selanjutnya koridor tiap gedung terjadi penyederhanaan pola yaitu dengan menggunakan satu jenis material saja untuk footpath dan penanaman menjadi lebih sedikit.

Revisi Ketiga

Pada revisi ketiga terjadi perbaikan berikutnya pada setiap indoor landscape dan koridor. Pada indoor landscape gedung A, klien merasa kurang sesuai dengan pola footpath dengan bentuk zig-zag, klien menginginkan pola yang rapi untuk menciptakan suasana modern. Maka pada indoor landscape gedung A dibuat pola footpath yang tegas secara linear menggunakan material yang berbeda untuk menciptakan pola dengan tatanan pohon yang ditata mengikuti pola linear footpath.

Pada indoor landscape gedung B, klien merasakan kemonotonan bila semua indoor landscape dibuat linear, maka desain pada area tersebut mempertahankan water feature dan menyeragamkan material footpath dan menata pohon dengan planter yang berbentuk oval sehingga memiliki kesan yang organik.

(59)

Selanjutnya pada indoor landscape gedung C, dengan material footpath yang disederhanakan, dipertimbangkan kembali bersama tim perancang dan klien untuk memberi pola pada area tersebut. Agar memiliki kesatuan pola, pada area ini menerapkan pola yang sama dengan indoor landscape gedung A.

Koridor tiap gedung pun mengalami perbaikan karena penyederhanaan desain menciptakan area yang terkesan monoton sehingga dilakukan perbaikan dengan menambah pola pada footpath sepanjang koridor. Agar memiliki keseimbangan dalam desain, setelah menerapkan pola dengan bentuk linear pada indoor landscape maka pada koridor gedung dibuat pola dengan bentuk lekukan organik dengan memberi perbedaan material untuk menciptakan pola tersebut. Pola tersebut memberi makna sebuah pergerakan atau sequence dengan mengadopsi bentuk sungai.

Pada koridor gedung C terdapat sebagian ruang koridor dengan pola material footpath yang berbeda. Hal tersebut adalah untuk membedakan antar ruang yang satu dengan ruang lainnya. Area tersebut direncanakan akan menjadi area yang akan digunakan bagi siswa sekolah taman kanak-kanak serta direncanakan sedikit area untuk taman bermain anak. Maka pola yang digunakan cukup dengan pola organik dari bentuk dasar lingkaran yang sederhana untuk memberi kesan yang tidak terlalu kaku. Area turap tidak mengalami perubahan yang signifikan dan telah disepakati bersama.

Revisi ketiga tersebut menjadi conceptual landscape plan yang telah disepakati oleh seluruh pihak dalam tim perancang pada proyek ini. Dengan disepakatinya satu buah conceptual landscape plan, perusahaan ESCI telah masuk pada tahap final concept design dan akan melanjutkan ke tahap perancangan selanjutnya. Conceptual landscape plan pada lantai empat dan roof garden sementara belum mendapatkan revisi karena sementara fokus klien adalah memiliki final concept design untuk lantai dasar terlebih dahulu. Maka pada saat mahasiswa magang, lantai empat dan roof garden masih sebatas draft preliminary concept design.

Menurut Booth (1983) pada tahap desain awal (Preliminary Master Plan), semua elemen desain dimasukkan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnya, dengan gaya grafis semi komplit. Semua elemen desain dipertimbangkan,

Gambar

Gambar 39 Peta dasar lantai dasar Menteng Square  (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)
Gambar 41 Peta dasar atap Menteng Square  (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia, 2011)
Gambar 46 Zona desain indoor landscape
Gambar 47 Kondisi eksisting area indoor landscape   (Foto: Mohammad Andika, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyedian Barang/jasa memiliki pengalaman paling sedikit 1 (satu) kali menyediakan barang sejenis dalam kurun waktu selama 4 tahun terakhir, termasuk pengalaman sub kontrak

Adapun tujuan dari pembuatan sistem informasi dan promosi berbasis web bagi PT.Perkebunan Tambi adalah untuk mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan ilmu yang didapat

Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan dari sana Ia akan datang untuk

Penetapan Target Spesifikasi Produk Agar mudah dalam mengidentifikasi kendala yang mungkin dihadapi untuk mencapai solusi optimal, spesifikasi desain disusun

Perasaan karyawan akan affective commitment yang tinggi rnembuat karyawan tetap bertahan di perusahan mereka karena mereka mendukung apa yang menjadi tujuan perusahaannya dan

Dalam proses pembuatannya serat yang berasal dari pulp dan kertas bekas dibantu dengan bahan pengisi dan zat warna dengan perbandingan tertentu tergantung pada jenis kertas yang

Radar Bandung lahir dari kalangan muda berbakat di bidang surat kabar, berkibar bersama bendera Grup Jawa Pos, harian pagi ini bukan hanya memberi saluran

Penelitian Peneliti Unggulan Interdisipliner Tahun 2017 difokuskan pada isu-isu mengenai: masyarakat ekonomi asean, radikalisme dan terorisme, pemberantasan tindak