• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan dalam Novel Carang-Carang Garing Karya Tiwiek SA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan dalam Novel Carang-Carang Garing Karya Tiwiek SA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 166

Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan dalam

Novel

Carang-Carang Garing

Karya Tiwiek SA oleh: Dwiari Anggun Pramitha

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa dwiarianggun@gmail.com

Abstrak: Penelitan ini bertujuan (1) Mendeskripsikan struktural yang terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Analisis struktural yang digunakan dalam skripsi ini adalah tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang; (2) Mendeskripsikan aspek psikologi dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA yaitu: id, ego, dan super ego; (3) Mendeskripsikan nilai pendidikan moral yang terkandung dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA, yaitu: hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial, hubungan manusia dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian yaitu novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Data penelitian adalah analisis struktural, psikologi sastra dan nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik pustaka, teknik simak dan catat. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan tabel pencatat data. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal. Hasil penelitian menjelaskan berupa: 1) analisis struktural yang digunakan dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA adalah tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang; 2) psikologi sastra dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA membahas delapan tokoh yaitu Darmini, Suyatman, Darminah, Bambang, Camat Heru, Tutik, Lik Sumi, Adri. Pada analisis psikologi tokoh Darmini, Suyatman, Darminah, Camat Heru, dan Tutik lebih cenderung dominan dalam kepribadian ego dari pada id dan super ego. Kepribadian ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar, sehingga sering kali ego harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara id dan super ego dan dunia luar. Tokoh Bambang cenderung pada kepribadian id. Kepribadian id merupakan reservoir energi psikis yang menggerakkan ego dan super ego. Hal ini terlihat pada tindakan yang dilakukan Bambang kepada Darmini, dirinya berkata kasar, seenaknya, dan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Sedangkan tokoh Adri cenderung pada kepribadian super ego. Kepribadian super ego cenderung untuk menentang baik ego dan id. Terlihat pada kecurigaan Adri dengan meninggalnya Wawan karena tenggelam. Padahal dirinya tahu kalau Wawan pandai berenang; 3) nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA terbagi atas empat pembahasan yaitu hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial, hubungan manusia dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi niat baik, sedih, bijaksana, rela berkorban, pantang menyerah, dan yakin. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial meliputi memuji atau menyanjung orang lain, tulus, pengkhianatan, cinta kasih terhadap suami istri, anak terhadap orang tua, dan kekeluargaan. Nilai moral hubungan manusia dengan lingkungan alam yaitu rindu kampung halaman. Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya yaitu berserah diri dan berdoa.

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 167 Pendahuluan

Novel merupakan sebuah totalitas, yaitu suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Dalam hal ini, novel dibangun atas unsur ekstrinsik dan intrinsik. Seperti yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2013: 5), di dalam novel terdapat tema, amanat, karakteristik tokoh, alur, latar cerita, dan sudut pandang cerita (point of view). Selain itu, setiap novel senantiasa menawarkan pesan moral atau amanat yang berhubungan dengan sifat-sifat kemanusiaan. Hal tersebut tersampaikan melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokohnya.

Novel yang dihasilkan oleh para pengarang selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter tertentu sehingga dapat dikatakan bahwa novel juga menggambarkan kejiwaan manusia, walaupun pengarang hanya menampilkan tokoh itu secara fiksi. “Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa” Endraswara (2013: 96).

Ilmu sastra dan psikologi juga tidak dapat dilepaskan dari pengkajian dan telaah sastra. Sastra yang ditempatkan sebagai hasil aktivitas dan ekspresi pengarang. Sementara itu, studi psikologi menempatkan pengarang sebagai tipe atau pribadi. Psikologi sastra juga merupakan studi proses kreatif dan menelaah tentang tipe, hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra (Minderop, 2013: 54). Sejalan dengan itu, psikologi sastra juga mempelajari dampak sastra bagi para pembaca. Oleh karena itu, kajian psikologi sastra dapat membantu peneliti dalam meninjau karya sastra agar menjajaki pola-pola yang belum terjamah sebelumnya sehingga hasilnya merupakan kebenaran yang mempunyai nilai-nilai artistik yang dapat menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra tersebut.

Karya sastra pada hakikatnya penjelmaan angan serta pengalaman pengarang dengan kekuatan imajinasinya. Karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan karya sastra itu dapat memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan manusia pada umumnya, yakni berupa

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 168 nilai-nilai sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, dan religius. Hal itu terjadi karena karya sastra bersifat multidimensi yang di dalamnya terdapat dimensi kehidupan, contohnya saja jenis karya sastra berupa novel.

Pada novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA, pengarang mampu membawa pembaca masuk dalam suasana yang diceritakan. Pembaca seolah-olah merasakan kesedihan tokoh utama (Darmini) dalam menghadapi persoalan yang menimpanya dan menimpa keluarganya. Novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA ini secara tidak langsung mengandung unsur psikologi sastra perwatakan tokoh dan konflik dan nilai-nilai pendidikan yang dapat dimanfaatkan bagi pembacanya. Unsur psikologi sastra perwatakan tokoh dan konflik yang dapat didefinisikan adalah psikologi dari setiap tokoh yang terkandung pada novel tersebut. Pembaca dapat memanfaatkan novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA untuk diambil psikologi dari setiap tokoh dan nilai pendidikan moral dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui metode analisis isi. Subjek penelitian ini adalah data. Data-data yang digunakan pada penelitian ini adalah kutipan langsung ataupun tidak langsung yang berupa percakapan dan narasi dari teks novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Sedangkan datanya adalah unsur instrinsik, unsur psikologi dan nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung di dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Penelitian dilakukan dengan cara menyimak secara cermat novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA mengenai psikologi, yaitu id, ego dan superego serta nilai pendidikan, yaitu nilai moral. Data dalam penelitian ini berupa unsur instrinsik, unsur psikologi dan nilai pendidikan moral yang terkandung di dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Teknik penyajian hasil data yang digunakan penulis adalah teknik informal.

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 169 Hasil Penelitian

1. Struktur Novel dalam Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA a. Tema

Tema adalah suatu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan sekaligus menjadi sasaran dari karangan tersebut (Nurgiyantoro, 2013: 115). Tema dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA adalah perekonomian (kehidupan yang sangat pas-pasan), seperti kutipan berikut:

‘Tidak seperti sekarang, kehidupannya sangatlah susah. Padahal anaknya banyak yang lagi mentas masih satu, si Minten yang dinikahi orang Karangrejo. Darmini yang sudah menjadi perawan besar belum ada yang menanyakan.’ (CCG 2, hal. 16)

Tema utama yang merupakan tema pokok yang mendasari dalam tema novel tersebut, yaitu perekonomian, semua masalahnya kompleks pada masalah perekonomian, menyangkut antar manusia dan perekonomian yang ada di kehidupan sehari-hari. Nasibnya orang kecil, sudah sengsara berusaha mencari makan masih harus menanggung kehidupan yang pahit dan menderita. Ibaratnya seperti ranting-ranting garing, yang hanya bisa untuk pemberian kayu bakar, tanpa bisa digunakan untuk keperluan lain yang lebih berguna. Sampai pada akhirnya, Suyatman berniat jahat ingin menyingkirkan Iwan anak dari adik istrinya Tutik karena dia tidak ingin harta Tutik jatuh ke pewaris anak kandungan bukan jatuh ketangan Darmono anak angkat Tutik, terlihat pada kutipan sebagai berikut.

‘Menurut Suyatman, Heru dan Tutik sekarang jelas sudah tidak sayang lagi pada Darmono. Kenyataannya, hanya karena kesalahan kecil, Darmono dihajar sampai punggungnya garis-garis. Tidak mokal lain waktu Darmono disakiti lebih parah. Karena disetani oleh pangrasa itu, batinnya Suyatman langsung punya rencana yang kurang baik daripada anakku selalu disakiti dan tidak jadi dapat harta, lebih baik Wawan dibunuh saja.’

(CCG 8, hal. 68) b. Tokoh dan Penokohan

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 170 Tokoh dan penokohan dalam suatu karya fiksi sebenarnya merupakan dua sisi dari suatu struktur cerita. Tokoh adalah pelaku dalam cerita sedangkan penokohan adalah teknik dalam menampilkan tokoh untuk identitas tokoh. Tokoh tambahan yang terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA yaitu Suyatman, Darminah, Bambang, Heru, Tutik, Lik Sumi, Adri. Letnan Tarmuji, Wawan Setiawan, Darmono, Mulatsih, Paiman, Mbok Sarjinten, Mbah Brewok. Mereka dalam cerita berperan menjadi tokoh pembantu di dalam jalannya cerita. Selain tokoh utama, terdapat pula tokoh tambahan dan tokoh pembantu dalam novel ini, yaitu tokoh yang sesekali muncul tanpa pembahasan yang mendetail dalam penggambaran wataknya. Watak tokoh utama dan tokoh tambahan dalam kutipan novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA meliputi: 1. Darmini (rajin, sayang terhadap keluarga, tetapi mudah diperdaya oleh laki-laki, nekat, pendendam, dan cerdik); 2. Suyatman (serakah, jahat, keras, percaya terhadap mimpi, pemalas, suka berbicara kasar terhadap istrinya, pemarah, pintar bersandiwara, tidak mudah menahan emosi); 3. Darminah (patuh terhadap suami walaupun disuruh bertindak tidak baik, pintar bersandiwara, orang yang tidak tegaan); 4. Bambang (ingkar janji dan tidak bertanggung jawab); 5. Camat Heru (ramah, sabar dan bijaksana.); 6. Tutik (baik dan jujur); 7. Lik Sumi (tidak suka memaksa kehendak orang lain); 8. Andri (membongkar kematian Wawan dan berhasil menemukan orang yang membunuh Wawan).

c. Alur

Menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2013: 167) mengemukakan alur adalah sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA adalah alur campuran. Jalannya cerita yang dipaparkan menggunakan dua arah alur, yaitu di bagian awal alur novel lurus, sedangkan di tengah cerita alur novel mundur dan yang ketiga muncul alur lurus bercampur mundur. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 171 SA memiliki alur campuran yang menggunakan alur lurus dan alur flash-back sekaligus dalam satu cerita. Tahapan alur dibagi menjadi lima bagian yang disajikan oleh Nurgiyantoro (2013: 209-210) meliputi: (1) penyituasian (menurut Tasrif), (2) pemunculan konflik, (3) peningkatan konflik, (4) klimak, (5) penyelesaian. Berawal dari tahap penyituasian, menjelaskan awal cerita yang berisi tentang keluarga Suyatman yang hidup serba kekurangan. Tahapan konflik yang kedua, yaitu tahap pemunculan konflik yang artinya mulai muncul masalah dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Munculnya masalah berawal dari hamilnya Darmini yang diberi janji akan dinikahi oleh Bambang (kontraktor bangunan), ternyata janji itu hanya omong kosong, namun Bambang tidak mau bertanggung jawab dan hamilnya Tutik adik Darminah, yang ternyata hal ini tidak membuat Suyatman tidak suka dan mempunyai niat jahat.

Tahapan peningkatan konflik merupakan tahap konflik yang semakin meningkat, dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA diceritakan bahwa Suyatman ingin menggugurkan bayi yang dikandung Tutik (adik istrinya yang dinikahi oleh Camat Heru) melalui perantara salah satu dukun hal ini dijalankan karena Suyatman berharap supaya hartanya Heru jatuh pada Darmono, perbuatan Suyatman itu digagalkan oleh Darmini yang mengganti botol isi jamu dari dukun. Botol itu diganti botol lain yang isinya jamu untuk wanita yang sedang hamil kemudian botol isi jamu yang sudah ditukarkan diminum oleh Darmini untuk menggugurkan kandungannya sendiri.

Tahapan klimak merupakan tahapan konflik yang semakin rumit. Kerumitan konflik yang terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA dapat dilihat melalui cerita tentang Tutik melahirkan bayi laki-laki yang bernama Iwan Setiawan. Konflik berikutnya, setelah Iwan Setiawan berusia empat tahun dijatuhkan oleh pamannya sendiri yaitu Suyatman seketika anak itu tenggelam dan meninggal.

Tahapan penyelesaian dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA yaitu yang membunuh Iwan Setiawan tidak lain pamannya sendiri Suyatman.

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 172 Suyatman mengakui perbuatannya setelah ia melihat suara Iwan Setiawan memanggil-manggil dirinya dan menyelesali perbuatannya itu.

d. Latar

Latar dalam cerita adalah suatu lingkungan terjadinya peristiwa dalam karya sastra (Santosa, 2009: 65). Latar yang terdapat pada novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA adalah latar waktu, tempat, dan latar sosial budaya. Hal itu sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro 2013: 302) bahwa latar sebagai landasan tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Latar waktu selalu berhubungan kapan terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang dipaparkan dalam novel tersebut banyak terjadi pada waktu malam hari, sedangkan waktu pagi, siang, dan sore diungkapkan secara tersirat.

Latar tempat dalam novel ini antara lain: dirumah Darmini, kantor Bambang, losmen Menur, gang selatan pasar. Di bagian awal novel sering dijelaskan tempat dirumah Darmini. Pada bagian kedua dan ketiga cerita yang ditampilkan merupakan kisah perjalanan Darmini dari meminta pertanggungjawaban hingga dirinya membunuh laki-laki yang mengkhianatinya. Pada bagian keempat cerita yang ditampilkan merupakan kisah Suyatman ayah Darmini yang berniat jahat Iwan Setiawan. Selanjutnya, pada bagian terakhir kembali lagi tempat dirumah Darmini mendominasi kisah cerita novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Sudut pandang yang terdapat pada novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA yaitu orang pertama dan ketiga antara “aku” dan “dia” sekaligus.

2. Aspek Psikologi Tokoh dalam Novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA a. Id

Id yaitu realitas psikis yang sebenarnya merupakan dunia batin atau subjektif manusia dan tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia objektif. Konflik yang dialami Darmini tidak hanya berasal dari dalam dirinya, tetapi juga

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 173 konflik luar pun mendominasi kisah hidupnya. Kondisi kejiwaan Darmini dapat dipastikan sangat terganggu oleh konflik-konflik yang dialaminya. Kehidupan orang tuanya yang pas-pasan dan mempunyai dua adik, Darmini yang dihamili oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan tidak merasa senang kehamilan buliknya akan digugurkan oleh bapaknya, terlihat pada kutipan di bawah ini:

“Kemudian kejadian kenistaan itu. Darmini terpaksa pasrah semua ketika sudah tidak kuat menahan rasa jatuh cinta, walau pintarnya si kumbang yang sejatinya hanya butuh menghisap madu.” (CCG 2, hal. 12) Darmini memiliki kekuatan id yang mendorong dirinya untuk mendapatkan perasaan seksual, menahan rasa sakit, menghindari rasa tidak nyaman dan mencari kenikmatan yang mendorong id untuk melakukannya meskipun Darmini pada akhirnya menyesal, sedangkan ego nya yang bekerja dalam dirinya meluap dan menggebu sehingga jalan yang ditempuh Darmini untuk mendapatkan id segalanya pun tercapai.

b. Ego

Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena hubungan organisasi untuk berhubungan baik dengan dunia luar. Beberapa konflik yang mendominasi kehidupan Darmini, membuat dorongan negatif yang semakin memuncak. Pada akhirnya dapat disimpulkan Darmini merupakan cermin manusia yang memiliki kemauan keras bahkan tidak bisa melihat saudara-saudara termasuk buliknya tersakiti, namun suatu hari super ego yang mengacu pada hati nurani mulai ada dalam jiwanya. Hal ini terbukti pada masalah dirinya sendiri dan ingin menggagalkan niat jahat bapaknya.

“Malam itu Darmini klisikan. Tidak langsung bisa tidur. Pikirannya nglambrang. Mikir nasibnya, ya mikir bapaknya yang nggembol niat jahat. Bagaimana ya caranya mengingatkan bapaknya supaya rancangan mengambil hartanya pak lik itu batal?”

(CCG 3, hal. 24)

Berawal dari situlah super ego Darmini tersentuh hati nuraninya saat memikirkan nasib dirinya sendiri dan mencari cara untuk menggagalkan niat jahat bapaknya. Tokoh Darmini memiliki hati nurani yang tinggi.

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 174 c. Super Ego

Super ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional, serta cita-cita masyarakat dan merupakan cabang moral atau cabang keadilan. Id dan ego Darmini yang awalnya muncul sangat tinggi sekarang mampu terhapus dengan super egonya, terlihat pada kutipan di bawah ini:

‘Malam itu Darmini klisikan. Tidak langsung bisa tidur. Pikirannya nglambrang. Mikir nasibnya, ya mikir ya miki bapaknya yang nggembol niat jahat. Bagaiman ya caranya mengingatkan bapaknya supaya rancangan mengambil hartanya pak lik itu batal? Darmini yakin, jika terbukti kandungannya Bulik Tutik tidak gugur, bapaknya pasti mencari rencana lain supaya iktiyarnya berhasil. Kemudian Darmini sendiri bagaimana? Bagaimana jika terlanjur tidak bisa punya turun karena dayanya jamu Mbok Sarijinten? Bagaimana?alaaah embuh! Orang kenyataan perutnya belum merasa apa-apa. Bisa juga sekali ini jamunya Mbok Sarijinten tidak manjur yang artinya perut Darmini ya bakal semakin tambah besar! Perutnya tambah besar? Waduh, jelas tidak bisa menghindari aib yang bakal menjatuhkan keluarga! Huh, akan ketahuan! Darmini hamil nganggur!.’ (CCG 3, hal. 24)

3. Nilai Pendidikan Moral dalam Novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA

Nilai pendidikan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terkandung dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA. Menurut pendapat Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2013: 430) menyatakan bahwa moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu, bersifat praktis dan dapat ditafsirkan oleh pembaca. Nilai pendidikan moral dibagi menjadi empat yaitu:

a. Hubungan manusia dengan diri sendiri

Persoalan hidup manusia dengan diri sendiri dapat bermacam-macam jenis dan tingkat intensitasnya. Tentu saja tidak lepas kaitannya dengan persoalan hubungan antara sesama dengan Tuhan seperti eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, takut, maut, rindu, dendam, kesepian, keterombang-ambingan antara beberapa pilihan, dan lain-lain yang lebih melibat ke dalam diri dan kewajiban seseorang individu. Salah satu contoh kutipannya (niat baik berniat untuk membawa Darmono pulang lagi):

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 175 ‘Iktiyarnya Tutik dan Heru mengajak pulang Darmono, gagal. Suyatman tetap pada pendirian tidak mengikhlaskan anaknya diajak pulang ke rumah kecamatan. Jadinya Heru dan Tutik nglentung pulang hanya bisa membawa sakit hati. Sedikit banyak merasa kehilangan. Walaupun mulai Darmono itu hanya anak tiri, tetapi mengasuhnya dari kecil. Kasih sayangnya dua orang kepada Darmono juga utuh, tidak dibeda-bedakan antaranya Darmono dan Wawan. Heru sampai menghajar Darmono, niatnya memang hanya mengingatkan agar hati-hati. Sama sekali tidak punya niat lainnya tidak tahunya langsung mengakibatkan salah paham.’(CCG 8, hal. 71)

b. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial

Masalah-masalah yang hubungannya dengan sesama manusia itu antara lain dapat berwujud persahabatan yang kokoh ataupun rapuh, kesetiaan, pengkhianatan, kekeluargaan: hubungan suami istri, orang tua kepada anak, cinta kasih terhadap suami istri, anak terhadap orang tua, sesama maupun tanah air, hubungan buruh kepada majikan, hubungan atasan dengan bawahan, dan lain-lain yang melibatkan interaksi antarmanusia, salah satu contoh kutipannya (Memuji atau menyanjung orang lain antar kakak beradik):

‘Darmini sibuk di dapur menyalakan api untuk membuat minum. Lagi akan teringat jika bubuknya habis. Terpaksa lari ke rumahnya Lik Surti cari hutang. ‘Mbak, jamu darimu yang diberikan itu memang manjur sekali. Selesai meminum badanku terasa segar enak, rasa malas-malasan langsung hilang. Selesai itu aku pulang senang makan lagi. Padahal sebelumnya minum jamu yang diberikanmu tidak suka makan lagi. Mbak aku dipesankan lagi ta Mbak, “ucapannya Tutik.’ (CCG 5, hal. 37)

c. Hubungan manusia dengan lingkungan alam

Manusia hidup memiliki ketergantungan dengan alam. Itulah sebabnya manusia tidak bisa dilepaskan dari alam. Alam merupakan sumber daya yang terpenting yang harus kita jaga. Oleh karena itu, hubungan manusia dengan alam sekitar adalah harus menjaga kelestarian dan keseimbangan alam, salah satu contoh kutipannya (rindu kampung halaman):

‘Tapi Ibu, ternyata mana-mana ternyata rasa ini tidak bisa tentram. Hati ini selalu diburu ada rasa kwatir. Tinggal dimana saja tempat merasa tidak aman. Mata polisi selalu mengawasi semua tingkahku. Aku tidak kuat Ibu. Maka dari itu kemudian aku memutuskan pulang saja.

(11)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 176 Biarkan saja ditangkap polisi jika bukan dirumah ini. Aku sudah siap ...’(CCG 12, hal. 111)

d. Hubungan manusia dengan Tuhannya

Bukti rasa syukur manusia kepada Tuhan serta perwujudan hubungan manusia dengan sang pencipta. Secara umum, agama tidak hanya mengajarkan tentang kewajiban yang harus dilakukan manusia terhadap Tuhan (ibadah), tetapi seseorang yang religius atau beragama adalah orang yang mencoba memahami dan menghayati hidup dan kehidupan ini lebih dari sekedar lahiriah saja, tetapi juga menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati untuk kebutuhan rohaninya, salah satu contoh kutipannya (berserah diri, menyesali kelakuannya sendiri):

‘Padahal sejatinya, Darmini nangis mulai sesali perilakunya sendiri sudah terlanjur menyebabkan meninggalnya Bambang dan sekarang lagi jadi buronan polisi Surabaya. Tidak usah kok tangisi Min. Semua sudah terlanjur. Bapakmu ya sudah mengaku dengan kesalahannya kok. Ya muga-muga saja kita kuat menerima coba ini, Darminah memberikan hiburan.’ (CCG 12, hal. 110)

Simpulan

Tema yang terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA yaitu perekonomian. Hal tersebut dikarenakan isi dari novel sebagian membahas mengenai sebuah pemikiran dan tema perekonomian kehidupan yang mewarnai cerita novel tersebut. Tokoh utama dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA adalah Darmini, Darmini memiliki perwatakan rajin, sayang terhadap keluarga, gampang diperdaya oleh laki-laki, nekat, pendendam dan cerdik. Tokoh tambahan dalam novel

Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA antara lain Suyatman, Darminah, Bambang, Heru, Tutik, Lik Sumi, Adri. Letnan Tarmuji, Wawan Setiawan, Darmono, Mulatsih, Paiman, Mbok Sarjinten, Mbah Brewok tokoh-tokoh ini tidak sering dimunculkan hanya sebagai penggerak konflik cerita. Alur yang terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA adalah alur campuran karena menggunakan dua alur lurus dan alur mundur. Tahapan konflik yang terjadi dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA antara lain tahap penyituasian, pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks dan penyelesaian. Latar waktu yang terdapat dalam novel Carang-Carang

(12)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 177

Garing karya Tiwiek SA antara lain pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari. Latar tempat yang terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA antara lain: dirumah Darmini, kantor Bambang, losmen Menur, gang selatan pasar. Latar sosial, budaya terdapat dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA antara lain kebiasaan hidup, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, bersikap. Sudut pandang yang terdapat pada novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA yaitu orang pertama dan ketiga antara “aku” dan “dia” sekaligus. Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA dibagi menjadi empat nilai, yaitu hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi: niat baik, sedih, bijaksana, rela berkorban, pantang menyerah, dan yakin; hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial meliputi: memuji atau menyanjung orang lain, tulus, pengkhianatan, cinta kasih terhadap suami istri, anak terhadap orang tua, dan kekeluargaan; hubungan manusia dengan lingkungan alam meliputi: rindu kampung halaman; dan hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi: berserah diri dan berdoa. Psikologi sastra yang terkandung dalam novel Carang-Carang Garing karya Tiwiek SA terdiri dari struktur kepribadian meliputi id antara lain: seksual, menahan rasa sakit, menghindari rasa tidak nyaman, mencari kenikmatan; ego antara lain: kecemasan, rasa bersalah, rasa bersalah yang dipendam, rasa kesedihan, rasa kebencian, rasa cinta;

super ego, yaitu hati nurani.

Daftar Pustaka

Endraswara, S. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: FBS Universitas Negri Yogyakarta.

Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra: Karya Sastra,Metode, Teori, dan Contoh Kasusnya. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Santosa, Heru Wijaya, dkk. 2009. Pengkajian Prosa Fiksi. Purworejo: FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh pendekatan kontekstual melalui

Gambang Mas sudah ada sistem akuntansi penjualan tunai yang sederhana, (2) permasalahan yang muncul akibat dari kelemahan sistem akuntansi penjualan tunai yang terdapat dalam

Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui analisis dan perhitungan kerugian piutang jika perusahaan menggunakan metode saldo piutang dinaikan dan

Respon pelaksanaan program pembelajaran evaluasi oleh mahasiswa peserta mata kuliah untuk 5 subfaktor, yaitu variasi model yang digunakan, keterlibatan berpikir,

Pada umumnya Porang yang tumbuh karena ditanam akan membentuk pola persebaran yang seragam, seperti pada Desa Manggisan karena ditanam dengan jarak 1x1

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran aktif mind maps dalam pembelajaran bahasa Indonesia memiliki dampak positif

Untuk mengevaluasi berbagai alternatif penganggaran barang modal/investasi, perusahaan harus menentukan cash flow yang sesuai, yakni data mengenai aliran