• Tidak ada hasil yang ditemukan

Help Center Ajak Mahasiswa Disabilitas dan Umum Ikuti Pelatihan Menulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Help Center Ajak Mahasiswa Disabilitas dan Umum Ikuti Pelatihan Menulis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Help Center Ajak Mahasiswa

Disabilitas dan Umum Ikuti

Pelatihan Menulis

UNAIR NEWS – Kegiatan menulis karya ilmiah seperti esai,

makalah, hingga jurnal tak pernah lepas dari kehidupan pendidikan sivitas akademika. Oleh karena itu, sivitas akademika harus terus mengasah kemampuan menulis di bidang akademik. Salah satunya, melalui pelatihan menulis esai dan produk jurnalistik.

Pelatihan itu diperuntukkan untuk sivitas akademika, termasuk mahasiswa Universitas Airlangga dengan disabilitas. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan penulisan karya ilmiah, seperti esai, makalah, dan jurnal.

Ketua Help Center UNAIR Prof. Myrtati Diah Artaria, M.A., Ph.D., mengatakan, cara berkomunikasi mahasiswa disabilitas memerlukan perhatian. Terlebih bagi kaum tuna rungu, mereka terbiasa menggunakan bahasa isyarat Indonesia (bisindo).

“Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat yang berbeda dengan bentuk baku. Secara intelektualitas, mereka tidak mengalami masalah, tetapi kita akan membantu mereka untuk mengungkapkan hal-hal yang mereka pahami dalam bentuk tulisan yang lebih baik,” tutur Prof. Myrtati.

Dalam pelaksanaannya, Help Center UNAIR menggandeng Komunitas Mata Hati untuk memberikan pelatihan penulisan bagi mahasiswa disabilitas dan umum dari UNAIR serta perguruan tinggi lainnya. Mereka menghadirkan redaktur Tempo yang juga alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR Endri Kurniawati. Pelatihan baru berlangsung selama satu kali beberapa waktu lalu. Pelatihan pertama telah diikuti oleh mahasiswa tunanetra FISIP UNAIR Alfian Andika Yudhistira. Selama pelatihan

(2)

berlangsung, Endri tak mengalami tantangan berarti sebab intelektualitas Alfian memang tak diragukan. Endri memberikan materi dalam format powerpoint (.ppt) dan langsung dikonversi dalam bentuk suara oleh Alfian.

“Saya lihat teman-teman itu pintar, lucu, dan tetap bergembira. Saya pikir, secara intelektual, mereka tidak ada bedanya dengan teman-teman mahasiswa secara umum. Minggu depan, audiensnya berbeda dari mereka yang tuna rungu, sehingga cara saya berbicara juga harus pelan-pelan dan membaca bibir. Jadi, artikulasi saya harus jelas,” tutur Endri.

Dalam pelatihan tersebut, Endri mengajak peserta untuk membuat kalimat dengan struktur yang tepat. Tentunya, ada subjek, predikat, dan objek.

“Cara menulis dan berbicara itu berbeda. Meskipun untuk menulis yang baik ada resepnya write as you talk, tapi tetap ada pola-polanya. Ini sepertinya mudah tapi dalam praktiknya tidak mudah. Karena orang yang berprofesi sebagai penulis dan wartawan pun, kadang masih belum bisa menulis dengan benar,” terangnya.

Dengan adanya pelaksanaan pelatihan ini, diharapkan kemampuan akademik mahasiswa yang mengikuti pelatihan kepenulisan bisa meningkat. (*)

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh

(3)

IKA UNAIR Luncurkan Buku

Jejak

Langkah

Ksatria

Airlangga

UNAIR NEWS – Masih dalam peringatan Dies Natalis ke-62, Ikatan

Alumni (IKA) Universitas Airlangga menerbitkan buku 100 profil alumni dengan judul Jejak Langkah Ksatria Airlangga. Launching buku tersebut dilakukan satu hari sebelum sidang universitas, yakni Rabu (9/11). Launching buku dihadiri oleh penyusun buku, pimpinan UNAIR, beberapa alumni, dan media masa baik cetak maupun online.

“Buku ini adalah bentuk komitmen UNAIR untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa. Buku ini juga untuk memotivasi alumni-alumni muda dan juga para mahasiswa,” kata Haryanto Basoeni selaku Ketua Harian IKA UNAIR.

Tercatat, UNAIR telah memiliki kurang lebih 120 ribu alumni, namun hanya 100 alumni yang dipilih untuk diprofilkan ke dalam buku tersebut. Mereka adalah alumni-alumni yang memiliki kiprah dan karya besar di masyarakat, baik di Indonesia maupun di mancanegara. Diantara mereka adalah politikus, pejabat negara, pejabat daerah, maupun tenaga medis berprestasi. 100 nama alumni tersebut dipilih berdasarkan pengajuan dari IKA fakultas yang bekerjasama dengan dekanat.

“Alumni yang masuk dalam buku ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan citra universitas dalam rangka menuju World Class

University. Sebab salah satu kriterianya adalah employer reputation,” ujar Junaidi Khotib selaku Wakil Rektor IV UNAIR.

Selain peluncuruan buku Jejak Langkah Ksatria Airlangga, UNAIR melalui Pusat Informasi dan Humas (PIH) juga meluncurkan buku dengan judul berbeda. Buku berjudul 100 Pakar UNAIR resmi diluncurkan di Rolaas Café, Surabaya, dengan dihadiri awak media di Surabaya. (*)

(4)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan

Suara Surabaya Ajak Rektor

Berdialog Dies Natalis UNAIR

UNAIR NEWS – Tepat 10 November 2016, Universitas Airlangga

genap berusia 62 tahun. Dalam rangka peringatan Dies Natalis tersebut, Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA diundang untuk berdialog dengan salah satu media populer di Surabaya, Radio Suara Surabaya FM.

Selain Rektor UNAIR, Ketua Panitia Dies Natalis Prof. Dr. Tri Martiana, dr., MS, dan Ketua Panitia Indonesia Research and Innovation Expo (IRIEx) Prof. Dr. drh Suwarno, M.Si, juga turut mendampingi dalam dialog yang dilaksanakan pada Rabu (9/11).

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasih menuturkan, tema yang diangkat dalam perayaan Hari Jadi UNAIR adalah “62 Tahun Universitas Airlangga untuk Indonesia Adil dan Beradab”. Tema tersebut dipilih untuk menunjukkan kepada masyarakat Indonesia, bahwa UNAIR siap dan telah memberikan upaya dalam menjawab kondisi Indonesia terkini.

“Tema tersebut dipilih untuk menjawab kondisi terkini Indonesia, maka UNAIR bertekad mendorong dan segera mengupayakan keadilan dengan cara-cara yang beradab,” harap Rektor UNAIR. “Tema tersebut juga beriringan dengan semboyan kita, Excellence with Morality,” imbuhnya.

Rencananya, peringatan 62 tahun UNAIR akan diperingati dengan orasi ilmiah oleh Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi

(5)

(KPK) RI Laode Muhammad Syarief, S.H., LL.M., Ph.D, yang akan memberikan orasi ilmiah bertajuk “Antikorupsi Berbasis Akademisi dan Kampus Menuju Indonesia Adil dan Beradab”.

Usai orasi ilmiah yang dipimpin oleh Prof. Nasih, peserta akan diajak ke Airlangga Convention Center (ACC) untuk mengikuti pembukaan pameran riset acara IRIEx.

Menurut Prof. Suwarno, acara pameran riset diikuti oleh sekitar 70 stan dari berbagai lembaga, yakni sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta terkemuka, industri, dinas, serta usaha kecil mikro dan menengah.

Selain indoor, pameran juga akan dilangsungkan di area

outdoor. Nantinya, di area outdoor akan dipamerkan produk

unggulan seperti hewan ternak dan tumbuhan herbal yang dibiakkan oleh sejumlah fakultas di UNAIR.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Tri Martiana menuturkan bahwa peringatan Dies Natalis UNAIR ini sebagai bentuk rasa syukur UNAIR. “Kita akan awali dengan berdoa bersama, sesuai dengan Excellence with Morality, jadi sesuai dengan moral agama,” ujar Prof. Tri Martiana. (*)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan

Mahasiswa UNAIR Menangkan

Film Inspirasi Terbaik

UNAIR NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga tak

henti-hentinya mengukir prestasi. Kali ini, prestasi membanggakan diraih oleh lima mahasiswa perwakilan dari Unit Kegiatan

(6)

Mahasiswa (UKM) Sinematografi yang memperoleh penghargaan film inspirasi terbaik melalui Festival Film Pendek Pemuda Kreatif Indonesia 2016.

Film yang memperoleh penghargaan tersebut berjudul Setetes

Koin, bertemakan lingkungan dan mengambil setting di tiga

tempat yakni di wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Festival film pendek diadakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga dengan mengangkat tema pemuda kreatif Indonesia menjawab tantangan global.

Lima mahasiswa UNAIR itu adalah Rizki Kurniawan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) selaku sutradara, Lafreenda Tialoka Mitadiar (FIB) sebagai talent, Adam Arif Makarim (FIB) sebagai editor, Nindita Naisella (FIB) sebagai art, dan Moch Ilham Prasetya (FST) sebagai talent.

Pemutaran film pendek berlangsung di XXI Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Selasa (1/11). Kepada reporter UNAIR

NEWS Rizki mengungkapkan, pada mulanya mengalami beberapa

kesulitan dalam mencari ide pembuatan film.

“Awalnya susah cari ide, terus deadline mepet banget yaitu tanggal 20 Oktober. Seminggu sebelum lomba kita bikin. Krunya juga apa adanya yang easy going pokoknya. Sempet bolos kuliah juga,” ungkap Rizki sambil tertawa.

Sang sutradara juga mengatakan, ketika ide cerita matang dan jadi, pra produksi hanya dilakukan sekali saja. Padahal sebelum syuting, mestinya pra produksi dilaksanakan berulang kali. Butuh sekitar tiga hari untuk melakukan proses produksi disebabkan lokasi yang dibutuhkan beraneka ragam.

Ditambah lagi, deadline pengumpulan film yang semakin mepet, sedangkan tim sinematografi harus berhadapan dengan proses editing yang membutuhkan waktu cukup lama.

“Waktu itu deadline sudah tinggal beberapa jam lagi. Tapi alhamdulillah jadi dan selesai,” ungkapnya.

(7)

Film yang telah selesai masa pengeditan dikirim ke alamat email perlombaan. Tanpa disangka-sangka, film yang dibuat dalam waktu cepat tersebut masuk ke dalam sepuluh finalis. “Sempat heran dan kaget, sih. Diundanglah kita ke Jakarta. Di sana film-film yang diputar adalah lima dari 10 finalis. Sempat pesimis karena lawannya ‘ngeri’. Tapi pas film awal diputar, wah senang banget bumper sinema diputar, tandanya film Setetes Koin lolos. Itu pertama kalinya seumur hidup nonton film sendiri di bioskop gede sekelas XXI. Maklum biasanya nonton filmnya orang,” ucap Rizki bangga.

Untuk berhasil mendapat juara, tentu proses yang dilalui tidaklah mudah. Rizki juga menceritakan pengalamannya bersama kru yang bersembunyi dari pantauan satpam di Graha Amerta demi mendapatkan angle syuting yang bagus. Karena proses yang sangat merepotkan, Rizki dan kru nekat naik ke atas bangunan yang masih dalam tahap pembangunan tanpa mengantongi izin.

“Pas syuting, ember yang kita pakai jatuh dari rooftop gara-gara kena angin. Bayangkan saja kalau embernya ilang. Wassalam, kita nggak lanjut syuting. Tapi untungnya ketemu,” tutupnya. (*)

Editor : Binti Q. Masruroh

Tarik Minat Mahasiswa FISIP

Lanjutkan Studi ke Prancis

UNAIR NEWS – “Kita bisa belajar dan melanjutkan studi di mana

pun di luar negeri.” Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Prof. Myrtati Diah Artaria, M.A., Ph.D, di sela-sela

(8)

acara “Diskusi Reboan”, Rabu (9/11).

Menurut Prof. Myrta, banyaknya peluang akademis yang bertebaran di luar sana seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para mahasiswa maupun dosen untuk terus mengembangkan diri. Peluang akademis yang dimaksud adalah mobilitas akademik berupa melanjutkan studi baik dengan beasiswa maupun tidak, pertukaran mahasiswa, staf pengajar, dan kolaborasi riset.

Salah satu negara yang bisa dituju untuk tujuan akademis di bidang ilmu sosial dan ilmu politik adalah Prancis. Dalam diskusi reboan, Alessandro Mariani International Affairs

Manager for China and South-East Asia Science Po, Prancis,

berusaha menarik minat para mahasiswa FISIP UNAIR untuk melanjutkan studi di institusi yang khusus mempelajari bidang ilmu politik itu.

Ada banyak program studi yang ditawarkan oleh sekolah yang berlokasi tak jauh dari Menara Eiffel itu. Di antaranya Komunikasi, Jurnalisme dan Hubungan Internasional, Ilmu Ekonomi, dan Kebijakan Publik. Terkait dengan admisi mahasiswa baru, warga negara non-Prancis tak perlu khawatir dengan kemampuan bahasa Prancis, karena beberapa prodi itu ditawarkan dalam Bahasa Inggris.

“SciencePo memiliki program studi yang diajarkan dengan berbahasa Inggris. Mahasiswa asing juga diajari oleh para profesor yang sama (dengan mahasiswa domestik) karena kami ingin agar mahasiswa asing bisa merasakan pengalaman yang sama,” tutur Alessandro.

Untuk mendaftar di SciencePo, pendaftar juga perlu melampirkan surat referensi dari pihak pemberi rekomendasi, transkrip nilai akademik, dan personal statement. Terkait hal ini, Alessandro mengatakan, dalam membuat personal statement, ia berharap agar calon pendaftar lebih menekankan kemampuan mereka yang bisa dikembangkan selama studi di SciencePo, dan sebaliknya.

(9)

Beasiswa yang ditawarkan oleh penyandang dana di SciencePo juga tak sedikit. Mahasiswa di sana bisa memanfaatkan bantuan biaya kuliah dari Eiffel Scholarship, Boutmy Scholarship, pinjaman dana kuliah dari pemerintah maupun institusi terkait di sana. Terkait dengan biaya hidup, Alessandro juga tak menampik bahwa biaya hidup di Prancis cukup mahal.

“Ya, biaya hidup di Prancis memang mahal bahkan lebih mahal dari Surabaya. Hahaha. Tetapi, mahasiswa memegang memiliki kartu tanda mahasiswa (student card). Kartu tanda mahasiswa bisa dimanfaatkan untuk pergi nonton, hingga bepergian dengan kereta. Kalian mendapatkan potongan dengan menggunakan kartu tanda mahasiswa itu,” imbuhnya.

Di SciencePo, setiap mahasiswa juga diwajibkan untuk mengikuti program magang pada semester akhir. Mahasiswa hanya diperbolehkan untuk menjalani magang di luar Prancis dan negara asal. Ia menambahkan, keikutsertaan mahasiswa dalam program magang bisa membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan sebelum lulus. (*)

Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan

Peserta AISC ISS Belajar

Lebih Tentang Indonesia

UNAIR NEWS – Airlangga International Student Center (AISC) dan

International Student Summit (ISS) di hari kedua (9/11), berlangsung meriah. Menurut ketua panitia acara, Jani Purnawanty, S.H., S.S., LL.M., program AISC ini merupakan program yang diinisiasi UNAIR dan didukung oleh DIKTI untuk program kerja tahunan yang bertajuk ISS.

(10)

“Tahun ini UNAIR mendapat tugas untuk menggelar ISS oleh Dikti. Jadi sebenarnya konsep kedua acara tersebut sama. Makanya, kita buat AISC ini digabung dengan ISS,” ujar Jani. Setidaknya, ada seratus peserta mahasiswa asing yang berasal dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia mengikuti AISC dan ISS ini. Purwanto Subroto, selaku Kepala Subdirektorat Kerjasama Perguruan Tinggi DIKTI, menuturkan bahwa UNAIR mengemas bagus acara AISC dan ISS. Pihaknya sangat mengapresiasi program AISC dan ISS tersebut. Purwanto juga mengatakan sebenarnya tujuan utama kegiatan tersebut merupakan pengenalan mengenai kebudayaan Indonesia. Selain itu, kegiatan ini merupakan forum diskusi antar mahasiswa asing yang kuliah di Indonesia.

“Semoga dari acara ini mahasiswa asing semakin banyak yang lancar berbahasa Indonesia dan kita banyak memperkenalkan budaya Indonesia. Dengan begitu ketika mereka kembali ke negaranya bisa menjadi duta kita, dan bercerita bagaimana Indonesia itu,” ujar Purwanto.

Di hari kedua tersebut, peserta diajak untuk berkompetisi dalam ajang lomba pidato berbahasa Indonesia dan Inggris. Setelah mengikuti kompetisi pidato, peserta lalu diarahkan ke Rumah Sakit Khusus Infeksi UNAIR (RSKI UNAIR) untuk mengikuti kegiatan “The Champion”.

Program The Champion ini merupakan rangkaian program dalam gelaran AISC dan ISS kali ini. Dalam program ini dibagi menjadi enam kelas kecil dengan beberapa peminatan. Peserta bisa memilih kelas yang mereka inginkan. Di dalam kelas peserta bisa melakukan diskusi dan tanya jawab dengan para pembicara. Suasana di tiap-tiap kelas sangat aktif dan responsif, peserta sangat antusias dengan materi yang diberikan pembicara.

“Saya senang dengan kelas-kelas di sini, sangat inspiratif dan menambah wawasan saya,” ujar salah satu peserta bernama Abdul

(11)

Rozaq, mahasiswa asal Libya yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro.

Ditemui di tempat yang sama, Wiwit Manfaati salah satu pemateri kelas mengatakan sangat senang menjadi salah satu pemateri dalam kegiatan The Champion. Di sana, ia berbagi tentang kiprahnya sebagai pengusaha kerajinan tangan yang terbuat dari eceng gondok. Mulai dari pengembangbiakan Eceng Gondok hingga proses pengolahan menjadi beberapa kerajinan seperti tas, topi, tudung saji dan lain-lain.

“Sangat baik sekali acara ini. Banyak yang bertanya pada saya mengenai kerajinan dari eceng gondok ini. Tadi ada salah satu mahasiswa juga bilang kalau eceng gondok di negaranya malah kadang dibuat makan sapi dan kadang juga tidak terpakai,” ujar Wiwit. (*)

Penulis : Faridah Hari Editor : Nuri Hermawan

Rektor: Buku Seratus Pakar,

Hadiah Terindah 62 Tahun

UNAIR

UNAIR NEWS – Tepat 10 November 2016, UNAIR akan genap berusia

62 tahun. Beragam serba serbi warnai Dies Natalis UNAIR ke-62. Salah satunya adalah dengan terbitnya buku “100 Pakar UNAIR”. Menurut Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA, dalam jumpa pers di Rollas Coffe and Tea Surabaya, Rabu (09/11), buku 100 pakar UNAIR merupakan salah satu hadiah terindah bagi HUT UNAIR kali ini.

(12)

“Ultah kita yang ke-62 ini, kita menerbitkan buku 100 pakar. Buku ini merupakan hadiah terindah bagi UNAIR ke-62,” ujar

Prof. Nasih.”

u yang dibuat oleh Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR tersebut diharapkan mampu memunculkan karya dan peran para akademisi UNAIR bagi masyarakat luas. Pasalnya, selama ini masyarakat hanya mengenal akademisi UNAIR secara individu. Kehadiran “100 Pakar UNAIR” juga diharapkan mampu mengangkat reputasi akademik UNAIR. Sehingga, dengan meningkatnya reputasi akademik UNAIR, maka kepercayaan masyarakat kepada UNAIR juga akan meningkat.

“Buku 100 pakar ini untuk mengembangkan exposure kita terhadap akademik UNAIR,” terang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR tersebut.

Prof. Nasih menambahkan, pemilihan “100 Pakar UNAIR” berdasarkan keaktifan dalam melakukan riset. “Guru Besar kita saja sudah 177, itu pasti sudah pakar semua, tapi tidak semuanya mudah dihubungi. Jadi buku ini memilih akademisi UNAIR yang secara keilmuan mereka aktif melakukan riset dan juga up to date,” jelas Prof. Nasih.

Selain buku “100 Pakar UNAIR”, Prof. Nasih juga mengenalkan buku alumni yang juga baru saja diterbitkan. “Kita juga merangkul alumni. Kalau ada alumni kita yang berprestasi, jangan lupa tulis UNAIR-nya, karena karya mereka, selain karya individu juga menjadi karya universitas” jelas Prof. Nasih. (*)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh perceived ease to use dan subjective norm terhadap intention to use dengan perceived usefulness

memvonis orang lain keluar dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam masalah- masalah furu termasuk bid'ah dan penyimpangan yang tidak boleh dilakukan.. Sikap seperti itu sangat

Tongkol jagung yang telah disimpan selama 30 hari, menunjukkan bahwa pada tingkat kadar air awal sebesar 11%, penyimpanan dengan cara dihamparkan memberikan nilai

Oleh sebab itu, marilah kita, sebagai tubuh Kristus, bersedia menyambut undangan Tuhan ini dengan sungguh-sungguh dan membangun relasi kasih yang berdasarkan pada

Setelah kita menelusuri secara singkat sejarah praktek perbankan yang dilakukan oleh umat muslim, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa meskipun kosa kata fikih Islam

Di dalam perubahan ini, peristiwa konsumsi tidak lagi dapat ditafsirkan sebagai suatu peristiwa dimana masyarakat mengkonsumsi suatu barang ataupun objek

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, penulis telah mengangkat alat musik tiup tersebut sebagai objek penelitian Tugas Akhir dengan judul Ensembel Instrumen

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode