• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Kemagnetan Kelas IX SMP N 1 Penengahan Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Kemagnetan Kelas IX SMP N 1 Penengahan Lampung Selatan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN:2615-8639 Juni 2018

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY

INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI KEMAGNETAN KELAS

IX SMP N 1 PENENGAHAN LAMPUNG SELATAN

Riana Astuti1, Yetri2, Welly Anggraini3

1,2,3Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung

Email: [email protected]

Diterima: 05 Juni 2018. Disetujui: 1 Juli 2018. Dipublikasikan: 27 Juli 2018

Abstract: Low critical thinking of learners because learners tend to record and memorize.One model of

learning that can be applied is the learning model of Auditory Intellectually Repetiton (AIR). This study aims to look at the critical thinking skills of learners.The type of research that has been done in this research is quasy experiment with non equivalent control group design. The population in the study amounted to 315 students class IX SMP. The sampling technique was done by purposive sampling technique. To measure the learning outcomes of learners conducted a test with the problem esay amounted to 20 questions with magnetism material.The result showed that, after analyzed by using t-test obtained t count> ttable (0,05) that is with value 4,4603> 2,011. This suggests that the AIR (Auditory Intellectually Repetition) learning strategy influences the learners' learning outcomes.

Abstrak: Rendahnya berpikir kritis peserta didik disebabkan peserta didik cenderung mencatat dan menghafal.Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Auditory Intellectually Repetiton (AIR).Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis peserta didik.Jenis penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah quasy experiment dengan desain non equivalent control group.Populasi pada penelitian berjumlah 315 peserta didik kelas IX SMP.Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.Untuk mengukur hasil belajar peserta didik dilakukan tes dengan soal esay berjumlah 20 soal dengan materi kemagnetan.Hasil penelitian diperoleh bahwa, setelah dianalisis dengan menggunakan uji-t didapat thitung>ttabel(0,05) yaitu dengan nilai 4.4603>2.011. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

© 2018 Unit Riset dan Publikasi Ilmiah FTK UIN Raden Intan Lampung Kata Kunci:Berpikir Kritis, Kemagnetan, Pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition)

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.(Anggraini, Hamid, Yusandika, & Susilowati, 2018; Trianto, 2010) Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui batin (aspek transendensi), olah pikir (aspek kognisi), olah rasa (aspek afeksi), dan olah kinerja agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

Jenis pendidikan di sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur dan berkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Salah satu jenis pendidikan sekolah yaitu pendidikan kejuruan.(Ihsan, 2010)

Pendidikan kejuruan adalah semua jurusan yang ada di sekolah khususnya jurusan IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan teori sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur.(Trianto, 2010)

Bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam adalah fisika. Pengembangan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran fisika merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, fisika perlu diberikan pada semua peserta didik untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.

Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai : (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, (2) pengetahuan

tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.(Syah, 2009)

Berpikir kritis diterapkan kepada peserta didik untuk belajar memecahkan masalah secara sistematis, inovatif dan mendesain solusi yang mendasar (Rahayu, 2015). Dengan berpikir kritis siswa menganalisis apa yang mereka pikirkan, mensintesis informasi dan menyimpulkan (Saregar, Latifah, & Sari, 2016). Kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa untuk menganalisis dan menginterprestasi pengetahuan. (Nurmalasari, Jayadinata, & Maulana, 2016; Wati & Fatimah, 2016)

Kemampuan berpikir kritis peserta didik menjadi lebih baik sebenarnya tidak datang dengan sendirinya, harus ada upaya– upaya yang sistematis untuk mencapainya.

Tindakan perbaikan untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan agar kemampuan berpikir kritis peserta didik meningkat.Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

Model pembelajaran AIR menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory (mendengar), Intellectually (berpikir) dan Repetition (pengulangan). Auditory (pendengaran) dalam aspek ini terjadi proses mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan dan menanggapi pendapat. Intellectually (berpikir) yang merupakan proses learning by problem solving menggunakan kemampuan berpikir yang berarti melakukan kemampuan berpikir yang perlu dilatih melalui latihan bernalar, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition (pengulangan) berupa pengerjaan soal, pemberian tugas

(3)

atau kuis yang bertujuan untuk memperdalam dan memperluas pemahaman peserta didik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition)terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

LANDASAN TEORI

Model Pembelajaran AIR (Auditory

Intellectually Repetition)

Model pembelajaran AIR merupakan salah satu model pembelajaran cooperative learning yang menggunakan pendekatan konstruktivis yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki oleh peserta didik. Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) meliputi tiga aspek yaitu: Auditory (mendengar), Intellectually (berpikir), dan Repetition(pengulangan).(Sumarni,

Sugiarto, & Sunarmi, 2016)

Dave Meier pernah menyatakan bahwa pikiran auditoris lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditoris, bahkan tanpa kita sadari belajar auditoris merupakan cara belajar standar bagi masyarakat. Jadi Auditory (pendengaran) dalam aspek ini terjadi proses mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan dan menanggapi pendapat.(Huda, 2014)

Menurut Meier, Intellectually bukanlah pendekatan tanpa emosi, rasionalistis, akademis, dan terkotak-kotak. Jadi, intelektualitas adalah saran penciptaan makna, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan gagasan, dan menciptakan jaringan saraf. Jadi Intellectually (berpikir) yang merupakan proses learning by problem (minds-on) yang berarti melakukan kemampuan

berpikir yang perlu dilatih melalui latihan bernalar, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan.(Sumarni et al., 2016)

Repetition pada tahap ini peserta didik melakukan pengulangan terhadap materi yang telah dipelajari.pengulangan ini sebagai evaluasi dari pembelajaran yang telah dilakukan dan digunakan untuk mengukur sejauh mana pemhaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.pengulangan yang dilakukan berupa pemberian kuis diakhir pembelajaran.

Langkah-langkah Model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetiton).Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota.Siswa mendengaran dan memperhatikan penjelasan dari guru. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selajutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory). Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (intellectual). Setelah selesei berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition).

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis merupakan hasil pembelajaran. Proses berpikir kritis merupakan proses kognitif, dalam pembelajaran dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan, menganalisa dan kemudian mengevaluasi pembelajaran. Cara yang dapat digunakan untuk menjadikan siswa dapat berpikir

(4)

kritis adalah dengan memberikan petunjuk strategis dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat aktif, memberikan kesempatan siswa untuk mendiskusikan pendapatnya sesuai konten, dan menggunakan asesmen yang sesuai dengan kemampuan berpikir kritis.(Wati & Fatimah, 2016)

Costa menyatakan bahwa berpikir terdiri atas kegiatan atau proses berikut: (1) menentukan hukum sebab akibat, (2) pemberian makna terhadap sesuatu yang baru, (3) mendeteksi keteraturan di antara fenomena, (4) penentuan kualitas bersama (klasifikasi), dan (5) menemukan cirri khas suatu fenomena.(Komalasari, 2015)

John Dewey mendefinisikan berpikir kritis sebagai : pertimbangan yang aktif, terus-menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.(Fisher, 2008)

Berdasarkan berbagai penejelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses yang terarah dan jelas untuk memperoleh pengetahuan yang meliputi kegiatan menganalisis, mengsintesis, mengenal, permasalahan dan pemecahannya, meyimpulkan dan mengevaluasi sehingga mampu membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan.

Seorang dikatakan berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa indikator. Ennis membagi indikator keterampilan berpikir kritis menjadi lima kelompok, yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) membangun keterampilan dasar (basic sup-port), (3) membuat onferensi (inferring), (4) membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), (5) mengatur strategi dan

taktik (strategiesand tactics).(Komalasari, 2015)

Mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar peserta didik mampu dan terbiasa menghadapi berbagai permasalahan di sekitarnya.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalahpretest-postest control grup design.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Penegahan Lampung Selatan kelas IX pada semester genap 2017.Penelitian ini menggunakan Quasi Experiment Design yaitu desain yang memiliki kelompok kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.(Sugiyono, 2015)Quasi-experimental design yang digunakan adalah jenis Non-Equivalent Control Group design pada desain ini terdapat pretest dan posttest untuk kelompokeksperimen dan kontrol.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) yang dapat dilihat pada gambar berikut:(Sugiyono, 2015)

Gambar 1. Bentuk variabel penelitian

Keterangan:

1. Variabel Bebas (x) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas adalah Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR). 2. Variabel Terikat (y) adalah variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi

(5)

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Populasi, Sampel dan Tekhnik pengambilan Data.

Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX semester ganjil SMP N 1 Penengahan Lampung Selatan tahun ajaran 2016/2017.Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Teknik Pengambilan Sampling Purposive atau sampel bertujuan.Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas IXFsebagai kelas Eksperimen dan kelas IXH sebagai kelas kontrol.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Tes 2. Observasi 3. Wawancara 4. Dokumentasi

Uji coba instrumen

1. Uji Validitas

Rumusyang digunakan untuk menghitung validitas tes dalam penelitian ini sebagai berikut:

(1)

Keterangan:

= koefisien validitas = skor tiap butir soal = skor total

= jumlah sampel

Bila rxy di bawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut

tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

Tabel 1 Interprestasi Indeks Korelasi “r” Product

Moment Besarnya “r” Product Moment (rxy) Interprestasi rxy< 0,30 rxy ≥ 0,30 Tidak Valid Valid 2. Uji Reliabilitas

Perhitungan uji reliabiltas dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu:

(2) Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen/koefesien Alfa

k= banyaknya item/ butir soal = varians total

∑ = jumlah seluruh varians masing-masing soal

Nilai koefesien alpha (r) akan dibandingkan dengan koefesien korelasi tabel rtabel = r (α,n-2). Jika r11 > r tabel , maka instrumen reliabel.

3. Uji Tingkat Kesukaran

Menghitung tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus:

Tabel 2 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Nilai (p) Kategori p< 0,3 0,3≤ p ≤ 0,7 p> 0,7 Sukar Sedang Mudah

4. Uji Daya Beda

Rumus yang digunakan dalam menentukan daya pembeda yaitu:

(6)

(3) Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA= banyaknya peserta kelompok atas JB= banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas

yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah

yang menjawab soal itu dengan benar PA = proposi peserta kelompok atas yang

mejawab benar

P B = proposi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Selanjutnya hasil akhir dari perhitungan D didefinisikan dengan indeks daya pembeda pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Klasifikasi Daya Beda Daya Pembeda Keterangan 0.70 ≤ D ≤ 1.00 Baik sekali 0.40 ≤ D ≤ 0.70 Baik 0.20 ≤ D ≤ 0.40 Sedang D < 0.20 Jelek

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, data di analisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Normalize Gain

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar didik digunakan rumus gain ternomalisasi menurut Hake (g) dalam Meltzer sebagai berikut:

(4)

Tabel 4 Kategori Gain Ternormalisasi menurut Hake (dalam Meltzer 2003)

Rentang Nilai Kategori (g) > 0,7 Tinggi 0,3 < (g) < 0,7 Sedang (g) < 0,3 Rendah

2. Uji Normalitas Data

a. Uji Normalitas dengan Uji

Liliefors

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas populasi harus penuhi sebagai syarat untuk menentukan perhitungan yang akan dilakukan pada uji hipotesis berikutnya. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini ada uji liliefors. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Buat daftar urutan data sampel (Xi) dari yang terkecil sampai yang terbesar.

b. Hitung nilai Zi dari masing-masing data dengan rumus

(5)

Keterangan:

Zi : skor baku (dimana i = 1, 2, 3, . . ., n)

Xi : skor data (dimana i = 1, 2, 3, . . ., n)

: nilai rata-rata : simpangan baku

c. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi dan sebut dengan F (Zi) dengan aturan :

Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel

Jika Zi< 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel

d. Hitung proporsi Zi , Z2, . . . Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi dinyatakan dengan S (Zi) maka:

e. Hitung nilai L =

pada masing-masing data (dimana i= 1,2,3,. . ., n)

(7)

g. Menentukan kriteria pengujian dengan hipotesis:

H0 = sampel berdistribusi normal Ha = sampel tidak berdistribusi normal

h. Taraf Signifikasi (α) = 0,05 kriteria pengujian :

1) Terima H0, jika Lhitung ≤ Ltabel 2) Terima Ha, jika Lhitung ≥Ltabel

b. Uji Homogenitas

Uji ini untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau proporsi.Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varian. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Rumusan Hipotesis

H0 : = (varians 1 sama dengan varians 2 atau homogen)

Ha : ≠ (varians 1 tidak sama dengan varians 2 atau tidak homogen)

b. Bagi data menjadi dua kelompok c. Cari varians masing-masing

kelompok

d. Tentukan F hitung dengan rumus :

F = dimana, (6)

Keterangan :

F : Homogenitas

: varians data terbesar : varians data terkecil

e. Menentukan taraf signifikan (α) f. Hitung Ftabel dengan rumus :

Ftabel = F α (dk varians terbesar – 1, dk varians terkecil – 1)

g. Menentukan kriteria pengujian : Dengan Hipotesis :

H0 : Data Homogen

Ha : Data Tidak Homogen Kriteria Pengujian :

1) Jika Fhitung ≤ maka H0 diterima (homogen)

2) Jika Fhitung ≥ maka H0 diterima (homogen)

b. Uji Hipotesis dengan menggunakan Uji t

Uji t merupakan salah satu uji statistika parametrik, sehingga mempunyai asumsi yang harus dipenuhi yaitu normalitas dan homogenitas.Jika kedua asumsi tidak terpenuhi, maka uji yang digunakan adalah uji t non parametrik.

a. Hipotesis

H0 : : (model AIR tidak memberikan pengaruh) Ha : ≠ (model AIR memberikan pengaruh)

b. Rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut :

t = (7)

Keterangan:

= Nilai rata-rata kemampuan berpkir kritis kelompok eksperimen

= Nilai rata-rata kemamuan berpikir kritis kelompok kontrol

= Banyaknya peserta didik kelas eksperimen

= Banyaknya peserta didik kelas kontrol S12 = varians data kelompok eksperimen S22 = varians data kelompok kontrol

H0 = (tidak adanya pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) H1 : (adanya pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

Adapun kriteria pengujinya adalah: untuk menentukan criteria pengujian pada pengolahan data dilakukan dengan operasi perhitungan, pengujiannya dengan melihat

(8)

perbandingan antara thitung dan ttabel dimana ttabel = t(a.n1+n2-2)

Kesimpulan:

Ho ditolak, jika thitung>ttabel ,dalam hal lain H1 diterima

H1 diterima, jika thitung<ttabel , dengan = 0,05 (5%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pretest dilakukan untuk mengetahui hasil belajar awal peserta didik, dan postest digunakan untuk mengetahui adakah perubahan hasil belajar peserta didik. Berikut data perolehan nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 5 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan

Posttest Perolehan Pretest Posttest KE KK KE KK SkorMax 68 68 100 82 Skor Min 32 30 62 60 Rata-rata 50 49 81 71 Keterangan: KE : Kelas Eksperimen KK : Kelas Kontrol

Hasil rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen mengalami peningkatan, yaitu dari 50 menjadi 81 setelah diberi perlakuan yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR). Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata juga mengalami peningkatan yaitu dari 49 menjadi 71. Hal ini disebabkan karena dari peserta didik lebih memahami pada saat guru menjelaskan walaupun hanya ceramah dan tanya jawab, oleh karena itu hasil postest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda, dimana pada hasil postest

di kelas eksperimen lebih tinggi dibanding pada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pada kelas kontrol tidak dilakukan perlakuan seperti pada kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), sehingga peserta didik merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang berlangsung. 1. Uji Normalitas

Uji yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji liliefors (dengan taraf signifikan ( =0,05).

Tabel 6: Data Hasil Uji Normalitas Statistik

Eksperimen Kontrol

Pre Post Pre Post

N 34 34 34 34 51.11 80,4 81.26 69.2 SD 12.71 12.09 9.22 6.20 Lhitung 0.145 0.093 0.156 0.12779 Ltabel 0.161 0.161 0.161 0.161 Kesimpu lan Norm al

Normal Normal Normal

Kedua kelompok ini memenuhi kriteria Lhitung Ltabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelas eksperimen dan kelas kontrol ini terdistribusi normal pada saat pretest maupun posttest.

2. Uji Homogenitas

1) Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Pretest)

Hasil uji homogenitas dengan taraf 0,05 diperoleh Ftabel yaitu 1,69 dan Fhitung yaitu

0,48 untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut Fhitung ≤ Ftabel dengan demikian

dapat diambil kesimpulan bahwa H0 diterima artinya bahwa populasi tersebut memiliki varians yang sama. Setelah

(9)

diketahui data berasal dari populasi yang sama, maka dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji t.

2) Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Posttest)

Hasil uji homogenitas dengan taraf 0,05 diperoleh Ftabel yaitu 1,69 dan Fhitung yaitu

1,59 untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut Fhitung ≤ Ftabel, dengan demikian

dapat diambil kesimpulan bahwa H0 diterima artinya bahwa populasi tersebut memiliki varians yang sama. Setelah diketahui data berasal dari populasi yang sama, maka dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji t.

3. Uji Hipotesis

Jika data sudah dikatakan berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan melakukan ujihipotesis.

Tabel 8 Data Hasil Uji Hipotesis Statistik Uji Hipotesis

Kontrol Eksperimen N 34 34 70.6 83.3 SD 7.07 12.09 thitung 4.46038 ttabel 2.00171

Keputusan H1 diterima, H0 ditolak

Hasil uji hipotesis pada data, didapat jumlah thitung >ttabel , yaitu 4.46038>2.00171, sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Dengan diterimanya H1 pada pengujian hipotesis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis yaitu terdapat pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen.

PEMBAHASAN

Kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dilihat dari nilaiPretestdanPosttest. Pretest diberikan diawal pertemuan sebelum diberikan materi kemagnetan. Data hasil penelitian kelas eksperimen terdapat nilai Pretest terendah 32 dan nilai tertinggi 68 dengan rata-rata 51,2. Sedangkan nilai Pretest pada kelas kontrol terdapat nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 68 dengan rata-rata 41,53. Dilihat dari nilai rata-rata Pretest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah, dan pada kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama mengenai materi kemagnetan.

Pada akhirnya pembelajaran diberikan Posttest.Nilai Posttest mengalami peningkatan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Nilai Posttest pada kelas eksperimen terdapat nilai terendah 62 dan nilai tertinggi 100 dengan nilai rata-rata 83,35. Sedangkan nilai Posttest kelas kontrol terdapat nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 82 dengan nilai rata-rata 70,64. Dilihat dari nilai rata-rata Posttest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka kemampuan berpikir kritis peserta didik mengalami peningkatan.Hal ini disebebkan adanya perbedaan perlakuan, dimana kelas kontrol menggunakan pembelajaran kovensional yang sebagai mana guru SMP N 1 Penengahan terapkan, sedangkan kelas eksperimen menggunakan pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition).

Data berupa nilai kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diperoleh dari dua kelas tersebut telah dilakukan perhitungan uji prasyarat Uji-t dua sampel tidak berkorelasi yakni berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh nilai Lhitung untuk setiap kelompok

(10)

kelas kurang dari (Lhitung < Ltabel).Dengan

demikian pada kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji prasyarat dilanjutkan dengan uji homogenitas untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan penulis menunjukkan bahwa

Fhitung kurang dari Ftabel (Fhitung<Ftabel). Hal

ini berarti H0 diterima dan kedua populasi tersebut yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol berasal dari varians (populasi) yang sama atau homogen.

Uji prasyarat terpenuhi sehingga dilanjutkan pada uji hipotesis dengan Uji-t. Berdasarkan pada hasil analisis data diperoleh bahwa (thitung> ttabel) sehingga

keputusan ujinya H0 ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diberikan strategipembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan pengujian hipotesis pada kemampuan berpikir kritis peserta didik diperoleh thitung sebesar 4.4603 dan ttabel sebesar 2.011 karena thitung ≥ ttabel maka hipotesis

diterima.Dari hasil perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) meningkat lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dimana siswa dibagi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota, siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, setiap kelompok

mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory), saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi, masing-masing kelompok cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkat kemampuan mereka untuk menyelasaikan masalah (intellectual) dan setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition). Sedangkan pada proses pembelajaran konvensional hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja dengan mengacu pada buku paket yang ada.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dilihat bahwa kelas model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) seluruh peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran tanpa terkecuali, sehingga peserta didik diharuskan untuk benar-benar mendengarkan dan berpikir. Seperti peserta didik dijatuhkan tanggung jawab untuk menguasai materi bagi dirinya sendiri dan untuk orang lain karena antara kelompok yang satu dengan yang lainnya mendapatkan materi yang berbeda. Sehingga proses pembelajaran dari kelas yang ditulis di atas ini menunjukkan bahwa pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition), peserta didik lebih tertantang atas tanggung jawab yang diberikan. Akhirnya dapat dituliskan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajan AIR (Auditory Intellectually Repetition) terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pokok bahasan kemagnetan..

SIMPULANDAN SARAN Simpulan

(11)

Berdasarkan analisis data diperoleh perbedaan hasil belajar ditinjau dari perbedaanpembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) dan pembelajaran konvensional.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di kelas eksperimen dengan pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) lebih baik daripada pembelajaran dengan strategi konvensional di kelas kontrol.

Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini. Peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam mengajar perlu digunakannya strategi yang bervariasi, karena tidak semua materi cocok dengan pembelajaran konvensional.

2. Pemilihan strategi pembelajaran yang bervariasi dan tepat dapat mempengaruhi pemahaman serta minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut.

3. Untuk lebih memahami strategi pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) disarankan agar guru fisika dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang salah satunya adalah strategi pembelajarran AIR (Auditory Intellectually Repetition) agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A. E., Hamid, A., Yusandika, A. D., & Susilowati, N. E. (2018). Pengaruh Metode Pictorial Riddle yang Dimodifikasi dengan Pendekatan Scientific terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Gerak Lurus. Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, 1(1), 13–

19.

Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga.

Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ihsan, F. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Komalasari, K. (2015). Pembelajaran Kontekstual dan Aplikasi. Bandung: PT Retika Aditama.

Nurmalasari, A. L., Jayadinata, A. K., & Maulana. (2016). Pengaruh Strategi Predict Observe Explain Berbantuan Permainan Tradisional Siswa pada Materi Gaya. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 181–190.

Rahayu, S. (2015). Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Mewujudkan Literasi Sains Siswa Melalui Pembelajaran Kimia / Ipa Berkonteks Isu-Isu Sosiosaintifik. In Semnas Pendidikan Kimia & Sains Kimia di Fakultas Pendidikan MIPA FKIP Universitas Negeri Cendana. Saregar, A., Latifah, S., & Sari, M. (2016).

Efektivitas Model Pembelajaran CUPS: Dampak terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Gisting Lampung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5(2). Sugiyono. (2015). Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabetha.

Sumarni, Sugiarto, & Sunarmi. (2016). Implemetasi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) terhadap Kmampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Peserta Didik pada Materi Kubus dan Balok. Unnes Journal of Mthemaics Education, 5(2), 109–117.

(12)

Rajawali Pers.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Budi Aksara. Wati, W., & Fatimah, R. (2016). Effect Size

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Fisika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5(2).

Gambar

Tabel 1 Interprestasi Indeks Korelasi “r” Product  Moment  Besarnya  “r”  Product  Moment (r xy )  Interprestasi   r xy &lt; 0,30  r xy  ≥ 0,30  Tidak Valid  Valid   2
Tabel 3 Klasifikasi Daya Beda  Daya Pembeda  Keterangan   0.70 ≤ D ≤ 1.00  Baik sekali  0.40 ≤ D ≤ 0.70  Baik   0.20 ≤ D ≤ 0.40  Sedang   D &lt; 0.20  Jelek
Tabel  5  Rekapitulasi  Data  Hasil  Pretest  dan  Posttest  Perolehan  Pretest  Posttest  KE  KK  KE  KK  SkorMax  68  68  100  82  Skor Min  32  30  62  60  Rata-rata  50  49  81  71  Keterangan:  KE : Kelas Eksperimen  KK : Kelas Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pembuatan Aplikasi Halo Kids

Riset pemasaran atau Marketing Reseach adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian,

Dari hasil pengujian warna pada tepung pisang, didapatkan hasil L tertinggi adalah pada suhu pengeringan 80 o C dan terendah terdapat pada suhu pengeringan 70 o C, kemudian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis umpan ikan buntal asin, ikan petek asin, ikan buntal segar, dan ikan petek

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen SMA Negeri 5 Pontianak pada materi larutan penyangga, maka dapat disimpulkan: (1) Terdapat

Menunjuk surat Direktur Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi nomor: 362/B3.4/KM/2018

Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1) pengaruh langsung belanja modal dan investasi terhadap peluang kerja di Provinsi Jambi pada periode 2000-2018; 2)