• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktikum GDDK Bayi 5-9 bulan.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Praktikum GDDK Bayi 5-9 bulan.doc"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN STUDI KASUS

GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN

ACARA 3

BAYI USIA 5-9 BULAN

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6 / Shift 2

Asisten :

1. Warti Anggraini

2. Nurul Putrie Utami, S.Gz

3. Windi Indah FN, S.Gz

LABORATORIUM GIZI

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015

BAB I

(2)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Gizi merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan tubuh manusia yang berkualitas, sehingga pemberian makanan perlu diperhatikan mulai dari bayi dan anak (Adriani dan Bambang, 2014).

Gizi Seimbang untuk bayi berusia 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. Sedangkan pada bayi berusia 6-24 bulan, selain tetap diberikan ASI juga mulai diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sebagai awal pengenalan makanan (Permenkes, 2014).

Menurut AKG 2013, kebutuhan energi bayi berusia 0-6 bulan sebesar 550 kkal. Sedangkan pada bayi berusia 7-11 bulan membutuhkan energi sebesar 725 kkal. Apabila kebutuhan gizi pada masa tersebut tidak terpenuhi maka dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk atau gizi kurang, sedangkan jika melebihi kebutuhan gizi maka dapat menyebabkan gizi berlebih atau risiko gemuk (overweight).

WHO memperkirakan bahwa 54% kematian pada anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Sedangkan di Indonesia, masalah gizi mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (WHO, 2011 dalam Febrianti, 2013).

Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja saat dewasa. Balita penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 persen. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (Samsul, 2011 dalam Febrianti, 2013).

Manalu (2008) dalam Susanty dkk (2012) menyebutkan bahwa bayi yang memiliki status gizi kurang atau gizi buruk disebabkan oleh MP-ASI atau makanan yang kurang baik, jenis maupun kualitasnya.

Apabila pemberian ASI dan MP-ASI dapat terlaksana dengan baik, tentu akan menimbulkan dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di usia balita (Susanty dkk, 2012).

Oleh sebab itu, orang tua perlu menyediakan asupan yang sesuai bagi kebutuhan anaknya. Pada praktikum ini, Kami berusaha menyediakan susunan menu yang sesuai bagi kebutuhan bayi pada usia 5-9 bulan.

(3)

2.1. Tujuan Instruksional Umum a. Memahami kebutuhan gizi bayi

b. Memahami konsep pertumbuhan dan perkembangan dan pengaruhnya terhadap kebutuhan gizi, dan tahap-tahap dalam pemberian makanan pada bayi

c. Dapat melakukan penilaian status gizi pada bayi d. Dapat membuat preskripsi diet pada bayi

2.2. Tujuan Instruksional Khusus

a. Dapat menyebutkan zat gizi apa saja yang esensial pada bayi b. Dapat menjelaskan akibat defisiensi zat gizi tertentu pada bayi

c. Dapat mendemonstrasikan penilaian status gizi pada bayi dengan metode antropometri, biokimia, fisik-klinis, dan asupan

d. Dapat menghitung kebutuhan gizi bayi

e. Dapat menyediakan susunan menu yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan bayi

BAB II ISI 1. Deskripsi Kasus

Anak A adalah anak terakhir dari 3 bersaudara. Ayah Anak A bekerja sebagai karyawan di sebuah toko parfum dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Ibu Anak A memiliki anemia, sejak hamil Anak A, Ibu rutin meminum vitamin penambah darah (Volamin) 1 kali sehari, selain itu frekuensi makan si Ibu

(4)

meningkat hingga 5 x sehari sejak menyusui. Saat ini berat badan Ibu Anak A adalah 51,5 kg dan tinggi badannya 150 cm dengan IMT normal yaitu 22,89. Berat badan Anak A sekarang adalah 8,5 kg, sedangkan berat badan lahir adalah 2,8 kg. Panjang badan sekarang adalah 66 cm, sedangkan panjang badan lahir 48 cm. Lingkar kepala saat lahir 33,5 cm, sedangkan lingkar kepala sekarang 45 cm.

Saat ini Anak A berusia 6 bulan 16 hari. Anak A mendapatkan ASI Eksklusif selama 6 bulan hingga saat ini dan sedang dalam masa pengenalan MP-ASI. Biasanya durasi menyusu Anak A pada saat masa ASI Eksklusif dalam sehari sekitar 8-10 kali bahkan bisa lebih, satu sesi menyusu bisa sampai 30 menit. Tambahan makanan yang sudah diperkenalkan pada Anak A diantaranya bubur instan beras merah 2 kali sehari, tetapi masih diberikan dalam porsi sedikit-sedikit, sedangkan untuk sayur, lauk pauk, buah, dan susu formula belum pernah diberikan.

Anak A rutin datang ke Posyandu setiap bulan dan sudah mendapat imunisasi. Imunisasi yang sudah diberikan adalah HBO, BCG, Polio I, DPT/HB I, Polio 2, DPT/HB 2, Polio 3, dan DPT/HB 3. Sedangkan imunisasi yang belum diberikan adalah Polio 4 dan Campak. Satu bulan yang lalu anak A mengalami batuk terus menerus dan telah dilakukan treatment oleh dokter dengan memberikan obat antibiotik. Selama sakit batuk, berat badan Anak A turun sebesar 400 gram menjadi 8,1 kg. Selain itu, Anak A memiliki alergi terhadap dingin.

Pertumbuhan dan pekembangan Anak A saat ini sudah bisa tengkurap dan sedang berlatih duduk. Anak A juga sudah mulai menunjukkan tanda tumbuhnya gigi, hal ini dapat dilihat dengan gerak-gerik Anak A yang senang menggigit-gigit benda di sekitarnya bahkan tangannya.

2. Pengkajian Data Subyektif dan Obyektif 2.1. Data Subyektif

a. Sosial Ekonomi

Bapak Anak A adalah seorang pegawai di sebuah toko parfum dan Ibu Anak A adalah seorang ibu rumah tangga.

b. Mempersiapkan Makan

Makanan Anak A dipersiapkan oleh Ibunya. Bahan makan untuk Anak A ada yang diolah sendiri oleh Ibunya, ada juga yang berasal dari makanan

(5)

instan. Makanan yang dipersiapkan oleh Ibu belum beragam karena masih dalam tahap pengenalan MP-ASI.

c. Aktifitas Fisik

Anak A belum banyak beraktifitas. Aktifitas fisik yang dilakukan Anak A seperti berlatih tengkurap dan berlatih duduk. Selain itu Anak A sering tidur tetapi waktunya hanya sebentar.

d. Alergi

Makanan dihindari : Tidak ada alergi makanan, tetapi memiliki alergi dingin

Diet khusus : Tidak ada

e. Nafsu Makan

Nafsu makan Anak A terhadap Makanan Pendamping ASI masih sedikit (kurang) karena belum terbiasa dengan ASI. Berbeda dengan MP-ASI, konsumsi ASI nya yang lancar, frekuensi menyusu sehari 8-10 kali bahkan bisa lebih. Durasi menyusui per sesinya rata-rata 30 menit. Nafsu makan Ibu Anak A meningkat dibandingkan sebelumnya (saat hamil) bahkan sampai 5 kali sehari.

f. Kesehatan Mulut

Sudah ada tanda-tanda tumbuh gigi pada Anak A.

g. Pengobatan

Satu bulan yang lalu Anak A mengalami sakit batuk dan diberi obat antibiotik oleh dokter. Ibu Anak A memiliki anemia sehingga mengonsumsi vitamin penambah darah (Volamil) sehari 1 kali.

h. Perubahan Berat Badan

Berat badan Anak A dari lahir hingga sekarang mengalami penambahan berat badan sebesar 5,7 kg. Selama sakit Anak A mengalami penurunan berat badan sebesar 400 gram.

2.2. Data Obyektif a. Antropometri Panjang Badan : 66 cm Berat Badan : 8,5 kg Lingkar Kepala : 45 cm b. Biokimia

Tidak dilakukan pemeriksaan biokimia

c. Fisik Klinis

Tidak dilakukan pemeriksaan fisik klinis

d. Data Riwayat Gizi

Berdasarkan Recall 24 Jam, Anak A mengonsumsi ASI sebanyak 9 kali dengan durasi rata rata 30 menit.

Recall 24 Jam Ibu Anak A

(6)

Makan Jenis Banyaknya

URT Gram

Sarapan Nasi Putih Urap Telur Ceplok Tempe Goreng Air Putih Nasi Putih Bayam Wortel Kacang Panjang Kelapa Parutan Telur Minyak Kelapa Sawit Tempe Air Putih 2 ¼ gls ¼ gls 1/5 gls 1/5 gls 1 ptg kcl 1 btr 1 sdt 2 ptg sdg 2 gls 300 25 15 15 15 60 5 50 500 Selingan Pagi

Susu Kedelai Cair Lopis

Grontol

Donat Meses Coklat

Susu Kedelai Cair Ketan Putih Kelapa Parutan Gula Jagung Putih Kelapa Parutan Adonan tepung Telur Ayam Gula Coklat Toping Minyak Kelapa Sawit 1 gls ½ gelas 2/3 ptg kcl 1 sdt 1 bj sdg 2/3 ptg kcl 5 sdm 1/3 btr ½ sdt 2 sdm 1 sdt 250 50 10 5 50 10 30 20 3 10 5 Siang Nasi Putih

Sayur Asam Daging Ayam Goreng Tempe Goreng Jus Stroberi Nasi Putih Labu Siam Kacang Panjang Daun Melinjo Kacang Tanah Gula Daging Ayam Goreng Tempe Stroberi Gula 2 ¼ gls ½ gls 2/5 gls 1/5 gls 1/5 gls 1 sdt 1 ptg sdg 1 ptg kcl ¼ gls 1 sdt 300 50 30 20 20 3 60 30 25 3

(7)

Air Putih Air Air Putih 1 gls 1 gls 250 250 Selingan Sore Pisang Goreng Tahu Susur Adonan Tepung Pisang Minyak Kelapa Sawit Gula Adonan tepung Tahu Tauge Wortel Minyak Kelapa Sawit 5 sdm 1 bh 1 sdt ½ sdt 3 sdm 1 ptg kcl 1/10 gelas 1/10 gls 1 sdt 50 40 5 3 20 35 10 10 5 Malam Nasi Putih

Tumis Sawi Putih

Tahu Goreng Daging Ayam Goreng Teh Manis Nasi Putih Sawi Putih Minyak Kelapa Sawit Teh Gula Air 2 ¼ gls 3/5 gls 1 sdt 1 ptg sdg I ptg sdg 1 sdt 1 sdt 300 70 5 50 60 15 5 250

(8)

3. Penilaian Status Gizi a. Antropometri

Berdasarkan perhitungan WHO Anthro, IMT Anak A adalah 19,5 termasuk dalam kategori normal, sedangkan z-score untuk BB/PB adalah 1,61 termasuk dalam kategori risiko gemuk untuk bayi berusia 6 bulan, BB/U adalah 0,99 termasuk dalam kategori normal, PB/U adalah -0,34 termasuk dalam kategori normal, IMT/U adalah 1,57 termasuk dalam kategori risiko gemuk, Lingkar Kepala/U adalah 1,80 termasuk normal.

b. Biokimia

Tidak dilakukan pemeriksaan biokimia

c. Fisik Klinis

Tidak dilakukan pemeriksaan fisik klinis

d. Data Riwayat Gizi

Pada saat dilakukan Recall 24 jam, frekuensi anak A mengonsumsi ASI adalah 9 kali dengan durasi minum rata-rata 30 menit. Kebutuhan ASI untuk bayi berusia 6-12 bulan adalah 600 ml dengan jumlah energi 510 kkal. Berdasarkan data antropometri, anak A dalam kondisi gizi baik, meskipun BB/PB dan IMT/U Anak A dalam kategori risiko gemuk sehingga dapat disimpulkan pemenuhan energi yang berasal dari ASI sudah cukup bahkan berlebih.

4. Permasalahan Gizi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Anak A, Anak A sempat mengalami penurunan berat badan sebesar 400 gram satu bulan yang lalu karena sakit batuk sehingga berat badannya menjadi 8,1 kg, saat ini berat badan Anak A telah kembali normal yaitu 8,5 kg.

Berdasarkan Recall 24 Jam, konsumsi ASI Anak A sudah cukup bahkan berlebih karena BB/PB dan IMT/U Anak A dalam kategori risiko gemuk, untuk itu perlu pengaturan diet yang tepat untuk Anak A baik konsumsi ASI maupun MP-ASI.

(9)

a. Tujuan, Prinsip, dan Syarat Diet Tujuan Diet :

- Menyediakan energi dengan kalori yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi

- Menyediakan nutrisi yang cukup untuk menunjang pertumbahan dan perkembangan bayi

- Memperkenal Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan kebutuhan bayi

Prinsip dan Syarat Diet :

- Pemberian energi dengan kalori yang cukup sesuai dengan perhitungan kebutuhan

- Protein diberikan sebanyak 1,4 gram/Kg(BB)

- Lemak diberikan sebanyak 25% dari total kebutuhan energi

- Karbohidrat diberikan sebanyak total kebutuhan energi yang dikurangi dengan kebutuhan protein dan lemak

- Pemilihan dan pemberian MP-ASI dengan bahan makanan yang sesuai dengan perkembangan bayi

b. Perhitungan Kebutuhan Gizi

Berdasarkan IOM (2005)

TEE = [(89 x BB) -100] + 22 kkal = [(89 x BB) -100] + 22 kkal = 678,5 kkal

Kebutuhan ASI untuk bayi usia 6 bulan II sebesar 510 kkal, maka kebutuhan energi yang diperlukan untuk MP-ASI, yaitu :

Kebutuhan Energi MP-ASI = 678,5 kkal – 510 kkal = 168,5 kkal

Dari kebutuhan energi MP-ASI tersebut, kemudian dibagi menjadi : Kebutuhan Protein = 1,4 g/(BB)kg/hari

= 1,4 x 8,5 kg = 11,9 gr = 47,6 kkal

Kebutuhan Lemak = 25 % x Kebutuhan Energi MP-ASI = 25 % x 168,5 kkal = 42,125 kkal = 4,68 gr Kebutuhan Karbohidrat = 168,5 – (47,6 + 42,125) = 78,775 kkal = 19,69 gr

(10)

Karbohidrat 0,10 17,50 4,00 0,40 -Protein Hewani Rendah Lemak 0,75 37,50 - 5,25 1,50 Lemak Sedang - - - - -Tinggi Lemak - - - - -Protein Nabati 1,00 75,00 7,00 5,00 3,00 Sayuran A - - - - -B 0,25 6,25 1,25 0,25 -C - - - -

-Buah dan Gula 0,75 37,50 9,00 -

-Susu Tanpa Lemak - - - - -Rendah Lemak - - - - -Tinggi Lemak - - - - -Minyak Lemak Tak Jenuh - - - - -Lemak Jenuh - - - - -TOTAL 168,50 19,69 11,90 4,68 c. Perencanaan Menu Waktu Makan Nama Masakan Bahan Makanan Jenis Banyaknya URT Gram

Pagi Bubur Labu Kuning

Labu Kuning ¼ gls 25 Siang Bubur Ikan

Kacang Merah Kacang Merah Ikan Lele Tepung Maizena 2 sdm 1 ekor (tanpa kulit dan tulang) 1 sdm 20 30 5 Sore Pisang Ambon Pisang Ambon ¾ bh kcl 37,5

(11)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Yogi (2014), gizi merupakan kebutuhan yang penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak. Mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang gizi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI secara alami. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi sampai 6 bulan yang disebut dengan ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada anak usia 6–24 bulan. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi ASI. Jadi, makanan pendamping ASI harus tetap diberikan kepada anak, paling tidak sampai usia 24 bulan.

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Hal ini bisa disebabkan karena manifestasi penyakit

(12)

yang merupakan kondisi akibat perubahan struktural dan fungsional jaringan tubuh, dalam hal ini terjadi perubahan dari kondisi normal menjadi abnormal yang dialami bayi usia 6-12 bulan seperti diare, ISPA dll.

Ada pengaruh pola pemberian ASI dan pola makanan pendamping ASI dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan, walaupun secara statistik tidak signifikan. Bayi dengan pola pemberian ASI eksklusif memiliki kemungkinan status gizi normal 2,86 kali lebih tinggi daripada pola pemberian ASI tidak eksklusif. Selain itu, bayi dengan pola makanan pendamping ASI > 3 kali/hari memiliki kemungkinan status gizi baik 2,72 kali lebih tinggi daripada pola makanan pendamping ASI < 3 kali/hari. Ada pengaruh antara riwayat penyakit dalam 1 bulan terakhir dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan, dan hubungan tersebut secara statistik signifikan. Bayi dengan tidak terdapat riwayat penyakit dalam 1 bulan terakhir memiliki kemungkinan untuk status gizi baik 16,98 kali lebih tinggi daripada pola terdapat riwayat penyakit dalam 1 bulan terakhir.

MP-ASI yang diberikan pada anak harus bertahap kepadatannya sesuai dengan perkembangan umurnya sebab hal ini disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Menurut Depkes (2007), jenis MP-ASI adalah jenis makanan yang diberikan sebagai MP-ASI baik cair, saring, lunak, maupun padat yang dikategorikan menjadi 2 besar yaitu sesuai umur dan tidak sesuai umur. Berdasarkan kategori Depkes RI 2007, makanan bayi usia 6-9 bulan adalah bubur susu dan bubur tim, sedangkan usia 9-12 adalah bubur nasi dan nasi lembek. Frekuensi pemberian MP-ASI didefinisikan sebagai jumlah pemberian MP-ASI dalam sehari yang dikategorikan > 3 kali sehari dan ≤ 3 kali sehari. Sedangkan waktu pemberian MP-ASI pertama kali didefinisikan sebagai usia dimana bayi pertama kali mendapat MP-ASI yang dikategorikan sebelum 6 bulan dan setelah 6 bulan.

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini selain berakibat gizi lebih juga bisa menimbulkan beban zat terlarut hingga dapat menimbulkan hyperosmolarity (kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel karena adanya peningkatan konsentrasi zat), kenaikkan berat badan yang terlalu cepat dapat menyebabkan gizi lebih, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan yang diberikan pada bayi. Bayi yang mendapat zatzat tambahan seperti garam dan nitrat dapat merugikan ginjal bayi yang belum matang, dalam makanan padat

(13)

yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang membahayakan dalam penyediaan dan penyimpanan makanan.

Menurut Nurastrini (2014), pada anak usia 6-12 bulan, selain ASI, bayi mulai bisa diberi makanan pendamping ASI, karena pada usia itu bayi sudah mempunyai refleks mengunyah dengan pencernaan yang lebih kuat. Dalam pemberian makanan bayi perlu diperhatikan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya.

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Selain itu agar bayi mencapai pertumbuhan perkembangan yang optimal dan menghindari terjadinya kekurangan gizi, defesiensi zat gizi mikro (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan folat), menyediakan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dengan nutrisi. Dipandang dari segi kekebalan, pemberian MP-ASI dapat memelihara kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi.17 Akan tetapi apabila pola pemberiannya tidak sesuai dengan persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan, maka berakibat malnutrisi dan salah satunya gizi lebih.

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga dapat diistilahkan sebagai periode emas sekaligus kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai dengan tumbuh kembang yang optimal. Sebaliknya pada bayi dan anak pada masa usia 0-24 bulan tidak memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizi, maka periode emas ini akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, saat ini maupun selanjutnya (Mufida, 2014).

Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini. Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya, maka takaran susunya pun harus ditambah, agar bayi mendapat energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi

(14)

sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan. Sisanya harus dipebuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik gizinya. Oleh sebab itu pada usia 6 bulan keatas bayi membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal dari MP-ASI, namun MP-ASI yang diberikan juga harus berkualitas.

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi. Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-ASI tersebut.

Indikator Bayi Siap Menerima Makanan Padat (Anonim, 2013)

- Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga

- Menghilangnya refleks menjulur lidah

- Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan.

Jadwal pemberian makanan tambahan bayi berdasarkan usia : 1. Usia 0-4 bulan diberikan ASI saja

2. Usia 4-5 bulan diberikan ASI dan bubur

3. Usia 5-6 bulan diberikan ASI, bubur, dan sayur 4. Usia 6-7 bulan diberikan ASI, bubur, sayur, dan buah

5. Usia 7-8 bulan diberikan ASI, bubur, sayur, buah, dan protein hewani 6. Usia 8-9 bulan diberikan ASI, bubur, sayur, buah, protein hewani, dan

protein nabati

7. Usia 9-10 bulan diberikan selain makanan di atas mulai diperkenalkan makanan yang dapat menyebabkan alergi seperti telur, daging, dan ikan 8. Usia 10-12 bulan, bayi mulai dilatih dengan memberikan makanan seperti

yang dimakan oleh anggota keluarga yang lain (makanan keluarga) Menurut Depkes RI, Makanan bayi umur 6-9 bulan

(15)

b. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga

c. Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain.

d. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk pauk dan sayuran secara berganti-gantian.

Secara umum, selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi memerlukan energy sebesar kira-kira 115-120 kkal/kg/hari, yang kemudian berkurang menjadi sekitar 105-110 kkal/kg/hari pada 6 bulan sesudahnya. Kebutuhan energy dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein. Cara yang paling tepat untuk mengukur kecukupan energy yaitu dengan mengamati pola pertumbuhan yang meliputi berat dan tinggi badan, lingkar kepala, kesehatan, dan kepuasan bayi. Bayi yang sehat akan merasa kenyang dengan pasokan ASI sebanyak 150-200 cc/kg(BB)/hari (setara dengan 100-130 kkal/kg/hari selama 6 bulan kehidupan. Dari ASI, bayi menyerap 85-90% lemak.

Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, dapat ditambah dengan kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning, buah, daging hewan, dan minyak atau lemak. Bahan tersebut dibuat menjadi bubur dan sebagai peneman ASI. Makanan pokok dapat direbus menggunakan air atau susu sampai menjadi bubur yang kental dan tidak terlalu cair. Dibutuhkan waktu beberapa hari hingga bayi menyukai citarasa makanan baru tersebut. Begitu mulai terbiasa, jumlah suapan dapat ditambah sedikit demi sedikit, serta dapat pula diperkenalkan jenis makanan lain.

Pemberian makanan tambahan tidak boleh menganggu waktu pemberian ASI. Jadi, makanan tambahan baru boleh diberikan setelah bayi disusui. Pemberian pertama makanan tambahan cukup dua kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Kemudian jika bayi mulai menyukai maka jumalah suapan dapat ditingkatkan. Pada usia 6-9 bulan, bayi setidaknya membutuhkan empat porsi.

MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 6-23 bulan. Bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6-9 bulan. Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna, mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan makanan

(16)

sudah adekuat, tetapi terbatas hanya pada beberapa fungsi. Bayi juga memiliki jumlah lipase dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan (Wargiana, 2013).

Setelah bayi berumur 6 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya demi pertumbuhan dan perkembangannya diperlukan makanan pendamping ASI. Bayi usia 6-9 bulan tekstur makanan yang diberikan sebaiknya makanan cair, lembut atau saring, seperti bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran saring/yang dihaluskan (Widiastuti, 2014).

Jumlah zat gizi yang dikonsumsi bayi per hari:

Zat gizi 0-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan

Energy (kkal) BB (kg) x 115 BB (kg) x 105 1300 Protein (g) 10 15 19 Kalsium (mg) 225 440 600 Magnesium (mg) 30 40 50 Zat besi ( mg) - 7 9 Iod (μg) 30 40 50 Seng (mg) - 3 5 Vitamin A (μg RE) 375-420 375-420 375-420 Selenium (μg) 13 13 13 Vitamin D (μg) 7,5 10 10 Vitamin E (mg) 2 3 4 Vitamin C (mg) 25-35 25-35 25-35 Folasin (μg) 16 24 32 Niasin (mg) 4 5 6 Riboflavin (mg) 0,25 0,4 0,6 Thiamin (mg) 0,2 0,4 0,5 Piridoksin (mg) 0,15 0,3 0,4 Vitamin B12 (μg) 0,3 0,4 0,5 Kebutuhan cairan yang direkomendasikan untuk bayi

Umur (bln) 0 1 2 3 4 5 6 BB (kg) 3 4 5 6 6,5 7 7,5 Cairan (ml/kg BB/hari) 150 150 150 150 150 150 150 Cairan (ml/hari) 450 600 750 900 975 1050 1250

(17)

BAB IV PEMBAHASAN

Untuk menu makan pagi, kami memilih bubur labu kuning. Labu kuning atau waluh merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A, C dan E, mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya pun mengandung antioksidan sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Buah labu dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan dan cita rasanya enak. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita. Labu juga kaya akan asam lemak baik protein yang dibutuhkan kulit dan juga mengandung vitamin E, zinc, dan magnesium (Anonim, 2009 dalam Saftri, 2011). Kandungan seratnya yang tinggi sangat baik untuk menjaga sistem saluran pencernaan dan mencegah terjadinya sembelit serta dapat melancarkan pencernaan. Keunggulan manfaat pada labu kuning ini yang kaya akan β-Karoten yang bisa dijadikan sebagai anti inflamasi (Rohimah, 2013) dari manfat-manfaat tersebut, labu kuning sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, terutama kandungan zat gizi mikronya.

Pada menu makan siang, kami merencanakan makanan yang terdiri dari kacang merah, ikan lele, dan tepung maizena. Kacang merah (Vigna Angularis) merupakan sumber serat yang baik, dimana setiap 100 gr kacang merah kering menyediakan serat sekitar 4 gr, yang terdiri atas serat larut dan juga serat tidak larut (Farman, 2011). Oleh karena itu kandungan serat pada kacang sangat baik untuk kelancaran sistem pencernaan bayi. Sedangkan ikan lele mengandung protein lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan daging hewan lainnya. Ikan lele mengadung karoten, vitamin A, protein, lemak, karbohidrat, fosfor, kalsium, zat besi, vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, dan kaya akan asam amino. Daging ikan lele mengandung asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan untuk membantu perkembangan sel otak pada anak dibawah usia 12 tahun sekaligus memelihara sel otak. Oleh sebab itu sangat bermanfaat pada bayi karena pertumbuhan dan perkembangan sel otak saat bayi adalah masa

(18)

yang optimal. Kandungan komponen gizi ikan lele mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia baik pada anak-anak, dewasa, dan orang tua. Manfaat ikan lele dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Kandungan asam amino esensial sangat berguna untuk tumbuh kembang tulang, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Selain itu juga ikan lele dapat menghasilkan antibody, hormon, enzim, dan pembentukan kolagen, untuk perbaikan pada jaringan tubuh. Sehingga kandungan ikan lele pun bisa melindungi anak dari cold soredan virus herpes (Rohimah, 2013).

Tepung maizena merupakan pati yang didapatkan dari endosperma biji jagung. Jagung banyak mengandung mineral yang dibutuhkan tubuh seperti fosfor, magnesium, mangan, seng, besi, tembaga, dan selenium. Fosfor penting bagi pemeliharaan pertumbuhan, kesehatan tulang dan fungsi ginjal. Oleh karena itu sangat baik untuk pertumbuhan tulang pada bayi. Selain itu jagung juga mengandung magnesium diperlukan untuk mempertahankan denyut jantung yang normal dan untuk kekuatan tulang. Jagung juga mempunyai sifat antioksidan yang melawan kanker oleh radikal bebas. Jagung juga dapat mencegah anemia (vitamin B12 dan asam folat). Jagung juga dapat menurunkan kolesterol jahat (LDL). Jagung juga mengandung serat pangan dengan indeks glikemik rendah. Selain itu, jagung mengandung asam lemak esensial, isoflavon, mineral Fe, beta karoten, komposisi asam amino esensial, dan lain-lain (Krisnamurthi, 2010).

Selanjutnya, untuk menu makan sore, kami hanya merencanakan buah pisang sebagai asupannya. Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik, antara lain menyediakan energi yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Pisang kaya akan vitamin dan mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor, dan kalsium. Oleh karena itu, buah pisang kerap digunakan sebagai makanan pemula yang diberikan pada bayi (Puspita, 2011).

(19)

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Kebutuhan gizi pada bayi berbeda dengan kebutuhan gizi orang dewasa. Kebutuhan gizi tiap bayi dapat berbeda karena dipengaruhi faktor ekonomi, faktor sosial, faktor budaya, faktor pola asuh, dan faktor pola makan.

b. Setiap tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi mempengaruhi kebutuhan gizinya. Tahap pemberian makanan pada bayi dimulai dengan pemberian ASI Ekslusif hingga berusia 6 bulan, diteruskan sampai 2 tahun, dengan pemberian MP-ASI dari makanan bertekstur lunak hingga kasar. c. Penilaian status gizi pada bayi menggunakan metode antropometri dan diet. d. Pembuatan preskripsi diet pada bayi berdasarkan perhitungan kebutuhan gizi

bayi.

e. Zat gizi esensial pada bayi yaitu zat gizi makro seperti karbohidrat, protein lemak, dan cairan serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral.

f. Kekurangan zat gizi protein pada bayi dapat menyebabkan berbagai gangguan pertumbuhan seperti Kwarshiorkor. Kekurangan zat gizi karbohidrat yang berkepanjangan dapat menyebabkan Marasmus. Pemenuhan zat gizi yang sangat kurang dan berkepanjangan dapat mengakibatkan Stunted dan Wasted.

g. Penilaian status gizi pada bayi diidemonstrasikan dengan metode antropometri dan asupan (diet).

h. Perhitungan kebutuhan gizi pada bayi berdasarkan metode IOM 2005.

i. Rancangan susunan menu untuk memenuhi kebutuhan bayi disusun untuk tiga kali waktu makan (MP-ASI).

2. Saran

a. Memperkenalkan MP-ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang semakin meningkat.

b. Melanjutkan pemberian ASI hingga bayi berusia 2 tahun. c. Memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi.

(20)

Adriani, Merryana., Bambang Wirjatmadi. 2014. Peranan Gizi dalam Siklus

Kehidupan. Jakarta : Kencana.

Anonim. 2013. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Dinas Pemerintah Kabupaten Dairi

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Depkes RI. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Direktorat Gizi Masyarakat. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Jakarta Farman. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Merah (Vigna angularis)

terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Beban Glukosa. Semarang : Universitas Diponegoro.

Febrianti, L. 2013. Pengaruh Komunikasi Tatap Muka terhadap Pengetahuan

dan Sikap Ibu Bayi dan Balita dalam UPGK di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2013. Medan :

Universitas Sumatera Utara.

Krisnamurthi, B. 2010. Manfaat Jagung dan Peran Produk Bioteknologi Serealia

dalam Menghadapi Krisis Pangan, Pakan, dan Energi di Indonesia.

Prosiding Pekan Serealia Nasional.

Mufida, Lailina, dkk. 2014. Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu

(Mp-Asi) untuk Bayi 6 – 24 Bulan. Malang: Unbraw

Nurastrini, Vania Retno dan Apoina Kartini. 2014. Jenis Mp-Asi, Frekuensi dan

Waktu Pertama Kali Pemberian Mp-Asi sebagai Faktor Risiko Kejadian Gizi Lebih pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kota Magelang

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Puspita, W. 2011. Pola Pemberian Pisang Awak (Musa paradisiaca var. Awak),

Status Gizi dan Gangguan Saluran Pencernaan pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Desa Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Rohimah, I. 2013. Analisis Energi dan Protein Serta Uji Daya Terima Biskuit

Tepung Labu Kuning dan Ikan Lele. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Safitri, R. 2011. Penggunaan Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata durch)

Dalam Sediaan Krim Pelembab. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Wargiana, Risa, dkk. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status

Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember

(21)

Widiastuti, Latifah. 2014. Survey Pemberian Mp-Asi Pada Bayi Usia 6-12 Bulan

di Desa Pulodarat Pecangaan Jepara.

Yogi, Etiak Desi. 2014. Pengaruh Pola Pemberian Asi dan Pola Makanan

Pendamping Asi terhadap Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan. Jurnal

(22)

LAMPIRAN

RESEP Pagi : Bubur Labu Kuning

Bahan :

Labu kuning 25 gr Air secukupnya

(23)

Cara memasak :

1. Cuci labu sampai bersih 2. Potong labu menjadi kecil 3. Kukus labu hingga matang

4. Blender labu hingga halus (tambahkan air bila perlu)

Siang : Bubur Ikan Kacang Merah

Bahan :

Kacang merah 20 gr Tepung maizena 5 gr Daging ikan lele 30 gr Air secukupnya Cara memasak :

1. Kukus daging ikan yang sudah dihilangkan kulit dan tulangnya 2. Lumatkan daging ikan

3. Rebus kacang merah hingga lunak 4. Tiriskan kacang merah

5. Blender kacang merah sampai halus

6. Campurkan lumatan ikan dan kacang merah yang di blender 7. Tambahkan tepung maizena yang sudah dicairkan

8. Aduk hingga merata (tambahkan air bila perlu)

Sore : Pisang Ambon

(24)
(25)

LAPORAN BON

GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN

ACARA 3

BAYI USIA 5-9 BULAN

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6 / Shift 2

(26)

1. Warti Anggraini

2. Nurul Putrie Utami, S.Gz

3. Windi Indah FN, S.Gz

LABORATORIUM GIZI

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015

CP : Nurfaida P. (085729314931) BON

Waktu

Makan Nama Masakan

Bahan Makanan

Harga

Bahan Jumlah

URT Gram

Pagi Bubur Labu Kuning Labu kuning ½ gls 25 1000

Siang Bubur Ikan Kacang Merah Kacang merah Ikan lele Tepung maizena 2 sdm 1 ekor (tanpa kulit dan tulang) 1 sdm 20 30 5 500 3000 500

Sore Pisang ambon Pisang ambon ¾ bh kcl 37,5 1500

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 – 12 BULAN.. DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini dapat menimbulkan terjadinya gangguan pencernaan seperti diare, diare ini disebabkan dalam makanan tambahan bayi

Makanan pendamping ASI (MP ASI) merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga yang mengandung zat gizi, diberikan pada anak berumur 6–24 bulan

Berdasarkan hasil uji statistik chi square hubungan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dini dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan didapatkan ρ value 0,046 lebih kecil

Latar Belakang : Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan maupun minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi sejak usia memasuki 6 bulan

Tujuan dari penelitian yang dilakukan meliputi : (a) mengkaji kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dengan SNI MP-ASI, (b) mengkaji persentase AKG zat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan kejadian stunting pada bayi, diantaranya adalah berat badan lahir, pemberian ASI Eksklusif, pemberian MP

Tujuan Pemberian MP-ASI Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara