• Tidak ada hasil yang ditemukan

air asam tambang.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "air asam tambang.docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

 BerandaBeranda 

 NurseryNursery 

 Reklamasi & RevegetasiReklamasi & Revegetasi 

 Interest Zone AreaInterest Zone Area 

 Pengelolaan Air Asam TambangPengelolaan Air Asam Tambang 

 Pemantauan LingkunganPemantauan Lingkungan 

 GaleryGalery

Pengelolaan Air Asam Tambang

Pengelolaan Air Asam Tambang

Oleh : Andi Muhammad Fajrin, Enviro Departemen

Oleh : Andi Muhammad Fajrin, Enviro Departemen

Air asam tambang atau

Air asam tambang atau acid mine drainageacid mine drainage, istilah umum yang digunakan untuk menyebutkan, istilah umum yang digunakan untuk menyebutkan air lindian (

air lindian (leachateleachate), rembesan (), rembesan (seepageseepage) atau aliran (drainage) atau aliran (drainage). Air ini terjadi akibat pengaruh). Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral

oksidasi alamiah mineral sulfidasulfida(mineral (mineral belerang) yang belerang) yang terkandung dalam terkandung dalam bantuan yangbantuan yang terpapar selama penambangan. Perlu diketahui, air asam sebenarnya tidak saja terbentuk terpapar selama penambangan. Perlu diketahui, air asam sebenarnya tidak saja terbentuk akibat kegiatan penambangan saja. Bahkan, setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan akibat kegiatan penambangan saja. Bahkan, setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan terbuka dan teroksidasinya mineral

terbuka dan teroksidasinya mineral sulfidasulfida, akan menyebabkan terbentuknya air asam., akan menyebabkan terbentuknya air asam. Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan dan drainase, dan pengolahan tanah Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan dan drainase, dan pengolahan tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang, tentu akan menghasilkan air asam. lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang, tentu akan menghasilkan air asam. Karakteristik pun sama dengan air asam

Karakteristik pun sama dengan air asam tambang.tambang. Pengelolaan Air Asam Tambang

Pengelolaan Air Asam Tambang

Green Mining yang melekat PT. Berau Coal, memiliki komitmen dalam mengelola lingkungan. Green Mining yang melekat PT. Berau Coal, memiliki komitmen dalam mengelola lingkungan. Salah satunya, pengellaan air asam tambang. Dalam pengelolaannya, Berau Coal melakukan Salah satunya, pengellaan air asam tambang. Dalam pengelolaannya, Berau Coal melakukan secara aktif dengan menambahkan senyawa alkali kapur padam (Ca(OH)2) yang diperoleh dari secara aktif dengan menambahkan senyawa alkali kapur padam (Ca(OH)2) yang diperoleh dari industri kapur padam masyarakat sekitar Berau. Air asam tambang yang terbentuk terlebih industri kapur padam masyarakat sekitar Berau. Air asam tambang yang terbentuk terlebih dahulu dialirkan ke sediment pond. Tujuannya, untuk mengendapkan partikel-partikel padat dahulu dialirkan ke sediment pond. Tujuannya, untuk mengendapkan partikel-partikel padat tersuspensi yang ada. Seterusnya, air asam dinetralkan dengan menambahkan kapur padam tersuspensi yang ada. Seterusnya, air asam dinetralkan dengan menambahkan kapur padam melalui

(2)

Liming Box 

Lem Injection

Air asam tambang yang telah netral, akan kembali diendapkan melalui beberapa kompartemen settling pond sebelum dialirkan ke badan air. Untuk mengontrol kualitas air buangan terhadap baku mutu, PT. Sucofindo sebagai independent laboratorium, setiap hari

memonitor dan menganalisis kualitas air tersebut.

(3)

pH Meter

Spektro potometer Analitik

TSS Meter

Metode aktif, merupakan metode yang paling efektif. Namun kurang efisien, melihat pertimbangan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bahan kimia dan energi eksternal yang diperlukan. Alternatif lain, pengolahan air asam tambang secara pasif.

Pada pengelolaan pasif, tidak lagi membutuhkan penambahan bahan kimia secara terus menerus. Ini akan mengurangi peralatan operasional dan pemeliharaan. Pengolahan secara

(4)

pasif mengandalkan terjadinya proses bio-geokimiawi, yang berlangsung menerus secara alami dalam peningkatan pH dan pengikatan serta pengendapan logam-logam terlarut. Jadi jelas, saat ini sistem pasif tercatat paling efektif dan efisien.

Settling Pond 

Pintu Air WMP

Saat ini, pengembangan pengolahan pasif air asam tambang PT. Berau Coal, masih dilaksanakan dengan skala penelitian pilot project . Kegiatan ini, menggunakan sumberdaya lokal berupa limbah bahan organik, tumbuhan air, dan batu gamping. Limbah bahan organik yang digunakan berupa jerami padi, serbuk kayu, dan kompos. Selain juga, limbah bahan organik berupa serat kayu dan bioludge dari PT. Kiani Kertas yang juga dicoba digunakan dalam penelitian ini.

Papan Monitoring WMP

Penelitian dilakukan dengan 2 (dua metode, yakni metode Successive Alkalinity Producing System(SAPS) dan Aerobic Wetland (AW). Keduanya saling dikombinasikan dan selanjutnya disebut satu sel. Penelitian ini menggunakan dua sel bersusun seri. SAPS merupakan salah satu metode pengolahan pasif AAT yang terdiri atas lapisan bahan organik dan batugamping. Keduanya disusun secara vertikal dengan ketebalan tertentu. AAT yang diolah akan mengalir secara vertikal di dalam sistem berdasarkan tekanan grativitas hidrolik. Berbeda dengan SAPS,

(5)

AAT yang mengalir pada AW akan mengalir secara horizontal pada permukaan sistem yang terdiri atas vegetasi tumbuhan air dan bahan organik sebagai media tanam tumbuhan.

Tumbuhan Air (Tiva) Pada WMP

Pada sistem pengelolaan pasif, terdapat 2 (dua) proses utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan pH, yakni larutnya batugamping dan reduksi sulfat secara biologis. Kedua proses ini menghasilkan alkalinitas dalan bentuk bikarbonat (HCO3-) sebagai senyawa penetral. Adapun mekanisme terjadinya penurunan logam terlarut, dimungkinkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Proses oksidasi dan hydrolisis logam yang menyebabkan terjadinya pengendapan logam

2. Interaksi antara sulfida (S2-) yang dihasilkan pada proses reduksi sulfat dengan logam bervalensi 2 (seperti Fe2 + dan Mn2+) membentuk logam sulfida yang mengendap.

3. Proses adsorpsi logam oleh bahan organik (kompos)

4. Prosrs biosorpsi logam oleh vegetasi tumbuhan air dan mikroorganisme, seperti bakteri, fungi, dan alga yang tumbuh pada lapisan bahan organik.

Selain memperbaiki kualitas air asam tambang, teknologi pengolahan pasif berupa wetland, menjadi lingkungan baru bagi kehidupan flora dan pauna lainnya, seperti ikan, katak, dan serangga. Ekosistem batu ini sering dinamakan dengan ekosistem wekland. Namun demekian, terdapat 2 (dua) hal utama yang harus diperhatikan dalam penerapan pengolahan pasif tersebut, yaitu:

 Kualitas dan debit air asam tambang yang akan diolah  Ketersediaan dan topografi yang area yang ada

Kedua faktor ini, akan menjadi parameter penentu terhadap jenis, ukuran dan desain sistem pengolahan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing area.

(6)

Pengukuran Debit Air

Kedepan, pengolahan air asam tambang PT. Berau Coal akan dititik beratkan pada kombinasi pengolahan aktif, berupa penambahan senyawa alkali penetral dan pengolahan pasif. Dengan metode ini, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengolahan air asam tambang. Semua ini dilakukan, sebagai wyjud komitmen Berau Coal untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Beranda

Langganan: Entri (Atom) Kebesaran Maha Pencipta

(7)
(8)
(9)

Pengikut Arsip Blog

 ▼ 2011 (12)

o ▼ Februari (7)

 Profil Penulis

 WELCOME TOJOB SITE SAMBARATA BERAU - KALIMANTAN ...  Kebijakan Lingkungan, Keselamatan Dan Kesehatan Ke...  Sekilas PT. Berau Coal

 ARTI IDENTITAS BARU BERAU COAL

 Upacara Peringatan Hari Keselamatan Dan Kesehatan ...  PERINGATAN HARI K3 NASIONAL

o ► Juni (4) o ► Juli (1)

(10)

Mengenai Saya

Muhidin

Saya seorang tenaga teknik di bidang lingkungan pertambangan batu bara Lihat profil lengkapku

Template Ethereal. Gambar template oleh RASimon. Diberdayakan oleh Blogger.

Air Asam Tambang

 –

 Indonesia

Apa itu AAT?

Pembentukan

Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “acid mine drainage (AMD)” atau “acid rock drainage (ARD)” terbentuk saat mineral sulphida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan

kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) y ang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam.

Hasil reaksi kimia ini, beserta air yang sifatnya asam, dapat keluar dari a salnya jika terdapat air penggelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumber-nya inilah yang lazimnya disebut dengan istilah AAT tersebut.

AAT adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air a sam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul oleh kegiatan lain seperti: penggalian untuk pembangunan pondasi bangunan, pembuatan tambak, dan sebagainya.

Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan adalah:

 FeS2: pyrite  Cu2S: chalcocite  CuS: cuvellite  CuFeS2: chalcopyrite  MoS2: molybdenite  NiS: millerite  PbS: galena  ZnS: sphalerite  FeAsS: arsenopyrite

Pyrite merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan, terutama batubara. Reaksi oksidasi pyrite adalah seperti ditunjukkan oleh reaksi k imia berikut, dengan air dan oksigen sebagai faktor penting.

(11)

Tanda-tanda pembentukan dan pengaruhnya terhadap lingkungan

Terbentuknya AAT ditandai oleh satu atau lebih karakteristik kualitas air sbb.:

 nilai pH yang rendah (1.5 – 4)

 konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan, cadmium, tembaga,

timbal, seng, arsenik dan mercury

 nilai acidity yang tinggi (50 – 1500 mg/L CaCO3)  nilai sulphate yang tinggi (500 – 10.000 mg/L  nilai salinitas (1 – 20 mS/cm)

 konsentrasi oksigen terlarut yang rendah

Berdasarkan hal tersebut diatas, apabila AAT keluar dari tempat terbentuknya dan masuk ke sistem

lingkungan umum (diluar tambang), maka beberapa faktor lingkungan dapat terpengaruhi, seperti: kualitas air dan peruntukannya (sebagai bahan baku air minum, sebagai ha bitat biota air, sebagai sumber air untuk tanaman, dsb); kualitas tanah dan peruntukkanya (sebagai habitat flora dan fauna darat), dsb.

Faktor penting

Faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya AAT di suatu tempat adalah:

 konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral sulphida

 keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir melalui mekanisme adveksi

dan difusi

  jumlah dan komposisi kimia air yang ada  temperatur

 mikrobiologi

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pembentukan AAT sangat tergantung pada kondisi tempat pembentukannya. Perbedaan salah satu faktor tersebut diatas

menyebabkan proses pembentukan dan hasil yang berbeda.

(12)

dimana terdapat kegiatan penambangan, proses pembentukan AAT memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara-negara lain, karena memiliki kondisi iklim yang berbeda.

Prediksi dan identifikasi

Prediksi dan identifikasi pembentukan AAT dapat dilakukan melalui penyelidikan karakter geokimia dari batuan. Dikenal ada dua cara untuk hal tersebut, yaitu melalui static test dan kinetic test.

Metode pengujian yang umum untuk static test meliputi: Net Acid Generation (NAG), Acid Neutralizing Capacity (ANC) dan analisa kandungan total sulfur (S) untuk mendapatkan nilai Maximum Potential Acid (MPA). Perlu diketahui bahwa nilai MPA yang dihitung berdasarkan total sulfur ini cenderung lebih besar potensi sebenarnya, karena yang terukur dalam total sulfur tidak hanya sulphide-sulfur, tapi juga organic-sulfur dan sulfate-organic-sulfur. Dari nilai ANC dan MPA, kemudian dapat dihitung nilai Net Acid Production Potential (NAPP), dimana NAPP = MPA – ANC.

Berdasarkan nilai pH dari uji NAG dan nilai NAPP, maka selanjutnya dapat dilakukan pengklasifikasian jenis batuan berdasarkan sifat geokimianya. Sebagai contoh adalah seperti dibawah ini:

NAG pH ≥ 4; NAPP≤0: Non Acid Forming (NAF) dan NAG pH<0; NAPP>0: Potentially Acid Forming (PAF)

Selanjutnya, untuk mengetahui lebih detail kemungkinan pembentukan AAT, dilakukan kinetic test yang umum dilakukan dengan menggunakan kolom. Kondisi basah dan kering diterapkan terhadap batuan pada kolom, dan perubahan nilai parameter kualitas air yang keluar dari kolom tersebut dianalisa untuk

mengetahui perilaku atau trend pembentukan AAT-nya.

Design kolom dan ukuran batuan dalam pengujian ini sangat penting untuk diperhatikan.

Pada umumnya, static test dilakukan untuk mengetahui secara cepat potensi pembentukan AAT dari sejumlah batuan, sedangkan kinetic test, dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil yang mewakili, dilakukan untuk mengetahui karakter batuan yang dominan di sebuah lokasi tertentu, atau untuk mempertajam hasil analisa dari static test. Pengujian kolom juga dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu yang lain seperti untuk mengetahui pengaruh faktor lain (curah hujan,

pencampuran dengan material lain, perubahan faktor fisik, dsb) terhadap pembentukan AAT.

Penanganan

Secara umum, penanganan masalah AAT dibagi dua, yaitu: pencegahan pembentukan AAT dan penanganan AAT yang telah terbentuk, khususnya yang akan k eluar dari lokasi kegiatan penambangan.

1. Pencegahan pembentukan AAT

Pencegahan pembentukan AAT, seperti dijelaskan pada reaksi kimia diatas, dilakukan dengan mengurangi kontak antara mineral sulphida (dalam reaksi tersebut sebagai pyrite) dengan air dan oksigen diudara. Secara

(13)

teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF pada k ondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum, dikenal 2 cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan

menempatkan batuan PAF dibawah permukaan air (dimana penetrasi oksigen terhadap lapisan air sangat rendah) atau dikenal dengan istilahwet cover systems, atau dibawah lapisan batuan/material tertentu dengan tingkat infiltrasi air dan difusi/adveksi oksigen yang rendah, umumnya disebut sebagaidry cover system. Dengan menerapkan metode ini, diharapkan pembentukan AAT dapat dihindari.

2. Penanganan AAT yang telah terbentuk

Penanganan AAT yang telah terbentuk, yang berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mencapai kondisi kualitas air seperti yang disyaratkan dalam peraturan pemerintah tentang kualitas air. Secara umum terdapat dua cara pengolahan air, yaitu secara aktif dan pasif.

Sebagai contoh, seperti disebutkan diatas, salah satu parameter penting yaitu pH. Untuk menaikkan nilai pH ke kondisi normal, maka dilakukan beberapa upaya diantaranya adalah dengan penambahan bahan kimia seperti kapur (lime). Secara aktif, kapur (berbentuk serbuk/tepung) dicampurkan secara langsung dengan air asam di saluran air atau wadah khusus, atau di kolam penampungan air. Sedangkan secara pasif, air asam dialirkan melalui saluran-saluran dimana terdapat kapur (dalam bentuk batuan) sebagai “media penetral” air

asam yang melaluinya.

airasamtambang said, on 27/07/2009 at 04:18

Waalaikum salam.

1. Istilah “air asam” secara umum digunakan untuk menunjukkan air yang mempunyai sifat asam, secara teknis jika mempunyai pH < 6. Selama memenuhi kriteria itu, baik air limpasan (run off) maupun air tanah (ground water) yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan, maka layak disebut "air asam tambang".

2. Penimbunan yang efektif

Konsep dasar dari desain timbunan adalah mengurangi kontak mineral pembangkit asam (umumnya pyrite) dengan salah satu komponen: air dan oksigen. Dengan mengurangi salah satu k omponen tersebut, maka potensi pembentukan AMD nya pun rendah. Secara umum, konsentrasi oksigen sangat tergantung pada ko ndisi kejenuhan air pada timbunan (water saturation). Secara teknis, pengurangan konsentrasi oksigen dapat dilakukan dengan m elakukan pemadatan lapisan batuan yang

dimaksudkan untuk mengurangi volume ruang kosong antar batuan. Dengan volume air yang sama, namun dengan volume ruang kosong yang semakin kecil, maka ti ngkat kejenuhan air akan semakin tinggi, dan konsentrasi oksigen yang dapat masuk ke timbunan tersebut semakin rendah. Hal ini berlaku untuk seluruh jenis batuan, dan tidak melihat fakto r NAF atau PAF dari batuan tersebut.

Namun demikian, jika hanya batuan PAF yang tersedia, memang agak menyulitkan. Pada lapisan t eratas dari timbunan, kondisi basah-kering akan terjadi karena perubahan cuaca. Hal ini mengakibatkan berubah -rubahnya tingkat kejenuhan dari lapisan tersebut, dan sangat memungkinkan masuknya oksigen dan terjadi proses oksidasi pyrite.

Secara teori, kompaksi bisa memberikan efek positif, dan satu hal lain yang bisa mengurangi k ondisi yang berubah-rubah dari lapisan teratas tersebut adalah (setelah dilakukan kompaksi) deng an penyebaran topsoil.

Selain penting untuk vegetasi, topsoil juga dapat me ngurangi agar perubahan kejenuhan air dari lapisan OB tidak terlalu signifikan

(14)

Demikian dari saya. Jika ada yang kurang paham, silahkan ditanyakan kembali. May 19, 2009 12:42 PM

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian adalah terdapat pengaruh yang signifikan pemberian promosi kesehatan terhadap peningkatan kualitas hidup pasien dan dukungan sosial keluarga

Sejatinya kehidupan adalah saling memiliki ketergantungan antara sesame manusia dan dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari aturan- aturan, baik yang bersumber dari

Kochler (1976) mengatakan bahwa “organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi sebuah usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Tugas Pokok,

Awalnya penjualan eceng gondok oleh penduduk Desa Kebondowo dikirimkan ke Yogyakarta dalam bentuk basah dan kering, namun setelah berdirinya KUPP Karya Muda

Dengan demikian, penelitian dengan judul “PERAN APARATUR KELURAHAN DAN KESIAP-SIAGAAN WARGA JOYOTAKAN DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KOTA SURAKARTA” dirasa perlu

Dalam kerangka ini, maka pertanyaan yang mengmuka adalah kondisi seperti apa yang 

Hasil uji statistik didapatkan nilai ρv sebesar 0,572 pada α 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur