• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tesis. Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir untuk Memperoleh Gelar Master of Computer Science. Oleh: Bentar Priyopradono

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tesis. Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir untuk Memperoleh Gelar Master of Computer Science. Oleh: Bentar Priyopradono"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

Spatial Social Network Analysis:

Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) dalam Mendukung

Revitalisasi Peningkatan Pangan Daerah

Kabupaten Rejang Lebong

Provinsi Bengkulu

Tesis

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir untuk Memperoleh Gelar

Master of Computer Science

Oleh:

Bentar Priyopradono 972010025

Program Studi Magister Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)

Surat Pernyataan Keaslian Tesis

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Bentar Priyopradono

NIM : 972010025

Program Studi : Magister Sistem Informasi

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis :

Judul : Spatial Social Network Analysis: Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam Mendukung Revitalisasi Peningkatan Pangan Daerah Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

Pembimbing : 1. Prof. Ir. Danny Manongga., M.Sc., PhD. 2. Dr. Ir. Wiranto Herry Utomo, M.Kom.

Belum pernah diajukan untuk diuji sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar akademik pada berbagai tingkatan di universitas manapun. Tidak ada bagian dalam Tesis ini yang pernah dipublikasikan oleh pihak lain, kecuali bagian yang digunakan sebagai referensi, berdasarkan kaidah penulisan ilmiah yang benar. Demikian Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.

Salatiga, 06 Februari 2012

(4)

Kata Pengantar

Dalam ilmu-ilmu sosial, social network analysis telah menjadi alat metodologi yang kuat di samping statistik, konsep jaringan telah didefinisikan, diuji, dan diterapkan dalam tradisi penelitian di seluruh ilmu-ilmu sosial, mulai dari antropologi, sosiologi, administrasi bisnis dan sejarah (Nooy, 2005). SNA fokus pada struktur kelompok manusia (groups), komunitas, organisasi,

markets, masyarakat, atau sistem yang ada dunia (world system).

Dasar visualisasi jaringan sosial diletakkan oleh para peneliti yang menyebut diri mereka sociometrists.

Penelitian yang dilakukan penulis dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Magister Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga untuk persyaratan memperoleh gelar Master of Computer Science (M.Cs.) ini berjudul ”Spatial Social Network Analysis: Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam Mendukung Revitalisasi Peningkatan Pangan Daerah Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu”.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang membantu terselesaikannya tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Danny Manongga., M.Sc., PhD. Sebagai Pembimbing 1(satu) yang telah dengan kerelaan hatinya membantu dalam proses pembuatan tesis ini dan senantiasa memberikan kemudahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

(5)

2. Bapak Dr. Ir. Wiranto Herry Utomo, M.Kom. sebagai Pembimbing 2(dua) yang telah dengan kerelaan hatinya membantu dalam proses pembuatan tesis ini dan senantiasa memberikan kemudahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, M.Kom selaku Ketua Program Studi Magister Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Andeka Rocky Tanaamah, S.E., M.Cs. selaku Dekan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan senantiasa mendukung penulis dengan nasehat-nasehat untuk kemajuan penulis secara pribadi.

5. Bapak Ir. Munir, MM. Selaku Kepala Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kelautan (BP4K) Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

6. Bapak Ir. Alrullah, MM. Selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

7. Ibu Nurbaini. Z Selaku sekretaris Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kelautan (BP4K) Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

8. Seluruh Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Se-Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

9. Seluruh Staf BPP, Penyuluh Pendamping (PP), Penyuluh Pertanian(PP), Staf BP4K dan Penyelia Mitra Tani (PMT) Se-Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

(6)

10. Segenap Staff Pengajar di MSI FTI UKSW : Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, M.Kom. , Dra. Ade Iriani, M.M. , Prof. Ir. Daniel Herman Freddy Manongga, M.Sc., Ph.D., Irwan Sembiring, S.T., M.Kom., Kristoko Dwi Hartomo, S.Kom., M.Kom., Sri Yulianto Joko Prasetyo, S.Si., M.Kom., Dr. Ir. Wiranto Herry Utomo, M.Kom., T. Ari Setiawan Prasida, ST., M.Cs., M. A. Ineke Pakereng, M.Kom., Indrastanti Ratna Widiasari, MT., Wiwin Sulistyo, ST., M.Kom., Kurniawan Teguh Martono, MT., Dr. Suharto, Yos Richard Beeh, ST., M.Cs., Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Cs., Marwata, SE. (Akt)., M.Si., Ph.D., Elisabeth Penti Kurniawati, SE., M.Ak., Theophilus Erman Wellem, ST., MS., dan Danny Zacharias, SH., MA. 11. Rekan-rekan MSI angkatan 6 FTI UKSW, Adriana P.

Rahangiar, S.Kom., M.Cs., Febrian Wahyu Christanto, S.Kom., M.Cs., Roland Palar, S.Kom., M.Cs., Febri, S.Kom. dan Lista Nagara, S.Kom., yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini, sukses untuk kita semua.

12. Kepada Keluarga Besarku Bapak Ramelan, S.Pi , Ibu Paryati dan adik-adiku Wastu Wirta Luti, A.Md., Wasis Pancoro dan Manggar, terimakasih atas waktu, dukungan dan semua yang telah di curahkan, semoga kita selalu diberikan limpahan rezki, kesehatan, dan sukses selalu untuk hari depannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbang saran dan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua

(7)

pihak. Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap bahwa penelitian yang telah dikembangkan dapat menjadi panduan bahkan acuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Maju terus teknologi informasi Indonesia.

Salatiga, 06 Februari 2012

(8)

Daftar Isi

Judul Tesis ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan Keaslian Tesis ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

Daftar Istilah ... xiv

Abstract ... xv

1. Bab 1 Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Masalah Penelitian ... 3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4. Batasan Penelitian ... 5

1.5. Sistematika Penulisan ... 5

2. Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1. Network (Definition) ... 7

2.2. Social Network ... 9

2.3. Social Network Analysis ... 10

2.3.1. Tujuan dan Manfaat Social Network Analysis ... 12

2.3.2. Pengukuran dalam Social Network Analysis ... 13

2.3.2.1. Density dan Eigenvector ... 13

2.3.2.2. Centrality, Power, Degree ... 13

2.3.2.3. Ego-Network (EgoNet) ... 17

2.4. Spatial Social Network Analysis ... 18

2.5. Penelitian Terdahulu ... 18

2.5.1. Penelitian Lubell dan Fulton ... 18

2.5.2. Penelitian Trauger ... 19

(9)

2.6. Knowledge Management ... 20

2.6.1. Definisi Knowledge ... 20

2.6.2. Definisi Knowledge Management ... 24

2.6.3. Knowledge Sharing ... 25

2.6.4. Knowledge Building ... 26

2.7. Program PUAP ... 26

2.7.1. Tujuan dan Sasaran PUAP ... 32

2.7.2. Pola dan Strategi PUAP ... 33

2.7.3. Ruang Lingkup Kegiatan PUAP ... 33

3. Metode Penelitian ... 35

3.1. Objek Penelitian ... 35

3.2. Populasi dan Sampel ... 36

3.3. Alat Pengumpulan Data ... 37

3.4. Cara dan Prosedur Pengumpulan Data ... 39

3.5. Alat Analisis ... 40

3.6. Teknik Analisi ... 40

4. Analisi dan Pembahasan ... 44

4.1. Responden ... 44

4.2. Pemetaan Jaringan Sosial (Social Network) ... 45

4.3. Peran Aktor yang Berpengaruh dalam Jaringan Sosial ... 67

4.4. Peran Media Komunikasi ... 86

4.5. Pelaksanaan Program PUAP ... 90

5. Kesimpulan dan Saran ... 98

5.1. Kesimpulan ... 98 5.2. Saran ... 101 5.3. Keterbatasan Penelitian ... 102 5.4. Rekomendasi Penelitian ... 102 6. Daftar Pustaka ... 104 7. Lampiran ... 107

(10)

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Daftar Polpulasi Target, Populasi Survei Dan Sampel Penelitian ... 37

Tabel 4.1 Data Responden Pada Program Puap Berdasarkan Usia, Bidang, Status Dan Kelembagaan ... 100

Tabel 4.2 Komposisi Data Responden Dilihat Dari Tingkat Kelembagaan Pada Program Puap ... 45

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Ego-Network Dari Seluruh Data Sampel ... 47

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Nodes Ego-Network Dari Seluruh Data Sampel ... 47

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Ego-Network Dari Program Puap ... 49

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nodes Ego-Network Dari Program Puap ... 49

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Out-Degree Dari Seluruh Data Sampel ... 51

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan In-Degree Dari Seluruh Data Sampel ... 52

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Degree Dan Jumlah Total Type Node Dari Program Puap ... 52

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Out-Degree Program PUAP ... 54

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan In-Degree Program Puap ... 54

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Degree dan Jumlah Total Type Node Dari Program Puap ... 55

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Degree dan Jumlah Total Type Node ... 58

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Out-Degree Program PUAP ... 58

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan In-Degree Program PUAP ... 59

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Degree dan Jumlah Total Type Node ... 64

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Out-Degree Program PUAP ... 65

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan In-Degree Program PUAP ... 65

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Degree Centrality ... 68

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan In-Degree Centrality ... 69

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Out-Degree Centrality ... 70

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Degree Centrality Program PUAP ... 71

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan In-Degree Centrality Program PUAP ... 72

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Out-Degree Centrality Program PUAP ... 73

(11)

Tabel 4.26 Hasil Perhitungan In-Closeness Centrality ... 76

Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Out-Closeness Centrality ... 77

Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Closeness Centrality Program PUAP ... 79

Tabel 4.29 Hasil Perhitungan In-Closeness Centrality Program PUAP ... 79

Tabel 4.30 Hasil Perhitungan Out-Closeness Centrality Program PUAP ... 80

Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Node-Betweenness Centrality ... 82

Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Node-Betweenness Centrality ... 83

Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Betweenness Centrality Dari Program PUAP ... 84

Tabel 4.34 Hasil Perhitungan 2-Mode Network Degree Media Komunikasi ... 80

Tabel 4.35 Hasil Perhitungan 2-Mode Network Media Komunikasi ... 87

Tabel 4.36 Hasil Perhitungan 2-Mode Network Degree Media Komunikasi ... 87

Tabel 4.37 Hasil Perhitungan 2-Mode Node Eigenvector Centrality Media Komunikas ... 88

Tabel 4.38 Hasil Perhitungan 2-Mode Eigenvector Centrality Kategori Media Komunikas ... 89

Tabel 4.39 Hasil Perhitungan 2-Mode Eigenvector Centrality Kategori Media Komunikas ... 89

Tabel 4.40 Data Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat ... 128

Tabel 4.41 Data Aktor-aktor dengan Power, Pengaruh dan Dominasi Yang Memiliki Potensi ... 98

(12)

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Konsep Bentuk Jaringan ...8

Gambar 2.2 Konsep Perkembangan Data Menjadi Pengetahuan ... 21

Gambar 2.3 Konsep Penciptaan Pengetahuan (Knowledge) ... 22

Gambar 2.4 Alur Pembinaan Dan Pengendalaian PUAP ... 28

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi ... 35

Gambar 4.1 Visualisasi Ego-Network Dari Seluruh Data Sampel ... 46

Gambar 4.2 Visualisasi Ego-Network Program Puap ... 48

Gambar 4.3 Visualisasi Network-Degree Dari Seluruh Data Sampel ... 50

Gambar 4.4 Visualisasi Network-Degree Program PUAP ... 53

Gambar 4.5 Peta Wilayah Administrasi Kabuaten Rejang Lebong ... 56

Gambar 4.6 Visualisasi 56 Node Dari Penyuluh Pendamping (PP) ... 57

Gambar 4.7 Visualisasi Node Penyuluh Pendamping Berdasarkan Wilayah Kerja ... 60

Gambar 4.8 Visualisasi Node (Penyuluh Pendamping) berdasarkan Wilayah Kerja Operasional Balai Penyuluh Pertanian (BPP) ... 62

Gambar 4.9 Visualisasi Node (Penyuluh Pendamping) Berdasarkan Wilayah Kerja ... 66

Gambar 4.10 Visualisasi In-Degree Centrality Dari seluruh Data Sampel ... 68

Gambar 4.11 Visualisasi Out-Degree Centrality Dari seluruh Data Sampel ... 70

Gambar 4.12 Visualisasi In-Degree Centrality Program PUAP ... 71

Gambar 4.13 Visualisasi Out-Degree Centrality Program PUAP ... 73

Gambar 4.14 Visualisasi In-Closeness Centrality Dari Dari Seluruh Data Sampel ... 75

Gambar 4.15 Visualisasi Out-Closeness Centrality Dari Seluruh Data Sampel . 77 Gambar 4.16 Visualisasi In-Closeness Centrality Dari Program PUAP ... 78

Gambar 4.17 Visualisasi Out-Closeness Centrality Dari Program PUAP ... 80

Gambar 4.18 Visualisasi Betweenness Centrality Dari Seluruh Data Sampel .... 82

Gambar 4.19 Visualisasi Betweenness Centrality Dari Program PUAP ... 84

Gambar 4.20 Visualisasi 2- Mode Degree Network Media Komunikasi ... 86

(13)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Data Responden Pada Program PUAP Berdasarkan Usia, Bidang,

Status Dan Kelembagaannya ... 107

Lampiran 2 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan nodes Ego-Network Dari Seluruh Data Sampel ... 109

Lampiran 3 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan nodes Ego-Network Dari Program PUAP ... 112

Lampiran 4 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan In-Degree dan Out-Degree Dari Seluruh Data Sampel ... 113

Lampiran 5 Tabel 4.10 Hasil Perhitungan In-Degree dan Out-Degree Program PUAP ... 115

Lampiran 6 Tabel 4.14 Hasil Perhitungan In-Degree dan Out-Degree Program PUAP ... 117

Lampiran 7 Tabel 4.20 Hasil Perhitungan In-Degree Centrality dan Out-Degree Centrality Dari Seluruh Data Sampel ... 119

Lampiran 8 Tabel 4.23 Hasil Perhitungan In-Degree Centrality dan Out-Degree Centrality Program PUAP ... 122

Lampiran 9 Tabel 4.26 Hasil Perhitungan In-Closeness dan Out-Closeness Centrality ... 124

Lampiran 10 Tabel 4.29 Hasil Perhitungan In-Closeness dan Out-Closeness Centrality Program PUAP ... 127

Lampiran 11 Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Node-Betweenness Centrality ... 128

Lampiran 12 Tabel 4.34 Hasil Perhitungan Node-Betweenness Centrality Dari Program PUAP ... 131

Lampiran 13 Tabel 4.40 Data Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) di Kabupaten Rejang Lebong Pertahun 2008 s/d 2011 ... 133

Lampiran 14 Pengantar Kuisioner ... 136

Lampiran 15 Kuisioner Penyulu / PMT PUAP / Staf BPP PUAP ... 137

(14)

Daftar Istilah

SNA BP4K BPP PP PMT Poktan Gapoktan PUAP BPTP BLM RL EgoNet PNPM Mandiri : : : : : : : : : : : : :

Social Network Analysis

Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Balai Penyuluh Pertanian Penyuluh Pendamping Penyela Mitra Tani Kelompok Tani

Gabungan Kelompok Tani

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Bantuan Langsung Masyarakat Rejang Lebong

Ego-Network

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(15)

Abstract

Nowadays, the implementations of Rural Agribusiness Development Program (RADP) especially in Rejang Lebong, Bengkulu are develop. Starting with the Direct Community Assistance funds (in Indonesia means bantuan langsung masyarakat : BLM) to Gapoktan or in Indonesia means that Gabungan kelompok tani (Association of Farmer) which be used for financial capital reinforcement (1) cultivation of crops food, horticulture, livestock, and plantation. (2) The industrial non-farming include home industry of agriculture, small-scale marketing and other business-based agriculture, another analysis of the role from all stakeholders actor RADP becomes relevant steps, to found strategy for improving performance in RADP, with the aim of understanding the connectedness or Connectivity from the actors in the network. Besides, In order to develop a strategy, finding the right strategy and planning in the implementation of the program of work for the sustainability of the program RADP for the future. This study uses Social Network Analysis (SNA) and try to combine the spatial analysis to see how the position of an actor in a geographical / regions such as distance, location, proximity, neighborhood, and the area near extended analysis of their position in the social network.

Keyword : Horticulture, Agriculture, Agribusiness, Social Network Analysis,

(16)

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2011 jumlah penduduk miskin tercatat 29,89 juta jiwa 12,36 persen, dari jumlah tersebut sekitar 20,65 juta jiwa berada di pedesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian. Pada umumnya petani di pedesaan berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial . Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah.Untuk itu penanggulangan kemiskinan merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan kesepakatan global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium. Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional

(17)

2

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat.

Sejalan dengan perkembangan pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di kabupaten Rejang Lebong (RL) dimulai tahun 2008 dengan penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada Gapoktan berupa penguatan permodalan yang digunakan untuk (1) Budidaya tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan. (2) Usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala kecil dan usaha lain berbasis pertanian, dengan pendekatan yang telah dilaksanakan diharapkan akan menghasilkan resultan penting, sekaligus sebagai indikator utama keberhasilan program PUAP seperti (1) pemberdayaan Gapoktan (2) bantuan modal kerja untuk usaha produktif, (3) agribisnis, (4) wilayah, (5) kelembagaan dan (6) pemberdayaan masyarakat secara partisipatif, dalam meningkatkan kinerja (program PUAP) telah banyak difasilitasi, seperti penyediaan tenaga Penyelia Mitra Tani (PMT), Penyuluh Pendamping (PP), pendampingan teknologi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Melalui pendampingan, penajaman serta pemantapan arah pengembangan ekonomi masyarakat berbasis potensi sumberdaya pertanian setempat, membeikan fasilitasi modal usaha lewat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi yang dikelola dan dimiliki petani. Gapoktan yang akan dijadikan sasaran pemberian modal usaha adalah Gapoktan yang memiliki usaha produksi dan pemasaran, dan unit usaha simpan pinjam.

(18)

3

Disisilain analisis peran aktor (social network analysis) dari seluruh stakeholder program PUAP menjadi langkah yang relevan, untuk menemukan strategi dalam peningkatan kinerja pelaksanaan program PUAP di kabupaten Rejang Lebong (RL) dengan tujuan Pemahaman (memahami) keterhubungan atau konetivitas dari aktor-aktor dalam jaringan (program PUAP), serta peran dari aktor-aktor dalam jaringan menjadi kebutuhan dalam rangka penyusunan strategi dan perencanaan kerja dari tahapan pelaksanaan program PUAP demi kesinambungan pelaksanaan program dimasa yang akan datang (menemukan strategi yang tepat).

1.2. Masalah Penelitian

Permasalahan yang dihadapi pada tahap penyiapan dan penguatan PUAP, salah satunya adalah masih kurang optimalnya penyuluh pendamping atau penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh Bupati/Walikota yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok tani dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP dalam mendukung revitalisasi peningkatan pangan, oleh karena itu dalam rangka pemenuhan harapan tersebut, menarik untuk diteliti. Pemetaan jaringan (network) hubungan dalam pelaksanaa PUAP dapat dilakukan untuk memahami secara mendalam arus informasi,

knowledge sharing dan knowledge building antara penyuluh

pertanian, Mitra Tani dan Gapoktan binaan.

Berdasarkan argumentasi di atas, penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan berikut :

(19)

1) Bagaimana peta social netwok dalam pelaksanaan pelaksanaan program PUAP di kabupaten Rejang Lebong (RL) ?.

2) Aktor-aktor apa saja yang memiliki peran dan pengaruh penting dalam jaringan sosial (social network) pada pelaksanaan program PUAP di kabupaten Rejang Lebong (RL) ?.

3) Media komunikasi yang digunakan dan memegang peranan penting dalam membangun knowledge sharing dan

knowledge building pada jaringan sosial (social network)

pelaksanaan progam PUAP di kabupaten Rejang Lebong (RL) ?

4) Unsur-unsur eksternal apa saja yang berpengaruh dalam keberlanjutan program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong (RL) ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan, antara lain :

1) Mengetahui peta arus informasi (knowledge sharing) pada jejaring sosial (social network) dalam pelaksanaan program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong (RL) dengan Metode

Social Network Analysis.

2) Mengetahui Aktor-aktor dan entitas yang memiliki peran dan pengaruh penting dalam jaringan sosial (social

network) pada pelaksanaan program PUAP di Kabupaten

(20)

3) Mengetahui media komunikasi yang digunakan dan memiliki peranan penting dalam alur informasi (knowledge

sharing dan knowledge building) pada program PUAP di

Kabupaten Rejang Lebong (RL).

4) Mengetahui Unsur-unsur eksternal apa saja yang berpengaruh dalam keberlanjutan program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong (RL) ?

1.4. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini diantaranya :

1) Penelitian yang dilakukan hanya untuk melihat peta spasial hubungan interaksi antar aktor-aktor dan arus informasi yang ada pada stakeholder program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong, serta untuk mengetahui media komunikasi yang digunakan dan memiliki peran penting sebagai bagian dalam membangun knowledge sharing dan knowledge

building.

2) Stakeholder yang dimaksud merupakan aktor-aktor pendukung dalam pelaksanaa program PUAP, yaitu pada tingkatan wilayah Kabupaten Rejang Lebong diantaranya Penyuluh Pertanian (PP), Penyelia Mitra Tani (PMT), Staf BPP, dan Staf BP4K.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian yang dilaksanakan dibagi dalam beberapa bab sebagai berikut:

(21)

Bab 1 Pendahuluan : Berisikan Latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka : Pada bagian ini berisi mengenai penelitian yang pernah dilakukan terkait topik yang diteliti; dan beberapa teori pendukung dari analisis jejaring sosial (Social

Network Analysis).

Bab 3 Metodologi Penelitian : membahas mengenai metode penelitian yang digunakan seperti : penjelasan mengenai obyek yang akan diteliti; populasi dan sampel penelitian; variabel penelitian; metode penelitian dan alat analisis; alat dan prosedur pengumpulan data; serta teknik analisis yang digunakan.

Bab 4 Analisis dan Pembahasan : membahas tentang peta spasial hubungan dan arus informasi dalam membangun knowledge sharing serta knowledge building berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh. Dari pemetaan tersebut, dapat disusun sebuah strategi dalam peningkatan kinerja dalam pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Bab 5 Kesimpulan dan Saran : sebagai penutup dari tesis ini berupa kesimpulan mengenai hasil pembahasan, sebagai jawaban dari masalah yang diangkat. Selanjutnya, beberapa kesimpulan dari penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk memberikan masukan serta rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

(22)

Bab 2

Tinjauan Pustaka

Dalam ilmu-ilmu sosial, social network analysis telah menjadi alat metodologi yang kuat di samping statistik, konsep jaringan telah didefinisikan, diuji, dan diterapkan dalam tradisi penelitian di seluruh ilmu-ilmu sosial, mulai dari antropologi, sosiologi, administrasi bisnis dan sejarah (Nooy, 2005). SNA fokus pada struktur kelompok manusia (groups), komunitas, organisasi,

markets, masyarakat, atau sistem yang ada dunia (world system).

Dasar visualisasi jaringan sosial diletakkan oleh para peneliti yang menyebut diri mereka sociometrists. JL Moreno mendirikan sebuah ilmu sosial yang disebut sociometry, yang mempelajari hubungan interpersonal, mereka berpendapat masyarakat bukan merupakan agregat dari individu dan karakteristik mereka, tetapi merupakan struktur hubungan interpersonal. Oleh karena itu, individu bukanlah unit sosial dasar. Masyarakat (social atoms) terdiri dari individu dan hubungan sosial, ekonomi, atau budaya dan dihubungkan ke dalam kelompok dan pada akhirnya terdiri dari kelompok-kelompok yang saling terkait yang di gambarkan dalam sociogram (struktur hubungan dalam suatu kelompok)

2.1 Network (Definition)

Network atau jaringan menurut (Kadushin ,2004) merupakan

sebuah kumpulan dari hubungan-hubungan, Secara formal, jaringan memiliki beberapa objek (yang disebut node) dan pemetaan atau

(23)

penjelasan mengenai hubungan-hubungan antara objek-objek (nodes). Salah satu contoh sederhana dari jaringan (network) dapat ditemukan dan dilihat adalah pada eksistensi sebuah masyarakat, keberadaan masyarakat dapat dilihat sebagai suatu jaringan, hubungan-hubungan sosial antara individu satu dengan yang lainnya dan sangat kompleks (Agusyanto, 2010).

Selain itu, dalam sebuah jaringan mengisyaratkan sebuah interaksi antar nodes atau actors. Pada dasarnya, interaksi atau hubungan yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi hubungan yang simetris atau non-directional (dua terarah) dan hubungan yang

directional (satu arah). Hal ini dapat dilihat pada contoh dua nodes

atau aktor (A dan B).A dan B saling menyukai merupakan hubungan yang simetris / non-directional. Selanjutnya, jika A menyukai B maka dapat disebut sebagai hubungan yang directional. (Kadushin, 2004).

Untuk dapat memahami pendekatan-pendekatan dalam analisis jaringan yang dipakai untuk mengkaji nodes atau aktor yang cukup berpengaruh dalam sebuah jaringan, terdapat 3 tipe atau jenis bentuk jaringan, yaitu :Star, line, circle (Hanneman & Riddle, 2005). Untuk lebih jelasnya, ketiga bentuk jaringan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut :

Star Circle Line

(24)

2.2 Social Network

Menurut Daly & Haahr (2004), di dalam masyarakat dapat ditemukan adanya jaringan dan juga jaringan sosial. Jaringan sosial sendiri dapat diartikan sebagai fenomena dunia kecil yang berasal dari pengamatan bahwa masing-masing individu sering dihubungkan dengan rantai perkenalan yang pendek. Rantai-rantai hubungan yang terakumulasi membentuk sebuah jaringan sosial yang kompleks .Secara sederhana social network bisa digambarkan berdasarkan atas komponen-komponen yang membentuknya seperti (Agusyanto, 2010) :

1) Sekumpulan orang, objek atau kejadian; minimal berjumlah 3 satuan - yang berperan sebagai terminal. Biasanya direpresentasikan dengan titik-titik, yang dalam peristilahan disebut dengan aktor atau node.

2) Seperangkat ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik lainnya dalam network. Ikatan ini biasanya direpresentasikan dengan garis, yang merupakan suatu saluran atau jalur. Ikatan tersebut meliputi ikatan yang nampak maupun ikatan yang tidak nampak. Biasanya ikatan yang terjadi dikenal dengan hubungan jaringan atau ties.

3) Arus, dalam diagram digambarkan dengan anak panah. Menggambarkan sesuatu yang mengalir dari satu titik ke titik lainnya, melalui saluran atau jalur yang menghubungkan masing-masing titik di dalam jaringan.

(25)

Prinsip-prinsip yang mendasari saling terkaitnya satu komponen dengan komponen lainnya, antara lain :

1) Ikatan-ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik lainnya harus bersifat relatif permanen (ada unsur waktu/durasi). 2) Dengan adanya rangkaian ikatan-ikatan tersebut

menyebabkan sekumpulan titik-titik yang ada bisa dikategorikan atau digolongkan sebagai satu-kesatuan yang berbeda dengan satu-kesatuan yang lainnya.

3) Terdapat pola tertentu, atau sesuatu yang mengalir dari satu titik ke titik lainnya. Saluran atau jalur yang harus dilalui tidak terjadi secara acak (random).

4) Ada (hukum) atau aturan yang mengatur saling keterhubungan masing-masing titik di dalam jaringan - ada hak dan kewajiban yang mengatur masing-masing titik (anggota), hubungan titik yang satu terhadap titik lainnya maupun hubungan semua titik dengan titik-titik pusat dan seterusnya (Agusyanto, 2010).

2.3 Social Network Analysis (SNA)

.Social Network Analysis (SNA) adalah satu alat untuk memetakan hubungan pengetahuan penting antara individu (Pryke, 2004). SNA merupakan pendekatan yang digunakan untuk penelitian social seperti melacak arus informasi vertikal dan lateral, mengidentifikasi sumber-sumber dan tujuan untuk mencari batasan atas resourses (Wellman, 1997), SNA dikembangkan untuk memahami hubungan-hubungan (ties/edge) dari aktor-aktor (nodes/points) yang ada dalam sebuah sistem dengan 2 fokus, yaitu

(26)

aktor-aktor dan hubungan antar aktor dalam konteks sosial tertentu. Fokus tersebut membantu pemahaman terhadap bagaimana posisi aktor-aktor yang ada dapat mempengaruhi akses terhadap sumber daya yang ada misalnya barang, modal, dan informasi.Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi dikaitkan dengan struktur sosial yang akhirnya mengarah pada konsep modal sosial. Informasi merupakan satu resources atau sumber daya yang paling penting yang mengalir dalam sebuah jaringan sehingga SNA sering diimplementasikan untuk mengidentifikasi arus informasi. Secara teori dengan mengidentifikasi arus informasi bisa membantu meningkatkan strategi yang bisa memacu para aktor untuk berbagi informasi dari pada harus menciptakan strategi yang baru (Serrat, 2009). Pada waktu para aktor mengakses sumber daya yang ada, para aktor akan membentuk sebuah cluster, dimana aktor dengan posisi yang paling bagus akan mendapat informasi yang lebih dibandingkan dengan yang lain. Biasanya aktor yang memiliki akses terhadap berbagai sumber tergabung dalam berbagai cluster, dan hal ini biasanya akan memberi kekuatan / kekuasaan karena mereka bertindak sebagai perantara bagi mereka yang kontak dan aksesnya sedikit. Patut untuk diperhatikan adalah bahwa arus informasi yang terjadi tidak harus selalu sepadan, dalam artian bahwa hirarki terbentuk berdasarkan posisi aktor dalam jaringan tersebut.

Jaringan tidak hanya memberikan akses terhadap sumber daya tetapi juga terhadap aktor lain yang bisa membantu memberikan nilai terhadap sumber daya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa aktor bisa mengatur jaringan sosial untuk memaksimalkan keuntungan mereka dengan mendekati sumber daya dan

(27)

kesempatan-kesempatan yang ada.Investasi dalam hubungan sosial untuk mengakses atau memobilisasi sumberdaya untuk menghasilkan penghasilan ekonomi dinamakan sebagai pembangunan modal sosial. Konsep modal sosial sering dibahas dengan cara yang abstrak. SNA merupakan alat yang bisa digunakan untuk memahami hubungan sosial yang bisa mempengaruhi pembangunan lokal.

2.3.1 Tujuan dan Manfaat Social Network Analysis

Tujuan penggunaan SNA yakni untuk memvisualisasikan hubungan antar aktor yang berbeda, yang berinteraksi dalam satu tempat / konteks tertentu. Selanjutnya dari hasil dari visualisasi tersebut, SNA dapat dimanfaatkan untuk (Serrat, 2009):

1) Mengidentifikasi individu, group dan unit yang memegang peranan utama.

2) Membedakan information breakdown, bottleneck, structural holes, dan juga individu, group dan unit yang terisolir. 3) Memanfaatkan kesempatan untuk mempercepat arus

pengetahuan yang ada, baik secara fungsional maupun organisasional.

4) Menguatkan efisiensi dan efektifitas dari channel komunikasi formal yang ada.

5) Meningkatkan dukungan sebaya /sejawat dalam sebuah hubungan dan network.

6) Meningkatkan inovasi dan pembelajaran bagi seluruh anggota organisasi.

(28)

7) Menemukan strategi baru guna diimplementasikan dalam pencapaian tujuan organisasi.

2.3.2 Pengukuran dalam Social Network Analysis 2.3.2.1 Density dan Eigenvector

Density dan Eigenvector merupakan proporsi semua hubungan

yang ada dalam sebuah network, dengan menggunakan pengukuran kepadatan ini dapat diperoleh informasi tentang jumlah hubungan yang dibuat atau hubungan yang diterima oleh masing-masing aktor dalam sebuah network. Dengan mengetahui nilai rata-rata (mean) dan jumlah hubungan (Sum) dari keterhubungan aktor-aktor dalam jaringan, dapat dilihat kekuatan hubungan yang mungkin terjadi dalam keseluruhan jaringan. Pendekatan eigenvector merupakan suatu upaya untuk menemukan aktor yang paling central dalam

network secara menyeluruh. Eigenvalue menjelaskan lokasi dari

masing-masing aktor pada masing-masing dimensi atau pola jarak global hubungan. Eigenvector sendiri adalah kumpulan dari eigenvalue. Eigenvector disini melihat aspek jarak (distance) secara global di antara aktor-aktor. (Hanneman dan Riddle, 2005).

2.3.2.2 Centrality, Power, Degree

Pengukuran dalam SNA yang sering digunakan untuk melihat dan mengukur peranan atau pengaruh (power) dari aktor dalam sebuah jaringan sosial adalah centrality. Centrality merupakan salah satu alat konseptual yang paling penting dan banyak digunakan untuk menganalisis social networks, hampir semua studi empiris mencoba untuk mengidentifikasi aktor yang paling penting dalam

(29)

network, centrality merupakan pengukuran untuk menunjukkan seberapa penting sebuah aktor dalam sebuah network (Everett, 2005). Implikasi dari node / aktor yang menjadi pusat dalam sebuah jaringan adalah aktor tersebut memiliki kapabilitas yang lebih kuat dalam menghubungkan anggota-anggota network yang lainnya (Hanneman, 2005).

Dengre dalam suatu network menggambarkan simpul

keterkaitan actor/node, dalam degree terdapat dua jenis simpul keterkaitan yaitu in-degree (jumlah keterhubungan actor/node sebagai target) dan out-degree (jumlah keterhubungan actor/node sebagai sumber). Terdapat 5 tipe simpul keterhubungan antar

actor/nodes dalam degree diantaranya simpul (1) „isolate‟ berarti actor/node tidak memiliki link/keterhubungan dengan actor/node

lain, (2) simpul „transmitter‟ actor/nodes hanya memiliki link menuju keluar dan tak ada link yang menuju ke dalam, (3) simpul „receiver‟ actor/nodes hanya memiliki link menuju kedalam hanya menerima keterhubungan dari actor/node lain (4) simpul „carrier‟ actor/node yang memiliki link in-degree dan out-degree sama dengan 1(satu) dan (5) simpul „ordinary‟ adalah simpul normal dimana ada link menuju keluar dan kedalam actor/node (Wasserman,1994)

Secara umum, untuk mengukur peran dan pengaruh dari aktor dalam sebuah jaringan dapat dilakukan dengan melihat 3 (tiga) terminologi pengukuran centrality, yaitu : Degree Centrality,

Closeness Centrality, dan Betweeness Centrality (Hanneman, 2005).

Menurut (Everett, 2005) social capital masuk dalam pengukuran

(30)

1) Degree Centrality merupakan derajat keberadaan dan posisi aktor dalam sebuah jaringan sosial. Derajat keberadaan aktor tersebut dapat dilihat 2 macam :

- In Degree: aktor dengan In Degree yang tinggi

menunjukan peran dari seorang aktor tersebut sangat penting (prominent actor). Hal ini dikarenakan banyak aktor yang berusaha untuk berhubungan dengan mereka. - Out Degree: aktor yang memiliki out degree nya tinggi

mengimplikasikan posisi seorang aktor dalam sebuah jaringan sosial sebagai Influential actor (aktor yang berpengaruh). Hal ini menunjukkan kemampuan seorang aktor yang mampu bertukar informasi dengan aktor yang lain dan aktor-aktor lainnya pun mengakui serta menerima pandangan-pandangannya.

2) Closeness Centrality merupakan ukuran seberapa jauh sebuah informasi bisa tersebar dari satu aktor ke aktor-aktor yang lain. Selain itu, Closeness Centrality juga dapat menunjukkan jarak antara satu aktor terhadap aktor yang lainnya dalam suatu network. Semakin tinggi nilai kedekatan dari aktor, menunjukkan semakin mudah bagi aktor tersebut untuk menyebarkan informasi dalam network. Demikian pula sebaliknya, jika nilai kedekatan rendah, maka jarak aktor dengan aktor lainnya cukup jauh, sehingga penyebaran informasi dari aktor informan cukup sulit ke aktor lainnya. Pendekatan closeness centrality di bagi dua yaitu

in-closeness centrality dan out-in-closeness centrality (Lee, 2010)

(31)

- In-Closeness Centrality: merupakan ukuran seberapa jauh sebuah informasi bisa tersebar dari satu aktor ke aktor-aktor yang lain, actor/node yang memiliki in-closeness centrality tinggi adalah actor/nodes yang kemungkinan lebih mudah untuk mempengaruhi

actor/node lainnya dalam suatu network. In-closeness centrality didefinisikan sebagai indikator untuk

mengukur momentum mempengaruh (actor/node) dalam suatu network.

- Out-Closeness Centrality: merupakan ukuran seberapa jauh sebuah informasi bisa tersebar dari satu aktor ke aktor-aktor yang lain, actor/node yang memiliki out-closeness centrality tinggi adalah

actor/nodes yang kemungkinan lebih mudah untuk

dipengaruhi oleh actor/nodes lainya. Out-closeness

centrality dedefinisikan sebagai indikator untuk

mengukur momentum dipengaruhi (actor/nodes) dalam suatu network.

3) Betweeness Centrality merupakan ukuran yang mencakup seberapa jauh sebuah node/aktor mampu mengontrol/mengendalikan alur informasi di antara aktor-aktor yang ada dalam network tersebut. Betweeness

centrality yang tinggi dari seorang aktor menunjukkan aktor

tersebut memiliki kapasitas yang besar dalam memfasilitasi interaksi antar aktor-aktor yang terhubung. Selain itu,

Betweenness centrality : juga dapat digunakan untuk

(32)

komunikasi dengan aktor yang lainnya dalam suatu network. Dengan demikian seorang aktor dengan nilai betweeness yang tinggi, berarti aktor tersebut mampu menyampaikan informasi ke aktor-aktor yang tidak terhubung langsung dengannya, namun aktor-aktor yang lain tersebut saling terhubung satu sama lain.

4) Social Capital merupakan pengukuran pola hubungan kelompok (group) dalam suatu network. Social capital berpandangan kelompok (group) sebagai alam semesta sosial. namun, dalam teori organisasi, kelompok-kelompok misalnya, tim, departemen, divisi, organisasi secara keseluruhan biasanya tertanam dalam social network lebih besar (misalnya, organisasi secara keseluruhan, industri, ekonomi) . Ini berarti bahwa social capital menggambarkan hubungan keterkaitan antar kelompok (group) dalam suatu

social network yang lebih luas.

2.3.2.3 Ego-Network

Ego-Networks adalah sub-network yang berpusat pada node

tertentu. untuk dapat menghasilkan ego-network kita menangkap semua hubungan antara node dan node lainya. Ego-Network menganalisis struktur keterkaitan / hubungan lokal masing-masing

node dalam jaringan, sebuah ego-network terdiri dari simpul fokus

dan set-node yang berdekatan dari simpul fokus dan dasar dari

ego-network mencangkup ukuran dan kepadatan masing-masing

(33)

2.4 Spatial Social Network Analysis

Spatial social network analysis mencoba melihat dan membahas bagaimana posisi seorang aktor dalam ruang geografis/wilayah tertentu dapat dianalisis bersamaan dengan posisi mereka di jaringan sosial (social network). Spasial Sosial Network menjelaskan peran penting konsep spasial, seperti jarak, lokasi, kedekatan, lingkungan, dan wilayah berpengaruh dalam lingkungan masyarakat, perilaku sosial secara geografis merupakan konteks yang spesifik, dan bahwa ruang dan masyarakat saling dibentuk, maka membutuhkan penggabungan beberapa spatialities ke dalam analisis social network (Leitner, 2008). Spatial social network

analysis mengidentifikasi lokasi aktor dalam jaringan sosial (social network), dengan cara memasukkan posisi simultan aktor dalam

hubungan dan tempat dalam suatu jaringan, spatial social network memfasilitasi analisis perilaku sosial dalam konteks simultan dan terkait posisi jaringan dan lokasi relatif dalam ruang geografis (Leitner, 2008).

2.5 Penelitian Terdahulu

2.5.1 Penelitian Lubell dan Fulton

Mark Lubell dan Allan Fulton (2007) melakukan penelitian tentang “Local Policy Networks and Agricultural Watershed

Management”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya peranan

penting dari jaringan kebijakan lokal dalam pelaksanaan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk pertanian, hasil penelitian terlihat bahwa jaringan lokal memfasilitasi penyebaran inovasi, perubahan pengembangan sosial kapital dan budaya, semua element

(34)

tersebut sangat penting untuk program pengelolaan DAS untuk memecahkan masalah kualitas air yang disebabkan oleh polusi non-pertanian. Temuan ini memiliki pengaruh penting bagi administrasi publik, kebijakan dan implementasi, semua tergantung pada pengembangan jaringan kerjasama yang menyeluruh dengan lembaga-lembaga publik.

2.5.2 Penelitian Trauger

Penelitian yang dilakukan (Trauger, 2003), “Social Agency and

Networked Spatial Relations in Sustainable Agriculture”, dalam

penelitian ini mengangkat pertanian berkelanjutan yang dirumuskan oleh komunitas pertanian (lembaga sosial) di Pennsylvania untuk memanfaatkan sistem pangan konvensional dan mengembangkanya kedalam bentuk-bentuk baru dalam pengadaaan pangan dalam ekonomi lokal, dengan SNA ditemukan bahwa lembaga sosial yang di bentuk oleh komunitas petani (lembaga sosial) memiliki hubungan dan pengaruh besar dalam peningkatan pertanian berkelanjutan tapi lembaga juga bergantung pada faktor kepemimpinan dalam mejalankan lembaga tersebut.

2.5.1 Penelitian Steven, Colin dan George

Penelitian yang di lakukan Steven, Colin dan George tahun 2009, Spatializing Social Networks: Using Social Network Analysis

to Investigate Geographies of Gang Rivalry, Territoriality, and Violence in Los Angeles, dalam penelitian ini mereka mengangkat

dan mencoba mengkombinasikan social network analisis dengan metode spatial analysis, mereka melihat bahwa ilmu sosial terlihat

(35)

memiliki keterkaitan jelas dengan ilmu geografi, kompatibilitas dari teknik social network analysis dengan teori jaringan geografis telah ditantang, karena kurangnya nuansa geografis atau pertimbangan kekuatan spatialities dan hubungan sosial lainnya dalam social network. Mereka melihat dan menyadari akan kekurangan ini, dan mereka mencoba mengeksplorasi teknik kesetaraan struktural dalam social network sebagai sarana untuk menggabungkan informasi geografi dalam sosial network analysis, mengintegrasikan teori sosial geografi dan teknik spatial analysis. Secara khusus, mereka membahas bagaimana posisi seorang aktor dalam ruang geografis dapat dianalisis bersamaan dengan kedudukannya dalam social network. Dalam penelitiannya, mereka membandingkan hubungan dan persaingan antar geng kriminal jalanan di Los Angeles dengan keterkaitan lokasi geng secara geografis, untuk mengidentifikasi geng secara geografi dan posisi persaingan dalam jaringan, yang membantu dalam memahami konteks keseluruhan kekerasan geng.

2.6 Knowledge Management

2.6.1 Definisi Knowledge

Knowledge semakin diakui sebagai keharusan strategis baru

dalam organisasi, paradigma bahwa knowledge adalah kekuatan , aset organisasi, oleh karena itu, kita harus mengelola, menyimpannya, mempertahankan untuk meningkatkan keuntungan. Saat ini ada paradigma baru dari perspektif organisasi, knowledge harus dibagi dalam rangka untuk tumbuh. Telah terbukti bahwa organisasi yang berbagi knowledge antara manajemen dan staf, organisasi tumbuh lebih kuat dan menjadi lebih kompetitif, ini

(36)

adalah inti dari knowledge management (Filemon, 2008). Knowledge menurut Filemon (2008) Ketika informasi diproses lebih lanjut, ia memiliki potensi untuk menjadi pengetahuan (knowledge), informasi diproses lebih lanjut ketika seseorang menemukan pola hubungan yang ada antara data dan informasi, dan ketika seseorang mampu menyadari dan memahami pola dan implikasinya, maka koleksi data dan informasi menjadi pengetahuan (knowledge). Tapi knowledge tidak sekedar informasi yang tergantung konteks, tetapi memiliki kecenderungan untuk menciptakan konteks sendiri. Gambar 2.2 mengambarkan konseptual perkembangan data mejadi pengetahuan (kenowledge)

Gambar 2.2 Konsep Perkembangan Data Menjadi Pengetahuan

Secara umum, ada dua jenis knowledge (Filemon, 2008) : tacit

knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge adalah

informasi atau pengetahuan yang tersimpan dalam otak seseorang sedangkan, explicit knowledge adalah informasi atau pengetahuan terkandung dan tersimpan dalam dokumen atau bentuk lain selain otak manusia, sehingga explicit knowledge dapat disimpan atau tertanam dalam, produk, proses, jasa dan sistem. Kedua jenis

(37)

knowledge tersebut dapat diproduksi sebagai hasil dari interaksi atau

inovasi, menyerap fungsi sehari-hari organisasi dan memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan, memungkinkan organisasi untuk menanggapi situasi baru dan tantangan yang muncul dimasa yang akan datang. Gambar 2.3 menggambarkan konseptual penciptaan pengetahuan (knowledge) sebagai berikut (Nonaka, 1996):

Gambar 2.3 Konsep Penciptaan Pengetahuan (knowledge)

Proses penciptaan pengetahuan didasarkan pada baris antara tacit dan explicit knowledge. Gambar 2.2 menunjukkan empat mode konversi pengetahuan diantaranya sosialisasi (dari individu tacit knowledge ke grup tacit knowledge), eksternalisasi (dari tacit knowledge ke explicit knowledge), kombinasi (dari explicit knowledge ke explicit knowledge), dan internalisasi (dari explicit knowledge ke tacit knowledge) berikut ini penjelasan mengenai mode konversi pengetahuan:

1) Sosialisasi (Socialization) adalah proses menciptakan tacit

knowledge umum melalui pengalaman bersama, dalam

sosialisasi interaksi dibangun di mana individu berbagi pengalaman pada waktu dan waktu yang sama, proses ini sering diartikulasikan keyakinan dan keterampilan yang

(38)

terkandung diciptakan dan dikembangkan. Dalam sosialisasi,

tacit knowledge dari satu orang dibagi dan ditularkan ke

orang lain dan menjadi bagian tacit knowledge dari orang lain.

2) Eksternalisasi (Externalization) adalah proses menerjemahkan/mengutarakan tacit knowledge ke explicit

knowledge seperti konsep atau gambar, proses sering

menggunakan kiasan, analogi, atau sketsa. Eksternalisasi sering dipicu oleh sebuah dialog/diskusi dimaksudkan untuk menciptakan konsep-konsep dari tacit knowledge. Contoh eksternalisasi adalah proses menciptakan konsep produk baru atau mengembangkan proses produksi baru dengan memproses tacit knowledge dalam otak ahli diartikulasikan dan dinyatakan sebagai konsep atau gambarkan, sehingga menjadi explicit knowledge yang dapat lebih dipelajari dan disempurnakan.

3) Kombinasi (combination) adalah proses merangkai explicit

knowledge baru dan yang sudah ada menjadi pengetahuan

yang sistemik, misalnya seorang peneliti dapat merakit array

explicit knowledge sebelumnya sudah ada dalam rangka

mempersiapkan satu set baru spesifikasi untuk sebuah prototipe produk baru, atau seorang insinyur dapat menggabungkan gambar dan spesifikasi desain untuk menghasilkan desain produk baru.

4) Internalisasi (Internalization) adalah proses mewujudkan

explicit knowledge ke tacit knowledge, contoh "learning by doing", atau explicit knowledge yang tersedia sebagai teks,

(39)

suara, atau video memfasilitasi proses internalisasi yang digunakan untuk dipelajari dan menjadi bagian dari tacit

knowledge orang lain.

2.6.2 Definisi Knowledge Management

Tidak ada definisi knowledge management yang diterima secara universal. Tapi ada banyak definisi disodorkan oleh para ahli,

knowledge management adalah konversi tacit knowledge ke explicit knowledge dan sharing dalam organisasi (Filemon, 2008), knowledge management merupakan proses yang membantu

organisasi mengidentifikasi, memili, mengatur, menyebarkan dan mentransfer informasi penting dan keahlian yang merupakan bagian dari dalam organisasi dengan cara yang terstruktur dengan demikian di harapkan dapat menata pengetahuan agar dapat dengan mudah dapat digunakan atau dimanfaatkan secara efektif dan efisien, knowledge management terfokus pada identifikasi pengetahuan, memberikan penjelasan dengan sedemikian dapat dibagi dengan cara yang formal dan berharap dapat meningkatkan nilai penggunaan kembali pengetahuan tersebut. Literatur yang berkaitan dengan

knowledge management memiliki sudut pandang yang berbeda, di

zaman modern ini organisasi telah menyadari pentingnya strategi

knowledge management oleh karena itu penciptaan manajemen dan knowledge sharing sangat penting di jadikan sebuah agenda

(Coakers, 2010). Knowledge management dan knowledge sharing merupakan penciptaan dan transfer pengetahuan (McInerney, 2002).

(40)

2.6.3 Knowledge Sharing

Knowledge Sharing muncul karena adanya upaya individu

untuk mentransfer pengetahuan kepada orang lain dalam organisasi, keberhasilan dalam berbagi (sharing) tergantung pada kemampuan penerima dan kemampuan untuk belajar (Dixon, 2000), knowledge

sharing didasarkan pada tiga faktor seperti karakteristik penerima

(seperti daya serap, bahasa dan pengetahuan teknis), jenis tugas (rutin atau tidak rutin) dan jenis pengetahuan (tacit dan explicit). Daya serap memungkinkan penerima untuk memahami dan menggunakan pengetahuan yang di terima dimana kapasitan ini tergantung pada kecukupan pengetahuan penerima untuk memahami konteks dan latar belakang masalah (Dixon, 2000). Knowledge

sharing merupakan suatu aktivitas yang banyak dibahasa dalam

tingkatan dalam ilmu knowledge management, knowledge sharing merupakan bagian penting dalam knowledge management.

Knowledge sharing dapat melibatkan individu, tim dan organisasi,

tujuan dari knowledge sharing adalah untuk mentrasfer pengetahuan dari individu kepada tim atau kepasa organisasi (An Fengjie, 2004), gambaran proses knowledge sharing dapat merupakan sebuah bagian kontribusi dari pengetahuan dimana salah satunya mendapatkan pengetahuan, menambahkan pemehaman mereka sendiri dan mengolahnya menjadi pengetahuan. Penciptaan pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan konversi pengetahuan ini didasarkan pada konsep pengetahuan tacit dan eksplisit, dan bahwa implikasi pengetahuan dicapai, tidak hanya oleh konversi pengetahuan, tetapi juga melalui transfer pengetahuan dari tingkat individu sampai kelompok, tingkat organisasi dan antar organisasi (Small, 2006).

(41)

2.6.4 Knowledge Building

Knowledge building adalah proses menciptakan ide-ide baru

melalui modifikasi dan sintesis dari ide-ide yang ada, sederhananya, ide datang dari ide-ide lain, dan kadang-kadang berkolaborasi dan mengasilkan sesuatu yag baru. Knowledge building terjadi melalui usaha yang disengaja untuk meningkatkan ide, menghasilkan sebuah produk yang merupakan ide baru seperti penjelasan, desain, sejarah, interpretasi dari sebuah karya sastra, percobaan, atau teori (Bereiter, 2002).

2.7 Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program terobosan Kementerian Pertanian. Program ini dimulai tahun 2008, sampai dengan akhir 2009 telah dilaksanakan di 20.426 desa / Gapoktan di 417 Kabupaten dan 33 Provinsi ( Deptan, 2009). Salah satu kegiatan pokok PUAP adalah penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada Gapoktan berupa penguatan permodalan yang digunakan untuk:

1) Budidaya tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan.

2) Usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala kecil dan usaha lain berbasis pertanian.

Enam pendekatan utama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) diharapkan akan menghasilkan resultan penting, sekaligus sebagai indikator utama keberhasilan PUAP., yaitu:

(42)

1) Pemberdayaan Gapoktan.

2) Bantuan modal kerja untuk usaha produktif. 3) Agribisnis.

4) Wilayah. 5) Kelembagaan.

6) Pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.

Untuk meningkatkan kinerja, Gapoktan PUAP telah banyak difasilitasi, seperti penyediaan tenaga Penyelia Mitra Tani (PMT), penyuluh pendamping (PP), pendampingan teknologi oleh BPTP, pembinaan oleh provinsi dan kabupaten. GAPOKTAN PUAP adalah kelembagaan yang mengelola dana bantuan Kementerian Pertanian sebesar 100 juta rupiah untuk penguatan modal, agar anggota Gapoktan dapat mengembangkan usaha ekonomi produktif bidang agribisnis.

Pola pengembangan PUAP ditempuh melalui fasilitasi / pendampingan, penajaman serta pemantapan arah pengembangan ekonomi masyarakat berbasis potensi sumberdaya pertanian setempat. Dalam menumbuhkan PUAP, strategi pengembangannya dengan membeikan fasilitasi modal usaha lewat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi yang dikelola dan dimiliki petani. Gapoktan yang akan dijadikan sasaran pemberian modal usaha adalah Gapoktan yang memiliki usaha produksi dan pemasaran, dan unit usaha simpan pinjam. Gambar 2.4 menjelaskan alur pembinaan dan pengendalian program PUAP dapat dilihat di bawah ini.

(43)

Gambar 2.4 Alur Pembinaan dan Pengendalaian PUAP

Alur pembinaan dan pengendalian PUAP di atas dapat di jelaskan berdasarkan aktor-aktor pendukung dalam pelaksanaannya antara lain.

1) Tim PUAP Pusat diawasi oleh Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian dan dibantu oleh Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Pemberdayaan Masyarakat, dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian sebagai Sekretaris. Anggota Tim Pelaksana PUAP Pusat terdiri dari Kepala Biro Perencanaan, seluruh Sekretaris Eselon I dan beberapa Pejabat Eselon II terkait. Tugas utama Tim Pelaksana PUAP adalah melaksanakan seluruh kegiatan PUAP mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian,monitoring, evaluasi dan pelaporan.

(44)

2) Tim Pembina Propinsi dibentuk oleh Gubernur bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Propinsi, yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah PUAP Propinsi adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Propinsi. Tim Pelaksana dipimpin oleh salah satu Kepala Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur dengan Sekretaris adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), sedangkan anggota berasal dari instansi terkait lainnya.Tugas utama dari tim pembina PUAP Propinsi adalah merumuskan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) pengembangan PUAP sesuai kondisi wilayah sebagai penjabaran dari kebijakan umum yang dirumuskan dalam Pedoman Umum oleh Tim PUAP Pusat, mengkoordinasikan usulan desa calon lokasi dan Gapoktan calon penerima BLM PUAP dari Kabupaten/Kota, mengkoordinasikan serta melaksanakan verifikasi atas dokumen administrasi Gapoktan PUAP. Tim pembina PUAP Propinsi mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP dengan PNPM Mandiri di tingkat Propinsi, melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Kabupaten/Kota.

3) Tim Teknis Kabupaten Kota merupakan Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk membentuk Tim Teknis PUAP tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana dengan harapan meningkatkan koordinasi antar instansi. Tim Pengarah PUAP Kabupaten/Kota adalah juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Kabupaten/Kota. Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu

(45)

Kepala Dinas/Badan Lingkup Pertanian. Susunan organisasi Tim Teknis Kabupaten/Kota terdiri dari Ketua, sekretaris dan anggota, dan salah satunya adalah Penyelia Mitra Tani (PMT).

4) Tim Teknis Kecamatan di bentuk oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk membentuk Tim Teknis tingkat Kecamatan dengan tujuan meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Kecamatan. Tim Teknis Kecamatan diketuai Camat dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai sekretaris, Kantor Cabang Dinas Pertanian (KCD) dan Kepala Desa lokasi PUAP sebagai anggota. Tugas utama dari Tim Teknis Kecamatan adalah melaksanakan identifikasi dan verifikasi desa calon lokasi dan Gapoktan calon penerima BLM PUAP, pembinaan dan pengawasan PUAP di tingkat Kecamatan.

5) Penyuluh Pendamping diberi penugasan oleh Bupati/Walikota dengan tugas utama :

- Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian.

- Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha.

- Membantu memecahkan permasalahan usaha petani /kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama penyusunan dokumen PUAP dan proses penumbuhan kelembagaan.

- Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif sesuai potensi desa.

(46)

- Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar.

- Bersama PMT, memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dan pengelolaan dana BLM PUAP.

- Membantu Gapoktan dalam membuat laporan perkembangan PUAP.

6) Penyella Mitra Tani diberikan penempatan dan penugasan oleh Kemeterian Pertanian. Tugas utama PMT adalah : - Melakukan supervisi dan advokasi proses penumbuhan

kelembagaan kepada Gapoktan melalui Penyuluh Pendamping.

- Melaksanakan pertemuan reguler dengan Penyuluh Pendamping dan Gapoktan.

- Melakukan verifikasi awal terhadap RUB dan dokumen administrasi lainnya.

- Melaksanakan pengawalan pemanfaatan dana BLM PUAP yang dikelola oleh Gapoktan.

- Bersama dengan Penyuluh TOT, melakukan pelatihan Gapoktan dan Penyuluh Pendamping.

- Bersama dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota melaksanakan evaluasi pelaksanaan PUAP tahun sebelumnya dan membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP kepada Tim PUAP Pusat melalui Tim Pembina Propinsi dan Sekretariat PUAP Propinsi.

- Melaksanakan fungsi pendampingan bagi Gapoktan PUAP yang telah berhasil meningkatkan kinerja usaha

(47)

dan jumlah dana keswadayaan sehingga tumbuh menjadi lembaga ekonomi petani atau lembaga keuangan mikro.

2.7.1 Tujuan dan Sasaran PUAP

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) bertujuan untuk :

1) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah.

2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani. 3) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan

untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

Sasaran Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu sebagai berikut :

1) Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa.

2) Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani.

3) Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani.

4) Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman.

(48)

2.7.2 Pola dan Strategi PUAP

Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif petani dalam mendukung 4 (empat) sukses Kementerian Pertanian yaitu: 1) Swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2) Diversifikasi pangan; 3) Nilai tambah, Daya saing dan Ekspor, dan 4) Peningkatan kesejahteraan petani. Untuk pencapaian tujuan tersebut diatas, komponen utama dari pola dasar pengembangan PUAP adalah 1) Keberadaan Gapoktan; 2) Keberadaan Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani sebagai pendamping; 3) Pelatihan bagi petani, pengurus Gapoktan,dll; dan 4) penyaluran dana BLM kepada petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani.

Strategi dasar Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah:

1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP. 2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang

terjangkau.

3) fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin.

4) Penguatan kelembagaan Gapoktan.

2.7.3 Ruang Lingkup Kegiatan PUAP

Ruang lingkup kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) meliputi:

1) Identifikasi dan verifikasi Desa calon lokasi serta Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat BLM PUAP.

(49)

2) Identifikasi, verifikasi dan penetapan Desa dan Gapoktan penerima BLM PUAP.

3) Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, pengurus Gapoktan.

4) Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT.

5) Sosialisasi dan Koordinasi Kegiatan PUAP. 6) Pendampingan.

7) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat. 8) Pembinaan dan Pengendalian.

(50)

Bab 3

Metode Penelitian

Untuk dapat menjawab permasalahan yang dihadapi dalam rangkaian penelitian yang dilakukan, diperlukan penjelasan mengenai objek yang hendak diteliti diantaranya (1) Populasi dan sampel penelitian, (2) Variabel penelitian, (3) Metode penelitian dan alat analisis, alat dan (4) Prosedur pengumpulan data serta (5) Teknik analisis yang digunakan. Keseluruhan dari penjelasan tersebut, secara sistematis dapat dilihat pada kerangka metodologi yang ditunjukan gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

3.1. Objek Penelitian

Dalam pemetaan Spasial Social Network Analysis Pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam

(51)

Mendukung Revitalisasi Peningkatan Pangan Daerah Kabupaten Rejang Lebong, sebagai objek penelitian adalah stakeholder atau pihak-pihak yang terlibat dalam program PUAP. Berdasarkan tingkatan Platform kelembagaan dari program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong, maka pihak-pihak yang terlibat, terdiri dari :

1) Tingkat Kabupaten / Kota,

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), yang terdiri dari Instansi Pemerintah Daerah Tingkat kabupaten / kota diantaranya Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,Perikanan,dan Kehutanan (BP4K). 2) Tingkat Wilayah Produksi Agrobisnis Kabupaten/kota,

Diantaranya Balai Penyuluh Pertanian (BPP), Penyuluh Pertanian (PP), Penyelah Mitra Tani (PMT), Gapoktan yang terkait dalam kegiatan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah universum, dimana universum itu dapat berupa orang, benda atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti.Sedangkan sampel adalah sub-unit dari populasi yang dipilih sebagai elemen-elemen populasi atas dasar keterwakilannya. Populasi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : Populasi Target dan Populasi Survei. Populasi target merupakan seluruh “unit” populasi, sedangkan populasi survei adalah sub unit dari populasi target. Sub unit dari populasi survei selanjutnya menjadi sampel penelitian. ( Danim, 2004). Dalam penelitian ini, berdasarkan objek penelitian sebagai populasi target, maka penelitian ini dilakukan

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Bentuk Jaringan
Gambar 2.2 Konsep Perkembangan Data Menjadi Pengetahuan
Gambar 2.3 Konsep Penciptaan Pengetahuan (knowledge)
Gambar 2.4 Alur Pembinaan dan Pengendalaian PUAP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan menerapkan; pemasangan; pemanfaatan. E-filling merupakan bagian dari sistem

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi : (1) pengaruh signifikan antara variabel persepsi nilai loyalitas terhadap program loyalitas

Tugas akhir yang berjudul “ IMPLEMENTASI PRINSIP 5C DALAM UPAYA PENCEGAHAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (Studi Kasus Produk Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Kp Kb) di

Dapat mempelajari metode penarikan sampel klaster satu-tahap tanpa pengembalian dengan penduga Horvitz-Thompson pada populasi yang probabilitas setiap unit

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Landasan Program Perencanaan dan

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel partisipasi penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan secara bersama-sama

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah nasabah yang menggunakan kredit usaha rakyat tanpa agunan dengan sistem office chaneling di Bank Nagari Cabang