• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

7

A. Tinjauan Pustaka 1. Proktastinasi Akademik

a. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastination, yang merupakan kombinasi dari kata sifat “pro” yang berarti sebagai gerakan maju dengan “crastinus” yang berarti “milik hari esok” atau jika digabungkan menjadi “menangguhkan atau penundaan sampai hari berikutnya” (Gufron, 2003:150).

Penundaan sampai hari berikutnya atau lebih mudah disebut prokrastinasi. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Brown dan Holtzman untuk menggambarkan sesuatu kecendrungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas. Seorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda atau tidak segera memulai pekerjaan disebut orang yang melakukan prokrastinasi. Biasanya orang yang melakukan prokrastinasi akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan tugas yang seharusnya dikerjakan.

Steel (dalam Kartadinata, I. & Tjundjing, S, 2008:110) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah “To voluntarily delay an intended course of action despite expecting to be worse-off for the delay”. Artinya, prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak buruk.

Dilihat dari pendapat Steel tersebut berarti prokrastinasi dilakukan secara sadar, akan tetapi tidak menghiraukan akibat atau dampak yang dihasilkan dengan melakukan prokrastinasi akademik. Jika dibiarkan begitu saja akan menjadi suatu kebiasaan buruk.

Menurut Glenn (dalam Gufron, 2003:151) proktastinasi berhubungan dengan sindrom-sindrom psikiatri. Seorang

(2)

prokrastinator biasanya juga mempunyai tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, penyebab stress, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainya. Selain itu menurut Lopes (dalam Gufron, 2003:151), prokrastinasi juga mempunyai pengaruh yang paradoksal terhadap bimbingan dan konseling.

Artinya prokrastinasi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan pelakunya. Seperti yang disebutkan Glenn, seorang yang melakukan prokrastinasi biasanya memiliki kebiasaan-kebiasan yang seharusnya tidak dilakukan oleh siapapun.

Menurut Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum, 1984:503) “Yet procrastination involves far more than deficient time management and study skills. Anecdotal data from procrastination and from clinical observations of procrastination”. Ditegaskan dengan menyebutkan adanya aspek irrasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang prokrastinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak melakukanya dengan segera, karena hal itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Dengan kata lain, penundaan dikatagorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional dalam memandang tugas.

Ferrarri (dalam Gufron, 2003:154) membagi prokrastinasi menjadi dua, yakni (1) functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat; (2) disfunctional procrastination, yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek, dan menimbulkan masalah. Kaitannya dengan penelitian ini yang dimaksud dengan prokrastinasi yaitu disfunctional procrastination, karena prokrastinasi

(3)

tersebut yang menjadi masalah dan memberi dampak buruk dalam kehidupan sehari-hari.

Istilah prokrastinasi akademik dan non akademik digunakan para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering ditunda oleh prokrastinator. Prokrastinasi pada area atau bidang akademik yang pada umumnya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa disebut prokrastinasi akademik.

Menurut Solomon & Rothblum (1984) prokrastinasi akademik dapat dideskripsikan sebagai kegiatan yang tidak memiliki manfaat yang menunjang akademik yang terjadi akibat perasaan tidak nyaman. Prokrastinasi akademik merupakan penundaan terhadap tugas-tugas akademik yang meliputi enam bidang tugas akademik yaitu tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. (Gufron, 2003:157)

Silver (dalam Gufron, 2003:152) mengatakan prokrastinator tidak bermaksud untuk menghindari tugas yang dihadapi tetapi hanya menunda untuk mengerjakannya sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut mengakibatkan prokrastinator gagal menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Ketika seorang pelajar tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, sering mengulur waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat sehingga waktu terbuang dengan sia-sia, tugas terbengkalai dan penyelesaian tugas tidak maksimal berpotensi mengakibatkan kegagalan atau terhambatnya seorang siswa meraih kesuksesan. Kegagalan atau kesuksesan individu sebenarnya bukan karena faktor intelegensi semata namun kebiasaan melakukan penundaan terutama

(4)

penyelesaian tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum.

b. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Tindakan menunda yang dapat dikatakan prokrastinasi akademik memiliki ciri-ciri tertentu.

Ferrari dkk. (dalam Ghufron, 2003:158) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu.

1) Adanya penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.

Dengan kata lain seorang yang melakukan prokrastinasi secara sadar mengetahui bahwa tugas itu penting bagi dirinya, akan tetapi dia tidak ingin memulai untuk mengerjakan tugas, apalagi untuk menyelesaikannya. Seorang yang melakukan prokrastinasi bukan tidak mungkin akan kehabisan waktu untuk menyelesaikan tugas sampai waktu yang ditentukan.

(5)

Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.

Kelambanan tersebut disebabkan karena persiapan diri yang berlebihan. Misalnya saja sebelum mengerjakan tugas seorang prokrastinator merasa perlu untuk mendapat hiburan dengan menonton televisi terlebih dahulu. Hal-hal semacam itu akan membuat orang mengalami kelambanan untuk mengerjakan tugas yang seharusnya. Ia akan memasuki zona nyaman dan melupakan hal yang seharusnya ia selesaikan.

3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga mengakibatkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.

(6)

Seorang prokrastinator tidak memiliki konsistensi dalam dirinya. Dapat juga dikatakan ia sebagai orang yang tidak dapat menepati janji, bahkan kepada dirinya sendiri. Seorang prokrastinator tidak dapat melakukan sesuatu seperti apa yang sudah direncanakan. Misal ada seorang pelajar, ia berencana mengerjakan PR sepulang sekolah karena minggu depan dikumpulkan. Setelah sepulang sekolah pelajar tersebut seolah-olah melupakan tugas dan justru melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat, karena dia merasa masih memiliki waktu yang sangat banyak untuk menyelesaikan tugas. Keesokan harinyapun dia melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya setelah hari pengumpulan tugas dia belum selesai karena waktu yang tidak dimanfaatkan dengan baik.

4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.

Hal-hal semacam ini sangat sering ditemui, mungkin juga pada pribadi kita masing-masing pernah melakukannya. Seorang prokrastinator akan merasa sulit menghindarkan dari hal-hal yang disebutkan diatas. Karena sebenarnya orang yang melakukan prokrastinasi tidak memiliki keinginan yang kuat untuk menyelesaikan tugas, maka dari itu dia gampang terbujuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitanya dengan penyelesaian tugas.

(7)

Menurut Young (dalam Pertiwi, 2014:15) karakteristik orang yang melakukan perilaku menunda yaitu:

1) Kurang dapat mengatur waktu. 2) Percaya diri yang rendah.

3) Menganggap diri terlalu sibuk jika harus mengerjakan tugas. 4) Keras kepala, dalam arti menganggap orang lain tidak dapat

memaksanya mengerjakan pekerjaan.

5) Memanipulasi tingkah laku orang lain dan menganggap pekerjaan tidak dapat dilakukan tanpa adanya dia.

6) Menjadikan penundaan sebagai coping untuk menghindari tekanan. 7) Merasa dirinya sebagai korban yang tidak memahami mengapa tidak dapat mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan orang lain.

Seorang yang melakukan prokrastinasi akan melakukan beberapa hal yang disebutkan oleh Young. Pada intinya seorang yang melakukan prokrastinasi akan mencari pengalihan perhatian agar tidak mengerjakan tugasnya sekarang. Padahal sekarang atau nanti ia tetap harus menyelesaikannya, bedanya jika ia mengerjakannya sekarang, ia bisa menyelesaikan tugasnya segara maksimal, sedangkan jika nanti ia akan semakin kehabisan waktu untuk menyelesaikan tugas dan hasil yang diperoleh tidak akan maksimal.

Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek prokrastinasi akademik antara lain adanya penundaan, kelambanan, kesenjangan waktu dan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan sebuah tindakan menunda tugas akademik, setiap tindakan pasti terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, begitu pula prokrastinasi akademik. Seorang yang melakukan prokrastinasi akademik pasti memiliki faktor yang mempengaruhi tindakan tersebut.

(8)

Menurut Gufron (2003:163), faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal.

1) Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri individu yang meliputi kondisi fisik dan psikologis.

a) Kondisi fisik dan kesehatan akan mempengaruhi munculnya prokrastinasi, misalnya fatigue/stres. Seorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak mengalami. b) Kondisi psikologis. Menurut Millgram dkk, trait kepribadian

yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait psikologis yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi adalah self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi juga mempengaruhi prokrastinasi akademik secara negatif, di mana semakin tinggi motivasi ekstrinsik maka semakin rendah kecenderungan prokrastinasi akademik, selain itu faktor kontrol diri yang rendah juga turut mempengaruhi kecenderungan prokrastinasi akademik.

2) Faktor eksternal, yaitu gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif.

a) Gaya pengasuhan orang tua. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan, sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah menghasilkan anak perempuan yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan „avoidance procrastination‟ menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan untuk melakukan „avoidance procrastination‟ pula.

(9)

Perlu diketahui bahwa gaya pengasuhan otoriter dan otoritatif berbeda. Gaya pengasuhan otoriter merupakan pola asuh yang menuntut anak agar patuh kepada semua perintah orang tua, sedangkan gaya asuh otoritatif atau demokrasi merupakan gaya asuh orang tua yang mendorong anak agar mandiri namun masih ada batasan-batasan tertentu dalam pengendalian tindakan anak. Oleh sebab itu tidak heran dalam penelitian yang dilakukan Ferrari dan Ollivete menghasilkan kecenderungan yang berbeda terhadap masing-masing gaya asuh.

b) Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level sekolah, juga apakah lokasi sekolahterletak di desa ataupun dikota tidak mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi akademik seseorang.

Menurut pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat memunculkan perilaku prokrastinasi.

d. Dampak Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan tindakan yang tidak baik jika terus dibiarkan. Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku penundaanya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk.

Steel (2007:66) juga pernah mengatakan bahwa “Combining these elements suggests that to procrastinate is to voluntarily delay an intended course of action despite expecting to be worse off for the delay.” Prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela yang dilakukan

(10)

oleh individu terhadap tugas/pekerjaannya meskipun ia tahu bahwa hal ini akan berdampak buruk pada masa depan.

Penundaan yang dilakukan secara suka rela atau tanpa paksaan dari orang lain merupakan perilaku buruk yang jika dibiarkan akan menjadi suatu kebiasaan yang buruk pula. Seorang yang melakukan perilaku prokrastinasi terus menerus akan menjadi orang yang memiliki masa depan yang suram.

Menurut Knaus (dalam Pertiwi, 2014:19) perilaku menunda dapat mempengaruhi keberhasilan akademik dan pribadi individu. Sirois (2004: 269-286) juga mengatakan bahwa “A variety of negative outcomes have been linked to procrastination including poor academic performance, higher stress, increased illness, and higher anxiety when recalling procrastinating behavior.”

Konsekuensi negatif yang timbul dari perilaku menunda, yaitu: performa akademik yang rendah, stres yang tinggi, menyebabkan penyakit, dan kecemasan yang tinggi. Dampak negatif dari prokrastinasi jelas tidak menguntungkan bagi siapapun, jika performa akademik rendah bisa jadi seseorang tidak naik kelas. Jika memiliki stress tinggi, bagaimana seseorang dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan wajar. Mengakibatkan penyakit, jelas sekali merupakan hal buruk. Dan memiliki kecemasan yang tinggi, kehidupan tidak akan benar-benar dijalani dengan kebahagiaan.

Dengan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi memiliki dampak yang buruk dan harus diatasi agar tidak menjadi kebiasaan yang semakin buruk.

e. Cara Mengurangi Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan penundaan menyelesaian tugas-tugas. Sebelum mengetahui cara mengatasi prokrastinasi akademik kita harus mengetahui beberapa sikap yang dilakukan oleh seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik. Menurut Teo Aik Cher (2012:1)

(11)

beberapa sikap yang dilakukan yaitu: perfeksionis, mudah menyerah, kewalahan, sulit berkonsentrasi, bersikap menentang, bersikap khawatir, bersikap malas, berkata belum.

Menurut Teo Aik Cher (2012:7) cara mengatasinya adalah sebagai berikut :

1) Bersikap Praktis

Arti dari praktis yaitu bersikap realistis dan hati-hati akan hal-hal yang sesungguhnya. Bersikap praktis ini merupakan cara mengatasi sikap perfeksionis.

Ada sebuah cerita tentang seorang murid bernama Patrick, seseorang yang perfeksionis. Menjelang ujian di kelas, jawaban dari salah satu pertanyan sudah sangat jelas, seakan-akan jawaban itu sedang tepat memandang kearah wajahnya. Walaupun begitu, sebagai seorang yang perfeksionis, ia sangat yakin bahwa jawabannya tidak semudah itu. Jadi apa yang dia lakukan? Ia membatalkan jawaban yang pertama muncul dengan jawaban yang lain, yang ia pikir lebih baik tapi sebenarnya salah.Andai saja Patrick bersikap praktis dan tidak mempersulit diri sendiri, pasti dia sudah menjawab dengan jawaban yang benar.

2) Mengubah Pola Pikir

Sikap mudah menyerah merupakn hasil dari pola pikir yang negatif. Untuk mengatasi sikap mudah menyerah kita harus mengubah pola pikir kita agar menimbulkan pemikiran yang positif.Ubahlah pemikiran kita agar fokus terhadap kegagalan atas pekerjaan bukan memperlakukan kita sebagai kegagalan.

Sebagai contoh nyata, Thomas Alfa Edison (dalam Cher, T.A 2012:240) tidak menciptakan bola lampu pada percobaan pertama kali. Dikatakan bahwa ia melakukan percobaan yang gagal hampir 10.000 kali. Lalu J.K Rowling penulis buku Harry Potter, naskah pertamanya ditolak lebih dari 10 penerbit hingga pada

(12)

akhirnya diterima. Buku-bukunya menjadi terkenal dan telah difilmkan.

Kegagalan harusnya tidak dijadikan alasan untuk menunda. Berpikir positif tentang kegagalan dan belajar dari kegagalan tersebut. Buatlah kegagalan untuk memacu semangat agar menjadi pribadi yang lebih baik.

3) Mengatasi rintangan

Bila kita kewalahan dengan banyaknya pekerjaan, kita perlu menyusun rencana. Terdapat satu metode yang disebut “Slice and Dice”. Sebuah metode yang efektif yaitu dengan memecah belah pekerjaan besar menjadi pekerjaan yang lebih kecil dan mudah dikerjakan. Contoh seperti pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1. Penyusunan rencana kegiatan yang harus dilakukan Ketika sebuah pekerjaan sudah selesai, coret dari daftar dan beralih ke nomor selanjutnya. Atur waktu yang ada dan dalam waktu yang singkat kamu akan menyelesaikan seluruh pekerjaan. 4) Berusaha dan bergerak maju

Sulit berkonsentrasi salah satu yang mengakibatkan kita akan menunda. Penyebabnya banyak misal keadaan kamar yang berantakan. Jika penyebabnya adalah kamar yang berantakan, kenapa kita tidak berusaha membersihkannya terlebih dahulu. Untuk membersihkan kamar yang berantakan dengan mudah

Hal yang harus dikerjakan:

1) Mengirim Email pada teman 2) Membantu ibu didapur

3) Menyelesaikan PR Matematika 4) Menyelesaikan PR IPA

5) Memberi makan ikan

(13)

buatlah daftar seperti pada nomor 3 diatas. Hal tersebut akan mempermudah untuk mengerjakan tugas dengan waktu yang singkat dan lebih efektif. Jika kamar/tempat belajarmu sudah bersih dan mendukung, kalian akan merasa nyaman dan lebih mudah berkonsentrasi.

5) Belajar untuk menghormati

Sikap menentang merupakan sikap seorang penunda. Untuk mematahkan sikap menentang adalah dengan belajar menghormati. Agar kita dapat menghormati orang disekitar kita ingatlah beberapa hal :

a. Ingatlah bahwa orang tua kita bekerja keras untuk kebahagian kita

b. Ingatlah guru bekerja keras dan dedikasinya adalah untuk kebaikan kita.

c. Ingatlah bahwa teman-teman kita ada untuk kita

d. Ingatlah bahwa saudara kita adalah orang yang tumbuh bersamamu dari hari kehari.

Jangan lupakan juga untuk menghormati diri sendiri. Dengan menghormati diri sendiri kita akan menjadi manusia yang patut untuk dihargai orang lain juga.

6) Mengakui kekhawatiran

Dengan mengakui kekhawatiran kita jadi tahu apa sebenarnya yang kita takutkan. Selanjutnya adalah bertindak. Bertindak untuk menghilangkan ketakutan tersebut. Berpikiran positif akan suatu hal juga dapat mengatasi ketakutan.

Tanamkan dalam diri pikiran positif ini : “Saya tidak takut apapun.”

“Saya dapat melakukan ini.” “Saya merasa kuat dan fokus.”

“Saya menikmati tantangan yang muncul untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.”

(14)

Tidak mengapa jika merasa khawatir, yang lebih penting adalah mengakui alasan-alasan mengapa kamu khawatir dan menghilangkanya.

7) Berpikir Insentif untuk mendorong diri sendiri

Insentif merupakan penghargaan yang diberikan kepada diri sendiri ketika kita mencapai/menyelesaikan sesuatu. Sebuah insentif dapat menjadi motivator yang kuat agar kita segera bangkit berdiri dan mulai mengerjakan tugas. Kita tidak harus menciptakan suatu insentif yang besar dan luar biasa karena akan memakan biaya yang besar. Sebaliknya hal tersebut akan membuat kita semakin stres karena uang jajan akan terkuras habis. Mulailah dengan sesuatu yang kecil dan pastikan insentif itu sesuai dengan pekerjaan yang kita selesaikan. Jangan berbuat curang dengan menyelesaikan pekerjaan sederhana lalu memberi insentif yang berlebihan.

Beberapa insentif yang dapat diberikan : (1) Menonton film, (2) Menelpon teman, (3) Mendengarkan lagu kesukaan, (4) Bermain game favoritmu, (5) Berbelanja, (6) Memakan cemilan favoritmu, (7) Bermain bersama teman-teman.

8) Berlatih Kebiasaan “Sekarang”

Menunda suatu pekerjakan karena kita berpikir selalu ada waktu untuk mengerjakan sebuah pekerjaan/tugas. Tetapi apa yang terjadi saat detik-detik terakhir, kita cenderung akan terburu-buru menyelesaikan tugas. Dan dalam kemungkinan terburuk kita kehabisan waktu untuk mengerjakan tugas tertentu.

Untuk menangkis penundaan kita harus berpikir “SEKARANG”untuk mengerjakan tugas tertentu. Kita bisa menggunakan “bahasa sekarang” untuk memotivasi diri kita sendiri. Misalnya “Saya harus mengerjakan tugas matematika ini

(15)

sekarang.”kata harus dan sekarang akan membuat kita bertindak sesegera mungkin.

Dapat diketahui bahwa cara mengatasi prokrastinasi akademik yaitu bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran, berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih kebiasaan “sekarang”. Dari beberapa usaha tersebut bahkan keseluruhannya tidak lain adalah terkait dengan usaha belajar.

Cara untuk mengatasi prokrastinasi akademik adalah dengan melaksanakan beberapa usaha belajar yang sudah disebutkan. Di sekolah, guru bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik untuk mengatasi prokrastinasi akademik. Layanan yang digunakan yaitu layanan bimbingan belajar.

Bimbingan belajar yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan informasi dan pemahaman yang sesuai dengan permasalahan terkait. Maka dari itu peneliti membuat bahan ajar berupa modul yang digunakan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi akademik. Modul tersebut berisi tentang pengertian prokrastinasi akademik, mengenali seorang prokrastinator, dan cara mengatasi prokrastinasi akademik yang diambil dari pendapat ahli.

2. Bimbingan Belajar

a. Pengertian Bimbingan Belajar

Peserta didik adalah seorang atau anak yang sedang dalam proses perkembangan menuju kedewasaan, baik jasmani, mental, spiritual maupun sosial. Dalam belajar peserta didik mempelajari materi ajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang akan berguna dikehidupannya kelak. Proses belajar yang dialami siswa tidak selalu berjalan lancar sebagaimana diharapkan guru dan orang tua, tetapi kadang kala ada peserta didik yang tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan belajar yang dihadapi, sehingga tidak

(16)

dapat mencapai tujuan belajar secara optimal. Guna memperlancar siswa yang mengalami permasalahan belajar maka diperlukan adanya bantuan belajar yaitu bimbingan belajar.

Menurut Hermawan (2012:30) bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu peserta didik tersebut dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan lingkungannya.

Kaitannya dengan belajar, maka bimbingan belajar merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau peserta didik secara berkesinambungan, agar mampu belajar seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Secara khusus bimbingan belajar diberikan kepada peserta didik yang mengalami permasalahan dalam belajar atau mengalami kesulitan belajar, sehingga terlepas dari kesulitan belajar tersebut.

Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi peserta didik yang sedang belajar. Banyak peserta didik yang belum menyadari tentang arah belajar meraka, disamping belum mengetahui bagaimana seharusnya melakukan kegiatan optimal. Bahkan banyak peserta didik yang mengalami kegagalan dalam mencapai cita-cita karena kurang mengetahui cara belajar yang tepat. Ditinjau dari segi perkembangan, anak usia sekolah akan menunjukan hasil yang lebih baik apabila mereka melaksanakan belajar secara tepat. Oleh karena itu memerlukan bantuan atau bimbingan belajar agar dapat memanfaatkan potensinya. (Syamsuri & Chadijah,2011)

Menurut Winkel (1991:125) Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Tuntutan belajar yang dimaksud adalah tujuan

(17)

belajar yang seharusnya dicapai secara optimal. Peserta didik yang mengalami permasalahan belajar akan mendapatkan bantuan berupa bimbingan belajar agar mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Sesuai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah layanan yang dilakukan untuk membantu peserta didik agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi.

b. Bentuk Pendekatan dalam Bimbingan Belajar

Seperti bimbingan yang lain, bimbingan belajar juga mempunyai pendekatan dalam pelaksanaannya. Bimbingan belajar di sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan individual dan pendekatan kelompok.

1) Bimbingan individual

Yang dimaksud dengan bimbingan individual adalah bantuan yang diberikan seorang guru kepada seorang peserta didik agar dapat menyelesaikan permasalahan. Bimbingan individual ini dilakukan atas pertimbangan bahwa kesulitan yang dialami peserta didik sifatnya khusus atau sudah berat sehingga memerlukan penyelesaian secara individual.

2) Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok adalah bantuan yang dilakukan seorang guru kepada sekelompok peserta didik agar mereka dapat mengenal diri, menyesuaikan diri dan mampu mengatasi masalah atau kesulitannya sehingga dapat mengembangkan diri secara maksimal. Pertimbangan layanan bimbingan belajar dengan menggunakan bimbingan kelompok yaitu adanya masalah yang relative sama pada sekelompok siswa. Di dalam kelompok peserta didik mengadakan hubungan dan memperoleh informasi, tanggapan dan pendapat saat berinteraksi dengan anggota kelompok. Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok belajar

(18)

dapat diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain pemberian informasi, home room, diskusi, belajar dan bekerja kelompok, karya wisata, serta pengajaran remedial. (Syamsuri & Chadijah,2011)

Dalam penelitian ini bentuk pendekatan yang digunakan dalam layanan bimbingan belajar yaitu bimbingan kelompok. Peneliti akan memberikan informasi dan pemahaman melalui modul yang sudah disiapkan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi akademik, dalam pemberian layanan bimbingan belajar didik juga akan diajak berdiskusi membahas permasalahan tentang prokrastinasi akademik.

c. Jenis Layanan Bimbingan Belajar

Faktor penyebab kesulitan belajar sangat bervariasi, hal ini menyebabkan sifat kesulitan belajar antara peserta didik yang satu dengan yang lain tidak sama. Faktor penyebab kesulitan belajar yang berbeda pada siswa menuntut jenis layanan bimbingan belajar yang berbeda pula. Bimbingan belajar dapat dilakukan berdasarkan latar belakang non psikologis dan latar psikologis.

Layanan bimbingan belajar non psikologis merupakan usaha meningkatkan prestasi belajar dengan cara perbaikan dalam komponen proses belajar mengajar, misalnya perbaikan cara belajar peserta didik, perbaikan cara mengajar guru, perbaikan metode mengajar, perbaikan penyajian materi pelajaran dan sebagainya.

Sedangkan layanan bimbingan belajar psikologis berfungsi untuk merangsang peserta didik meningkatkan usaha belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan yaitu tercapainya prestasi belajar yang optimal. Bimbingan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan meningkatkan motivasi belajar, menanamkan prinsip-prinsip belajar, dan melalui penyuluhan perorangan. (Syamsuri & Chadijah,2011)

(19)

Setiap layanan yang dilaksanakan baik psikologis maupun non psikologis bertujuan sama yaitu untuk membantu permasalahan peserta didik, dengan cara-cara tersebut sangat diharapkan adanya perubahan kearah yang lebih baik setelah pemberian layanan.

Penelitian ini termasuk layanan bimbingan belajar non psikologis karena dalam penelitian ini peneliti membuat bahan ajar berupa modul untuk menunjang penyajian materi yang diharapkan dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik.

d. Modul Bimbingan Belajar

Model-model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2010:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Joyce & Weil (dalam Wayan S, 2007:6) juga mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari model pembelajaran adalah rancangan konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.

Guru bimbingan dan konseling memberikan layanan kepada peserta didik untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Maka dari itu model dalam bimbingan dan konseling dapat diartikan

(20)

sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Layanan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu layanan bimbingan belajar.

Dalam penelitian ini layanan bimbingan belajar dilaksanakan dengan model pembelajaran mandiri. Menurut Rusman (2010:353) peserta didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan membaca modul atau melihat dan mengakses program e-learning tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain.

Menurut Panen (dalam Rusman 2010:355) belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri bukan merupakan usaha mengasingkan peserta didik dari teman dan guru. Hal yang terpenting adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada guru, pembimbing, teman atau oranglain dalam belajar.

Menurut Rusman (2010:355) tugas guru dalam proses belajar mandiri ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bentuknya terutama bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan peserta didik sendiri.

Model pembelajaran mandiri mempunyai beberapa bahan belajar mandiri salah satunya yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah modul. Modul merupakan suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar peserta didik. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembar kegiatan, lembar kerja, dan lembar tes. (Rusman, 2010:375).

Dalam penelitian ini modul dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan permasalahan peserta didik yaitu prokrastinasi akademik. Di dalam modul terdapat berbagai informasi terkait prokrastinasi akademik, adapun isi modul yaitu pengertian

(21)

prokrastinasi akademik, cara mengenali prokrastinator, cara mengatasi prokrastinasi akademik dan terminasi.

Diharapkan dengan tersusunnya modul tersebut dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik yang dialami oleh peserta didik.

3. Tinjauan tentang Peserta Didik SMP a. Karakteristik Peserta Didik SMP

Secara psikologi peserta didik SMP tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika indivdu mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja (adolescence). Sebagian Ahli memandang bahwa peserta didik SMP tengah memasuki masa remaja awal. Akan tetapi semua sepakat bahwa masa-masa tersebut merupakan masa yang sulit dalam perkembangan manusia.

Peserta didik SMP termasuk kedalam klasifikasi masa remaja dengan umur 11-24 tahun dan belum menikah. Periode perkembangan remaja dimulai dengan pubertas. Menurut WHO (dalam Chasiyah,dkk 2009:43) remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan dimana individu mengalami:

1) Menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder sampai saat mereka mencapai kematanagan seksual

2) Mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.

3) Peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.

Disebutkan juga dalam Chasiyah dkk (2009:44) karakteristik remaja antara lain:

1) Perkembangan Fisik

Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Hal tersebut terutama tampak jelas pada bagian

(22)

hidung, kaki dan tangan. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.

2) Perkembangan Intelegensi

Remaja, secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret. 3) Perkembangan Emosi

Mencapai kematangan emosional merupakan salah satu tugas perkembangan yang cukup sulit, karena masa remaja merupakan puncak emosionalitas (perkembangan emosi yang tinggi). Selain itu proses pencapaiannya juga sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.

4) Perkembangan Sosial

Pada masa remaja berkembang social cognition atau kemampuan untuk memahami orang lain, pemahamannya ini mendorong remaja untuk menjalin persahabatan ataupun percintaan (pacaran). Perkembangan sosial dilakukan dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 5) Perkembangan Moral

Munculnya dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain dikarenakan adanya pemahaman tentang nilai-nilai dan konsep-konsep moralitas.

6) Perkembangan Kepribadian

Masa remaja merupakan masa berkembangnya identity (jati diri). Pada saat ini berkembang usaha sadar untuk menjawab pertanyaan ”who am I?” (siapa saya?).

(23)

Berbagai macam perkembangan yang dialami oleh peserta remaja, menjadikan remaja menjadi individu yang masih labil dan masih akan berkembang sampai dewasa nanti. Dalam masa-masa remaja ini harus dikontrol oleh orang tua yang memahami perkembangan yang dialami remaja, agar mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan masa perkembangannya.

Masa perkembangan remaja seringkali diwarnai dengan permasalahan-permasalahan yang muncul. Untuk itu tugas guru bimbingan dan konseling adalah membantu mengatasi permasalahan yang dialami remaja peserta didik. Termasuk dengan prokrastinasi akademik yang sering terjadi dikalangan remaja. Guru bimbingan dan konseling dapat memberikan pemahaman tentang prokrastinasi akademik agar peserta didik dapat memahami dan mengatasinya.

b. Tugas Perkembangan Peserta didik SMP

Peserta didik SMP yang memasuki masa puber berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan, yang harus dipelajari dan diselesaikan guna mencapai keberhasilan perkembangan pada masa berikutnya.

Havighurts (dalam Chasiyah,dkk. 2009:62) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai berikut:

“A defelopmental taks is which arises at or about a certain period in the life of individual, successful achievement of which loads to happiness and success with leter task, white failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty with later task.”

Maksudnya bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara jika gagal, maka menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masayarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.

(24)

Maka dari itu peserta didik harus dapat mengoptimalkan tugas perkembangan sesuai dengan periode yang sedang dialami. Guru bimbingan dan konseling juga dapat membantu mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan tersebut, agar peserta didik menjadi individu yang bahagia dan dapat menuntaskan tugas berikutnya.

Adapun rumusan tugas perkembangan bagi para remaja termasuk peserta didik SMP di Indonesia menurut Sunaryo Kartadinata,dkk.(2003) yaitu sebagai berikut:

1) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat,

3) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita.

4) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan social yang lebih luas.

5) Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni.

6) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat.

7) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.

8) Mengenal sistem etika dan nilai-nili bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia. (dalam buku Pedoman Penelusuran Minat Peserta Didik SMP, 2013:12).

Menurut Soeharto (1998:32) Tugas-tugas perkembangan anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP):

(25)

1) Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2) Memperoleh perangkat nilai sebagai pedoman berperilaku 3) Mencapai kemandirian emosional

4) Mengembangkan keterampilan intelektual 5) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab 6) Mencapai peran sosial sebagai pria/wanita

7) Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif 8) Mencapai kemandirian perilaku ekonomis

9) Memiliki wawasan persiapan karir

10)Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

Ada banyak tugas perkembangan yang harus dicapai oleh peserta didik. Setiap individu pasti memiliki kesulitan untuk mengoptimalkan beberapa tugas perkembangan yang harus dicapai. Jika peserta didik melakukan prokrastinasi akademik berarti belum melaksanakan tugas perkembangan mencapai kemandirian emosional. Seseorang yang sudah mencapai tugas perkembangan tersebut tidak akan melakukan prokrastinasi akademik karena tahu bahwa prokrastinasi akademik akan memberikan dampak buruk terhadap dirinya. Maka dari itu guru bimbingan dan konseling dapat membantu untuk mengoptimalkan tugas perkembangan peserta didik SMP.

4. Modul Bimbingan Belajar untuk Mengatasi Perilaku Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Prokrastinasi akademik termasuk perilaku negatif yang harus dihindari karena berdampak buruk bagi kehidupan sehari-hari. Dihindari

(26)

apabila belum melakukan, akan tetapi jika sudah termasuk pelaku proktastinasi harus segera diatasi.

Cara mengatasi prokrastinasi menurut Toe Aik Cher (2012:7) yaitu bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran, berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih kebiasaan“sekarang”.

Dari beberapa usaha cara mengatasi prokrastinasi akademik tidak lain keseluruhannya merupakan usaha belajar. Dalam penelitian ini layanan yang digunakan untuk melakasanakan usaha tersebut menggunakan layanan bimbingan belajar.

Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi peserta didik yang sedang belajar. Layanan bimbingan belajar dilakukan untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, salah satunya yaitu prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan kesulitan belajar yang sering dialami peserta didik.

Bimbingan belajar dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian informasi. Pemberian informasi bertujuan untuk membantu peserta didik memperoleh gambaran atau pemahaman tentang suatu masalah, kaitannya dalam hal ini yaitu prokrastinasi akademik.

Dalam penelitian ini informasi akan diberikan lewat modul bimbingan belajar yang sudah disiapkan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi akademik, dalam pemberian informasi peserta didik juga akan diajak berdiskusi membahas permasalahan tentang prokrastinasi akademik. Dalam modul tersebut ada penjelasan terkait apa itu prokrastinasi, sikap seorang prokrastinator, dan cara mengatasi prokrastinasi akademik yang dirangkum dari pendapat para ahli.

Mengacu pada pendapat Syamsuri (2010:46) bahwa Layanan bimbingan belajar dapat dilakukan dengan cara perbaikan dalam komponen proses belajar mengajar, misalnya perbaikan cara belajar

(27)

peserta didik, perbaikan cara mengajar guru, perbaikan metode mengajar, perbaikan penyajian materi pelajaran dan sebagainya.

Layanan bimbingan belajar dapat dilakukan dengan perbaikan materi layanan, adanya bahan ajar yang disiapkan dalam pelaksanaan bimbingan belajar ini bertujuan untuk memperbaiki penyajian materi layanan tentang prokrastinasi akademik. Penyajian bahan ajar berupa modul yang menarik dan mudah dimengerti peserta didik.

Menyadari akan dampak-dampak buruk yang dapat disebabkan oleh prokrastinasi akademik, maka diselenggarakan pelaksanaan layanan bimbingan belajar untuk mereduksi perilaku proktastinasi akademik. Layanan bimbingan belajar ini diharapkan dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik yang dialami peserta didik agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

B. Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi prokrastinasi akademik. Tetapi penelitian-penelitian tersebut bermacam-macam variabelnya dan hasil penelitian tersebut juga bervariasi. Berikut beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan :

1. Penelitian Ursia, N.R., Siaputra, I.B., dan Sutanto, N (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “ Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya”. Prokrastinasi telah lama dianggap sebagai perwujudan dari rendahnya self-control. Kemunculan teori motivasi temporal (TMT) sebagai suatu kerangka teoretis untuk menjelaskan prokrastinasi juga mendukung peran self-control dalam memunculkan perilaku prokrastinasi. Penelitian ini ingin menguji kesesuaian TMT dalam menjelaskan pola hubungan antara self-control dan prokrastinasi, baik secara umum maupun dalam pengerjaan skripsi. Subjek penelitian adalah 157 mahasiswa psikologi yang sedang mengerjakan skripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-control memiliki korelasi negatif dengan prokrastinasi umum (r=-0,663) dan skripsi (r=-0,504). Peran elemen-elemen

(28)

TMT sebagai mediator menjadi terbukti ketika korelasi negatif tersebut melemah secara signifikan setelah dilakukan pengendalian terhadap ketiga elemen TMT. Sekalipun demikian, pelemahan yang lebih besar justru ditemukan ketika self-control yang dijadikan sebagai variabel mediator. Dugaan penyebab dan implikasi temuan terhadap kesesuaian TMT didiskusikan dalam badan tulisan.

2. Penelitian Sujirah, E.A. & Tjundjing, S (2007) yang berjudul “Mahasiswa Versus Tugas: Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness”. Penelitian ini mengungkap hubungan antara sifat menunda mengerjakan tugas atau prokrastinasi akademik pada para mahasiswa dan aspek conscientiousnessnya. Mahasiswa sebuah fakultas psikologi, angkatan 2003-2006 (N = 295) menjadi responden penelitian ini. Para partisipan mengisi 3 jenis skala (satu skala utama dari penulis, dan dua skala pembanding, adaptasi dari skala Aitken Procrastination Inventory dan Big Five Inventory.) Hasil pengujian menggunakan skala utama menunjukkan adanya hubungan negatif (r = -0.627), yang diperkuat oleh hasil pengujian skala pembanding. Hasil tersebut juga menyiratkan bahwa mahasiswa yang memiliki karakter conscientious yaitu terstruktur, tekun, serta memiliki kendali diri yang baik cenderung terhindar dari prokrastinasi.

3. Penelitian Kartadinata, I. & Tjundjing, S (2008) yang berjudul “I Love You Tomorrow: Prokrastinasi Akademik dan Manajemen Waktu”. Penelitian ini bertujuan mendalami hubungan antara manajemen waktu dan prokrastinasi akademik. Partisipan adalah mahasiswa psikologi (N = 227) angkatan 2004 dan 2005. Data diperoleh melalui pengisian Time Management Behavior Scale (TMBS) dan Procrastination Assessment Scale for Student (PASS). Data dianalisis dengan analisis regresi linear dan korelasi product moment dari Pearson. Hasil menunjukkan korelasi negatif (– 0.377) antara pengelolaan waktu dan prokrastinasi akademik. Bagian kedua PASS mengungkap alas an paling dominan prokrastinasi: rasa malas, rasa kewalahan, tak mampu mengatur waktu dengan baik, dan sulit membuat putusan. Didiskusikan

(29)

apakah prokrastinasi merupakan perilaku bawaan (trait) atau situasional (state).

C. Kerangka Pemikiran

Prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Dalam proses belajar peserta didik seharusnya tidak melakukan prokrastinasi akademik agar tidak mengalami hambatan dalam proses belajar. Namun masih banyak peserta didik yang masih melakukan prokrastinasi akademik.

Adapun cara mengatasi prokrastinasi menurut Cher. T.A (2012:7) yaitu bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran, berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih kebiasaan“sekarang”. Dari beberapa usaha cara mengatasi prokrastinasi akademik tidak lain keseluruhannya merupakan usaha belajar. Dalam penelitian ini layanan bimbingan dan konseling yang digunakan untuk menerapkan usaha belajar tersebut yaitu menggunakan layanan bimbingan belajar.

Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi peserta didik yang sedang belajar. Layanan bimbingan belajar dilakukan untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, salah satunya yaitu prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan kesulitan belajar yang sering dialami peserta didik, namun belum banyak media yang digunakan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi akademik.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya bimbingan belajar dengan dengan menggunakan bahan ajar yang sesuai. Bahan ajar tersebut akan memberikan informasi dan pemahaman kepada peserta didik terkait dengan prokrastinasi akademik. Bahan ajar yang telah disiapkan yaitu berupa modul yang membahas tentang prokrastinasi akademik dan cara mengatasinya. Bimbingan belajar akan memberikan pemahaman peserta didik untuk tidak melakukan

(30)

prokrastinasi akademik. Dengan tersusunnya bahan ajar berupa modul untuk melaksanakan bimbingan belajar diharapkan dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik.

Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan di atas dapat diambil kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010 : 96) “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslaah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan smeentara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini, yaitu:

“Bimbingan Belajar Efektif untuk Mereduksi Perilaku Prokrastinasi Akademik Peserta didik Di SMPN 2 Kartasura.”

Peserta didik diharapkan tidak melakukan prokrastinasi akademik

Cara mengatasi prokrastinasi menurut Cher, T.A (2012:7)

Bimbingan belajar tersebut akan memberikan pemahaman peserta didik untuk tidak melakukan prokrastinasi akademik maka perilaku prokrastinasi akademik akan

tereduksi. Peserta didik melakukan

prokrastinasi akademik

Bimbingan belajar berupa pemberian informasi menggunakan

Gambar

Gambar 2.1. Penyusunan rencana kegiatan yang harus dilakukan  Ketika sebuah pekerjaan sudah selesai, coret dari daftar dan  beralih  ke  nomor  selanjutnya
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris dikemukakan bahwa Notaris adalah pejabat umum satu-satunya yang berwenang untuk membuat akte otentik mengenai semua

Tabel diatas berguna untuk membantu pembaca menyeleksi saham-saham berdasarkan sinyal yang dihasilkan oleh indikator teknikal.. Indikator teknikal yang digunakan antara lain

 Menunjukkan etika moral, norma, serta kepribadian yang baik, disiplin, tanggung jawab, perilaku sopan.  Pakian sesuai dan rapi 

Pengujian depth map membutuhkan hasil integrasi dari dua data dilakukan dengan cara menggabungkan data Lidar dan data gambar/foto lingkungan yang daimbil secara

Lampu-lampu tersebut memberikan manfaat yang berbeda bagi Harry, Joni, and Endang , berdasarkan perbedaan dalam preferensi mereka terhadap jalan yang diterangi lampu tersebut,

Ketiga, employee engagement memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap voice behaviour dan hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah pengaruh LMX terhadap

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh auditor yang independen dan kompeten dengan mengumpulkan dan