• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PENYUSUN. Penanggungjawab : Kepala Kantor Wilayah. Ketua: Plt. Kepala Bidang PPA II. Anggota:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PENYUSUN. Penanggungjawab : Kepala Kantor Wilayah. Ketua: Plt. Kepala Bidang PPA II. Anggota:"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penanggungjawab :

Kepala Kantor Wilayah

Ketua:

Plt. Kepala Bidang PPA II

Anggota:

(3)

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, Kajian Fiskal Regional (Annual Regional Fiscal Report) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 dapat disusun dan diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kajian Fiskal Regional merupakan output dari pelaksanaan tugas dan fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah dalam pengelolaan fiskal.

Kajian Fiskal Regional menjadi media informasi yang bernilai strategis kepada mitra kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah, baik Satuan Kerja Kementerian/Lembaga Negara maupun Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota se-Jawa Tengah.

Proses penyusunan KFR ini melalui berbagai tantangan, khususnya dalam memaksimalkan pengumpulan data/informasi, yang tersebar di berbagai instansi dan media massa, untuk selanjutnya dianalisis sehingga menghasilkan kajian yang komprehensif dan actual.

Kami menyadari Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan masukan sangat diharapkan. Semoga kajian ini bermanfaat bagi semua pihak Dengan kerendahan hati, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya Pemerintah Daerah se-Jawa Tengah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, dan Badan Statistik Provinsi Jawa Tengah, atas data dan informasi yang telah diberikan.

.

Semarang, Februari 2020

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR GRAFIK vii

DAFTAR LAMPIRAN x

RINGKASAN EKSEKUTIF

DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONAL

BAB II PERKEMBANGAN & ANALISIS EKONOMI REGIONAL 20

2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL 20

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto 20

2.1.2 Suku Bunga 24

2.1.3 Inflasi 24

2.1.4 Nilai Tukar 26

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 27

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 27

2.2.2 Tingkat Kemiskinan 29

2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) 31

2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan Dan Tingkat Pengangguran 33

2.2.5 Nilai Tukar Petani (NTP) 35

2.2.6 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 36

2.3 EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI &

PEMBANGUNAN REGIONAL 37

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 1

1.1 PENDAHULUAN 1

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 2

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka 2

Menengah Daerah

1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah 3

1.3 TANTANGAN DAERAH 6

1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah 6

1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan 6

1.3.3 Tantangan Geografis Wilayah 11

1.3.4 Tantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19 14

BAB III PERKEMBANGAN & ANALISIS PELAKSANAAN APBN 41 TINGKAT NASIONAL

3.1 APBN TINGKAT PROVINSI 41 3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 42 3.2.1 Penerimaan Perpajakan 42 3.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak 43 3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 44 3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 48 3.4.1 Dana Transfer Umum 48 3.4.2 Dana Transfer Khusus 49

3.4.3 Dana Desa 49

3.4.4 Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan

Keistimewaan 49

(5)

DAFTAR ISI

3.5 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 50 3.5.1 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 50 3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD) 50

3.5.3 Surplus/Defisit 51

3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT 51 3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT 53 3.7.1 Penerusan Pinjaman 53

3.7.2 Kredit Program 54

3.8 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA

INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH 55 3.8.1 Mandatory Spending Di Daerah 55 3.8.2 Belanja Sektor Pendidikan 55 3.8.3 Belanja Sektor Kesehatan 55 3.8.4 Belanja Infrastruktur 55

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN 75

ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

5.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN 75 5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 76 5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN 78 5.4 SURPLUS/DEFISIT KONSOLODASIAN 81 5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 82 BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA 84

TANTANGAN FISKAL REGIONAL

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS 56 PELAKSANAAN APBD

4.1 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 56

4.2 PENDAPATAN DAERAH 57

4.2.1 Dana Transfer/Penimbangan 59

4.2.2 Pendapatan Asli Daerah 61

4.2.3 Pendapatan Lain-Lain 62

4.3 BELANJA DAERAH 62

4.4 PERKEMBANGAN BLU DAERAH 64

4.5 SURPLUS/DEFISIT APBD 67

4.6 PEMBIAYAAN 68

4.7 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH 69

4.7.1 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah 71 4.8 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 72 4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan 73 4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan 74 4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah1 74

6.1 SEKTOR UNGGULAN DAERAH 95

6.2 SEKTOR POTENSIAL DAERAH 98

6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM

MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH 99

BAB VII ANALISIS TEMATIK 105

BABVIII PENUTUP 113

8.1 KESIMPULAN 113

8.2 REKOMENDASI 117

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Tabel I.1 Keselarasan Sasaran Pembangunan Daerah Jawa Tengah Dengan

Sasaran Pembangunan Nasional Tahun 2020 ……….

6

Tabel I.2 Data Zona Merah Covid-19 di Jawa Tengah ………. 14

Tabel I.3 Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Menurit Kabupaten Kota di Jawa Tengah (Persen) ……….. 17 Tabel I.4 Perbandingan Zona Covid dan Kenaikan TPT di Jawa Tengah ……. 18

Tabel II.1 Distribusi Pengeluaran Penduduk di Jawa Tengah ……….. 32

Tabel II.2 Realisasi Indikator Maktro Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2020 ……….. 37 Tabel III. 1 Pagu dan Realisasi APBN Jawa Tengah Tahun 2019-2020 ………….. 41

Tabel III.2 Penerimaan PNBP Jawa Tengah tahun 2018-2020 ……….. 43

Tabel III.3 Penerimaan PNBP Fungsional Jawa Tengah ………. 44

Tabel III.4 Pagu dan Realisasi Hibah Jawa Tengah Tahun 2020 ……….. 45

Tabel III.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi ………. 46

Tabel III.6 Pagu dan Realisasi Per Jenis Belanja ……….. 47

Tabel III.7 TKDD 2018-2020 (Dalam Miliar) ……….. 48

Tabel III.8 Aset dan Pagu per Jenis Layanan BLU Tahun 2020 ……….. 51

Tabel III.9 Perkembangan Aset per Layanan Blu Tahun 2019-2020 ………. 52

Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bidang Pendidikan 2020 ………. 55

Tabel III.11 Besar Pagu Realisasi Bidang Kesehatan ……… 55

Tabel III.12 Besar Pagu Realisasi Bidang Infrastruktur ………. 55

Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Jawa Tengah Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi ………. 56 Tabel IV.2 Jenis Pendapatan APBD Agregat Jawa Tengah ……… 57

Tabel IV.3 Aset, Pagu dan Realisasi Belanja BLUD Tahun 2020 Jawa Tengah 65 Tabel V.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 (dalam Miliar Rp) ………. 75 Tabel V.2 Perkembangan Rasio Pajak terhadap PDRB Jawa Tengah (dalam Miliar Rp) ……….. 78 Tabel V.3 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Jawa Tengah Tahun 2020 ………. 81 Tabel V.4 LO Statistik Keuangan Pemerintah Tahun 2020 ……… 82 Tabel V.5 Perhitungan Kontribusi Belanja dan Investasi Pemerintah Tahun

2020 ………..

83

(7)

Tabel VI.1 SLQ dan Tren SLQ Atas 17 Lapangan Usaha tahun 2014 – 2020 Provinsi Jawa Tengah ………

86 Tabel VI.2 Sector Basis berdasarkan DLQ Provinsi Jawa Tengah ………. 90 Tabel VI.3 Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB ……… 91 Tabel VI.4 Perbandingan Laju Pertumbuhan Sektoral Jawa tengah dan

Nasional 2015 - 2020 ……….

92 Tabel VI.5 Perbandingan Rata-rata pertubuhan Sektoral Jawa Tengah dan

Nasional 2015 - 2020 ………

92 Tabel VI.6 Rata-rata Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah (Perhitungan

Tahun 2014 – 2020) ………..

93 Tabel VI.7 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas

Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor Industri Pengolahan ……….

100

Tabel VI.8 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor Perdagangan ………

101

Tabel VI.9 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor Kontruksi ……….

101

Tabel VI.10 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan …………

102

Tabel VI.11 Belanja APBD di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor ……….

103 Tabel VII.1 Data Alokasi dan Penyaluran BLT DD di Wilayah Jawa Tengah

(dalam miliar Rp) ……….

107 Tabel VII.2 Alokasi Belanja Tidak Terduga dan Realisasi (dalam miliar Rp) ….. 109

(8)

1

Gambar I.1 Peta Indeks Risiko Bencana Jawa Tengah ……….. 13

Gambar II.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa Tahun 2020 ……… 21

Gambar II.2 Komoditas Penyumbang dan Penahan Inflasi di Jawa Tengah

Tahun 2020 ……….. 25 Gambar II.3 Pertumbuhan IPM tercepat dan Penurunan IPM Paling Tinggi

di Jawa Tengah ……… 29

Gambar II.4 Dampak Covid-19 Terhdap Penduduk Usia Kerja di Jawa

(9)

Grafik I.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah 1961

-2020 ………..

8 Grafik I.2 Komposisi Jumlah Penduduk Jawa Tengah Menurut Generasi,

2020 ………..

9

Grafik I.3 Persentase Penduduk Lansia Jawa Tengah ……… 10

Grafik II.1 Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2014 – 202 (y-on-y/%) ………. 20 Grafik II.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2018 – 2020 (q-to-q/%) ………. 21 Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Lapangan Usaha 22 Grafik II.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Pengeluaran Tahun 2014 –2020 ………. 23 Grafik II.5 PDB Per Kapita Jawa Tengah & Nasional (Jutaan Rp) ………. 23

Grafik II.6 BI-7Day-RR dan Laju Inflasi Jawa Tengah 2020 ……….. 24

Grafik II.7 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional (y-o-y) ……… 25

Grafik II.8 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah (m-to-m) ………. 25

Grafik II.9 Volatilitas Nilai Tukar Harian dan Bulanan ………. 26

Grafik II.10 Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Jawa Tengah ………. 26 Grafik II.11 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Pertumbuhannya ……… 27

Grafik II.12 IPM Jawa Tengah Menurut Komponen ……… 28

Grafik II.13 IPM Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ……… 28

Grafik II.14 Profil Kemiskinan Jawa Tengah September 2015-2020 ……… 29

Grafik II.15 Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah ………. 30

Grafik II.16 Perkembangan Indeks P1 dan P2 di Jawa Tengah ……… 30

Grafik II.17 Persentase Penduduk Miskin Antar Provinsi dan Per Kab/Kota (September 2020) ……… 31 Grafik II.18 Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Jawa Tengah ………. 31

Grafik II.19 Persentase Penduduk Bekerja Jawa Tengah ……… 33

Grafik II.20 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Tengah dan Nasional 34 Grafik II.21 Perkembangan Nilai Tukar Petani Jawa Tengah dan Nasional ……. 35

Grafik II.22 Perbandinngan Nilai Tukar Petani di Pulau Jawa ……….. 36

Grafik II.23 Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Tengah dan Nasional … 37 Grafik III.1 Realisasi Penerimaan Perpajakan Jawa Tengah Tahun 2020 ……… 42

Grafik III.2 Pagu Realisasi DAU 2018-2020 ……….. 48

(10)

Grafik III.3 Pagu Realisasi DBH Tahun 2018-2020 ……….. 48

Grafik III.4 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Tahun 2018-2020 ………. 49

Grafik III.5 Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik Tahun 2018-2020 ……….. 49

Grafik III.6 Pagu dan Realisasi Dana Desa Tahun 2018-2020 ………. 49

Grafik III.7 Pagu dan Realisasi Dana Insentif daerah Tahun 2018-2020 ………. 49

Grafik III.8 Kemandirian Satker BLU ……… 52

Grafik III.9 Grafik POBO Satker BLU di Jawa Tengah ………. 53

Grafik III.10 Perkembangan Penyaluran KUR 2017 –2020 ………. 54

Grafik III.11 Penyaluran UMi 2018 –2020 (miliar Rp) ……… 54

Grafik IV.1 Gambaran Umum APBD Agregat Jawa ………. 57

Grafik IV.2 Proporsi Pendapatan Daerah Per Pemerintah Daerah Jawa Tengah ………. 58 Grafik IV.3 Proporsi Dana Transfer/Perimbangan Daerah Jawa Tengah ……… 59

Grafik IV.4 Rasio Ruang Fiskal Pemerintah Daerah di Jawa Tengah ……….. 60

Grafik IV.5 Rasio Kemandirian Daerah di Jawa Tengah ……….. 60

Grafik IV.6 Proporsi Pendapatan Asli Daerah di Jawa Tengah ……….. 61

Grafik IV.7 Proporsi Pendapatan Lain-Lain di Jawa Tengah ………. 62

Grafik IV.8 Komposisi Belanja di Jawa Tengah ……….. 62

Grafik IV.9 Proporsi Belanja Daerah Per Urusan di Jawa Tengah ………. 63

Grafik IV.10 Proporsi Belanja Daerah Per Fungsi di Jawa Tengah ……….. 64

Grafik IV.11 BLUD Berdasarkan Jumlah Aset ………. 65

Grafik IV.12 Proporsi Pagu BLUD Jawa Tengah ……… 66

Grafik IV.13 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan ……… 67

Grafik IV.14 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Dana Transfer Sem I ………. 67

Grafik IV.15 Proporsi Pembiayaan APBD Agregat Jawa Tengah ……….. 68

Grafik IV.16 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja ……… 68

Grafik IV.17 Realisasi PAD Per Pemda ……… 69

Grafik IV.18 Realisasi Belanja Modal Per Pemda ……… 69

Grafik IV.19 Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Per Pemda ……….. 70

Grafik IV.20 Kontribusi Belanja Modal terhadap Belanja Per Pemda ……….. 71

Grafik IV.21 Kapasitas Fiskal Daerah (Regional Jawa Tengah) ……….. 72

Grafik IV.22 Perkembangan Belanja Wajib ………. 72

Grafik IV.23 Persentase Belanja Wajib ……….. 73

Grafik IV.24 Belanja Pendidikan ………. 73

Grafik IV.25 Belanja Kesehatan ……….. 74

Grafik IV.26 Belanja Infrastruktur Daerah ………... 74 Grafik V.1 Proporsi Pendapatan Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2020

(dalam Miliar Rp) ……….

76 Grafik V.2 Perbandingan Pendapatan Konsolidasian Jawa Tengah Tahun

2020 (dalam Miliar Rp) ………

77

(11)

Grafik V.3 Perbandingan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2020 (dalam Miliar Rp) ……….

78 Grafik V.4 Perubahan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2019 –

2020 ………..

79 Grafik V.5 Rasio Belanja Pendidikan Perkapita Jawa Tengah tahun 2018 –

2020 ………..

80 Grafik VI.1 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Menurun Provinsi Jawa

Tengah ……….

87 Grafik VI.2 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Tetap Provinsi Jawa

Tengah ……….

88 Grafik VI.3 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Meningkat Provinsi

Jawa Tengah ………...

89

(12)

Lampiran 1 Capaian Output Strategis Bidang Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur;

Lampiran 2 Laporan Realisasi Anggaran Provinsin/Kabupaten/Kota Jawa

Tengah Tahun 2020

Lampiran 3 Belanja Pendidikan Perkapita dan Harapan Lama Sekolah

Lampiran 4 Kertas Kerja LKPK Provinsi Jawa Tengah tahun 2020

(13)

Kondisi Sosial Ekonomi, Sasaran Pembangunan dan Tantangan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan penekanan pada inklusivitas pembangunan yang berpusat pada rakyat, yang secara implisit mengandung makna pembangunan yang berkeadilan dan merata. Strategi umum pembangunan Jawa Tengah tahun 2018-2023 juga secara lebih tegas menyatakan keberpihakannya kepada rakyat miskin melalui strategi pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan. Tantangan dalam pembangunan ekonomi di Jawa Tengah adalah masih adanya kesenjangan antar daerah yang mengakibatkan persebaran perekonomian tidak merata antara daerah yang bercorak agraris dan nonagraris, sehingga muncul persepsi ketidakadilan dalam masyarakat. Namun, saat ini Provinsi Jawa Tengah memiliki bonus demografi yaitu berupa 70,60 persen penduduk usia produktif yang dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi pembangunan ekonominya.

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan

Selama kurun waktu 2014-2019, ekonomi Jawa Tengah tumbuh rata-rata diatas 5 persen dan tercatat selalu lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional. Namun pandemi covid-19 yang melanda awal tahun 2020 berdampak pada kontraksi perekonomian Jawa Tengah hingga -2,65 persen. Inflasi tahun 2020 di Jawa Tengah tercatat sebesar 1,56 persen (masih tetap terjaga pada target sasaran inflasi nasional sebesar 3±1%) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,51. Sejak tahun 2017, status pembangunan manusia di

Jawa Tengah sudah mencapai kategori “tinggi” (IPM di atas 70). Meskipun terimbas wabah Covid-19, IPM Jawa Tengah tahun 2020 masih mampu tumbuh positif 0,14 poin, dari 71,73 poin pada tahun 2019 menjadi 71,87 poin pada tahun 2020. Persentase penduduk miskin di Jawa Tengah pada September 2020 sebesar 11,84 persen, meningkat 0,53 persen poin atau naik 139,03 orang dibanding Maret 2020 yang sebesar 11,41 persen. Pada September 2020, Gini Ratio Jawa Tengah sebesar 0,359, meningkat sebesar 0,001 poin dibandingkan Gini Ratio September 2019 namun turun 0,003 poin jika dibandingkan dengan Maret 2020. Capaian ini berada dibawah rata-rata nasional yang sebesar 0,470. Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah

(14)

pada Agustus 2020 sebanyak 18,75 juta orang, bertambah 330 ribu orang dibanding Agustus 2019. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2020 sebanyak 17,54 juta orang, berkurang sebanyak 66 ribu orang dibanding tahun sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Desember 2020 sebesar 101,49 atau turun -4,51 persen dibanding NTP tahun sebelumnya sebesar 106,00. Pada Desember 2020, NTN mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen.

Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Daerah serta Program dan Output Strategis di Daerah

Pendapatan konsolidasi tahun 2020 tercatat sebesar Rp117.348 miliar yang berasal dari komponen pendapatan daerah sebesar Rp89.741 miliar dan pendapatan pemerintah pusat Rp89.342 miliar. Realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp102,75 miliar lebih tinggi dari komponen belanja pemerintah daerah yang terealisasi sebesar Rp87.995 miliar. Kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB adalah sebesar 6,34 persen, sedangkan investasi pemerintah berkontribusi terhadap PDRB hanya sebesar 1,25 persen. Adapun program dan output strategis di wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran; peningkatan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia Jawa Tengah; peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana; pemantapan tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan kapasitas fiskal daerah.

Rekomendasi Kebijakan

Pemerintah agar terus mendukung sektor-sektor unggulan yang terbukti mampu bertahan di masa pandemi dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Dukungan dapat diwujudkan dalam bentuk pengalokasian anggaran yang lebih besar pada sektor unggulan tersebut.

Agar kebijakan fiskal yang tertuang dalam APBN dan APBD berjalan lebih efektif dan tercapai tujuannya, maka upaya-upaya percepatan realisasi diharapkan terus dilakukan supaya tidak kehilangan momentum. Selain itu, belanja kementerian/lembaga, belanja pemerintah daerah agar dikombinasikan secara sinergis supaya memiliki dampak yang jauh lebih besar.

(15)
(16)
(17)

Arah Kebijakan Pembangunan Jawa Tengah tahun 2020 adalah “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Didukung Peningkatan Kualitas Hidup Dan Kapasitas Sumber Daya

Manusia”,dengan target indikator Pertumbuhan Ekonomi

mencapai 5,4 – 5,7 persen dan Tingkat Kemiskinan 9,81 –

8,8. Jawa Tengah masih memiliki beberapa tantangan di bidang infrastruktur pendukung konektivitas, pengentasan kemiskinanan, pengangguran dan ketahanan pangan. Selain itu, pemerintah juga berfokusdalam industri kreatif/usaha mikro kecil dan menengah (UMKM); dan pengembangan pariwisata yang merupakan penyumbang terbesar PDRB Jawa Tengah.

(18)

1

1.1. PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pemerintahan bertujuan untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Tujuan ini berlaku, baik di tingkat pusat maupun di daerah, termasuk di Jawa Tengah. Pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan di Jawa Tengah harus didukung dengan unsur pembiayaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja, baik pada APBN maupun APBD dari setiap Pemerintah Daerah di wilayah Jawa Tengah.

Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden. Sedangkan, di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota. Maka, dalam implementasi kebijakan fiskal di Provinsi Jawa Tengah, diperlukan sinergi serta harmonisasi kebijakan dan pengelolaan keuangan antara pusat dan daerah, agar tujuan dan sasaran pembangunan di Jawa Tengah dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Kebijakan fiskal memiliki tiga fungsi utama, yakni sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Dalam hal ini, pemerintah pusat dan daerah memiliki tanggung jawab dalam memastikan efektifitas pelaksanaannya. Melalui kebijakan fiskal yang efektif, diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan kesejahteraan di daerah. Dengan demikian, efektifitas kebijakan fiskal, khususnya di Jawa Tengah, dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan di wilayah Jawa Tengah.

Sebagai alat untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, maka hal pertama yang harus dilakukan bagi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien di Provinsi Jawa Tengah adalah perlu memetakan terlebih

BAB I

(19)

2

dahulu tantangan-tantangan yang dihadapi Jawa Tengah baik dari sisi ekonomi, sosial-kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan yang dihadapi.

Dengan adanya pandemi covid-19, tahun 2020 menjadi ujian bagi implementasi kebijakan fiskal dalam menanggulangi dampak pandemi khususnya dalam pemulihan ekonomi. Hal ini terjadi baik di tingkat nasional maupun regional, termasuk di Jawa Tengah. Sebagaimana dampak pandemi covid-19 secara nasional, efek pandemi juga telah memberikan tantangan bagi Jawa Tengah dalam menatap masa depannya.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Sebagai proses multidimensional, pembangunan melibatkan berbagai aspek. Tujuan inti pembangunan adalah mewujudkan perubahan dalam struktur sosial, sikap, mental dan kelembagaan ke arah yang lebih baik. Tujuan pembangunan ini mencakup pula perubahan laju pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, serta mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 – 2023 tertuang visi pembangunan Jawa Tengah, yaitu: “Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari; Tetep Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”. Visi ini mengandung makna, sebagai berikut:

a. Sejahtera, adalah masyarakat yang tercukupi segala kebutuhan dasarnya secara adil dan merata, berprinsip pada perikemanusiaan dan perikeadilan.

b. Berdikari, merupakan sebuah tujuan agar masyarakat mampu memenuhi segala kebutuhan dasarnya secara mandiri dan cukup.

c. Perwujudan masyarakat Jawa Tengah yang sejahtera dan berdikari dilandasi semangat dan nilai utama Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi.

Terdapat empat misi pembangunan daerah sebagai upaya untuk mewujudkan visi tersebut, yaitu:

a. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyub untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(20)

3

b. Mempercepat reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas sasaran ke pemerintahan kabupaten/kota.

c. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja baru untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

d. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan mencintai lingkungan.

Dalam RPJMD tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan penekanan pada inklusivitas pembangunan yang berpusat pada rakyat, yang secara implisit mengandung makna pembangunan yang berkeadilan dan merata. Strategi umum pembangunan Jawa Tengah tahun 2018-2023 juga secara lebih tegas menyatakan keberpihakannya kepada rakyat miskin melalui strategi pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan.

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Pada tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023, penyusunan dokumen RKPD Tahun 2020 tentu berpedoman pada RPJMD tersebut dan mengacu pada RKP Tahun 2020 agar selaras dengan prioritas pembangunan nasional. Pembangunan Jawa Tengah tahun 2020 diarahkan pada “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Didukung Peningkatan Kualitas Hidup Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia” dengan prioritas sebagai berikut:

a. Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran;

b. Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia Jawa Tengah; c. Peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap

memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana;

d. Pemantapan tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan kapasitas fiskal daerah.

Prioritas pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 tersebut dijabarkan lebih rinci dalam fokus pembangunan, sebagai berikut:

(21)

4

PRIORITAS FOKUS PEMBANGUNAN

Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Penganguran

Penyediaan basic life access untuk penduduk miskin perkotaan

dan perdesaan.

Penguatan sustainable livelihood (keberlanjutan

perekonomian masyarakat).

Penguatan tugas dan fungsi kelembagaan penanggulangan kemiskinan

Penguatan SDM pengelola BDT

Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja Perluasan kesempatan kerja

Peningkatan perlindungan, kepatuhan dan pengawasan tenaga kerja Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas SDM Jawa Tengah

Perbaikan kualitas dan akses penyelenggaraan pendidikan secara luas

Meningkatkan upaya promotif, dan preventif dengan tetap melaksanakan upaya kuratif, dan rehabilitatif dalam pembangunan kesehatan

Peningkatan akses dan kualitas perlindungan perempuan dan anak

Penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan lanjut usia baik potensial maupun non potensial

Keterpaduan antar daerah dan sektor dalam upaya pengendalian kependudukan Peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana

Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian,

perkebunan, dan peternakan, serta kualitas produk pertanian Meningkatkan produksi dan kualitas hasil perikanan

Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya hutan kayu dan non kayu

Perwujudan ketahanan pangan dan daya saing pangan

Peningkatan produksi dan produktivitas usaha dan industri kecil dan menengah

Peningkatan eco socio tourism berbasis masyarakat (local

based community) dan lingkungan hidup dengan

mempertimbangkan potensi keunggulan spesifik Jawa Tengah Perbaikan iklim dan kepastian investasi yang semakin kondusif Peningkatan aksesibilitas dan keselamatan distribusi barang, jasa dan penumpang serta konektivitas antar daerah dan wilayah pengembangan

Peningkatan kualitas lingkungan

Peningkatan ketahanan daerah dalam penanggulangan bencana

(22)

5

PRIORITAS FOKUS PEMBANGUNAN

Pemantapan tata Kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan kapasitas fiskal daerah

Peningkatan pelayanan publik langsung kepada masyarakat (direct services), serta membangun pemerintahan yang terbuka (open government)

Peningkatan pemanfaatan dan perkembangan teknologi informasi dalam birokrasi

Peningkatan manajemen pemerintahan yang bersih dan akuntabel

Perwujudan sistem manajemen sumber daya aparatur yang baik dan efisiensi kelembagaannya

Peningkatan edukasi tentang keberagaman, toleransi, spiritualisme, kewarganegaraan dan kepanduan

Peningkatan penanganan dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat

Dengan demikian, arah kebijakan, prioritas dan fokus pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 merupakan upaya untuk mencapai target sasaran pembangunan tahun 2020, meliputi:

a. Pertumbuhan ekonomi antara 5,4 – 5,7 persen; b. Inflasi pada angka 3 ± 1 persen;

c. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72;

d. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 4,33 persen; e. Angka Kemiskinan turun menjadi 9,81 – 8,8 persen; f. Indeks Gini sebesar 0,34;

g. Nilai Tukar Petani 102,42.

Tema pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2020 di atas telah sejalan dengan tema pembangunan nasional yang menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia. Fokus pembangunan nasional tahun 2020 tertuang dalam RKP 2020 yang merupakan tahun pertama RPJMN 2020-2024. Tahun 2020 pembangunan nasional mengambil tema “Peningkatan Sumber Daya Manusia untuk Pertumbuhan Berkualitas”.

Adapun target sasaran pembangunan nasional tahun 2020 sebagai berikut: a. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3-5,6 persen;

(23)

6

c. Angka kemiskinan sebesar 8,5-9,0 persen; d. Rasio gini sebesar 0,375-0,380;

e. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72,51.

Sumber : RKPD Prov. Jawa Tengah 2020, diolah, Februari 2021

1.3. TANTANGAN DAERAH

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran dalam menggerakkan perekonomian nasional. Dalam pelaksanaan pembangunan dan mewujudkan sasaran pembangunan tahun 2020, Jawa Tengah memiliki tantangan-tantangan yang harus direspon dengan kebijakan fiskal yang selaras dan relevan.

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

Pada kondisi normal sebelum pandemi covid-19, selama rentang waktu lima tahun, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah relatif stabil pada kisaran 5,2 - 5,4 persen, bahkan selalu lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada angka pertumbuhan, terlihat tren pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Secara umum pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah didukung dengan pertumbuhan positif seluruh lapangan usaha.

Namun, jika dibandingkan dengan lima provinsi di Pulau Jawa, dari sisi besaran kontribusi bagi perekonomian nasional, Jawa Tengah masih di bawah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Angka kontribusi Jawa Tengah berada di bawah 10persen

Indikator Sasaran Pembangunan

Target Sasaran

Jawa Tengah Target Sasasran Nasional

Pertumbuhan Ekonomi (persen) 5,4 – 5,7 5,3 – 5,5 Angka Kemiskinan (persen) 9,81 – 8,8 8,5 – 9,0 TPT (persen) 4,33 4,8 – 5,1 Rasio Gini 0,34 0,375 – 0,380 IPM 72,00 72,5

Tabel I.1 Keselarasan Sasaran Pembangunan Daerah Jawa Tengah Dengan Sasaran Pembangunan Nasional Tahun 2020

(24)

7

terhadap perekonomian nasional. Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah juga lebih rendah dibandingkan laju perekonomian Kawasan Jawa. Hal ini menjadi tantangan bagi Jawa Tengah untuk dapat tumbuh lebih tinggi lagi, mengingat secara geografis, Jawa Tengah berada di antara Jawa Barat dan Jawa Timur, sehingga memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam peranannya menghubungkan kedua wilayah tersebut.

Dilihat dari sisi permintaan/pengeluaran, komposisi PDRB Jawa Tengah tidak banyak berubah. Perekonomian Jawa Tengah ditopang oleh konsumsi rumah tangga, diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan pengeluaran konsumsi pemerintah. Dengan karakteristik ini, seiring dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka tantangan sekaligus peluang bagi Jawa Tengah adalah bagaimana meningkatkan konsumsi rumah tangga, termasuk bagaimana menarik konsumsi rumah tangga dari luar Jawa Tengah.

Meski perekonomian Jawa Tengah didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan PMTB, namun pertumbuhan keduanya hanya berkisar 4-5 persen, sehingga perlu dikembangkan potensi-potensi dari industri kreatif/usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), produk substitusi impor, dan tenaga kerja yang kompetitif.

Sementara itu, sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar PDRB Jawa Tengah. Pengembangan kepariwisataan menjadi penting untuk meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja di Jawa Tengah.

Konsep pengembangan pariwisata Jawa Tengah menghubungkan segitiga emas pariwisata Joglosemar yaitu Yogyakarta, Solo, dan Semarang, dengan Borobudur sebagai daya tarik utama. Pengembangan Joglosemar tidak hanya terfokus pada tiga daerah, namun juga termasuk daerah pengembangan di sekitarnya. Meskipun memiliki potensi, Jawa Tengah masih menghadapi tantangan dalam pengembangannya. Ini terlihat dari belum optimalnya destinasi pariwisata di Jawa Tengah. Bahkan sebelum pandemi, wisatawan yang berkunjung ke destinasi pariwisata di Jawa Tengah menunjukkan lama tinggal yang rendah, dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana pariwisata, belum tertatanya atraksi, dan belum adanya konektivitas menuju kawasan wisata.

(25)

8

Tantangan lain yang dihadapi Jawa Tengah adalah persebaran perekonomian masih belum merata. Industrialisasi masih terpusat pada beberapa kabupaten/kota. Masih banyak daerah di Jawa Tengah yang bercorak agraris, yang sebenarnya bukanlah masalah. Akan tetapi adanya beberapa daerah yang bercorak agraris dan nonagraris telah menyebabkan tingginya ketimpangan daerah dan permasalahan pembangunan yang kompleks. Meskipun ketimpangan di beberapa daerah mempunyai dampak positif, yaitu dapat mendorong daerah lain yang kurang maju dan berkembang, tetapi adanya ketimpangan dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi, melemahnya stabilitas sosial serta menciptakan persepsi ketidakadilan dalam masyarakat.

Pada sisi investasi, adanya relokasi pabrik dan pembangunan pabrik baru di kawasan industri di Jawa Tengah menjadi harapan peningkatan investasi selain pengembangan infrastruktur. Hal ini menjadi berkah bagi Jawa Tengah untuk semakin mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas yang tidak hanya bertumpu pada tumbuhnya konsumsi rumah tangga.

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020), penduduk Jawa Tengah pada bulan September 2020 tercatat sebanyak 36,52 juta jiwa. Jumlah penduduk Jawa Tengah terus mengalami peningkatan. Hasil SP2020 dibandingkan dengan SP2010 menunjukkan penambahan jumlah penduduk Jawa Tengah sebanyak 4,1 juta jiwa atau rata-rata sebanyak 400 ribu setiap tahun.

Grafik I.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah, 1961 - 2020

(26)

9

Pada periode 2010-2020, laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah sebesar 1,17 persen per tahun. Terdapat percepatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,80 persen poin jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode 2000-2010 yang sebesar 0,37 persen.

Sementara itu, persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus meningkat sejak tahun 1971. Pada tahun 1971 proporsi penduduk usia produktif sebesar 53,83 persen dari total populasi dan meningkat menjadi 70,60 persen di tahun 2020. Peningkatan tersebut menjadikan rasio ketergantungan menjadi semakin rendah. Pada tahun 2020, tercatat bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (penduduk usia 1564 tahun) hanya menanggung sekitar 42 penduduk usia tidak produktif (penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).

Dengan demikian, Jawa Tengah menghadapi periode bonus demografi karena 70,60 persen penduduknya berada pada usia produktif. Kesempatan ini perlu dimanfaatkan secara optimal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejateraan masyarakat Jawa Tengah.

.

Hasil SP2020 membuktikan penduduk Jawa Tengah didominasi oleh Generasi Z, Generasi Milenial, dan Generasi X. Proporsi Generasi Z 25,31 persen, Generasi Milenial sebanyak 24,93 persen dan Generasi X 22,53 persen dari total populasi Jawa Tengah.

Grafik I.2 Komposisi Jumlah Penduduk Jawa Tengah Menurut Generasi, 2020

(27)

10

Generasi Z, Milenial dan X ini merupakan kategori usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Akan tetapi, bonus demografi mempunyai dua sisi mata uang. Jika lapangan usaha yang ada saat ini tidak mampu menyerap sebagian besar dari penduduk usia produktif, maka justru akan mendorong peningkatan instabilitas sosial dan politik. Dengan kata lain, dengan banyaknya usia produktif maka persaingan antar pencari kerja semakin meningkat padahal lapangan pekerjaan terbatas. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya kemiskinan dan pengangguran serta angka kriminalitas.

Dari grafik di atas memperlihatkan pembangunan di Jawa Tengah telah memberikan dampak yang positif dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat, salah satunya tercermin dari peningkatan umur harapan hidup penduduk Jawa Tengah. Konsekuensinya adalah terjadi peningkatan persentase penduduk lanjut usia atau lansia (60 tahun ke atas). Persentase penduduk lansia Jawa Tengah meningkat menjadi 12,15 persen di tahun 2020 dari 10,34 persen pada 2010. Sehingga, pada tahun 2020 Jawa Tengah berada dalam masa transisi menuju era ageing population yaitu ketika persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 10 persen. Kondisi ini selaras dengan fenomena beberapa daerah di Jawa Tengah sebagai tempat atau kota

Grafik I.3 Persentase Penduduk Lansia Jawa Tengah

(28)

11

pilihan bagi banyak orang untuk menghabiskan masa pensiun. Hal ini tentu akan menjadi tantangan bagi Jawa Tengah dalam menangani penduduk usia lanjut tersebut.

Meskipun Jawa Tengah berada dalam kesempatan untuk dapat memetik bonus demografi, tetapi Jawa Tengah harus mulai mempersiapkan diri untuk memasuki masa transisi menuju ageing population. Pemerintah perlu mulai mempersiapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang responsif terhadap kondisi kependudukan di Jawa Tengah. Jika penduduk lansia tersebut memiliki kesehatan, pendidikan, dan keterampilan yang memadai, serta dapat terus berkontribusi dalam perekonomian, maka kelompok penduduk ini berpeluang membuka pintu kesempatan untuk Jawa Tengah memperoleh bonus demografi kedua di masa yang akan datang.

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah

Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah berada diantara dua kota metropolitan yaitu DKI Jakarta dan Surabaya. DKI Jakarta sebagai pintu gerbang utama menuju negara Indonesia, sedangkan Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua setelah DKI Jakarta dan dikatakan sebagai pintu gerbang wilayah timur. Maka dalam konstelasi regional Jawa Tengah memiliki peran yang sangat strategis sebagai penghubung antara dua kota metropolitan.

Jawa Tengah terdiri dari 29 (dua puluh sembilan) kabupaten dan 6 (enam) kota, serta memiliki 573 kecamatan yang meliputi 7.809 desa dan 750 kelurahan. Banyaknya jumlah kelurahan/desa ini menjadikan Jawa Tengah sebagai provinsi dengan jumlah kelurahan/desa terbanyak di Indonesia. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi Jawa Tengah dalam memantau dan mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan desa, khususnya terkait dana desa.

Topografi wilayah Jawa Tengah memiliki relief yang beragam, yaitu dataran, landai, bergelombang, perbukitan, hingga pegunungan terjal. Secara geomorfologis, Jawa Tengah memiliki segmen perbukitan diantaranya: (1) Perbukitan Serayu Utara dan Selatan di bagian barat Jawa Tengah, (2) Perbukitan kapur Kendeng, Randublatung, dan Rembang di bagian timur laut Jawa Tengah yang terhubung hingga ke Jawa Timur dengan potensi galian tambang batu kapur dan gamping, dan (3) Perbukitan karst yang mengandung batuan karbonat gamping berada di Karst

(29)

12

Karangbolong (selatan Kebumen) serta Karst Gunungsewu (selatan Wonogiri). Kedua perbukitan karst ini berpotensi dikembangkan untuk sektor pendidikan (penelitian) dan pariwisata.

Berdasarkan profil geomorfologis, Jawa Tengah dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik gunung api kuarter yang tersebar di bagian tengah sebelah barat, yaitu gunung api aktif seperti: Gunung Slamet, Gunung Sindoro-Sumbing, Kompleks Vulkanik Dieng, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Andong-Telomoyo, serta gunung tidak aktif seperti Gunung Lawu dan Gunung Ungaran. Selain itu, terdapat gunung api purba yang berlokasi jauh di utara dan terpisah dari rangkaian gunung api lainnya, yakni Gunung Muria dan Gunung Lasem.

Proses vulkanik gunung api di bagian tengah mendorong terbentuknya material tanah yang subur dan kaya kandungan mineral sehingga berpotensi untuk mendukung pengembangan pertanian dan perkebunan di Jawa Tengah. Kekayaan sumber daya alam akibat aktivitas vulkanik direpresentasikan dengan munculnya potensi mata air panas hingga panas bumi untuk pembangkit listrik yang saat ini dimanfaatkan khususnya di Dataran Tinggi Dieng.

Aktivitas gunung api juga memicu terbentuknya mata air yang menjadi sumber air baku sungai-sungai besar di Jawa Tengah, seperti: Sungai Serayu, Sungai Bengawan Solo. Keberadaan aliran sungai di Jawa Tengah berfungsi pula untuk mendukung suplai air tanah dengan debit yang beragam, sebagai sumber daya air baku permukaan, pemenuhan kebutuhan irigasi, dan pembangkit listrik pada bendungan-bendungan.

Berdasarkan data topografi dan geomorfologis di atas serta dilihat dari aspek lain yang terkait, seperti klimatologi, geografi dan geologi, Jawa Tengah memiliki kerentanan wilayah yang cukup tinggi terhadap bencana. Dengan indikasi permasalahan fenomena geologi yang semakin dinamis, perubahan iklim yang ekstrim dan tingginya degradasi lingkungan, potensi rawan bencana alam diprediksi akan semakin meningkat. Potensi bencana alam yang masih menjadi perhatian antara lain: banjir, kekeringan, gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung, letusan gunung berapi dan tsunami.

(30)

13

Dari 35 kabupaten/kota terdapat 17 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, diantaranya Purworejo, Tegal, Brebes dan Banyumas. Selebihnya termasuk kategori risiko bencana sedang.

Namun demikian, dengan melihat kondisi fisik wilayah Jawa Tengah, dalam rangka mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi, Jawa Tengah memiliki potensi antara lain:

a. Sektor Pertanian dan Industri

Dengan posisi Jawa Tengah yang strategis, berada diantara Jawa Barat dan Jawa Timur, memiliki ketersediaan lahan untuk dikembangkan antara lain lahan pertanian dan kehutanan yang produktif, serta ketersediaan sumber daya manusia dengan upah tenaga kerja yang kompetitif.

b. Konektivitas Jalur Arteri Primer Pantai Utara (Pantura) dan Pantai Selatan (Pansela) Jawa

Konektivitas Jawa Tengah didukung adanya jalur Arteri Primer Pantura dan Arteri Primer Pansela Jawa yang membuka potensi untuk pengembangan Jawa Tengah sebagai salah satu pusat logistik barang dan jasa.

Gambar I.1 Peta Indeks Risiko Bencana Jawa Tengah

(31)

14

c. Simpul Transportasi Udara

Keberadaan infrastruktur transportasi udara di Jawa Tengah didukung oleh dua bandara internasional (Ahmad Yani Semarang dan Adi Soemarmo Boyolali) dan dua bandara lokal (Tunggulwulung Cilacap dan Dewadaru Karimunjawa Jepara) dapat memperkuat konektivitas antar kawasan, termasuk kemajuan sektor kepariwisataan, industri dan perdagangan di Jawa Tengah.

d. Simpul Transportasi Laut

Transportasi Laut di Jawa Tengah didukung oleh Pelabuhan Tanjung Mas Semarang sebagai Pelabuhan Utama, Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dan Pelabuhan Tegal sebagai Pelabuhan Pengumpul, dan Pelabuhan Pengumpan Regional (seperti: Batang, Sluke Rembang, Tasik Agung Rembang, Juwana Pati, Jepara, Karimunjawa, Legon Bajak dan Kendal), serta pelabuhan lokal (seperti: Brebes, Pekalongan, dan Pemalang). Keberadaan infrastruktur transportasi laut dapat memperkuat konektivitas dan sistem logistik antar wilayah.

1.3.4. Tantangan Daerah

Sebagai Dampak COVID-19

Mulai akhir Maret 2020, Pemerintah Daerah dan masyarakat di Jawa Tengah harus menghadapi tantangan baru berupa pandemi Covid-19 yang terus meluas. Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat dan luas menyebabkan seluruh daerah di Jawa Tengah harus melakukan Pembatasan Sosial atau Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

Menjelang akhir tahun 2020, Jawa Tengah mencatat

Tabel I.2 Data Zona Merah Covid-19 di Jawa Tengah

Sumber : situs corono.jatengprov.go.id per 31/12/2020

No Kab/Kota Terkonfirmasi Kenaikan TPT

1 Kab Magelang 4.418 1,15 2 Kebumen 4.116 1,31 3 Kendal 3.985 1,25 4 Banyumas 3.793 1,79 5 Jepara 3.719 3,73 6 Sragen 2.720 1,41 7 Kota Tegal 2.656 0,33 8 Sukoharjo 2.545 3,53 9 Pemalang 2.529 1,14 10 Karanganyar 2.313 2,81 11 Batang 2.139 2,76 12 Kota Surakarta 1.998 3,74 13 Purbalingga 1.865 1,32 14 Rembang 1.463 1,14 15 Brebes 1.415 2,40 16 Wonogiri 1.182 1,73 17 Grobogan 1.081 0,91

(32)

15

zona merah Covid-19 di 17 kabupaten/kota dan sisanya 18 daerah di provinsi ini berstatus zona oranye. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, per 31 Desember 2020, jumlah kasus Covid-19 di Jawa Tengah sebanyak 81.716 orang, jumlah kasus sembuh 54.409 orang dan jumlah kasus meninggal mencapai 3.562 orang.

Tidak berbeda dengan ekonomi nasional, perekonomian Jawa Tengah juga terkena dampak negatif Covid-l9. Dampak negatif dirasakan oleh hampir semua pelaku ekonomi. Pendapatan dan konsumsi masyarakat turun tajam sebagai akibat pembatasan pergerakan masyarakat. Investasi mengalami penurunan sebagai akibat terganggunya neraca keuangan perusahaan karena turunnya penerimaan dan terhentinya beberapa aktivitas produksi. Perdagangan ekspor-impor terdampak akibat rendahnya aktivitas perdagangan di tingkat global yang juga menyebabkan turunnya harga komoditas. Tidak hanya itu, kesehatan sektor keuangan di Jawa Tengah juga menurun, seiring dengan meningkatnya non performing loan (NPL). Berbagai gangguan tersebut berdampak pada sasaran makro dan pembangunan di Jawa Tengah.

Pembatasan pergerakan masyarakat juga mengakibatkan penurunan produktivitas tenaga kerja di industri maupun perkantoran, serta penurunan indikator makro ekonomi nasional, di antaranya konsumsi dan produksi rumah tangga, investasi riil, ekspor dan impor, dan penyerapan tenaga kerja. Gejolak perekonomian ini berdampak pada penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Tengah, yang merupakan salah satu zona merah Covid-19.

Sektor pariwisata yang digadang-gadang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah juga terdampak dengan penurunan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, selain karena adanya penutupan lokasi wisata untuk pencegahan penyebaran Covid-19.

Pandemi Covid-19 juga menyebabkan risiko penurunan elastisitas penciptaan lapangan kerja baru terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga pengangguran relatif lebih tinggi dari baseline. Sistem produksi yang tidak berjalan optimal dan membebani biaya menyebabkan sebagian perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja. Hal ini telah menyebabkan adanya tambahan angka pengangguran dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Tengah mengalami kenaikan. Pandemi Covid-19

(33)

16

juga berdampak pada kebijakan pengetatan bahkan pelarangan mobilitas warga negara Indonesia (WNI) dari dan ke luar negeri. Kondisi ini memunculkan problem ekonomi dan sosial daerah-daerah di Jawa Tengah yang sebagian masyarakatnya bergantung sebagai TKI.

Berdasarkan kondisi yang terjadi pada tahun 2020, terdapat beberapa tantangan utama lainnya yang dihadapi Jawa Tengah atas pengaruh pandemi Covid-19.

Pertama, motor penggerak utama perekonomian Jawa Tengah mengalami tekanan, dimana sektor perdagangan, industri dan konstruksi tumbuh negatif.

Kedua, daya beli dan permintaan masyarakat masih lemah. Indeks keyakinan konsumen, indeks penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja menurun.

Ketiga, Jawa Tengah seperti juga sejumlah provinsi lain di Indonesia, masih menghadapi tantangan besar dalam menekan kasus stunting anak. Pandemi virus corona telah memperberat upaya itu, antara lain karena munculnya kekhawatiran akan bahaya virus corona terhadap ibu dan balita sewaktu mengakses layanan kesehatan.

Keempat, penuaan penduduk yang dialami Jawa Tengah tentu menimbulkan tantangan tersendiri di masa Pandemi Covid-19. WHO menyatakan bahwa penduduk lanjut usia merupakan kelompok paling rentan terpapar Covid-19. Kerentanan ini terjadi karena melemahnya daya tahan tubuh serta adanya penyakit degeneratif seperti jantung, hipertensi, dan diabetes. Persentase kematian penduduk lanjut usia akibat COVID-19 merupakan persentase tertinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan jaminan kesehatan bagi penduduk lanjut usia.

Sebagai upaya penanganan dampak pandemi, Pemerintah Provinsi Jateng melakukan berbagai inovasi mendorong pulihnya kegiatan perekonomian dan percepatan penyaluran stimulus ekonomi dengan baik dan tepat sasaran, termasuk percepatan belanja konsumsi pemerintah baik dari belanja dana APBN maupun APBD. Inovasi dalam penanganan Covid-19 tersebut antara lain: Jogo Tonggo, Njagani Plesiran, Sekola tanpa Sekat, Rumah Sakit Tanpa Dinding, Lumbung Desa dan Surat Edaran Gubernur untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

(34)

17

Sementara itu, jika lebih dalam memperhatikan dampak pandemi terhadap peningkatan TPT, dapat dibandingkan kenaikan TPT antar Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Kenaikan TPT dihitung dengan cara TPT tahun 2020 dikurangi TPT 2019. Dari tabel di atas menunjukan bahwa di Kota Tegal angka kenaikan TPT paling kecil sebesar 0,33, sedangkan kenaikan TPT tertinggi terjadi di Kota Semarang yang mencapai 5,03.

Tabel I.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten Kota diJawa Tengah(Persen)

Sumber : BPS, diolah Feb 2021

No Kab/Kota 2019 2020 Growth 1 Kota Tegal 8,07 8,40 0,33 2 Kabupaten Temanggung 2,99 3,85 0,86 3 Kabupaten Grobogan 3,59 4,50 0,91 4 Kabupaten Blora 3,89 4,89 1,00 5 Kabupaten Pati 3,74 4,74 1,00 6 Kabupaten Purworejo 2,96 4,04 1,08 7 Kabupaten Pemalang 6,50 7,64 1,14 8 Kabupaten Rembang 3,69 4,83 1,14 9 Kabupaten Magelang 3,12 4,27 1,15 10 Kabupaten Kendal 6,31 7,56 1,25 11 Kota Pekalongan 5,77 7,02 1,25 12 Kabupaten Kebumen 4,76 6,07 1,31 13 Kabupaten Purbalingga 4,78 6,10 1,32 14 Kabupaten Banjarnegara 4,47 5,86 1,39 15 Kabupaten Sragen 3,34 4,75 1,41 16 Kabupaten Tegal 8,21 9,82 1,61 17 Kabupaten Kudus 3,86 5,53 1,67 18 Kabupaten Wonogiri 2,54 4,27 1,73 19 Kabupaten Cilacap 7,31 9,10 1,79 20 Kabupaten Banyumas 4,21 6,00 1,79 21 Kabupaten Demak 5,46 7,31 1,85 22 Kabupaten Wonosobo 3,47 5,37 1,90 23 Kabupaten Klaten 3,55 5,46 1,91 24 Kabupaten Semarang 2,58 4,57 1,99 25 Kabupaten Boyolali 3,12 5,28 2,16 26 Kabupaten Brebes 7,43 9,83 2,40 27 Kabupaten Pekalongan 4,43 6,97 2,54 28 Kabupaten Batang 4,16 6,92 2,76 29 Kabupaten Karanganyar 3,15 5,96 2,81 30 Kota Salatiga 4,43 7,44 3,01 31 Kabupaten Sukoharjo 3,40 6,93 3,53 32 Kabupaten Jepara 2,97 6,70 3,73 33 Kota Surakarta 4,18 7,92 3,74 34 Kota Magelang 4,43 8,59 4,16 35 Kota Semarang 4,54 9,57 5,03

(35)

18

Dilihat dari sumber data, TPT tahun 2020 tersebut dirilis BPS pada bulan Agustus 2020. Sebagaimana uraian dampak pandemi di atas, pandemi covid-19 telah mengakibatkan kenaikan angka pengangguran, dengan adanya kenaikan TPT. Apakah kondisi pandemi di suatu daerah dapat menentukan berapa angka kenaikan TPT? Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara jumlah kasus covid di suatu daerah dan kenaikan TPT, dapat dilihat pada tabel exercise sederhana.

Data zona covid pada tabel di atas merupakan data per 1 September 2020, yang merupakan kondisi sampai dengan akhir Agustus 2020. Berdasarkan data tersebut, di Jawa Tengah terdapat 3 kabupaten/kota berzona merah, 21 zona oranye dan 11

Tabel I.4 Perbandingan Zona Covid dan Kenaikan TPT di Jawa Tengah

No Kab/Kota Zona Covid

Indeks Zona Covid Kenaikan TPT (Angka Pembulatan) Average Per Zona 1 Surakarta Merah 3 4

2 Kota Semarang Merah 3 5

3 Kudus Merah 3 2 4 Boyolali Oranye 2 2 5 Demak Oranye 2 2 6 Karanganyar Oranye 2 3 7 Purworejo Oranye 2 1 8 Magelang Oranye 2 1 9 Pati Oranye 2 1 10 Banyumas Oranye 2 2 11 Klaten Oranye 2 2 12 Jepara Oranye 2 4 13 Temanggung Oranye 2 1

14 Kota Magelang Oranye 2 4

15 Kebumen Oranye 2 1 16 Rembang Oranye 2 1 17 Kendal Oranye 2 1 18 Batang Oranye 2 3 19 Kota PekalonganOranye 2 1 20 Semarang Oranye 2 2 21 Grobogan Oranye 2 1 22 Salatiga Oranye 2 3 23 Sragen Oranye 2 1 24 Pekalongan Oranye 2 3 25 Wonosobo Kuning 1 2 26 Sukoharjo Kuning 1 4 27 Wonogiri Kuning 1 2

28 Kota Tegal Kuning 1 0

29 Pemalang Kuning 1 1 30 Tegal Kuning 1 2 31 Purbalingga Kuning 1 1 32 Brebes Kuning 1 2 33 Blora Kuning 1 1 34 Cilacap Kuning 1 2 35 Banjarnegara Kuning 1 1 3 2 2

(36)

19

daerah berzona kuning. Pengambilan data zona covid tersebut sejalan atau setidaknya mendekati keselarasan waktu dengan rilis data TPT, yaitu pada bulan Agustus 2020. Zona covid yang terdiri dari merah (tinggi), oranye (sedang) dan kuning (rendah) diberikan angka indeks 1-3. Semakin besar angkanya, menunjukkan jumlah kasus pada daerah tersebut terhitung tinggi atau masuk dalam zona merah. Pada masing-masing zona kemudian dihitung rata-ratanya dan mengindikasikan beberapa fenomena:

a. Pada zona merah, rata-rata kenaikan TPT sebesar 3, sejalan dengan indeks zona covid dengan angka 3.

b. TPT pada zona oranye dan kuning mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2. Artinya, baik pada kondisi rendah maupun sedang, kebijakan penanganan covid yang dilakukan pemerintah memiliki kesamaan yang berdampak pada kenaikan TPT yang sama.

c. Perbedaan zona covid pada suatu daerah menentukan kenaikan TPT. Semakin merah kondisi suatu daerah, maka semakin tinggi kenaikan TPT-nya. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan yang selama ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus. Pada daerah dengan zona merah diterapkan pengetatan pembatasan sosial atau kegiatan masyarakat. Beberapa unit usaha yang secara nature mengakibatkan kerumunan dilakukan penutupan. Akibatnya, kegiatan ekonomi terhenti dan terjadi pemutusan hubungan kerja.

Dengan demikian, tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalah bagaimana mencegah kenaikan kasus covid di daerahnya dan menerapkan kebijakan pembatasan yang relevan sesuai dengan kondisi atau zona covid untuk mencegah bertambahnya angka pengangguran.

Sebagai catatan, penelitian di atas memiliki keterbatasan data dan hanya memotret wilayah Jawa Tengah. Untuk menghasilkan analisis dan kesimpulan yang lebih signifikan, data penelitian perlu diperluas dan memperhitungkan variabel lainnya.

(37)

Perekonomian Jawa Tengah untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 mengalami kontraksi sebesar -2,65 persen yang merupakan dampak pandemi Covid-19. Tekanan kontraksi ekonomi Jawa Tengah tertahan oleh andil positif terbesar dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang menyumbang pertumbuhan sebesar 0,80 persen. Persentase penduduk miskin di Jawa Tengah pada September 2020 sebesar 11,84 persen, meningkat 1,26 persen poin dibanding periode yang sama tahun lalu. Dengan pendapatan perkapita Jawa Tengah Rp38,60 juta, tingkat ketimpangan (Gini Rasio) berada di level (0,39)

(38)

20

2.1.

INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto

Selama kurun waktu 2014-2019, ekonomi Jawa Tengah tumbuh rata-rata diatas 5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tercatat selalu lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional. Namun pandemi

covid-19 yang terjadi sepanjang tahun 2020 secara nyata mempengaruhi kondisi perekonomian di seluruh Indonesia tak terkecuali Jawa Tengah. Pembatasan aktivitas sosial membuat tendensi melakukan konsumsi menjadi lemah. Selain itu, dengan tingkat permintaan yang rendah, aktivitas produksi menjadi menurun sehingga pendapatan menjadi terbatas.

Perekonomian Jawa Tengah untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 mengalami kontraksi sebesar -2,65 persen. Kinerja perekonomian Jawa Tengah tahun 2020 yang diukur dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami pertumbuhan -6,20 persen (c-to-c), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Nasional 2020 yang sebesar -2,07 persen. Secara nominal atau Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB Jateng 2020 mencapai Rp1.348.600,40 miliar dan Rp965.629,09 miliar (ADHK).

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Triwulan II 2020 menjadi periode paling berat bagi perekonomian Jawa Tengah dan Indonesia di tengah wabah covid-19. Kebijakan New Normal (perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan

Grafik II.1 Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2014-2020(y-on-y/%)

Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021 BAB

II

(39)

21

protokol kesehatan) di tengah pandemi covid-19 yang mulai diterapkan pada awal bulan Juni 2020 cukup berpengaruh terhadap perbaikan perekonomian Jawa Tengah. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi y-on-y yang awalnya terkontraksi sebesar -5,91 persen pada Triwulan II-2020 menjadi -3,79 persen pada Triwulan III-2020 dan -3,34 persen pada Triwulan 2020. Dibandingkan dengan perekonomian pada Triwulan IV-2019, pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah pada Triwulan IV-2020 (yony) yang tercatat -3,34 persen merupakan andil dari lapangan usaha Industri Pengolahan yang

menyebabkan kontraksi terbesar, yaitu -1,28 persen. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi seluruh Kawasan Jawa, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2020 terendah kedua setelah DIY.

b. PDRB Sisi Lapangan Usaha (LU)

Pada Triwulan IV-2020, struktur PDRB Jawa Tengah menurut lapangan usaha (ADHB) masih didominasi oleh empat lapangan usaha utama, yaitu Industri Pengolahan (34,67 persen); Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (13,79 persen); Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (12,85 persen); dan Konstruksi (10,93 persen).

Gambar II.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa Tahun 2020

Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021

Grafik II.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2018-2020 (q-to-q/%)

Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021

(40)

22

Adanya pandemi covid-19, sebelas kategori lapangan usaha mengalami kontraksi dan hanya enam kategori yang mengalami pertumbuhan positif. Tekanan kontraksi ekonomi Jawa Tengah tertahan oleh andil positif dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang menyumbang pertumbuhan sebesar 0,80 persen; Informasi dan Komunikasi sebesar 0,78 persen; dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 0,08 persen. Sedangkan transportasi dan Pergudangan merupakan lapangan usaha yang mengalami kontraksi terdalam yaitu sebesar -33,15 persen. Segala bentuk kebijakan pemerintah untuk mengurangi penyebaran Covid-19 selama tahun 2020 mulai dari Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), Work From Home (WFH), Study From Home (SFH), pelarangan mudik, dan pembatasan transportasi selama perayaan hari besar menekan kinerja seluruh lapangan usaha, utamanya Transportasi dan Pergudangan yang bergantung pada mobilitas masyarakat.

Lapangan usaha lain yang juga mengalami kontraksi cukup dalam meliputi Jasa Lainnya (-8,01 persen) serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (-7,98) persen. Sementara lapangan usaha yang mampu mencatatkan pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun 2020 adalah Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 15,65 persen. Percepatan pertumbuhan ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap paket data untuk menunjang pelaksanaan WFH dan SFH serta agenda meeting dan conference yang dilakukan secara daring, disamping peningkatan akses informasi terhadap berita online yang menyangkut covid-19.

c. PDRB Menurut Pengeluaran

Komponen Impor Barang dan Jasa terkontraksi paling dalam sebesar -14,82 persen. Namun komponen impor barang dan jasa sebagai komponen pengurang PDRB,

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Lapangan Usaha

(41)

23

sehingga kontraksi pada komponen ini berfungsi sebagai penahan laju kontraksi PDRB agar tidak lebih dalam. Komponen Ekspor Barang dan Jasa serta komponen PMTB terkontraksi paling dalam selama tiga triwulan terakhir dalam tahun 2020, Triwulan IV-2020 masing-masing terkontraksi sebesar 13,84 persen dan 6,98 persen.

Komponen lainnya yaitu Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP), Pengeluaran Konsumsi Lembaga NonProfit yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT) dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) mengalami kontraksi. Dari sisi penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah Tahun 2020, komponen PMTB menjadi komponen yang menyumbang kontraksi paling dalam. Penundaan berbagai proyek pembangunan baik dari swasta maupun pemerintah karena pandemi covid-19 dan pengalihan belanja pemerintah menyebabkan tertekannya pertumbuhan komponen PMTB dan komponen PKP.

d. PDRB Per Kapita

Trend PDRB perkapita Jawa Tengah dari tahun 2014 s.d. 2019 menunjukkan kenaikan. Namun pada tahun 2020 terjadi penurunan PDRB per kapita akibat adanya pandemic covid-19 yang

menyebabkan meningkatnya

kemiskinan dan pengangguran. Jika dibandingkan dengan PDB per kapita nasional yang mencapai Rp 56,90

Grafik II.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Pengeluaran Tahun 2014 – 2020

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Grafik II.5 PDRB Per Kapita Jawa Tengah & Nasional (Jutaan Rp)

Rupiah)

Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah Feb 2021

(42)

24

juta, posisi PDRB per kapita Jawa Tengah masih rendah dengan gap yang cukup jauh dan cenderung konstan. Laju pertumbuhan ekonomi belum cukup untuk mengurangi kesenjangan pendapatan perkapita Jawa Tengah dari angka rata-rata nasional. Selama periode 2014 s.d. 2020, PDRB perkapita mengalami penurunan meskipun pada tahun 2018 mulai meningkat lagi namun tahun 2019 kembali turun dan pada tahun 2020 tumbuh sebesar -1,63 persen.

2.1.2.Suku Bunga

Bank Indonesia (BI) menempuh pelonggaran kebijakan moneter untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan tetap menjaga stabilitas perekonomian. Kondisi inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal

yang dalam perkembangannya kembali terkendali, menjadi pertimbangan BI untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Pelonggaran kebijakan moneter salah satunya dilakukan dengan menurunkan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Sepanjang 2020, BI menurunkan suku bunga kebijakan BI7DRR sebanyak 5 (lima) kali menjadi 3,75%, terendah sepanjang sejarah. Keputusan penurunan suku bunga dilakukan secara terukur dan bertahap dengan mempertimbangkan inflasi dan menjaga daya saing aset keuangan domestik serta stabilitas eksternal. Adanya kebijakan ini, laju inflasi Jawa Tengah meskipun mengalami kenaikan namun masih dapat terkendali.

2.1.3. Inflasi

Inflasi tahun 2020 di Jawa Tengah tercatat sebesar 1,56 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,51. Capaian angka tersebut lebih rendah dari nasional (1,68 persen), namun masih tetap terjaga pada target sasaran inflasi nasional

Grafik II.6 BI-7Day-RR dan Laju Inflasi Jawa Tengah 2020

(43)

25

sebesar 3±1%. Dalam lima tahun terakhir (2016-2020), pola inflasi tahunan Jawa tengah cukup fluktuatif dengan tren cenderung menurun. Tingkat inflasi tahun ke tahun Desember 2020 terhadap Desember 2019 sebesar 1,56 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi tahun ke tahun Desember 2019 terhadap Desember 2018 sebesar 2,81 persen maupun

inflasi tahun ke tahun

Desember 2018

terhadap Desember 2017 sebesar 2,82 persen. Sepanjang tahun 2020 di Jawa Tengah, inflasi terjadi sebanyak 9

kali dan deflasi sebanyak 3 kali (April, Juli dan Agustus). Dari enam kota IHK di Jawa Tengah, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Tegal sebesar 0,56 persen dengan IHK sebesar 106,26.

Perkembangan harga di tingkat konsumen pada Desember 2020 melanjutkan tren inflasi tercatat sebesar 0,46% (m-to-m) yang terutama dipengaruhi oleh tekanan inflasi pangan. Dilihat dari per komponen, volatile food mengalami peningkatan yang signifikan karena adanya kenaikan permintaan terhadap komoditas pangan.

Grafik II.8 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah (m-to-m)

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Grafik II.7 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional (y-o-y)

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Gambar II.2 Komoditas Penyumbang dan Penahan Inflasi di Jawa Tengah Tahun 2020

(44)

26

2.1.4. Nilai Tukar

Tren nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada periode akhir tahun 2020 mengalami penguatan seiring dengan sentimen positif di pasar keuangan karena perkembangan positif

pengembangan vaksin. Rupiah sempat tertekan hingga mencapai Rp16.575 per dolar AS pada 23 Maret 2020. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada 30 Desember 2020 berada pada posisi

Rp14.051/USD. Rata-rata nilai tukar Rupiah sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar Rp14.576,8/USD. Asumsi nilai tukar pada APBN ditetapkan sebesar Rp14.400,- sehingga meskipun sempat tertekan di awal tahun, nilai tukar rupiah pada akhir tahun berada di bawah asumsi.

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sedikit banyak berpengaruh terhadap nilai ekspor. Nilai total Ekspor Jawa Tengah selama tahun 2020 tercatat US$8.093,38 juta, turun dibanding tahun 2019 yang mencapai US$8.516,70 juta. Sedangkan nilai impor Jawa Tengah selama tahun 2020 tercatat US$8.719,80 juta, lebih rendah dibanding tahun lalu yang sebesar US$12.567,62 juta.

Penurunan ini

dikarenakan terjadi penurunan impor migas maupun non migas.

Turunnya impor

komponen migas, disebabkan oleh Grafik II.9 Volatilitas Nilai Tukar Harian dan Bulanan

Sumber: BI, Feb 2021

Grafik II.10 Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Jawa Tengah

(45)

27

penurunan minyak mentah. Sehingga Neraca perdagangan Jawa Tengah tercatat defisit US$626,42 juta, lebih rendah dibanding tahun 2019 yang sebesar US$322,8 Juta.

2.2.

INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Selain berdampak terhadap kinerja fundamental ekonomi Jawa Tengah, pandemi covid-19 juga berpengaruh terhadap pencapaian target indikator kesejahteraan masyarakat. Perbaikan indikator kesejahteraan masyarakat yang selama ini berhasil dicapai oleh Jawa Tengah kembali menghadapi tantangan besar dengan terjadinya peningkatan pengangguran dan tingkat kemiskinan.

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sejak tahun 2017, status pembangunan manusia di Jawa Tengah sudah

mencapai kategori “tinggi” (IPM di atas 70). Pembangunan manusia di Jawa Tengah

pada tahun 2020 m engalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) Jawa Tengah. Meskipun terimbas wabah Covid-19, IPM Jawa Tengah tahun 2020 masih mampu tumbuh positif 0,14 poin, dari 71,73 poin pada tahun 2019 menjadi 71,87 poin pada tahun 2020. Capaian tersebut lebih rendah jika dibanding dengan IPM nasional yang tercatat sebesar 71,94.

IPM Jawa Tengah pada tahun 2020 secara nasional berada pada peringkat ke-13. Secara umum, pembangunan manusia Jawa Tengah terus mengalami kemajuan selama periode 2011 hingga 2020. dan rata-rata tumbuh sebesar 0,85 persen per tahun. Peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponen penyusunannya, terutama pengeluaran riil perkapita disesuaikan. Dalam satu dekade

Grafik II.11 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Pertumbuhannya

Gambar

Grafik V.3  Perbandingan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2020  (dalam Miliar Rp) ………………………………………………………………………
Gambar I.1 Peta Indeks Risiko Bencana Jawa Tengah
Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan   Menurut Lapangan Usaha
Grafik II.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan   Menurut Pengeluaran Tahun 2014 – 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

konsumen berada di tempat yang sulit untuk menonton tayangan televisi berlangganan seperti dalam visualisasi yang ditunjukan oleh iklan nexmedia ini yaitu

• Untuk Repairable item, keandalan merupakan probabilitas kerusakan komponen tidak akan terjadi dalam periode yang dikehendaki, bila kerusakan dapat terjadi lebih dari satu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peredaran PRG pangan dan nonpangan di Indonesia pada masyarakat, khususnya petani, serta diharapkan

Perbandingan mismatch dibuat berdasarkan meja dan kursi yang ada sekarang (existing), dimensi meja dan kursi berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan dimensi dari

Ada beberapa jenis vegetasi untuk tingkat pohon yang merupakan pohon tidur atau tempat bersarang dari Tarsius pumilus antara lain yaitu jenis vegetasi Ficus

Apakah terdapat pengungkapan atas realisasi Belanja dalam rangka penanganan pandemi Covid- 19 dengan menggunakan akun Non penanganan pandemi Covid-19. Apakah terdapat pengungkapan

Belanja Perangko, Meterai dan Benda Pos Lainnya

Melaksanakan dharma pengabdian kepada masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai luhur, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga, dalam rangkapemberdayaan masyarakatc.