• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Briefing Awal Tahun Menteri Perdagangan RI:

Pemerintah Lakukan Langkah Antisipatif Hadapi Sektor Perdagangan Tahun 2009 Jakarta, 6 Januari 2009 –Indonesia akan menggalakkan program diversifikasi pasar dan produk tahun 2009 sebagai salah satu strategi mengurangi dampak krisis ekonomi global dan optimis terhadap prospek pasar tahun 2009. Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu hari ini ketika menjelaskan kinerja Departemen Perdagangan tahun 2008, rencana kerja 2009, prospek perdagangan Indonesia 2009 dan kebijakan peningkatan sektor riil dan ekspor. “Pasar utama produk ekspor Indonesia telah bergeser dari negara maju ke Asian Emerging Economies seperti negara ASEAN, RRT, Korea Selatan, dan India, Kerjasama ekonomi bilateral dan regional yang didukung oleh promosi perdagangan yang intensif merupakan pendorong utama perubahan struktur pasar tersebut,” kata Mendag.

Mendag mengatakan, pemerintah tetap optimis terhadap perdagangan tahun 2009, walaupun kontribusi sektor perdagangan diperkirakan tidak akan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun pemerintah tetap mempertahankan pertumbuhan ekspor. Kebijakan yang akan dilakukan Departemen Perdagangan yakni meningkatkan daya saing dan promosi ekspor; mempermudah impor barang modal untuk pengamanan kegiatan sektor riil; menjaga iklim usaha yang lebih kondusif; menggunakan APBN 2009 di Depdag secara optimal; mengamankan pasar dalam negeri dan menstimulasi pasar untuk meningkatkan volume perdagangan; menciptakan lapangan kerja baru; meningkatkan konsumsi pasar domestik sebagai safety belt (sabuk pengaman) perdagangan dalam negeri dan ritel.

Kinerja Depdag 2008

Volume perdagangan Indonesia tahun 2008 (Januari-November) berupa ekspor ke Uni Eropa tercatat 14%, Jepang (12,9%), Amerika Serikat (11,6%), Singapura (9,3%), RRT (7,3%), Malaysia (5,6%), Korea Selatan (4,4%), Taiwan (2,6%) dan Australia (1,9%) serta negara-negara lain (30,4%).

Mendag mengatakan, ekspor dan impor cenderung menurun, walaupun impor masih relatif tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih kuat. Data sementara dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan terjadi surplus ekspor non-migas periode Januari-November 2008 yang tercatat US$ 100,4 miliar, dibandingkan impor non-migas US$ 91,5 miliar. Total perdagangan pada periode yang sama yakni US$ 192 miliar. Pertumbuhan ekspor Indonesia melemah dalam 3 bulan terakhir akibat turunnya harga minyak dan komoditas di pasar internasional.

Ekspor non-migas periode Januari-November 2008 yang didominasi oleh ekspor industri manufaktur dan olahan berbasis Sumber Daya Alam (SDA) turun dari 82,9% menjadi 82 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007 yang tercatat US$ 69,3 miliar. Pertumbuhan ekspor non-migas periode Januari-November 2007 sebesar 16,3% dan untuk ekspor produk industri manufaktur dan olahan SDA tumbuh 17,5%. Sementara itu, pada periode Januari-November 2008 ekspor produk manufaktur tumbuh sebesar 18,9%. Ekspor produk pertanian periode November 2007 mencatat pertumbuhan sebesar 6,8% dan pada periode Januari-November 2008 meningkat sebesar 38,3%.

SIARAN PERS

Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110

Tel: 021-23528400/Fax: 021-23528456

www.depdag.go.id

DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

(2)

Realisasi ekspor non-migas dari 10 kelompok komoditas utama periode Januari-September 2008 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2007. TPT mencapai US$ 7,9 miliar atau tumbuh menjadi 5,5%, produk hasil hutan US$ 6,6 miliar (naik menjadi 14,1%), elektronik US$ 6,1 miliar (meningkat menjadi 5,6%), karet dan produk karet US$ 6,2 miliar atau naik menjadi 36,2%, sawit dan produk sawit US$ 9,6 miliar (tumbuh menjadi 111,8%), otomotif US$ 2,2 miliar atau naik menjadi 39,9%, alas kaki US$ 1,4 miliar atau tumbuh menjadi 12,7%, udang US$ 0,9 miliar (tumbuh menjadi 12,7%), kakao US$ 0,9 miliar atau naik menjadi 35,2% dan kopi US$ 0,8 miliar atau tumbuh menjadi 80,9%.

Untuk periode Januari-November 2008 impor non-migas beberapa barang HS 2 digit seperti mesin dan pesawat mekanik tercatat dengan share 18,1 % terhadap impor non-migas, mesin dan peralatan listrik 15,1%, besi dan baja 8,6%, bahan kimia organik 5,4%, pupuk 2,5% dan kapas 2%.

Berbagai upaya untuk mendukung iklim usaha dan investasi dilakukan Depdag di tahun 2008. Usaha tersebut antara lain menyempurnakan: 1) Permendag Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba sebagai pengganti Permendag Nomor 12/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba; 2) Permendag Nomor 32/M-DAG/PER/3/2006 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung sebagai penggganti Permendag Nomor 13/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan SIUPL; dan 3) Permendag Nomor 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti yang mengatur kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan perantara perdagangan properti (selama ini dikenal dengan nama Broker Properti).

Departemen Perdagangan juga melakukan penertiban Surat Keterangan Asal (SKA) melalui 85 Instansi Penerbit SKA di seluruh Indonesia (IPSKA). Sebanyak 28 Instansi Penerbit SKA sudah menerbitkan secara online dan 57 Instansi Penerbit SKA masih melakukan penerbitan SKA secara manual.

Departemen Perdagangan juga melaksanakan program pemberdayaan UKM dengan melakukan pelatihan, pendampingan dan fasilitasi UKM Potensial Waralaba pada Pameran Franchise International baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kegiatannya meliputi: pelatihan dan pendampingan bagi 60 UKM Potensial Waralaba di Surabaya dan di Yogyakarta; memfasilitasi 51 UKM Potensial Waralaba pada Pameran Franchise Internasional di Jakarta; dan memfasilitasi 7 pengusaha Indonesia dengan menyediakan stan pada Pameran Franchise Internasional di Malaysia, Shanghai (RRT), Melboune (Australia) dan Singapura.

Selain itu, untuk pemberdayaan produksi UKM dalam meningkatkan daya saing produk terutama untuk memasuki pasar ekspor telah diberikan bantuan sarana produktif produk industri dan pertanian di provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Penguatan perdagangan domestik dilakukan Depdag dengan menjaga kelancaran distribusi dan stabilisasi harga kebutuhan pokok. Komitmen untuk mewujudkan hubungan yang harmonis dan sinergis antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan pengusaha besar direalisasikan dengan diterbitkannya PERMENDAG No. 53/M-DAG/PER/12/2008 tanggal 12 Desember 2008 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Depdag juga memperkenalkan Klinik Perlindungan Terpadu untuk menampung keluhan dan pengaduan yang berkaitan dengan ukuran, takaran, dan timbangan atau hal lain dalam transaksi perdagangan. Mobil klinik ini akan melakukan kegiatan di berbagai lokasi atau pasar dan akan berpindah-pindah (mobile), dimana konsumen dapat melakukan konsultasi sehingga masyarakat luas selaku konsumen mengerti hak-hak mereka.

Dalam bidang Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), tahun 2008 telah disusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelesaian Perselisihan Perdata di Bidang Perdagangan Berjangka yang mengatur antara lain jenis sarana penyelesaian perselisihan di bidang PBK

(3)

seperti mediasi, konsiliasi dan arbitrase. Badan Arbitrase Perdagangan Berjangka Komoditi (BAKTI) sebagai sarana untuk melakukan penyelesaian perselisihan di bidang Perdagangan Berjangka telah didirikan tanggal 7 November 2008.

Mengenai perluasan akses pasar, Mari mengatakan, “Indonesia akan memperkuat akses pasar melalui kerjasama perdagangan internasional.”

Dalam konteks kerjasama multilateral, meski Pertemuan Tingkat Menteri Doha Development Agenda WTO pada 20-30 Juli 2008 mengalami kegagalan terkait pembahasan perundingan meliputi bidang pertanian dan non-pertanian, Indonesia sebagai koordinator G-33 tetap berupaya mendorong agar perjuangan kelompok ini khususnya yang terkait isu Special Products (SP) dan Special Safeguard Mechanism (SSM) dapat disepakati. Pada bulan yang sama, Indonesia mencapai keberhasilan pada Pertemuan Tingkat Menteri yang pertama kali mengadakan pertemuan di bidang jasa (Ministerial Signaling Conference). Pada kesempatan tersebut, Indonesia berhasil memberikan indikasi untuk meningkatkan komitmen di bidang jasa.

Keberhasilan lain yang dicapai dalam rangka meningkatkan kerjasama perdagangan multilateral adalah kerjasama dengan D-8, dengan telah selesainya pembahasan draft Rules of Origin (RoO) dan Operational Certification Procedures (OCP) pada sidang ke-10 High Level Trade Officials (HLTO) tanggal 3 Juli 2008.

Dari fora regional, sepanjang tahun 2008 ASEAN mencatat pencapaian berupa kesepakatan baik yang bersifat intra-ASEAN seperti ASEAN Trade 2008 di SingapuraIn Goods Agreement (ATIGA), ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) dan The 7th Package of Commitments under ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS-7) yang ditandatangani tanggal 16 Desember di Singapura, maupun yang bersifat eksternal seperti ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Agreement (AJCEPA) serta diselesaikannya perundingan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) dan Trade In Goods Agreement in the Framework of ASEAN-India Free Trade Agreement (TIG-AIFTA).

Pertemuan ke-16 para pemimpin APEC (APEC Economic Leaders’ Meeting/AELM) yang diselenggarakan di Lima, Peru tanggal 22-23 November 2008 menghasilkan APEC Economic Leaders’ Meeting Declaration; Lima APEC Leaders’ Statement on the Global Economy; serta mengesahkan Lima Anti-Corruption Declaration on Financial Markets Integrity; dan Progress Report on 2008 Regional Economic Integration.

Sementara itu, pertemuan para Menteri APEC pada 19-20 November 2008 telah menghasilkan APEC Joint Ministers’ Statement, dan mengesahkan Senior Official Report to APEC Ministerial Meeting, 2008 Committee on Trade and Investment (CTI) Annual Report to Ministers, dan 2008 Senior Officials Meeting (SOM) Report on ECOTECH.

Mendag juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama bilateral seperti kerjasama Indonesia-Jepang (IJ-EPA) yang ditandatangani pada 20 Agustus 2008, dan disahkan melalui Peraturan Presiden Nomor 26/2008 tanggal 19 Mei 2008. Dengan diberlakukannya IJ-EPA, 80% dari pos tarif bea masuk (BM) produk ekspor Indonesia ke pasar Jepang segera diturunkan menjadi 0%, termasuk tekstil dan produk tekstil (TPT), produk pertanian seperti buah-buahan tropis, udang dan produk kayu.

Untuk kerjasama dengan Turki, pada Sidang ke-7 Komisi Bersama Indonesia-Turki tanggal 17-18 September 2008 di Ankara, Turki, disepakati pembentukan Joint Working Group yang mencakup kerjasama yang lebih luas dan terkoordinasi yaitu Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP) yang mengarah pada FTA.

Prospek Perdagangan Indonesia

Mendag menjelaskan, prospek perdagangan Indonesia di tahun 2009 akan dipengaruhi antara lain oleh pertumbuhan PDB dan volume perdagangan global, prospek harga komoditas internasional, perkembangan nilai tukar, perbaikan sisi penawaran termasuk investasi, kebijakan sektor riil dan perdagangan internasional serta respon kebijakan di tingkat Internasional baik

(4)

secara unilateral maupun kolektif. Krisis ekonomi global akan menyebabkan pertumbuhan PDB global menurun drastis dan dampaknya akan terasa pada produk-produk manufaktur.

“Indonesia lebih siap menghadapi krisis global dengan mengandalkan pasar domestik dan countercyclical fiscal policy, kata Mendag.

Tren ekspor non-migas Indonesia mempunyai pertumbuhan yang tinggi sekitar 18%, di atas rata-rata peningkatan impor dunia. Sepuluh komoditas ekspor utama menyumbang lebih dari 50% dari total ekspor non-migas. Pasar ekspor 10 komoditas utama terkonsentrasi di 10 negara tujuan, yaitu: Amerika Serikat, Jepang, Singapura, RRT, India, Jerman, Malaysia, Belanda, Korea Selatan dan Inggris. Sepuluh negara tujuan utama itu menguasai lebih dari 60% dari total ekspor 10 komoditas ekspor utama Indonesia. Untuk komoditas elektronik, karet dan produk karet, sawit, udang serta kakao, konsentrasi pasar ekspor ke 10 negara utama tersebut sekitar 65-85 %.

Jika terjadi goncangan ekonomi di 10 negara utama ini, maka dikhawatirkan akan mempengaruhi nilai dan volume ekspor Indonesia. Sementara itu, komoditas yang penyebaran ekspornya lebih baik yaitu produk otomotif (35,2%), produk hasil hutan (54,9%), alas kaki (54,5%) dan TPT (57,2%). Komoditas ini diperkirakan tidak akan berpengaruh besar jika terjadi goncangan ekonomi di negara tujuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor non-migas meliputi menurunnya permintaan pasar utama yakni Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa; meningkatnya ‘proteksionisme’ di pasar tujuan ekspor; dan menurunnya harga komoditas.

Namun Mendag menegaskan, terbuka kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor non-migas dengan upaya bersama mengatasi krisis di tingkat internasional baik secara kolektif maupun individu negara melalui stimulasi ekonomi. Selain itu, Indonesia dapat masuk ke pasar yang ada karena menurunnya daya saing RRT. Permintaan pasar internasional terhadap kelapa sawit, batubara dan kakao dari Indonesia relatif tinggi. Intensitas ekspor Indonesia ke pasar non tradisional, yang relatif tidak banyak terkena dampak krisis, seperti Timur Tengah, meningkat. Pemerintah secara agresif memperbaiki iklim investasi dan fasilitasi perdagangan.

Pada kesempatan tersebut, Mendag mengungkapkan beberapa skenario proyeksi ekspor non-migas. Pertumbuhan ekspor non-migas diproyeksikan akan tumbuh 19% dengan asumsi tidak adanya krisis. Skenario kedua, bila terjadi krisis dan tidak disertai adanya kebijakan maka pertumbuhan ekspor non-migas diperkirakan 0,9%. Sedangkan skenario ketiga, dengan adanya recovery crisis (respon kebijakan internasional) dan kebijakan dalam negeri untuk mendorong ekspor dan investasi, maka asumsi pertumbuhan ekspor non-migas antara 4,3%-8%. Level moderat 6%.

Kebijakan peningkatan sektor riil dan ekspor

Untuk meningkatkan ekspor, Pemerintah akan melakukan berbagai upaya: 1) menyempurnakan legislasi, regulasi, dan prosedur; 2) kualitas standarisasi; 3) riset dan informasi akses pasar; 4) fasilitasi ekspor; 5) penguatan hubungan perdagangan melalui Trade Agreement; 6) diversifikasi dan perbaikan produksi; 7) stimulasi investasi dan 8) Trade Financing.

Berbagai program yang dilaksanakan untuk meningkatkan dan mengembangkan ekspor tahun 2008, dan akan terus ditingkatkan di 2009 :

 Peningkatan kualitas desain produk ekspor dalam rangka Indonesia Design Power (IDP) melalui kegiatan: penyelenggaraan Konvensi Pekan Produk Budaya Indonesia, partisipasi pada pameran Java Jazz, Bulan Indonesia Kreatif

 Pelaksanaan pengamatan pasar (Market Intelligence). Kegiatan Market Intelligence tahun 2008 difokuskan pada sosialisasi kepada dunia usaha mengenai hasil kegiatan Market Intelligence tahun 2007 ke 10 provinsi, yaitu : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI

(5)

Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Maluku.

Pengembangan Promosi Dagang dilaksanakan melalui berbagai penyelenggaraan dan partisipasi pameran dagang, baik di dalam negeri (TEI, Inacraft, International Spa, Herbs and Natural Cosmetics dan lain-lain maupun di luar negeri (CA-EXPO, MOTEXHA, Tong Tong Fair, dan lain-lain)

 Penyelenggaraan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) berupa penetrasi produk ekspor Indonesia yang dilakukan oleh kantor perwakilan dagang Indonesia di kota-kota dagang utama dunia (Los Angeles, Osaka, Dubai, Budapest, Sao Paolo, Johannesburg, Milan, Sydney, Hamburg) serta pendirian 11 ITPC di kota-kota dagang lainnya yaitu Shanghai, Busan, Chennai, Jeddah, Lagos, Barcelona, Lyon, Vancouver, Chicago, Mexico City dan Santiago. Sekarang terdapat 20 ITPC yang menjadi ujung tombak promosi dan pemasaran produk Indonesia di pasar utama maupun pasar potensial dunia.

Rencana Kerja 2009

Mari mengatakan, Departemen Perdagangan telah menyusun rencana kerja sebagai upaya untuk lebih meningkatkan iklim usaha dan investasi tahun 2009 melaui program utama seperti melakukan review terhadap 3 (tiga) Peraturan Menteri yaitu: Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan; Peraturan Menteri Perdagangan No.11/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa; dan Peraturan Menteri Perdagangan No.10/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing.

Untuk menjaga kelancaran distribusi, akan dilakukan pembangunan/renovasi pasar di 283 Kabupaten/Kota, dengan menyediakan dana sebesar Rp 100 miliar bagi 43 Kabupaten/Kota dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 150 miliar di 240 Kabupaten/Kota.

Depdag juga akan melakukan penguatan UKM dengan memfasilitasi UKM potensial untuk bermitra dengan pihak pemberi sertifikasi, pembinaan ekspor dan peningkatan daya saing. Selain itu akan diberikan program peningkatan kemampuan ekspor UKM produk industri melalui pendaftaran merek.

Untuk meningkatkan kinerja ekspor, pemerintah akan meningkatkan ekspor produk non-migas yang lebih berkualitas dan beragam, serta memperluas pasar tujuan ekspor. Kegiatan promosi dagang dan program IDP juga akan tetap diteruskan untuk mempertahankan pangsa pasar di negara tujuan ekspor utama dan upaya meningkatkan diversifikasi produk dan pasar tujuan ekspor melalui strategi business intelligence, penetrasi pasar dan peningkatan peran ITPC.

“Para kepala perwakilan dagang Indonesia di luar negeri harus bisa menjadi ujung tombak bagi keberhasilan promosi dan pemasaran produk Indonesia, di samping bisa menjadi intelijen berbagai informasi pasar yang berguna bagi pemerintah dan dunia usaha nasional,” kata Mendag. Pasar baru seperti Rusia dan Timur Tengah bisa merupakan tujuan utama ekspor potensial bagi Indonesia, mengingat banyak negara di Eropa termasuk Amerika Serikat saat ini sedang lesu perekonomian akibat krisis keuangan global.

--selesai--Informasi lebih lanjut, hubungi:

Pusat Humas Departemen Perdagangan Telp/Fax: 021- 23528400/23528456

Referensi

Dokumen terkait

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediaan dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari tulisan,

Tujuan uji tekan adalah untuk mengukur kuat tekan uniaksial sebuah Tujuan uji tekan adalah untuk mengukur kuat tekan uniaksial sebuah conto batuan dlam geometri

Dalam data dua puluh lima ditemukan serpihan kata kategori numeralia yaitu “sapek ceng” muncul dalam percakapan dua orang siswa beretnis Tionghoa Kata tersebut

Juga dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,514 yang artinya pengaruh hubungan cukup kuat dan searah (karena positif); nilai koefisien

Yang dimaksud dengan prinsip syariah, disebutkan dalam pasal 1 angka 13, yaitu “aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana

(2003) Manajemen Mutu Layanan Pendidikan untuk Kepuasan Peserta Didik pada Kawasan Pendidikan Jatinangor (UNPAD – STPDN – UNWIM – IKOPIN).. Disertasi Doktor pada SPS

Berdasarkan persepsi pengunjung yang diperoleh dari hasil kuisioner, faktor tingkat kenyamanan dari parameter keindahan pada Taman Pejuang Letjen Karjono (65,30%), Taman

Simpulan penelitian ini adalah penerapan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar lempar tangkap bola kecil pada siswa kelas IV SDN 4