• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini disajikan penelitian mengenai Campur Kode Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini disajikan penelitian mengenai Campur Kode Bahasa"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

26

Pada bab ini disajikan penelitian mengenai Campur Kode Bahasa Mandarin Dialek Hokkian dalam Bahasa Melayu Jambi Pada Interaksi Antar Siswa di SMA Xaverius 1 Kota Jambi. Dalam penelitian ini sekaligus dilakukan pembahasan terhadap masing-masing hasil penelitian.

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil identifikasi dan interpretasi pada percakapan lisan antar siswa SMA Xaverius 1 Kota Jambi di lingkungan sekolah terdapat beberapa jenis tataran campur kode bahasa Mandarin dialek Hokkian dalam berbahasa Melayu Jambi yang digunakan siswa sekolah tersebut dalam berinteraksi serta faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut.

4.1.1 Wujud Campur Kode Bahasa Mandarin Dialek Hokkian Pada Interaksi Antar Siswa Sma Xaverius 1 Kota Jambi

Peristiwa campur kode terjadi karena ketergantungan penutur terhadap pemakaian bahasa. Demikian pula yang terjadi dalam interaksi siswa di sekolah SMA Xaverius 1 Kota Jambi. Berdasarkan data yang ditemukan, wujud campur kode pada interaksi siswa tersebut berupa tataran kata dan frasa. Berikut ini akan dijelaskan wujud-wujud campur kode tersebut.

(2)

4.1.1.1 Campur Kode Tataran Kata

Kata merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Campur kode pada tataran kata merupakan peristiwa tutur yang di dalamnya terdapat serpihan-serpihan kata atau unsur-unsur bahasa yang berasal dari bahasa Mandarin dialek Hokkian dalam berbahasa Melayu Jambi. Campur kode pada tataran kata ini terbagi ke dalam beberapa kategori berikut ini:

4.1.1.1.1 Nomina

(1) Kata lokho = hujan Tuturan 08

Cindy : “Jam berapo sekarang ni?” “Bentar lagi ai theng lo kito”

Nini :“Baru jam setengah enam. Tapi mau lokho kayaknyo”. Dalam data delapan ditemukan serpihan nomina “lokho”. Kata “lokho” dalam bahasa Indonesia berarti hujan, merupakan nomina karena merujuk pada nama suatu benda atau orang.

Dalam data delapan ditemukan serpihan kata kategori nomina yaitu “lokho” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “lokho” dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk memberi informasi kepada siswa 1 bahwa akan turun hujan. Oleh karena itu kata “lokho” merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori nomina. (2) Kata ii = bibi

Tuturan 17

Penjual : “Mau ciak tekwan atau mie?” Siswa : “Tekwan bae ii”

(3)

Dalam data tujuh belas ditemukan serpihan nomina “ii”. Kata “ii” dalam bahasa Indonesia berarti bibi atau tante, merupakan nomina karena merujuk pada nama suatu benda atau orang.

Dalam data tujuh belas ditemukan serpihan kata kategori nomina yaitu “ii” muncul dalam percakapan antara seorang siswa dan penjual kantin. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa. Kata “ii” dituturkan oleh siswa yang mana untuk memanggil si penjual. Kata “ii” adalah panggilan untuk bibi/orang yang lebih tua, merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori nomina.

(3) Kata le = kamu Tuturan 21

Cindy : “Natalian, le kemarin ado pinjam latihan mtk aku dak sih?”

Natalia : “Oiyo-iyo, tanlah yo pas di kelas aku balikin” Cindy : “Oke Nat, soalnyo aku masih ado yang belum tuh”

Dalam data dua puluh satu ditemukan serpihan nomina “le”. Kata “le” dalam bahasa Indonesia berarti kamu, merupakan nomina karena merujuk pada nama suatu benda atau orang.

Dalam data tujuh belas ditemukan serpihan kata kategori nomina yaitu “le” muncul dalam percakapan dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “le” dituturkan oleh siswa yang mana untuk menyapa lawan bicaranya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori nomina.

(4)

(4) Kata cece = kakak perempuan Tuturan 22

Siswa 1 : “Aku duluan yo, cece aku sudah jemput lho” Siswa 2 : “Oke-oke”

Dalam data dua puluh dua ditemukan serpihan nomina “cece”. Kata “cece” dalam bahasa Indonesia berarti kakak, merupakan nomina karena merujuk pada nama suatu benda atau orang.

Dalam data dua puluh dua ditemukan serpihan kata kategori nomina yaitu “cece” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “ii” adalah panggilan untuk kakak perempuan, merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori nomina.

(5) Kata koko = kakak laki-laki Tuturan 27

Siswa 1 : “Duluan yo!”

Siswa 2 : “Samo siapo kau balek?”

Siswa 1 : “Koko aku, mama aku lagi sakit soalnyo”.

Dalam data dua puluh tujuh ditemukan serpihan nomina “koko”. Kata “koko” dalam bahasa Indonesia berarti abang/kakak, merupakan nomina karena merujuk pada nama suatu benda atau orang.

Dalam data tujuh belas ditemukan serpihan kata kategori nomina yaitu “koko” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “koko” adalah panggilan untuk abang/kakak laki-laki, merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori nomina.

(5)

(6) Kata lui = uang Tuturan 28

Anton : “Ki, ikut dak?”

“Kami mau ke DC ntar malam” Kiky : “Siapo be?”

Anton : “Kito-kito be”

Kiky : “Oooh...lajulah. aku lagi dak ado lui ni, belum dikasih bos”

Dalam data dua puluh delapan ditemukan serpihan nomina “lui”. Kata “lui” dalam bahasa Indonesia berarti uang, merupakan nomina karena merujuk pada nama suatu benda atau orang.

Dalam data dua puluh delapan ditemukan serpihan kata kategori nomina yaitu “lui” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “lui” dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk menyebutkan nama suatu benda. Oleh karena itu kata “lui” merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori nomina.

(7) Kata lepai = minggu Tuturan 29

Cindy : “Natalia, lepai nonton yok?” Natalia : “Semik hii”

Irene : “Insidious be yok?” Natalia : “Boleh-boleh”

(6)

Dalam data dua puluh sembilan ditemukan serpihan nomina “lepai”. Kata “lepai” dalam bahasa Indonesia berarti minggu, merupakan nomina karena merujuk pada nama suatu hari.

Dalam data dua puluh sembilan ditemukan serpihan kata kategori nomina yaitu “lepai” muncul dalam percakapan antara tiga orang orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “lepai” dituturkan oleh siswa 1 yang mana untuk memberi informasi kepada teman-temannya. Oleh karena itu kata “lepai” merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori nomina. 4.1.1.1.1 Verba

Selain nomina, campur kode Bahasa Mandarin Dialek Hokkian juga terjadi pada tataran kata berkategori verba.

(1) Kata cokang = kerja Tuturan 01

Loren : “Papa aku sudah dak di Pelita lagi Fei, jadi dak biso aku bantu kau”.

Feily : “Emangnyo papa kau cokang dimano sekarang?” Loren : “Papa aku cok lak kebon, peliharo ayam sekarang”

Dalam data satu ditemukan serpihan kata verba “cokang” yang sama artinya dengan kata kerja dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

Dalam data satu ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “cokang” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “cokang” dituturkan oleh siswa yang mana untuk menanyakan

(7)

pekerjaan orang tua temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(2) Kata ai khi = pergi Tuturan 04

Yandi : “Ai khi samo siapo agek Kin?”

Akin : “Ntahlah, kayaknyo dak ado yang ngantar”

Dalam data empat ditemukan serpihan kata verba “ai khi” yang sama artinya dengan kata pergi dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

Dalam data empat ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “ai khi” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “ai khi” dituturkan oleh siswa yang mana untuk menanyakan kegiatan temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(3) Kata ciok = meminjam Tuturan 06

Kevin : “Tok, sudah PR geografi dak? Anto : “Sudah sih”

Kevin : “Aku ciok buku geografi kau boleh dak?” Anto : “Boleh sih, agek yo di kelas”

Dalam data enam ditemukan serpihan kata verba yaitu “ciok” yang sama artinya dengan kata pinjam/meminjam dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

(8)

Dalam data satu ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “ciok” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “ciok” dituturkan oleh siswa 1 yang ingin melakukan tindakan meminjam buku temannya. Oleh karena itu kata tersebut merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(4) Kata khua = lihat Tuturan 07

Stephanie : “Yuni, aku khua kau punyo pr yo! “Ayolah...”

Yuni : “Ageklah, aku jugo belum selesai lagi”

Dalam data tujuh ditemukan serpihan kata verba yaitu “khua” yang sama artinya dengan kata lihat/melihat dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

Dalam data satu ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “khua” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “khua” dituturkan oleh siswa 1 yang ingin melakukan tindakan meminjam pr temannya. Oleh karena itu kata tersebut merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(5) Kata ai theng = pulang Tuturan 08

Cindy : “Jam berapo sekarang ni?” “Bentar lagi ai theng lo kito”

(9)

Dalam data delapan ditemukan serpihan kata verba yaitu “ai theng” yang sama artinya dengan kata pulang dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

Dalam data satu ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “pulang” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “ai theng” dituturkan oleh siswa 1 yang mana ingin memberikan informasi kepada siswa 2. Oleh karena itu kata tersebut merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(6) Kata khong = memberi tahu Tuturan 11

Novita : “Sis, mau ke kantin yo?” Siska : “Iyo, mau nitip dak?”

Novita : “Ndak, tadi aku udah titip ke Yuni.”

“Oiyo.. tolong khong ke Yuni yo aku titip aqua gelas duo” Siska : “Oke”

Novita : “Kamsia Sis”

Dalam data sebelas ditemukan serpihan kata verba yaitu “khong” yang sama artinya dengan kata beritahu dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

Dalam data satu ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “khong” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “khong” dituturkan oleh siswa 1 yang ingin meminta bantuan kepada temannya. Oleh karena itu kata tersebut merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(10)

(7) Kata liam = minum Tuturan 14

Santy : “Ki, kau mau pesan apo?”

Kiky : “Aku pengen liam teh dingin San, pesanin yo!” Santy : “Okelah”

Dalam data empat belas ditemukan serpihan kata verba yaitu “liam” yang sama artinya dengan kata minum/meminum dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

Dalam data empat belas ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “liam” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “liam” dituturkan oleh siswa 1 yang ingin mana ingin memberikan informasi kepada siswa 2 Oleh karena itu kata tersebut merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(8) Kata chok = membuat Tuturan 15

Devi : “Pak Gun, ndak masukkan sore ini oi?”

Cindy : “Ndak kayaknyo, tadi kelas sebelah dak masuk Bapak tuh”

Devi : “Ling, ayok chok pr bae kito daripada dak ado gawe” Ailing : “Ayoklah”

Dalam data lima belas ditemukan serpihan kata verba yaitu “chok” yang sama artinya dengan kata membuat dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

(11)

Dalam data lima belas ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “chok” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “chok” dituturkan oleh siswa 1 yang ingin memberikan informasi kepada lawan bicaranya. Oleh karena itu kata tersebut merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(9) Kata ciak = makan Tuturan 17

Penjual : “Mau ciak tekwan atau mie?” Siswa : “Tekwan bae ii”

Dalam data tujuh belas ditemukan serpihan kata verba yaitu “ciak” yang sama artinya dengan kata makan dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

Dalam data satu ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “ciak” muncul dalam percakapan antara seorang siswa dan pedagang di kantin. Kata “ciak” dituturkan oleh penjual yang ingin mengetahui informasi dari siswa. Oleh karena itu kata tersebut merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

(10) Kata kia-kia = jalan-jalan Tuturan 20

Intan : “Ame agek malam ikut kia-kia yok!”

Ame : “Aduuuh.... aku dak biso lagi banyak kerjoan”

Dalam data dua puluh ditemukan serpihan kata verba yaitu “kia-kia” yang sama artinya dengan kata jalan dalam bahasa Indonesia merupakan verba karena merujuk pada suatu tindakan atau perbuatan.

(12)

Dalam data satu ditemukan serpihan kata kategori verba yaitu “kia-kia” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “kia-kia” dituturkan oleh siswa 1 yang ingin memberikan informasi kepada siswa 2. Oleh karena itu kata tersebut merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori verba.

4.1.1.1.3 Adjektiva

(1) Kata homnia = manja Tuturan 02

Feily : “Kau sering bantu-bantu papa kau dak?” Loren : “Adolah, sekali-sekali paling ce kogek cepai” Feily : “Oooh.. berarti homnia la kau ni dak?”

Dalam data dua ditemukan serpihan kata adjektiva yaitu “homnia” yang sama artinya dengan kata manja dalam bahasa Indonesia yang merupakan adjektiva karena merujuk kepada kata sifat/sifat benda/orang.

Dalam data dua ditemukan serpihan kata kategori adjektiva yaitu “homnia” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa. Kata “homnia” dituturkan oleh siswa 1 yang mana untuk mengomentari sifat temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori adjektiva.

(2) Kata ban-ban = hati-hati Tuturan 05

Gladys : “Sa sebentar yo, aku mau ke ruang kepala sekolah dulu” Theresa : “Okelah, ban-ban yo”

(13)

Dalam data lima ditemukan serpihan kata adjektiva yaitu “ban-ban” yang sama artinya dengan kata hati-hati dalam bahasa Indonesia yang merupakan adjektiva karena merujuk kepada kata sifat/keadaan benda/orang.

Dalam data lima ditemukan serpihan kata kategori adjektiva yaitu “ban-ban” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa. Kata “ban-ban” dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori adjektiva.

(3) Kata phaise = malu Tuturan 09

Teddy : “Andre, agek aku pinjam kalkulator kau yo di kelas” Andre : “Boleh pakeklah, dak usah phaise gitulah”

Dalam data sembilan ditemukan serpihan kata adjektiva yaitu “phaise” yang sama artinya dengan kata malu dalam bahasa Indonesia yang merupakan adjektiva karena merujuk kepada kata sifat benda/orang.

Dalam data sembilan ditemukan serpihan kata kategori adjektiva yaitu “phaise” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa. Kata “phaise” dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk mengomentari sifat temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori adjektiva.

(4) Kata bekhi = lupa Tuturan 12

Silvia : “Siska, tugas makalah udah kau salin ulang belum?” Siska : “Aduh... wa bekhi belum lagi selesai.”

(14)

Dalam data dua belas ditemukan serpihan kata adjektiva yaitu “bekhi” yang sama artinya dengan kata lupa dalam bahasa Indonesia yang merupakan adjektiva karena merujuk kepada sifat benda/orang.

Dalam data dua belas ditemukan serpihan kata kategori adjektiva yaitu “bekhi” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa. Kata “bekhi” dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori adjektiva.

(5) Kata i thia = sakit Tuturan 30

Siswa 1 : “Kayaknyo hari ini aku dak nampak Aldo, dak masuk yo dio?”

Siswa 2 : “i thia, biasolah” Siswa 1 : “Oooh...panteslah.”

Dalam data tiga puluh ditemukan serpihan kata adjektiva yaitu “i thia” yang sama artinya dengan kata sakit dalam bahasa Indonesia yang merupakan adjektiva karena merujuk pada keadaan suatu benda/orang.

Dalam data tiga puluh ditemukan serpihan kata kategori adjektiva yaitu “i thia” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa. Kata “i thia” dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori adjektiva.

(15)

4.1.1.1.4 Adverbia

Campur kode tataran kata juga didapati dalam kata yang berkategorikan adverbia yang berarti kata yang dipakai untuk memberikan keterangan atau penjelasan pada suatu kalimat.

(1) Kata cekogek cepai = seminggu sekali Tuturan 02

Feily : “Kau sering bantu-bantu papa kau dak?” Loren : “Adolah, sekali-sekali paling ce kogek cepai” Feily : “Oooh.. berarti homnia la kau ni dak?”

Dalam data dua ditemukan serpihan kata “ce kogek cepai” yang sama artinya dengan kata seminggu sekali dalam bahasa Indonesia yang merupakan adverbia karena merujuk pada suatu keterangan yaitu keterangan waktu.

Dalam data dua ditemukan serpihan kata kategori adverbia yaitu “ce kogek cepai” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “ce kogek cepai” dituturkan oleh siswa yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya.

(2) Kata loso = lama Tuturan 10

Gladys : “Oi, cepatlah nulis tuh!”

Cindy : “Ini dikit lagi selesai, tunggu sebentar” Agnes : “Hakim tampoklah Cin!”

(16)

Dalam data dua ditemukan serpihan kata “loso” yang sama artinya dengan kata lama dalam bahasa Indonesia yang merupakan adverbia karena merujuk pada suatu keterangan yaitu keterangan waktu.

Dalam data dua ditemukan serpihan kata kategori adverbia yaitu “loso” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “loso” dituturkan oleh siswa yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya, dan merupakan peristiwa campur kode pada tataran kata kategori adverbia.

(3) Kata tan = nanti Tuturan 21

Cindy : “Natalian, le kemarin ado pinjam latihan mtk aku dak sih?”

Natalia : “Oiyo-iyo, tanlah yo pas di kelas aku balikin” Cindy : “Oke Nat, soalnyo aku masih ado yang belum tuh”

Dalam data dua puluh satu ditemukan serpihan kata “tan” yang sama artinya dengan kata nanti dalam bahasa Indonesia yang merupakan adverbia karena merujuk pada suatu keterangan yaitu keterangan waktu.

Dalam data dua puluh satu ditemukan serpihan kata kategori adverbia yaitu “tan” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Kata “tan” dituturkan oleh siswa yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya, dan merupakan peristiwa campur kode pada tataran kata kategori adverbia.

(17)

4.1.1.1.5 Numeralia

Campur kode tataran kata juga didapati dalam kata yang berkategorikan numeralia yang berarti kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud (orang, benda atau binatang).

(1) Kata cap ji tiampua = setengah dua belas Tuturan 03

Yandi : “Agek ado les dak Kin? Jam berapo?” Akin : “Iyo ado cap ji tiampua.”

Dalam data tiga ditemukan serpihan kata numeralia “cap ji tiampua” yang sama artinya dengan kata setengah dua belas dalam bahasa Indonesia, dan merupakan numeralia karena merujuk pada kata angka/bilangan.

Dalam data tiga ditemukan serpihan kata kategori numeralia yaitu “cap ji tiampua” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa etnis Tionghoa. Kata tersebut dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori numeralia.

(2) Kata cepau = sebungkus Tuturan 16

Siswa : “Ce, ini cepau berapo duit?” Penjual : “Cheng go”

Dalam data enam belas ditemukan serpihan kata numeralia “cepau” yang sama artinya dengan kata sebungkus dalam bahasa Indonesia, dan merupakan numeralia karena merujuk pada kata yang digunakan untuk menghitung banyaknya wujud suatu benda.

(18)

Dalam data enam belas ditemukan serpihan kata kategori numeralia yaitu “cepau” muncul dalam percakapan antara seorang siswa dengan pedagang makanan di kantin sekolah. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa Kata tersebut dituturkan oleh siswa yang mana untuk mendapatkan informasi dari si pedagang merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori numeralia.

(3) Kata cheng go = seribu lima ratus Tuturan 16

Siswa : “Ce, ini cepau berapo duit?” Penjual : “Cheng go”

Dalam data enam belas ditemukan serpihan kata numeralia “cheng go” yang sama artinya dengan kata sebungkus dalam bahasa Indonesia, dan merupakan numeralia karena merujuk pada kata yang digunakan untuk menghitung harga suatu benda berupa angka/bilangan.

Dalam data enam belas ditemukan serpihan kata kategori numeralia yaitu “cheng go” muncul dalam percakapan antara seorang siswa dengan pedagang makanan di kantin sekolah. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa Kata tersebut dituturkan oleh si penjual yang mana untuk memberikan informasi kepada siswa merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori numeralia.

(4) Kata nokai = dua kali Tuturan 19

Fani : “Tumben dak ado foto oi, biaso sehari minimal nokai foto jepret-jepret”

(19)

Cindy : “Dak adolah, lagi rame orang”

Dalam data enam belas ditemukan serpihan kata numeralia “cepau” yang sama artinya dengan kata sebungkus dalam bahasa Indonesia, dan merupakan numeralia karena merujuk pada kata yang digunakan untuk menghitung banyaknya wujud suatu benda.

Dalam data enam belas ditemukan serpihan kata kategori numeralia yaitu “cepau” muncul dalam percakapan antara seorang siswa dengan pedagang makanan di kantin sekolah. Kedua penutur ini beretnis Tionghoa Kata tersebut dituturkan oleh siswa yang mana untuk mendapatkan informasi dari si pedagang merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori numeralia.

(5) Kata capkau = sembilan belas Tuturan 23

Bela : “Umur cece kau berapo Na?”

Mariana : “Di atas kito dua tahun, cap kau lah kiro-kiro” Bela : “Ohh... seumuran cece akulah”

Dalam data dua puluh tiga ditemukan serpihan kata numeralia “capkau” yang sama artinya dengan kata sembilan belas dalam bahasa Indonesia, dan merupakan numeralia karena merujuk pada kata angka/bilangan.

Dalam data dua puluh tiga ditemukan serpihan kata kategori numeralia yaitu “capkau” muncul dalam percakapan dua orang siswa beretnis Tionghoa Kata tersebut dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk memberikan informasi

(20)

kepada temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori numeralia.

(6) Kata sapek cheng = tiga ratus ribu Tuturan 25

Anton : “Hen, ini baru atau seken?”

(mengambil hardisk yang dipegang Hendra) Hendra : “Bukan punyo aku tuh, sepupu aku baru beli” Anton : “Kui lui ne?”

Hendra : “Sapek ceng, murah dak?” Anton : “Murahlah tuh!”

Dalam data dua puluh lima ditemukan serpihan kata numeralia “sapek ceng” yang sama artinya dengan kata tiga ratus ribu dalam bahasa Indonesia, dan merupakan numeralia karena merujuk pada kata yang digunakan untuk menghitung harga suatu benda berupa angka/bilangan .

Dalam data dua puluh lima ditemukan serpihan kata kategori numeralia yaitu “sapek ceng” muncul dalam percakapan dua orang siswa beretnis Tionghoa Kata tersebut dituturkan oleh siswa 2 yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran kata yang termasuk dalam kategori numeralia.

4.1.1.2 Campur Kode Tataran Frasa

Selain pada tataran kata, campur kode juga terdapat pada tataran frasa yaitu gabungan dua kata atau lebih yang tidak predikatif. Campur kode tataran frasa dapat terlihat pada pembahasan data berikut ini.

(21)

(1) Frasa hakim tampok = cepat sedikit Tuturan 10

Gladys : “Oi, cepatlah nulis tuh!”

Cindy : “Ini dikit lagi selesai, tunggu sebentar” Agnes : “Hakim tampoklah Cin!”

Gladys : “Iyo kau ni nulis kok loso nianlah”

Dalam data sepuluh ditemukan serpihan frasa “hakim tampok” yang sama artinya dengan frasa cepat sedikit dalam bahasa Indonesia, yang merupakan frasa dan unsur intinya adalah pembentuk kata keterangan yaitu keterangan waktu.

Dalam data sepuluh ditemukan serpihan kata frasa kategori adverbia yaitu “hakim tampok” muncul dalam percakapan antara tiga orang siswa beretnis Tionghoa. Frasa “hakim tampok” dituturkan oleh siswa yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran frasa yang termasuk dalam kategori adverbia.

(2) Frasa ane ho ciak = enak sekali Tuturan 13

Kiki : “Oi, cicip dak!”

(sambil memberikan kotak puding ke teman-temannya) Santy : “Boleh-boleh”

(sembari mengambil puding” “Wah... ane ho ciak yo”

Dalam data tiga belas ditemukan serpihan frasa “ane ho ciak” yang sama artinya dengan frasa enak sekali dalam bahasa Indonesia, yang

(22)

merupakan frasa dan unsur intinya adalah pembentuk kata sifat/keadaan suatu benda.

Dalam data tiga belas ditemukan serpihan kata frasa kategori adjektiva yaitu “ane ho ciak” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Frasa “ane ho ciak” dituturkan oleh siswa yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran frasa yang termasuk dalam kategori adjektiva.

(3) Frasa ceng sui = cantik sekali Tuturan 18

Theresa : “Fan, jangan ngambeklah” “Ceng suilah kau hari ini”

Dalam data delapan belas ditemukan serpihan frasa “ceng sui” yang sama artinya dengan frasa cantik sekali dalam bahasa Indonesia, yang merupakan frasa dan unsur intinya adalah pembentuk kata sifat/keadaan suatu benda/orang.

Dalam data delapan belas ditemukan serpihan kata frasa kategori adjektiva yaitu “ceng sui” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Frasa “ceng sui” dituturkan oleh siswa yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran frasa yang termasuk dalam kategori adjektiva.

(4) Frasa tan cebania = tunggu sebentar Tuturan 24

Vivi : “Jess, mau ke kantin dak?”

(23)

Vivi : “Yolah”

Dalam data dua puluh empat ditemukan serpihan frasa “tan cebania” yang sama artinya dengan frasa tunggu sebentar dalam bahasa Indonesia, yang merupakan frasa dan unsur intinya adalah pembentuk kata keterangan yaitu keterangan waktu.

Dalam data dua puluh empat ditemukan serpihan kata frasa kategori adverbia yaitu “tan cebania” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Frasa tersebut dituturkan oleh siswa yang mana untuk memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran frasa yang termasuk dalam kategori adverbia.

(5) Frasa le kak wa = kamu dan saya Tuturan 26

Vivi : “Lovi, besok ke rumah yo!” Lovi : “Ngapoin?”

Vivi : “Le kak wa samo-samo bawain styrofoam, mau dak?” Lovi : “Oooh....iyo-iyo Vi”

Vivi : “Kamsia”

Dalam data dua puluh enam ditemukan serpihan frasa “le kak wa” yang sama artinya dengan frasa kamu dan saya dalam bahasa Indonesia, yang merupakan frasa dan unsur intinya adalah kata nomina.

Dalam data dua puluh enam ditemukan serpihan kata frasa kategori nomina yaitu “le kak wa” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Frasa tersebut dituturkan oleh siswa yang mana untuk

(24)

memberikan informasi kepada temannya merupakan campur kode tataran frasa yang termasuk dalam kategori nomina.

(6) Frasa semik hii = film apa Tuturan 29

Cindy : “Natalia, lepai nonton yok?” Natalia : “Semik hii”

Irene : “Insidious be yok?” Natalia : “Boleh-boleh”

Dalam data dua puluh sembilan ditemukan serpihan frasa “semik hii” yang sama artinya dengan frasa film apa dalam bahasa Indonesia, yang merupakan frasa dan unsur intinya adalah kata nomina.

Dalam data dua puluh sembilan ditemukan serpihan kata frasa kategori nomina yaitu “semik hii” muncul dalam percakapan antara dua orang siswa beretnis Tionghoa. Frasa tersebut dituturkan oleh siswa yang mana untuk meminta informasi dari temannya merupakan campur kode tataran frasa yang termasuk dalam kategori nomina.

4.1.2 Faktor Penyebab Campur Kode

Peristiwa campur kode tidak muncul karena tuntutan situasi, tetapi ada hal lain yang menjadi faktor terjadinya campur kode itu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa faktor penyebab terjadinya campur kode, antara lain sebagai berikut.

(25)

(1) Kedwibahasaan dalam masyarakat

Kedwibahasaan sebagai wujud dalam peristiwa kontak bahasa menyebabkan adanya proses campur kode. Dalam penelitian ini siswa siswi SMA Xaverius 1 yang merupakan dwibahasawan secara sengaja atau tidak sengaja cenderung menggunakan dua bahasa atau lebih dalam satu percakapan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan percakapan berikut: Tuturan 2

Feily : “Kau sering bantu-bantu papa kau dak?” Loren : “Adolah, sekali-sekali paling ce kogek cepai” Feily : “Oooh.. berarti homnia la kau ni dak?”

Tuturan 25

Anton : “Hen, ini baru atau seken?”

(mengambil hardisk yang dipegang Hendra) Hendra : “Bukan punyo aku tuh, sepupu aku baru beli” Anton : “Kui lui ne?”

Hendra : “Sapek ceng, murah dak?” Anton : “Murahlah tuh!”

Pada tuturan 2 dan 25 peristiwa campur kode terjadi karena faktor kedwibahasawaan si penutur. Para penutur pada percakapan di atas semuanya beretnis Tionghoa, yang mana penutur tersebut menguasai atau mampu menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi. Kedwibahasaan ini dapat dilihat dari seringnya para siswa beretnis Tionghoa tersebut

(26)

mengeluarkan ujaran-ujaran atau serpihan-serpihan kosakata dialek Hokkian dalam berinteraksi sesama siswa.

(2) Kebiasaan penutur

Campur kode juga dapat terjadi karena kebiasaan penutur menggunakan bahasa ibu (B1) dan bahasa kedua(B2). Hal tersebut dilakukan agar percakapan atau interaksi antara siswa satu dengan siswa yang lain lebih santai, komunikatif dan lebih akrab. Percampuran bahasa karena kebiasaan penutur tersebut dapat dilihat dari percakaperikut:

Tuturan 11

Novita : “Sis, mau ke kantin yo?” Siska : “Iyo, mau nitip dak?”

Novita : “Ndak, tadi aku udah titip ke Yuni.”

“Oiyo.. tolong khong ke Yuni yo aku titip aqua gelas duo” Siska : “Oke”

Novita : “Kamsia Sis”

Tuturan 26

Vivi : “Lovi, besok ke rumah yo!” Lovi : “Ngapoin?”

Vivi : “Le kak wa samo-samo bawain styrofoam, mau dak?” Lovi : “Oooh....iyo-iyo Vi”

Vivi : “Kamsia”

Pada percakapan 11 dan percakapan 26 terjadi faktor kebiasaan penutur, yaitu tercampurnya bahasa ibu (B1) bahasa Mandarin dialek

(27)

Hokkian dan bahasa kedua (B2) bahasa Melayu Jambi dalam percakapan antar siswa.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian analisis campur kode bahasa Mandarin dialek Hokkian dalam bahasa Melayu Jambi pada interaksi antar siswa SMA Xaverius 1 Kota Jambi sesuai dengan tujuan awal yakni untuk mengetahui wujud campur kode dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa campur kode dalam interaksi siswa tersebut. Proses mendapatkan data dilakukan peneliti dengan teknik observasi langsung dilakukan dengan cara simak catat, yaitu peneliti mencatat data bahasa dan konteksnya. Mengingat peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan alat perekam/handphone untuk itu peneliti perlu pengamatan yang cukup baik dalam memperhatikan dialog percakapan antar penutur.

Penelitian ini menggunakan metode simak. Teknik dasar metode simak adalah teknik sadap. Dengan teknik ini peneliti menyadap percakapan antar siswa di sekolah tersebut. Selanjutnya adalah peneliti menggunakan teknik simak bebas libat cakap dimana peneliti hanya mengamati penggunaan bahasa yang dituturkan oleh siswa tersebut. Teknik lanjutan berikutnya yang digunakan adalah teknik catat yaitu dengan cara membuat catatan-catatan sesuai dengan apa yang dituturkan oleh penutur.

Peneliti melakukan penelitian dengan teknik analisis data teknik model alir dari pendapat Miles dan Huberman yaitu dengan langkah reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk keabsahan data. Adapun triangulasi yang peneliti gunakan

(28)

adalah triangulasi data. Kegiatan ini dilakukan untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data yang telah ada.

Setelah dilakukan penelitian terdapat 30 tuturan yang mengandung wujud campur kode dan 2 faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam interaksi antar siswa di SMA Xaverius 1 Kota Jambi. Wujud campur kode yang diperoleh dari hasil penelitian adalah (1) campur kode dalam tataran kata yang meliputi nomina seperti kata lokho, ii, le, cece, koko, lui, lepai., verba seperti kata cokang, ai khi, ciok, khua, ai theng, khong, liam, chok, ciak, kia-kia., adjektiva seperti kata homnia, ban-ban, phaise, bekhi, i thia., adverbia seperti kata cekogek cepai, loso, tan., numeralia seperti kata cap ji tiampua, cepau, ceng go, nokai, capkau, sapek ceng, (2) campur kode tataran frasa seperti frasa adverbial yaitu hakim tampok, tan cebania., frasa nomina seperti kata le kak wa, semik hii., dan frasa adjektiva yaitu, ane ho ciak, ceng sui. Sedangkan, campur kode tataran klausa tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Faktor penyebab terjadinya campur kode dalam interaksi siswa di sekolah tersebut karena adanya kedwibahasaan dan kebiasaan para siswa mencampurkan antara bahasa ibu dalam hal ini dialek Hokkian dan bahasa kedua bahasa Melayu Jambi saat berbicara.

(29)

54 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik simpulan bahwa wujud campur kode dalam interaksi antar siswa terdiri dari 30 tuturan yaitu (1) campur kode dalam tataran kata yang meliputi nomina seperti kata lokho, ii, le, cece, koko, lui, lepai., verba seperti kata cokang, ai khi, ciok, khua, ai theng, khong, liam, chok, ciak, kia-kia., adjektiva seperti kata homnia, ban-ban, phaise, bekhi, i thia., adverbia seperti kata cekogek cepai, loso, tan., numeralia seperti kata cap ji tiampua, cepau, ceng go, nokai, capkau, sapek ceng, (2) campur kode tataran frasa seperti frasa adverbial yaitu hakim tampok, tan cebania., frasa nomina seperti kata le kak wa, semik hii., dan frasa adjektiva yaitu, ane ho ciak, ceng sui.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya campur kode dalam interaksi siswa di SMA Xaverius 1 Kota Jambi karena adanya kedwibahasaan dan kebiasaan para siswa mencampurkan antara bahasa ibu dalam hal ini dialek Hokkian dan bahasa kedua bahasa Melayu Jambi saat berbicara. Selain itu, untuk membuat situasi ujar lebih santai, akrab, dan komunikatif.

(30)

5.2. Saran

Saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kepada pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan wawasan tentang ragam bahasa dan permasalahan bahasa yang ada.

2) Untuk peneliti lain yang ingin meneliti kajian sosiolinguistik agar dapat memperdalam kajian mengenai campur kode, alih kode, ataupun interferensi

3) Untuk pihak sekolah khususnya SMA Xaverius 1 Kota Jambi, diharapkan agar terus dapat menjaga keadaan sosial yang harmonis, mengingat beragamnya etnis siswa yang ada di sekolah tersebut.

(31)

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah,A. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

Aslinda dan Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Chaer, A dan Agustina, Leoni. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1976. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik Ed. Keempat. Jakarta: Gramedia. Mahsun, M.S. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers. Mardalis. 2006. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Miles, M dan Huberman, M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Novitasari, F. 2014. Analisis Campur Kode Dalam Film Negeri 5 Menara. Jambi: Universitas Jambi.

Purba,A. 2011. Sosiolinguistik Teoritis. Jambi: Universitas Jambi.

Rahardi, K. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Data. Duta Wacana

University Press.

Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik- Bagian Pertama Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suwito. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik. Surakarta : Henary Offset Solo. Tim Penyusun FKIP UNJA. 2008.Pedoman Penulisan Skripsi. Jambi: Fakultas

(32)

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Hokkien#Bahasa_Hokkien_dan_bahasa_Indonesia). Diakses: Januari 2015

http://hendrysetiawan.blogspot.com/2012/12/campur-kode-di-pasar-flamboyan-pontianak.html. Diakses: Desember 2014

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini, ditemukan campur kode yang muncul berupa: (1) Latar belakang campur kode dalam pembelajaran secara internal, karena penggunaan kata yang

Berdasarkan dari hasil analisis dari data artikel terkait dengan potensi dari teh hijau (Camellia Sinensis) untuk kecantikan wajah kata – kata yang paling sering

Hasil uji validitas ulang terhadap kedua puluh tiga pertanyaan menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan adalah valid, dengan nilai Alpha Croncbach yang lebih besar dari sebelumnya,

Hasil analysis of varians dua jalur menunjukkan bahwa kelompok anak yang memiliki konsep diri positif yang belajar dalam pembelajaran berbasis portofolio memiliki rata-rata

Seseorang yang mempunyai kejadian traumatik akan mengalami gangguan fisik, seperti tubuh bereaksi secara otomatis terhadap ancaman bahaya, yang ditandai dengan.. kewaspadaan

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel, indikator pertama pada siklus kedua ini telah mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya motivasi siswa yang

Setelah melakukan pengamatan, pengambilan dan identifikasi sampel maka jumlah species yang dapat ditemukan pada wilayah HPGW yaitu delapan belas spesies, lima genus

Kategori sangat rendah sebanyak 4,34% atau 1 murid, kategori rendah sebanyak 4,34% atau 1 murid, kategori sedang sebanyak 39,13% atau 9 murid, kategori tinggi sebanyak 17,29% atau 4