• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Tempo.co

Majalah Berita Mingguan Tempo lahir pada tahun 1971 atas prakarsa sekelompok wartawan muda di Jakarta4. Awalnya keinginan Goenawan Mohamad untuk membuat majalah yang berbeda dari bentuk-bentuk yang sudah ada terealisasi melalui kelahiran majalah Ekspress pada 1969. Tapi kemudian terjadi pertikaian dalam tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang membuat Goenawan Mohamad hengkang dari Ekspress. Namun tekad untuk mendirikan majalah sendiri tetap kuat di batin Goenawan dan rekan-rekan. Dimodali Rp 20 juta oleh Yayasan Jaya Raya milik pengusaha Ciputra, digawangi orang-orang majalah Djaja dan mantan personel Ekspress, lahirlah Tempo.

Dalam susunan redaksi tercantum nama Goenawan Mohamad sebagai ketua dewan redaksi, Bur Rasuanto sebagai wakil ketua, Usamah sebagai redaktur pelaksana, Fikri Djufri, Toeti Kakiailatu, Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan, Syu‟bah Asa, Zen Umar Purba, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, Isma Sawitri dan Putu Wijaya sebagai anggota dewan redaksi.

(2)

Ada empat alasan pemilihan kata Tempo sebagai nama majalah. Pertama, nama itu singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan. Kedua, nama itu terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. Ketiga, nama itu bukan simbol suatu golongan. Dan keempat, “Tempo” yang berarti waktu dengan segala variasinya lazim digunakan oleh banyak penerbitan seluruh dunia.

Edisi perdana Tempo, 6 Maret 1971, menurunkan laporan utama mengenai kecelakaan yang menimpa Minarni, pemain badminton andalan Indonesia di arena Asian Games di Bangkok, Thailand (Harsono, 2005:95). Pemilihan angle laporan berjudul “Bunyi „Kraak‟ dalam Tragedi Minarni” itu dianggap tepat, segar, dan renyah. Gaya penulisan ini terinspirasi dari mingguan berita Time dan Newsweek di Amerika Serikat. Baru tiga minggu terbit, Tempo mendapat surat dari pembaca yang menilai Tempo meniru Time dalam segala hal. Surat ini ditanggapi dengan kalimat iklan pada terbitan 26 Juni 2001, “Tempo meniru Time? Benar Tempo meniru waktu, selalu tepat, selalu baru”. Sekilas cover Tempo memang mirip Time dengan pinggiran segi empat berwarna merah. Bahkan, pada 1973, Time menggugat Tempo melalui pengacara Widjojo, namun akhirnya dapat diselesaikan dengan damai.

Tapi Tempo diciptakan oleh orang-orang berjiwa seni yang senang dengan pekerjaannya. Oplah penjualan edisi pertama sebanyak 10.000 eksemplar dan edisi kedua 15.000 eksemplar mampu menepis keraguan Zainal Abidin, bagian sirkulasi Tempo, yang menganggap majalah ini tidak

(3)

akan laku. Kemajuan penjualan Tempo meningkat pesat hingga pada tahun ke-10, penjualan Tempo mencapai sekitar 100.000 eksemplar. Perjalanan Tempo bukannya tanpa rintangan. Tanggal 12 April 1982, Tempo dibredel selama dua bulan karena mengeluarkan artikel yang mengindikasi kecurangan pada PEMILU tahun 1982. Pembredelan itu dicabut pada 7 Juni 1982 setelah Goenawan membubuhkan tandatangan di secarik kertas berisi permintaan maaf dan kesediaan untuk dibina oleh pemerintah baru dengan nama Editor. Alasannya karena manajemen yang amburadul dan konflik antarpribadi. Bukan hanya sekali, eksodus terjadi lagi pada 1990. Sebanyak 20 orang keluar dari Tempo. Mereka sebagian membentuk majalah Prospek dan sebagian lagi bergabung dengan harian Berita Buana. Kali ini alasan eksodus besar-besaran itu bukan manajemen atau konflik antarpribadi, tetapi tawaran pendapatan yang lebih tinggi dan isu Kristenisasi yang dilontarkan oleh orang dalam.

Pada Juni 1994, Tempo kembali dibredel bersama Editor dan Detik. Kali ini alasannya ialah laporan utama tentang pembelian kapal perang bekas dari Jerman Timur oleh B.J. Habibie, orang kepercayaan Soeharto. Laporan itu turun dalam edisi 11 Juni 1994 dan sebulan kemudian, tepatnya 21 Juni 1994, Tempo dibredel. Janet Steele menemukan dua teori mengenai pembredelan ini. Pertama, pembredelan itu merupakan akumulasi ketidaksukaan Presiden Soeharto kepada Tempo. Laporan soal kapal hanya satu dari sekian banyak laporan yang membuat Soeharto dan kalangannya geram. Teori kedua, pembredelan itu merupakan akibat dari konflik internal

(4)

dalam rezim Soeharto. Tempo dianggap terlalu dekat dengan Benny Moerdani, salah satu pendukung Soeharto yang berbenturan dengan pendukung Soeharto dari kalangan Islam. Kali ini pencabutan bredel sangat sulit.

Meskipun dibredel, Tempo punya cara sendiri untuk tetap eksis dan menyapa pembacanya. Pada 1996, Tempo meluncurkan majalah digital pertama di Indonesia, Tempo Interaktif, melalui situs http://www.tempo.co. Karena beredar di dunia maya, majalah ini lolos dari jangkauan pembredelan. Setelah rezim Soeharto runtuh, barulah Tempo muncul lagi. Edisi perdana Tempo pasca pembredelan terbit 6 Oktober 1998 dengan format baru.

Tempo.co sendiri adalah media online yang saat ini masih eksis dengan berita-beritanya yang sangat kritis.

4.1.1.1 Visi Misi Tempo.co

Visi Tempo ialah menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.

Misi Tempo ialah:

- Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.

(5)

- Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal dan politik.

- Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa dan tampilan visual yang baik.

- Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik.

- Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuan zaman.

- Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor.

- Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual

4.1.1.2 Konten Tempo.co

Media Online Tempo.co memiliki konten berita sebagai berikut - Nasional - Bisnis - Metro - Dunia - Bola - Sport - Gaya - Seleb - Tekno

(6)

- Otomotif - Travel 4.1.1.3 Struktur Tempo

- Pemimpin Redaksi / Penanggung Jawab : Arif Zulkifli

- Redaktur Eksekutif : Budi Setyarso

- Dewan Eksekutif

Arif Zulkifli (Ketua), Daru Priyambodo, Gendur Sudarsono, Yuli Ismartono, Hermien Y. Kleden, Wahyu Muryadi, Budi Setyarso, Burhan Sholikin, Lestantya.R. Baskoro, M. Taufiqurohman

4.1.2 Viva.co.id

Viva.co.id yang sebelumnya bernama vivanews.com adalah portal berita online yang dikelola oleh PT. Viva Media Baru, anak perusahaan PT Visi Media Asia Tbk. yang juga mengelola bisnis penyiaran Antv, tvOne, Sport One, viva+. Situs berita viva.co.id diluncurkan tanggal 17 Desember 2008. Didasari oleh kepercayaan akan kekuatan new media Anindya Bakrie mendirikan viva.co.id dengan merekrut sejumlah wartawan dari majalah Tempo yang telah berpengalaman untuk mendirikan dan mengembangkan viva.co.id. Presiden Komisaris dan Chairman dari PT Visi Media Asia adalah Anindya Bakrie. Pada tahun 2010, adik Anindya yaitu Anindra Ardiansyah Bakrie terpilih menjadi Direktur PT Visi Media Asia.

(7)

Pemberitaan viva.co.id mencakup berita sosial, politik, bisnis, nasional, dunia, sains dan teknologi, sport, bola, otomotif, showbiz, sorot, wawancara, fokus, forum dan blog. Pada tahun 2010, viva.co.id menempati posisi ke-14 dalam daftar situs yang paling banyak dikunjungi di Indonesia, dan saat ini menempati viva co.id menempati posisi ke-5 sebagai situs berita online indonesia yang sering dikunjungi (sumber: alexa.com).

46Situs viva.co.id bisa diakses 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu melalui komputer pribadi laptop, telepon seluler, dan PDA. Tampilan situs viva.co.id menggabungkan teks, foto, video dan suara. Bila dibandingkan dengan sesama situs berita online lain yaitu metrotvnews.com, viva.co.id menampilkan berita dengan gaya bahasa yang intelek dan menghibur serta lebih mendalam, di mana metrotvnews.com menyampaikan berita dengan lebih ringan dan pendek.

Selain memberikan jasa pemberitaan yang dilaporkan oleh wartawan yang bekerja di viva.co.id, situs ini juga menerima informasi dari pembaca yang berminat melaporkan berita yang mereka anggap penting melalui fitur U-Report atau yang saat ini sedang populer yaitu menjadi citizen journalism. Situs ini juga dibuat untuk dapat diakses melalui telepon seluler, komputer tablet, dan PDA. Dengan adanya fitur ini masyarakat akan menjadi seorang yang peka terhadap keadaan yang ada disekitarnya. Sebagai langkah menuju kesempurnaan, perkembangan viva.co.id ini sangat pesat untuk menjadi motor bagi kemajuan negeri melalui pengetahuan dan modernisasi gaya hidup, yaitu dengan desain garfis yang menarik, kombinasi warna yang

(8)

atraktif, dan konten-konten bermutu serta dikemas dalam tampilan yang mempesona. Dalam portal media online viva.co.id terdapat beragam konten-konten yang menarik yaitu viva news, viva Bola, viva blog, viva forum, dan viva life.

4.1.2.1 Visi Misi Viva.co.id

Viva dalam bahasa latin berarti hidup, Viva dapat juga merupakan singkatan dari Victory for Indonesia, Victory for All. Hiduplah Indonesia-ku, hiduplah tanah air-ku tercinta. Viva.co.id adalah situs yang melayani informasi dan berita mengutamakan kecepatan serta kedalaman. Viva.co.id bagian dari upaya mencerdaskan bangsa melalui jurnalisme cerdas, tajam, berimbang, dan menghibur.

4.1.2.2 Konten Viva.co.id

Media Online Viva.co.id mempunyai konten berita sebagai berikut : - Politik - Bisnis - Nasional - Metro - Dunia - Saintek - Sorot

(9)

- Wawancara - Fokus - Cerita Anda - Bola - Life - Otomotif 4.1.2.3 Struktur Viva.co.id

Presiden Komisaris : Rizal Mallarangeng

Komisaris : Anindya N. Bakrie, Erick Thohir, Andi Zulkarnain Presdir/ CEO : A. Ardiansyah Bakrie

Pemimpin Redaksi : Totok Suryanto

Director of Business Dev. : R. Bismarka Kurniawan Chief Finance Officer : Santana Muharam

Chief Human Capital : Triharry D. Oetji Chief Sales & Marketing : Gunawan Wibisono Chief Technology Officer : Jullian Ghaffar Pelaksana Harian Redaksi : Aries Margono

Redaktur Pelaksana : Maryadi, Renne R.A Kawilarang

(10)

4.3 Hasil Penelitian

Penulisan berita sebenarnya adalah pembingkaian terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi. Yang kemudian dibangun di atas tulisan untuk dijadikan berita, yang nantinya dibaca oleh masyarakat luas. Dalam Penelitian ini penelitian ini peneliti memilih topik Penggusuran Kampung Pulo, Jakata Utara, yang saat ini sedang marak diperbincangkan di kalangan masyarakat, sedangkan peneliti menggunakan dua media online yang saling bertentangan untuk penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan dua media adalah untuk membandingkan Konstruksi yang dibangun media tersebut. Salah satu media online yang peneliti gunakan adalah Tempo.co, peneliti mengambil berita yang dimuat dalam Tempo.co mulai tanggal 20 Agustus – 15 September 2015, hasilnya peneliti mendapatkan 57 berita terkait Penggusuran Kampung Pulo. Lalu, media online kedua yang peneliti angkat adalah Viva.co.id peneliti mendapatkan 65 berita terkait Penggusuran Kampung Pulo yang diambil dari periode 20 Agustus – 15 September 2015.

Pada Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai pembingkaian berita Penggusuran Kampung Pulo di dua media, yakni Tempo.co dan Viva.co.id dengan menggunakan Metode Analisis Framing model Robert N. Entman. Dalam Analisis Framing model Entman terdapat empat elemen, yaitu Define Problems, Diagnose Causes, Make Moral Judgment dan Treatment Recommendation.

Karena terdapat begitu banyak berita yang menyangkut Penggusuran Kampung Pulo maka peneliti mengambil lima berita yang sangat penting atau

(11)

merujuk dari kedua media online tersebut. Berita-berita tersebut dinilai peneliti sangat mewakili dari Penggusuran Kampung Pulo yang terjadi.

4.3.1 Frame Penggusuran Kampung Pulo di Media Onlie Tempo.co dan Viva.co.id

Tempo.co dan Viva.co.id sebagai media online yang memuat banyak berita mengenai Penggusuran Kampung Pulo ini memiliki 57 berita dari Tempo.co dan 65 berita dari Viva.co.id, terhitung sejak periode 20 Agustus – 15 September 2015. Dilihat begitu banyaknya berita, peneliti mengambil 5 berita dari masing-masing media online, yang sangat menjurus dan mengkritik untuk Penggusuran Kampung Pulo.

4.3.1.1 Analisis Framing

Berikut adalah analisis Framing dari berita Tempo.co yang berjudul Penggusuran Kampung Pulo Ricuh, 500 Personel Polda Diturunkan, yang diterbitkan pada tanggal 20 Agustus 2015, dengan berita dari Viva.co.id yang berjudul Bentrok di Kampung Pulo, Polisi Serang dan Rusak RS Hermina yang diterbitkan pada hari yang sama.

Tabel. 4.1 Analisis Framing Berita Pertama Elemen

Framing

Tempo.co Viva.co.id

Define Problems

Tempo.co membingkai kasus Penggusuran Kampung Pulo yang terjadi pada tanggal 20

Viva.co.id membingkai kasus Penggusuran Kampung Pulo yang di muat pada lamannya,

(12)

Agustus 2015 sebagai bentuk dari penolakan warga yang tidak mau rumah mereka dibongkar. Dalam pendefinisian yang coba dijelaskan oleh Tempo.co, awal terjadi masalah dimulai dari negosiasi yang dilakukan secara persuasif dari Polisi dengan warga Kampung Pulo untuk pindah saat relokasi. Namun, warga masih bersih keras dan pasang badan untuk tidak pindah, saat mesin backhoe dihidupkan, warga menjadi tersulut emosinya dan polisi menembakkan peluru untuk meredam warga. Dalam hal ini, Tempo.co menilai bahwa sikap warga sangat keras dalam menolak penggusuran yang mengakibatkan

pada tanggal 20 Agustus 2015, menilai bahwa tindakan Satpol PP yang memukul pegawai RS Hermina dan merusak RS Hermina adalah konflik utama. Viva.co.id menuliskan bahwa Petugas Satpol PP melakukan pemukulan tanpa adanya alasan. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu pegawai RS Hermina, bahwa dia tidak tau kenapa dipukuli, dan RS Hermina dirusak. RS Hermina yang terletak 200 meter menjadi sasaran Satpol PP dalam tindak pengamanan, namun dalam tindakannya Satpol PP melakukan tindak kekerasan. Dalam hal ini, Viva.co.id menilai bahwa masalah utamanya adalah terletak dari sikap Satpol PP yang melakukan tindak kekerasan terhadap Pegawai RS

(13)

kesulitan Polisi untuk membongkar rumah.

Hermina dan Pengrusakan RS Hermina.

Dignose Causes Tempo.co memposisikan tokoh dalam Penggusuran Kampung Pulo ini menjadi dua pihak. Pihak pertama adalah pihak yang menggusur, yakni Polisi, Satpol PP dan Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana. Dalam pihak Polisi terdapat Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Muhammad Iqbal sebagai pihak yang melakukan negosiasi dengan Warga Kampung Pulo. Di pihak kedua ada Warga Kampung Pulo yang rumahnya dibongkar. Dalam penempatan posisi, Tempo.co menempatkan Warga Kampung Pulo sebagai pihak

Viva.co.id memposisikan tokoh dalam Penggusuran Kampung Pulo ini menjadi dua pihak. Pihak Pertama adalah sebagai pelaku atau tersangka dalam berita ini. Pelaku yang dimaksud adalah Satpol PP. Viva.co.id memposisikan Satpol PP adalah pihak yang salah, karena sikapnya yang memukul karyawan RS Hermina dan merusak RS Hermina. Sedangkan yang kedua adalah korban, dalam Viva.co.id, korban yang dimaksud adalah para karyawan RS Hermina, yakni Suwandi, Bahrudin, Putra, Ilyas, Subur, Sarnito, M Syafii, dan Abdillah. Yang menarik dalam berita

(14)

yang salah karena tidak mengikuti aturan untuk pindah. Namun, Tempo.co sendiri tidak mewawancari salah satu Warga Kampung Pulo.

Viva.co.id adalah tidak adanya keterangan dari pihak Satpol PP. Viva.co.id melalui

keterangan Suwandi

menempatkan Satpol PP pelaku utama.

Make Moral Judgement

Penilaian Moral yang dibuat Tempo.co dalam isi beritanya adalah, menilai bahwa negosiasi yang dilakukan oleh Polisi dengan Warga Kampung Pulo tidak ditemukan kata sepakat. Serta sikap bersih kerasnya warga Kampung Pulo yang tidak mau pindah.

Penilaian Moral yang dibuat Viva.co.id dalam isi beritanya adalah menilai bahwa sikap Satpol PP yang melakukan tindakan kekerasan terhadap Pegawai RS Hermina dan Pengrusakan RS Hermina dinilai sebagai penilaian moral.

Treadment Recomendation

Penyelesaian masalah yang didefinisikan oleh Tempo.co dalam Penggusuran Kampung Pulo adalah dengan sikap Polisi yang menembakkan peluru untuk

Penyelesaian masalah yang dimuat dalam Viva.co.id dalam pemberitaannya adalah dengan melakukan penanganan medis untuk korban-korban kekerasan Satpol PP. Korban yang terluka

(15)

menenangkan warga dan keputusan Walikota untuk

tetap melakukan

pembongkaran selama seminggu kedepan tetap dilakukan.

dirawat di RS Hermina itu sendiri.

Dalam analisis framing, terlihat jelas diantara kedua belah media, bahwa tidak adanya cover both side, untuk memastikan kebenaran yang terjadi dengan mewawancari pihak lain. Dalam hal ini kedua belah media terlihat tidak adil dalam memberitakan.

Berikut adalah analisis framing kedua, peneliti mengambil judul Penggusuran Kampung Pulo, Apa Penyebab Ricuh Warga vs Aparat yang diterbitkan di halaman Tempo.co, pada tanggal Kamis, 20 Agustus 2015 | 14:31 WIB. Sedangkan untuk Viva.co.id peneliti mengambil berita Eksekusi Kampung Pulo, Polisi Tahan 10 Warga Kampung Pulo Diduga Bakar Alat Berat, yang diterbitkan pada tanggal Jum'at, Jum'at, 21 Agustus 2015 | 16:43 WIB.

(16)

Tabel. 4.2 Analisis Framing Berita Kedua Elemen Framing Tempo.co Viva.co.id Define Problems

Dalam berita yang dimuat oleh Tempo.co pada halamannya, define problem yang dibuat oleh Tempo.co adalah Keributan yang terjadi saat pembongkaran di Kampung Pulo. Tempo.co menilai masalah dari keributan tersebut dimulai dari gagalnya kesepakatan antara Warga Kampung Pulo dan Camat Jati Negara. Setelah gagalnya kesepakatan, warga yang menolak rumahnya digusur, melempari batu ke arah Satpol PP.

Dalam berita yang dimuat oleh Viva.co.id pada halamannya, masalah yang ditulis yakni, penahanan 10 orang yang diduga sebagai pelaku pembakaran alat berat. Viva.co.id menilai saat keributan terjadi ada warga yang membakar alat berat dengan menggunakan bom molotov. Pada mulanya, Polisi mengamankan 27 orang warga Kampung Pulo, namun Polisi menahan 10 orang dari 27 orang tersebut yang diduga membakar alat berat, untuk diproses lebih lanjut.

Diagnose Causes

Tempo.co menuliskan beberapa tokoh dalam beritanya, diantaranya Ketua

Viva.co.id menuliskan beberapa tokoh dalam beritanya, diantaranya Perwakilan warga

(17)

Komunitas Ciliwung Merdeka Sandyawan Sumardi, Kepala Kepolisian Resor Jakarta Timur Komisaris Besar Umar Farouq, Camat Jatinegara Sofyan Taher, Warga Kampung Pulo, Kepolisian dan Satpol PP. Dalam beritanya, Tempo.co memposisikan Warga Kampung Pulo sebagai pihak awal keributan. Namun, korban yang yang berjatuhan dating dari kedua belah pihak, yakni Warga Kampung Pulo 2 orang, dan 2 anggota Kepolisian dan Satpol PP.

Kampung Pulo, Kholili, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Umar Faroq, Satpol PP dan 27 Warga Kampung Pulo yang diamankan oleh Polisi.

Make Moral Judgement

Penilaian Moral yang dibuat oleh Tempo.co adalah Camat Jatinegara Sofyan

Taher, menolak

Penilaian Moral yang dibuat oleh Viva.co.id terhadap warga Kampung Pulo adalah menetapkan 10 orang sebagai

(18)

menandatangani surat kesepakatan yang diajukan oleh Warga Kampung Pulo. Warga Kampung Pulo meminta untuk hanya merobohkan rumah yang sudah dikosongkan pemiliknya, aparat menyetujui kesepakatan itu, namun Sofyan Taher selaku Camat Jatinegara menolaknya.

tersangka yang membakar alat berat, saat penggusuran Kampung Pulo Terjadi.

Treadment Recomendation

Penyelesaian masalah yang ditulis dalam Tempo.co

adalah dengan

menyemprotkan Gas Air mata kepada warga Kampung Pulo. Tindakan ini guna untuk meredam emosi warga yang tidak rela rumahnya dibongkar. Selain daripada itu, pihak Polisi mengamankan 27 warga

Penyelesaian masalah yang dibuat Viva.co.id ada beberapa hal, dari pihak Kholili mengatakan 10 orang ditahan karena diduga membakar alat berat saat penggusuran Kampung Pulo dengan bom molotov. Sedangkan dari pihak Kepolisian sudah membebaskan 27 orang yang diamankan karena adanya jaminan dari

(19)

Kampung Pulo, dan 10 diantaranya ditahan terkait kerusuhan.

pihak keluarga masing-masing, namun proses hukum tetap berjalan.

Pada Analisis untuk berita kedua ini ada hal yang sama diantara kedua media, yakni dengan menetapkan 10 dari 27 orang Warga Kampung Pulo sebagai tersangka pembakaran alat berat. Namun, pada pernyataan Kaporles Umar yang dimuat pada halaman Viva.co.id, menjelaskan bahwa dia sudah membebaskan 27 orang melalui jaminan dari pihak keluarga masing-masing, namun proses hukum tetap berjalan untuk mereka.

Berikut adalah analisis framing untuk berita ketiga, dalam berita ketiga ini peneliti mengambil berita Penggusuran Kampung Pulo, Ahok Bisa Kena Pasal Korupsi jika Lakukan Ini, yang dimuat pada halalam Tempo.co pada tanggal Sabtu, 22 Agustus 2015 | 07:44 WIB. Dan untuk Viva.co.id adalah Kapolda: Warga Kampung Pulo Jangan Memaksa Ganti Rugi yang dimuat pada tanggal Jum'at, 21 Agustus 2015 | 14:26 WIB.

Tabel. 4.3 Analisis Framing Berita Ketiga Elemen

Framing

Tempo.co Viva.co.id

Define Problems

Tempo.co menilai masalah dalam beritanya adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak akan

Viva.co.id menilai masalah utama dalam beritanya adalah Warga Kampung Pulo jangan memaksa untuk meminta uang

(20)

memberikan uang ganti rugi. Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta menegaskan, tidak ada ganti rugi, sebab mereka mendirikan bangunan di atas tanah Negara. Selain itu, Tempo.co menilai bahwa bagi mereka yang memberikan uang ganti rugi kepada Warga Kampung Pulo akan dianggap sebagai bentuk Korupsi.

ganti rugi atas pembongkaran paksa. Sebab, berapa persen pun yang diberikan oleh Pemerintah, itu bisa dinilai sebagai bentuk pidana Korupsi. Viva.co.id mengatakan juga bahwa kebijakan ini adalah demi kebaikan warga Kampung Pulo, yang setiap tahun terkena banjir.

Diagnose Causes

Dalam isi beritanya Tempo.co menuliskan dua tokoh penting, yakni Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Tito dan Ahok dinilai Tempo.co sebagai dua tokoh yang tidak setuju untuk memberikan uang

Dalam isi beritanya, Viva.co.id hanya menaruh satu tokoh, yakni Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian. Viva.co.id menempatkan Tito sebagai orang yang tidak pro terhadap rakyat, dengan menyatakan bahwa pemberian uang ganti rugi bagi Warga Kampung Pulo, yang tidak

(21)

ganti rugi kepada Warga Kampung Pulo.

sesuai aturan bisa dikenakan pidana korupsi

Make Moral Judgement

Penilaian Moral yang dibuat oleh Tempo.co dalam beritanya, yakni Warga Kampung Pulo menuntut ganti rugi atas penggusuran, namun pihak Pemprov DKI

Jakarta tidak

memberikannya, dan menetapkan bentuk memberikan ganti rugi dalam kategori Korupsi. Penilaian moral yang kedua adalah menetapkan warga Kampung Pulo salah, karena mendirikan bangunan di tanah Negara. Maka kesimpulannya, warga Kampung Pulo yang rumahnya digusur untuk relokasi Sungai Ciliwung, di mana warga Kampung Pulo

Penilaian mora yang dibuat oleh Viva.co.id dalam isi beritanya, yakni menyuruh warga Kampung Pulo agar tidak memaksa Pemprov DKI Jakarta untuk memberikan uang ganti rugi. Dalam penilaiannya, berapa persen pun yang diberikan bila itu tidak sesuai dengan hukum akan ditindak pidana Korupsi. Maka, dalam penilaian moralnya, tidak ada uang ganti rugi dari Pemprov DKI Jakarta, warga Kampung Pulo yang merupakan warga yang kurang mampu, setelah rumahnya digusur untuk kepentingan Relokasi Sungai Ciliwung, dan tidak mendapatkan uang ganti rugi, menambah kesulitan bagi warga

(22)

adalah warga yang kurang mampu, menambah kesulitan hidupnya.

Kampung Pulo

Treadment Recomendation

Penyelesaian masalah yang diberikan oleh Tempo.co adalah dengan tidak memberikan uang ganti rugi atas tuntutan warga Kampung Pulo. Selain itu, Ahok juga sudah melakukan mediasi dengan Warga Kampung Pulo.

Penyelesaian masalah yang ditulis oleh Viva.co.id adalah dengan tidak memberikan uang ganti rugi atas tuntutan warga Kampung Pulo. Selain itu, Tito meminta untuk warga agar tetap tenang dan tidak memaksa kepada Pemprov DKI Jakarta.

Pada analisis framing ketiga ini banyak sekali ditemukan kesamaan antara kedua media. Yang membedakan hanya pada narasumber, pada Tempo.co selain ada Tito, ada pula Ahok sebagai narasumber. Sedangkan, pada Viva.co.id tidak adanya Ahok sebagai narasumber, hanya menggunakan Tito sebagai narasumber tunggal.

Dan berikut adalah hasil analisis framing untuk berita keempat. Tempo.co mengangkat berita Korban Penggusuran Tak Cocok Tinggal di Rumah Susun, Pelit?, yang diterbitkan pada Selasa, 15 September 2015 | 14:44 WIB. Sedangkan, Viva.co.id mengangkat berita Warga Kampung Pulo Berdesakan Tinggal di

(23)

Rumah Susun, yang diterbitkan pada tanggal berbeda dengan Tampo.co, yakni pada Senin, 31 Agustus 2015 | 12:21 WIB.

Tabel. 4.4 Analisis Framing Berita Keempat Elemen

Framing

Tempo.co Viva.co.id

Define Problem

Masalah dalam berita Tempo.co adalah warga Kampung Pulo yang mengalami relokasi, dan kemudian dipindah ke rusun, merasa tidak cocok tinggal di rusun. Alasannya disebabkan Warga yang sudah sedari puluhan tahun tinggal di Kampung, di mana mereka sudah mempunyai tingkat sosialiasi tinggi antar warga.

Masalah dalam berita yang ditulis oleh Viva.co.id adalah jumlah rusun yang ada tidak bisa menampung semua Warga yang direlokasi. Jumlah Rusunawa yang ada di Jatinegara hanya 519, sedangkan jumlah Kelompok Keluarga ada 912. Selain itu, adanya 162 rusunawa yang ditempati lebih dari 1 Kelompok Keluarga. Kesimpulan dari masalah yang ditulis Viva.co.id adalah, Rusun menjadi padat penduduk.

Diagnose Causes

Ada satu tokoh penting dalam Konstruksi yang ditulis oleh Tempo.co, yakni Direktur Komunitas Ciliwung Merdeka

Ada dua tokoh penting dalam berita yang ditulis oleh Viva.co.id, yakni Lurah Kampung Melayu, Bambang

(24)

Sandyawan Sumardi. Dan untuk mendukung opini dari Sandyawan ada narasumber dari warga Kampung Pulo yang tinggal di rusun, yakni Evi Zaini.

Pangestu dan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rusun Wilayah 3, Sayid Ali.

Make Moral Judgment

Penilaian Moral yang terkandung dalam berita tersebut adalah, nilai sosialisasi yang sudah lekat ada pada masyarakat Kampung Pulo, tidak bisa diterapkan pada Rusun, sebab tempat tinggal yang berbentuk vertikal tersebut membuat masyarakat tidak bisa saling ngobrol, karena tidak adanya ruang.

Penilaian Moral yang dinilai oleh Viva.co.id, dengan tidak seimbangnya antara jumlah Rusunawa dan Warga yang direlokasi tidak sesuai, hal ini mengakibatkan kepadatan dalam rusunawa. Serta, Pemerintah DKI Jakarta dinilai belum menyiapkan alternatif untuk warga Kampung Pulo yang direlokasi dengan baik.

Treadment Recomendation

Penyelesaian masalah yang dimuat oleh Tempo.co adalah, warga kampung Pulo mengubah cara hidupnya. Dari yang menjadi warga Kampung, menjadi warga Rusun.

Penyelesaian masalah yang dimuat oleh Viva.co.id adalah, dengan melakukan pendataan, dan warga yang tak tertampung dipindah ke rusunawa lain.

(25)

Dalam analisis framing untuk berita keempat, semua elemen framing yang digunakan berbeda hasil. Dengan berbedanya hasil ini, menunjukkan Konstruksi yang dibangun oleh kedua belah media sangat berbeda jauh.

Dan berikut adalah analisis framing untuk berita kelima, Tempo.co mengangkat judul Jakarta Temukan 3 Pelanggaran Penggusuran Kampung Pulo, yang dimuat pada Rabu, 26 Agustus 2015 | 22:38 WIB. Sedangkan, Viva.co.id mengangkat judul LBH: Sudah 3.433 Kepala Keluarga Digusur Ahok Sejak Januari yang dimuat pada Rabu, 26 Agustus 2015 | 15:17 WIB.

Tabel. 4.5 Analisis Framing Berita Kelima

Elemen Framing Tempo.co Viva.co.id

Define Problem Masalah yang didefinisikan Tempo.co adalah menurut Lembaga Bantuan Hukum menemukan 3 Pelanggaran HAM yang terjadi saat penggusuran Kampung Pulo. Pelanggaran pertama adalah Satpol PP yang masuk ke Pemukiman Warga tanpa melakukan musyawarah, yang kedua Pemerintah tidak memberikan surat perintah secara tertulis kepada Warga

Masalah yang didefiniskan oleh Viva.co.id adalah Penggusuran-penggusuran yang terjadi di Jakarta banyak yang tidak sesuai dengan standar HAM. Selain mengidentifikasi masalah sebagai sebuah pelanggaran HAM, diindeifikasi juga Pemerintah tidak memberikan solusi kepada Warga yang rumahnya digusur paksa.

(26)

sebelum pembongkaran, dan yang ketiga adanya tingkat pengamanan berlebihan. Diagnose Causes Tokoh yang dimuat Tempo.co

adalah Pengacara Publik dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Matthew Lenggu. Matthew dalam posisinya menempatkan diri sebagai seorang pengacara yang membela hak-hak warga Kampung Pulo.

Dalam hal ini Viva.co.id mengambil Kepala Divisi Penelitian dan Pusat Dokumentasi Bantuan Hukum LBH Jakarta, Pratiwi Febry. Pratiwi diposisikan sebagai orang yang mengkritisi Penggusuran yang terjadi di Jakarta banyak yang tidak sesuai dengan HAM.

Make Moral Judgement

Penilaian moral yang dibuat oleh Tempo.co adalah menilai bahwa hal-hal yang dilakukan selama proses penggusuran, mulai dari sosialisasi hingga pembongkarannya, banyak ditemukan pelanggaran HAM. Penilaian moral ditujukan berat kepada Pemerintah yang dalam sikapnya sangat keras

Penilaian moral yang dibuat oleh Viva.co.id adalah menilai bahwa penggusuran-penggusuran yang terjadi di Jakarta banyak yang tidak sesuai dengan HAM. Dan menilai Pemerintah DKI Jakarta sebagai pelindung, kurang memikirkan bagaimana Warga yang digusur ke depannya. Dan tidak

(27)

terhadap warga Kampung Pulo.

memberikan ganti rugi.

Treadment Recommendation

Penyelesaian masalah ada tiga, yakni adanya tindakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan, membentuk peraturan daerah yang mengatur penggusuran yang mengadopsi standar HAM dan menuntut agar pemerintah melakukan penggantian ganti rugi. Dalam ketiga penyelesaian masalah tersebut, LBH berpihak kepada warga Kampung Pulo dan menuntut Pemerintah.

Penyelesaian masalah yang dimuat dalam Viva.co.id hanya menekankan bahwa Pemprov DKI Jakarta sebagai pelindung, harus memikirkan nasib Warga yang digusur, baik dengan relokasi dan pemberian ganti rugi.

Pada analisis berita yang kelima, perbedaan hanya terjadi pada ruang lingkup. Tempo.co lebih mengedepankan tentang Penggusuran yang berlaku di Kampung Pulo, sedangkan Viva.co.id banyak menyinggung daerah-daerah lain selain Kampung Pulo.

(28)

4.4 Pembahasan

Define Problem adalah elemen pertama yang digunakan untuk

mengidentifikasi penyebab masalah. Penggusuran Kampung Pulo atau yang lebih tepatnya relokasi adalah bentuk dari proyek Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam relokasi sungai Ciliwung. Kampung Pulo yang terletak di pinggiran Sungai Ciliwung ini, kerap kali terkena banjir setiap tahunnya. Upaya yang dilakukan oleh Pemprov. DKI Jakarta ini bertujuan untuk, mengembangkan prasarana dan sarana pengendalian banjir dengan pemulihan dan pengembangan situ dan waduk serta normalisasi sungai. Hal tersebut tertuang dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 Bab IV Pasal 6.

Pernyataan ini didukung pula oleh Basuki Tjahaja Purnama selaku Gubernur DKI Jakarta yang mengatakan, Warga yang lahannya digusur digunakan untuk normalisasi Sungai Ciliwung. Namun, menggusur sebuah pemukiman warga tidaklah mudah, banyak masalah yang terjadi, seperti memberikan pengarahan kepada Warga Kampung Pulo agar pindah, di mana dalam musyawarah dengan Warga tidak menemukan kata sepakat. Seperti yang terjadi pada berita Tempo.co Warga, kata Sandyawan, juga mengajukan surat kesepakatan bersama tentang penggusuran. Isinya, permintaan agar penggusuran hanya dilakukan kepada rumah yang sudah dikosongkan pemiliknya. Aparat menyetujuinya. Namun, Camat Jatinegara Sofyan Taher menolak menandatangani surat tersebut.

(29)

Bukan hanya susahnya musyawarah dengan Warga Kampung Pulo yang sulit, namun pembingkaian utama dari berita Penggusuran Kampung Pulo yakni sama oleh kedua media, terjadinya bentrok dengan warga. Viva.co.id menkonstruksi isi beritanya lebih menekankan kesalahan kepada Pemprov DKI Jakarta yang dinilai bertindak kasar dalam penggusuran, bahkan Viva.co.id menuliskan Satpol PP selaku petugas yang menggusur malah menghajar Pegawai Rumah Sakit Hermina, dan merusak ruang IGD RS Hermina. Seperti dalam pernyataan salah satu korban, yakni Suwandi mengatakan beberapa Satpol PP dan Sabhara datang ke sini menyuruhnya masuk, tapi dia yang dihajar padahal dalam situasinya tidak ada warga yang masuk ke RS tersebut. Dari pernyataan tersebut jelas Viva.co.id menilai posisi Pemprov. DKI Jakarta sebagai pelaku dari kekerasan yang terjadi di Kampung Pulo.

Sedangkan, Tempo.co. lebih membela terhadap Pemerintah, peneliti menilai kosntruksi berita yang dibangun lebih mengarah positif kepada Pemprov. DKI Jakarta. Dimulai dari warga bersepakat tak akan melakukan perlawanan dan memancing keributan. Terdapat dua kata yakni “Perlawanan” dan “memancing”, dua kata ini jelas sangat memiliki arti penting dan berkesinambungan. Kata pertama adalah perlawanan, perlawanan berarti warga akan melawan bila apa yang disepakati tidak disetujui, dan hal ini didukung dengan memancing keributan. Warga tidak akan melakukan perlawanan dan keributan bila tidak dipancing

(30)

Namun pada kenyataannya, penolakan permintaan Warga Kampung Pulo oleh Camat Jatinegara Sofyan Taher, karena dirinya mengikuti aturan yang berlaku dan dirasa benar. Berawal dari penolakan tersebut terjadilah kerusuhan di Kampung Pulo. Pernyataan Peneliti yang mengatakan bahwa Tempo.co sangat mendukung penggusuran Kampung Pulo terlihat dari hasil pantauan Tempo di lokasi, Tempo.co menuliskan keributan yang terjadi di Jalan Jatinegara Barat, Jatinegara, Jakarta Timur itu diawali dengan aksi lempar batu dilakukan warga kepada Satpol PP yang berada di belakang Kepala Kepolisian Resor Jakarta Timur. Pelemparan batu berbuntut tembakan gas air mata yang diarahkan kepada kerumunan warga.

Peneliti melihat ulasan yang dibuat Tempo.co mengenai Penggurusan Kampung Pulo adalah suatu bentuk kerja atau aturan yang memang seharusnya dilakukan. Meski penghuni Kampung Pulo meminta kesepakatan, pada akhirnya tetap dilakukan pembongkaran rumah-rumah atas dasar peraturan.

Diagnose Causes adalah elemen kedua yang digunakan untuk membingkai

siapa yang dianggap sebagai tokoh dari suatu peristiwa, atau mengidentifikasi kekuatan yang menyebabkan masalah. Dalam tahap ini, dapat terlihat bahwa ada yang dianggap sebagai pelaku dan juga ada yang dianggap sebagai korban. Namun, kedua media tidak hanya membuat itu saja, ada pihak dari luar yang membela Warga Kampung Pulo.

Dari isi berita yang ditulis oleh Tempo.co mengenai Penggusuran Kampung Pulo. Tempo.co telah membingkai siapa (who) yang diangkat

(31)

sebagai penyebab masalah. Tempo.co memposisikan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Satpol PP, Polisi, Camat Jatinegara Sofyan Taher, sebagai Pihak yang benar menurut peraturan yang berlaku, karena menurut Perda DKI Jakarta, daerah tersebut memang harus direlokasi untuk kepentingan rehabilitasi Sungai Ciliwung. Selain alasan itu, ada pula tidak diberikannya uang ganti rugi kepada warga yang disebabkan tanah yang ditinggali adalah Tanah Negara. Maka dapat diartikan Warga Kampung Pulo salah karena menempati Tanah Negara, sehingga harus digusur, dan pula tanah tersebut bagian dari rehabilitasi sungai Ciliwung.

Selanjutnya Warga Kampung Pulo diposisikan pihak yang salah oleh Tempo.co, selain karena alasan yang sudah peneliti sebutkan diatas, ada pula sikap dari Warga Kampung Pulo yang tidak mau rumahnya digusur. Sikap ini dimuat dalam Tempo.co, di mana warga membuat barisan untuk menghalang

backhoe merobohkan rumah mereka. Dan tidak hanya itu, warga pun

melempari dengan batu dan membakar alat berat. Berita tersebut menguatkan bahwa sikap warga yang tak mematuhi aturan yang berlaku adalah salah.

Selain dua posisi tersebut, ada Lembaga Bantuan Hukum (LBH). LBH diposisikan sebagai tokoh yang membela hak Warga Kampung Pulo. Alasan peneliti menempatkan LBH sebagai pihak ketiga yang membela warga adalah, sikapnya yang menyatakan bahwa Penggusuran Kampung Pulo banyak terjadi pelanggaran HAM. Serta, LBH menilai Pemprov. DKI Jakarta sebagai pelindung masyarakat harusnya bisa memberikan uang ganti rugi. Dua alasan

(32)

itu yang menjadikan peneliti menempatkan LBH sebagai pihak ketiga dalam Penggusuran Kampung Pulo.

Sedangkan Viva.co.id berbeda dengan Tempo.co. Viva.co.id memposisikan bahwa Warga Kampung Pulo dan Pegawai RS Hermina sebagai korban dalam Penggusuran. Alasan peneliti menempatkan sebagai korban karena sikap Satpol PP yang menyerang RS Hermina dan pegawainya, seperti yang dimuat dalam berita Bentrok di Kampung Pulo, Polisi Serang dan Rusak RS Hermina, yang diterbitkan pada Kamis, 20 Agustus 2015 | 15:49 WIB. Alasan kedua adalah jatuhnya korban akibat penggusuran, korban tersebut adalah warga Kampung Pulo. Dua alasan itu yang menempatkan Pemprov. DKI Jakarta melalui tim penggusurnya menjadi pelaku.

Dalam Viva.co.id pun menyebutkan LBH. LBH memposisikan diri sama dalam Tempo.co, yakni tokoh ketiga yang membela Warga Kampung Pulo. Dan menilai penggusuran tidak sesuai dengan aturan HAM yang berlaku. LBH juga menekan pemerintah untuk memberikan uang ganti rugi.

Maka, kesimpulan dari Diagnose Causes ini terlihat sangat jelas, Tempo.co dan Viva.co.id menempatkan tokoh yang sama dengan posisi yang lain. Pemprov. DKI Jakarta dinilai Tempo.co benar karena melakukan peraturan yang berlaku mengenai penggusuran. Sedangkan, Viva.co.id menempatkan Pemprov. DKI Jakarta sebagai pelaku kekerasan atas sikapnya memukul Pegawai RS Hermina.

(33)

Make moral judgement adalah elemen framing yang digunakan untuk melihat penilaian moral yang dikenakan kepada penyebab masalah dan pemberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat.

Penilaian moral kepada Pemerintah DKI Jakarta terhadap Warga Kampung Pulo, terlihat dari sikap Pemerintah DKI Jakarta yang sudah melakukan proses pemberitahuan tentang penggusuran Kampung Pulo sudah sejak lama. Bahkan sehari sebelum pembongkaran, prroses negosisasi yang secara persuasif masih dilakukan dilakukan Pemerintah DKI Jakarta dengan Warga Kampung Pulo. Serta Pemprov. DKI Jakarta yang dinilai oleh LBH sebagai pelindung Warga malah melakukan penggusuran yang merugikan warga, karena tidak diberikannya uang ganti rugi, serta menurunkan banyak pasukan. Seperti yang dimuat pada berita Tempo.co dengan judul Penggusuran Kampung Pulo, Ahok Bisa Kena Pasal Korupsi jika Lakukan Ini dan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Temukan 3 Pelanggaran Penggusuran Kampung Pulo.

Di lain pihak adanya pihak ketiga yang muncul dalam kasus ini, yakni Lembaga Bantuan Hukum, yang menilai bahwa penggusuran Kampung Pulo setidaknya melakukan tiga pelanggaran. Seperti yang dikatakan oleh Matthew, ada tiga pelanggaran yakni pergerakan Satpol PP yang merangsek masuk ke pemukiman warga tanpa melakukan upaya musyawarah, kedua pemerintah melakukan penggusuran tanpa memberikan surat perintah pembongkaran secara tertulis, ketiga adanya tindakan pengamanan berlebihan dengan

(34)

menurunkan 4 kompi anggota kepolisian, ribuan Satpol PP dan TNI angkatan darat.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) mengidentifikasi kasus Penggusuran Kampung Pulo tidak dilakukan upaya musyawarah, padahal pihak Pemerintah DKI Jakarta sudah melakukan itu sejak lama sebelum penggusuran terjadi. Selain itu, penilaian moral dalam berita ini yang utama dikenakan kepada warga Kampung Pulo yang melakukan tindakan anarkis, seperti melempari petugas Satpol PP dengan batu, membakar backhoe, Tempo.co mengungkapkan alasan dibalik terjadinya tindakan tersebut dikarenakan sikap Camat yang tidak menyetujui kesepakatan dengan Warga Kampung Pulo.

Namun, yang terjadi Tempo.co mendefinisikan bahwa tindak Penggusuran Kampung Pulo tersebut adalah kebijakan yang baik bagi warga dari Pemerintah DKI Jakarta, dan harus dilakukan sesuai rencana. Alasan terjadinya kerusuhan yang terjadi di Penggusuran Kampung Pulo adalah sikap warga yang tidak mau pindah tempat tinggal dari Kampung Pulo. Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta menjadi pedang bermata dua, di satu sisi merugikan warga Kampung Pulo di mana tempat tinggal mereka selama berpuluh-puluh tahun tinggal dibongkar, dan di sisi lain pihak Pemerintah DKI Jakarta dinilai tidak pro dengan rakyat, karena dinilai melakukan pembongkaran paksa.

Sedangkan pada Viva.co.id, penilaian moral yang ada berupa sikap Satpol PP yang sangat disayangkan. Sikap Satpol PP yang melakukan pemukulan terhadap Pegawai RS Hermina dan merusak fasilitas Hermina dinilai tidak sesuai dengan tugasnya sebagai Satpol PP. Viva.co.id menilai bahwa

(35)

Pemprov. DKI Jakarta tidak menjalankan tugasnya sebagai Pemerintah yang melindungi warganya. Hal ini bisa dilihat dari berita Viva.co.id, Polisi Tahan 10 Warga Kampung Pulo Diduga Bakar Alat Berat dan LBH: Sudah 3.433 Kepala Keluarga Digusur Ahok Sejak Januari.

Dalam dua berita tersebut, Viva.co.id menilai Pemprov. DKI Jakarta melakukan penggusuran dengan paksa. Dari penelitian yang dilakukan LBH Jakarta sejak Januari- Agustus 2015, didapati Pemprov DKI merupakan pelaku terbanyak penggusuran paksa. Menurut analisis yang mereka lakukan, diketahui jumlah penggusuran paksa tersebut, yaitu 21 kasus dengan jumlah korban 2.484 kepala keluarga dan 358 unit usaha. Serta Pratiwi selaku anggota LBH menilai menyayangkan sikap Pemprov. DKI Jakarta yang seharusnya menjadi pelindung Hak Warga malah menjadi pelanggar HAM.

Maka dapat disimpulkan bahwa Penilaian Moral yang dilakukan oleh kedua media adalah sama. Menilai bahwa Pemprov. DKI Jakarta yang seharusnya menjadi Pelindung Hak Warganya malah melakukan penggusuran, dan yang membedakan hanya pada sikap Pemprov. DKI Jakarta sebelum pengggusuran, dalam Tempo.co Pemrov. DKI Jakarta sudah dinilai baik dengan melakukan musyawarah sebelumnya. Namun, Viva.co.id menilai penggusuran tersebut adalah pemaksaan.

Treadment Recommendation adalah elemen keempat dalam Analisis

Framing model Robert. N. Entman. Pada elemen ini membahas tentang penyelesaian masalah yang dibuat oleh media.

(36)

Penyelesaian masalah yang diberikan oleh kedua media adalah sama. Yakni dengan diberikannya Rusunawa di Jatinegara untuk relokasi rumah yang digusur. Namun yang membedakan hanya cara pembingkaian. Tempo.co membingkai dalam beritanya yakni, Korban Penggusuran Tak Cocok Tinggal di Rumah Susun. Dalam ulasan berita tersebut dijelaskan bahwa Warga yang terbiasa tinggal di pemukiman belum terbiasa tinggal di tempat yang berbentuk vertikal. Dalam arti tinggal dengan rumah yang berkotak-kotak yang menyusun dari atas ke bawah. Peneliti menilai bahwa dalam penyelesaian masalah ini ada ketidak cocokan dengan perilaku Warga Kampung Pulo.

Pemberian Rusunawa tidak semudah yang dianggap oleh Pemprov. DKI Jakarta. Pasalnya, warga Kampung Pulo sudah puluhan tahun tinggal di Kampung Pulo, ketika pindah ke Rusunawa Jatinegara yang sangat jauh berbeda, dirasa oleh warga sangat tidak nyaman. Misal seperti yang dicontohkan oleh Evi Zaini, yang menganggap bahwa dia butuh adaptasi untuk tinggal di Rusunawa. Bila setiap hari dia bisa belanja kebutuhan dengan mudahnya karena berada di depan rumahnya, kini dia harus turun lift dulu baru kemudian ke pasar. Hal ini sangat menyulitkan baginya.

Pemberian Rusunawa dinilai adalah langkah yang baik, namun bagi beberapa orang seperti LBH, dengen pemberian uang ganti rugi kepada warga adalah salah satu langkah terbaik dalam menyelesaikan masalah. Sebab, warga yang digusur adalah warga yang dinilai kurang mampu, jadi bantuan berupa uang ganti rugi akan sangat membantu.

(37)

Berbeda dengan Viva.co.id, penyelesaian masalah yang dimuat adalah sama dengan pemberian Rusunawa kepada warga yang direlokasi. Namun, dalam konstruksinya berbeda. Pada berita Viva.co.id, Warga Kampung Pulo Berdesakan Tinggal di Rumah Susun. Viva.co.id lebih memberitakan masalah kepadatan yang ada di Rusunawa daripada cara hidup Warga. Itu adalah perbedaan jelas yang ada pada dua media. Pada berita Viva.co.id tertulis bahwa Rusunawa itu hanya tersedia 519 unit sedangkan, jumlah masyarakat yang tergusur dari Kampung Pulo mencapai 925 kelompok keluarga. Artinya, jumlah warga melebihi unit Rusunawa yang ada. Bahkan ada 162 unit Rusunawa yang ditempati lebih dari satu Kelompok Keluarga, hal ini berarti pendataan yang dilakukan Pemprov. DKI Jakarta tidak tepat, sebab jumlah tidak sesuai. Dan penyelesaian masalah kedua sama dengan Tempo.co, menekan pemerintah untuk memberikan uang ganti rugi kepada warga Kampung Pulo. Pernyataan ini dikuatkan dengan berita Kapolda: Warga Kampung Pulo Jangan Memaksa Ganti Rugi.

Dari treadment recommendation yang ada bisa dilihat bahwa kedua media sama, yakni pemberian rusunawa dan meminta uang ganti rugi. Namun, yang membedakan hanya pada framingnya, Tempo.co menekankan bahwa warga merasa tidak nyaman karena terbiasa tinggal di pemukiman, dan harus pindah ke tempat baru yang berbentuk vertikal. Sedangkan, Viva.co.id menilai bahwa jumlah unit Rusunawa kurang, dan terlalu padat ditinggali.

Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti menemukan banyak hasil yang didapat dengan menggunakan analisis framing Robert N. Entman. Peneliti

(38)

menilai dalam pemberitaan Penggusuran Kampung Pulo melalui Media Online Tempo.co dan Viva.co.id, menemukan bahwa kedua media sangat berbeda dalam mengkonstruksi pemberitaannya. Pada pemberitaan Tempo.co dengan judul Penggusuran Kampung Pulo, Apa Penyebab Ricuh Warga vs Aparat, Tempo.co mengkonstruksi bahwa penyebab masalah adalah sikap dari anarkis warga Kampung Pulo yang melempari Satpol PP dengan batu. Warga Kampung Pulo yang tidak mau pindah ini menahan aparat dengan membuat barikade, sehingga menyebabkan keributan dua belah pihak.

Berbeda dengan hasil penelitian pada Viva.co.id dalam mengkonstruksi berita. Viva.co.id menilai Satpol PP adalah penyebab dari masalah, sikap anarkis Satpol PP yang memukuli Karyawan RS Hermina dan merusak fasilitas RS Hermina menjadi bingkai utama Viva.co.id dalam berita Bentrok di Kampung Pulo, Polisi Serang dan Rusak RS Hermina. Namun, baik Tempo.co dan Viva.co.id dalam berita diatas tidak memiliki cover bothside , yakni tidak melakukan wawancara ke narasumber terkait. Tempo.co hanya mewawancari dari pihak Pemerintah, tanpa mewawancarai salah satu Warga Kampung Pulo. Sedangkan, Viva.co.id hanya mewawancari dari pihak RS Hermina, tidak melakukan wawancara ke pihak Satpol PP.

Hal ini dinilai peneliti sangat jelas konstruksi yang dibangun oleh kedua media. Tempo.co sangat berpihak kepada Pemprov. DKI Jakarta dalam penggusuran, dan Viva.co.id bertentangan dengan Pemprov. DKI Jakarta.

Selain itu, pada berita Rusunawa untuk Warga Kampung Pulo yang direlokasi, terjadi perbedaan konstruksi lagi antar kedua media. Tempo.co

(39)

mengkonstruksi bahwa warga yang tinggal di Rusunawa tersebut sulit melakukan adaptasi, sedangkan Viva.co.id mengkonstruksi bahwa jumlah warga di Rusunawa padat dan tidak mencukupi untuk warga yang tinggal.

Dalam konstruksi yang dibuat oleh kedua media, terlihat isi berita mereka sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari kepentingan lain. Melihat jauh di belakang, saat Pemilihan Presiden 2014, di mana ada dua nama calon yakni, Prabowo & Hatta Rajasa, Jokowi dan Jusuf Kalla. Dua nama tersebut didukung oleh banyak media. Di kubu Prabowo ada media televisi TV One, TV One sendiri dimiliki oleh Aburizal Bakrie dari Partai Golkar. Selain memiliki TV One, Aburizal Bakrie juga pemilik dari media online Viva.co.id. Kekalahan Prabowo pada Pilpres 2014 membuqat Aburizal menjadi pihak oposisi dari Pemerintahan saat ini, termasuk dalam Pemprov. DKI Jakarta. Maka dari itu, konstruksi yang dibuat oleh Viva.co.id terkait isu penggusuran Kampung Pulo menjadi keras dan berlawanan terhadap Pemprov. DKI Jakarta. Berbeda dengan Tempo.co, Tempo yang didirikan oleh Goenawan Mohamad ini adalah pihak yang mendukung Jokowi dalam Pilpres 2014. Hal ini bisa dilihat dari berita-beritanya yang termuat saat Pilpres 2014. Tempo.co sendiri menjadi pihak yang mendukung Pemerintahan dalam konstruksi berita yang dibuatnya. Maka dari itu, konstruksi berita yang dimuat oleh kedua media online Tempo.co dan Viva.co.id sangat dipengaruhi oleh kepentingan Politik dari kedua pemilik media yang masih berbekas dari Pilpres 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Namum sejauh ini, dalam penegakan hukum di dalam masyarakat adat Aceh, masih terdapat kendala-kedala yang dihadapi, sehingga proses pembangunan hukum adat di Indonesia, khususnya di

(20) Diisi nomor urut dari Buku Rekening Barang Kena Cukai Minuman yang Mengandung Etil Alkohol dalam angka.. (21) Diisi kantor yang mengawasi pengusaha pabrik minuman yang

Hasil bordir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu seni berupa benda yang dihasilkan melalui proses atau cara dengan menambah hiasan menggunakan

Retribusi adalah pungutan yang dikenakan pada setiap pengunjung, setiap kendaraan bermotor dan tidak bermotor yang memasuki obyek wisata serta kepada setiap orang

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mengembangkan strategi komunikasi pada

Karyawan yang percaya bahwa kebutuhan mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan mereka cenderung untuk menyarankan cara- cara baru dalam melakukan sesuatu dan membantu