• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE

DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS

DI JAKARTA BARAT

KUKUH GALIH WASKITA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE

DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS

DI JAKARTA BARAT

KUKUH GALIH WASKITA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

KUKUH GALIH WASKITA. Applying of Biosecurity and Hygiene in the Poultry Collecting Facilities in West Jakarta. Under direction by DENNY WIDAYA LUKMAN and CHAERUL BASRI.

Poultry collecting facilities (PCFs) has an important role in distribution chain of poultry in Indonesia. From the veterinary public health’s point of view, PCFs is critical point in the distribution chain of poultry since the PCFs could be a source of distribution and transmission of pathogenic agents which are significant in zoonoses and food safety. This study is aimed to observe the application of biosecurity and hygiene in PCFs in West Jakarta assessed by using checklist which is developed from checklist of veterinary establishment number (Nomor Kontrol Veteriner/NKV) and some literatures. The elements of biosecurity and hygiene which are assessed include building and facilities, practices on management, isolation, poultry movement control, sanitation, environmental cleanliness, and personal hygiene. The results showed that the biosecurity and hygiene practices in the PCFs in West Jakarta categorized as moderate and poor were 41.9% and 58.1%, consecutively. The most critical evidences of biosecurity and hygiene practices included no poultry health inspection on poultry arrived at PCFs (100%). The most seriously evidences involved no isolation cages (87.1%). The most major evidences comprised no disinfection on personnel who enter and exit the PCFs (100%), no disinfection on vehicles which enter and exit the PCFs (100%), personnel do not use personal protection equipment (PPE) (96.8%), location of PCFs in residence and flood area (80.6%), and no hand washing facilities (77.4%). This condition should be highly considered related to public and environmental health.

(4)

ABSTRAK

KUKUH GALIH WASKITA. Penerapan Biosekuriti dan Higiene di Tempat Penampungan Unggas di Jakarta Barat. Di bawah bimbingan DENNY WIDAYA LUKMAN dan CHAERUL BASRI.

Tempat penampungan unggas (TPnU) memiliki peranan penting dalam mata rantai distribusi unggas di Indonesia. Dari aspek kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet), TPnU merupakan titik kritis dalam mata rantai penyediaan unggas karena TPnU dapat menjadi sumber penyebaran agen patogen terkait zoonosis dan keamanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan gambaran penerapan biosekuriti dan higiene pada TPnU di Jakarta Barat yang dinilai dengan checklist yang telah dikembangkan atau modifikasi dari Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dan beberapa pustaka. Penelitian dilakukan dengan metode observasi lapang. Jumlah TPnU yang dinilai sebanyak 31 di 5 kecamatan, yang merupakan semua TPnU yang terdaftar di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat. Komponen biosekuriti dan higiene TPnU yang dinilai meliputi bangunan dan fasilitas, praktek-praktek yang terkait dengan manajemen pemeliharaan, isolasi, pengendalian lalu lintas unggas, sanitasi, kebersihan lingkungan dan higiene personal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa praktek biosekuriti dan higiene di TPnU di Jakarta Barat dikategorikan sedang (41.9%) dan buruk (58.1%). Penyimpangan kritis yang paling banyak ditemukan adalah tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru masuk TPnU (100%). Penyimpangan serius yang banyak ditemukan adalah tidak mempunyai kandang isolasi (87.1%). Sedangkan penyimpangan mayor yang banyak ditemukan adalah tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (100%), tidak dilakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (100%), pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai peralatan alat pelindung diri (APD) minimal (96.8%), lokasi TPnU berada tidak jauh dari pemukiman atau industri serta rawan banjir (80.6%), serta tidak terdapat fasilitas cuci tangan seperti sabun (77.4%). Hal ini perlu mendapat perhatian terkait kesehatan masyarakat dan lingkungan.

(5)

Nama : Kukuh Galih Waskita

NRP : B04104085

Disetujui

Dr. drh. Denny Widaya Lukman, MSi drh. Chaerul Basri Ketua Anggota

Diketahui,

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(6)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

semua nikmat yang telah diberikan kepada penulis dalam menjalani hidup

hingga penulis bisa menyelesaikan studi dan skripsi dengan baik di

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Judul

skripsi yang diambil adalah “Penerapan Biosekuriti dan Higiene di Tempat

Penampungan Unggas (TPnU) di Jakarta Barat “.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1 Bapak Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si selaku pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat yang membangun serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2 Bapak drh. Chaerul Basri selaku pembimbing kedua yang telah sabar dalam membimbing dan mengarahkan dalam penulisan ini.

3 Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat dan Bapak Herbet yang telah banyak membantu dan menemani penulis dalam pengambilan data di lapangan.

4 Ibu Dr. drh. A. Winny Sanjaya, MS selaku dosen penilai dan Bapak drh. Trioso Purnawarman, M.Si selaku dosen penguji.

5 Bapak drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, PhD sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan memotivasi penulis dalam menjalankan studi di FKH IPB serta menjadi orang tua penulis dalam menyelesaikan studi.

6 Ibu Nastiti Kusumorini, PhD selaku Wakil Dekan FKH IPB.

7 Keluarga tercinta (Bapak, Mama, Mbak Titis, Nisa, dan Ajeng) atas cinta, kasih sayang, kelembutan, dan perhatian serta pengorbanannya kepada penulis.

8 Keluarga di Lamongan, keluarga di Solo, keluarga di Magelang, keluarga di Jakarta, serta keluarga besar di Jayapura dan Sorong Papua.

9 Helmayeni Chandra yang telah banyak berkorban dan memberikan semangat serta kasih sayang di setiap waktunya kepada penulis.

10 Teman-teman seperjuangan di ORENZ Family, My Chick, Asteroidea, HMI, BEM Pembaharuan, BEM Harmoni, dan UKM Futsal IPB.

(7)

yang mempunyai satu tujuan membangun Papua.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jayapura pada tanggal 22 Januari 1987.

Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, putra pasangan

Bapak Ir. Partono Hardi Sudarmo dan Ibu Khusnul Hidayah

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada

tahun 1998 di SD Al-Ihsan Jayapura dan pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan ke SMPN 5 Jayapura hingga lulus pada tahun

2001. Pendidikan SMU diselesaikan pada tahun 2004 di SMUN 1

Jayapura. Pada tahun yang sama penulis berkesempatan untuk

melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor (FKH IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

sebagai mahasiswa.

Semasa menjadi mahasiswa FKH IPB, penulis pernah aktif dalam

kegiatan eksternal dan internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) komisariat FKH IPB, HMI Cabang Bogor, dan organisasi

kemahasiswaan sebagai wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

FKH IPB periode 2006-2007, dan sebagai ketua umum UKM Futsal IPB

periode 2007-2008.

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ………. 1 Tujuan ……… 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Tempat Penampungan Unggas ... 3

Biosekuriti ………. 3

Good Practices dan Biosekuriti di TPnU ……… 5

Sistem Pengawasan dengan Menggunakan Checklist ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Alat dan Bahan Penelitian ... 10

Metode Penelitian ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Lokasi dan Titik Koordinat Tempat Penampungan Unggas ... 12

Penilaian Biosekuriti dan Higiene ... 14

Aspek Bangunan dan Fasilitas ... 16

Aspek Manajemen Pemeliharaan ... 23

Aspek Isolasi ... 26

Aspek Pengendalian Lalu Lintas ... 28

Aspek Sanitasi ... 33

Aspek Higiene ... 35

Pembahasan Umum ... 39

SIMPULAN DAN SARAN ………..………. 44

Simpulan ... 44

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ……….…………... 46

(10)

Halaman

1 Jumlah dan kegiatan tempat penampungan unggas di Jakarta

Barat ………. 12

2 Kategori TPnU berdasarkan praktek biosekuriti dan higiene di

Jakarta Barat ……….. 14 3 Penyimpangan yang bersifat kritis, serius, dan mayor pada TPnU

di Jakarta Barat ……….. 15 4 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada bangunan dan

fasilitas TPnU di Jakarta Barat ………. 16 5 Kondisi bangunan dan fasilitas TPnU yang diamati di Jakarta

Barat ... 17 6 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada manajemen

pemeliharaan TPnU di Jakarta Barat ………. 24 7 Kondisi manajemen pemeliharaan unggas di TPnU yang diamati

di Jakarta Barat ... 24 8 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada isolasi TPnU di

Jakarta Barat ……….. 26 9 Praktek isolasi di TPnU yang diamati di Jakarta Barat ... 27 10 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada kontrol lalu

lintas TPnU di Jakarta Barat ………. 28 11 Pengendalian lalu lintas TPnU yang diamati di Jakarta Barat ... 29 12 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada sanitasiTPnU

di Jakarta Barat ………... 33 13 Kondisi sanitasi di TPnU yang diamati di Jakarta Barat ... 34 14 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada higiene TPnU

di Jakarta Barat ……….. 36 15 Kondisi higiene di TPnU yang diamati di Jakarta Barat ... 37 16 Disinfektan yang digunakan dalam peternakan unggas ... 43

(11)

Halaman

(12)

Halaman

1 Checklist biosekuriti dan higiene untuk tempat penampungan

unggas yang digunakan dalam penelitian ………. 47

2 Lokasi dan Koordinat TPnU ... 50

3 Hasil Penilaian TPnU di Jakarta Barat ……… 51

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan akan kecukupan protein hewani dalam diet sehari-hari merupakan kebutuhan mutlak. Tubuh membutuhkan protein-protein untuk metabolisme dan regenerasi sel-selnya. Protein hewani harus terpenuhi dalam jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh dan harus aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, untuk menjamin produk-produk pangan asal hewan ini aman, sehat, utuh, dan halal dalam rangka mewujudkan kesehatan dan ketentraman batin masyarakat, maka setiap unit usaha pangan asal hewan wajib memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi pangan asal hewan tersebut (Azhar 2006).

Produk unggas seperti daging dan telur merupakan pangan asal hewan yang menduduki peringkat teratas dalam hal konsumsinya di Indonesia. Hal ini disebabkan populasinya yang tinggi, harganya relatif terjangkau, gizinya yang tinggi, serta mudah dan berbagai macam cara pengolahannya. Upaya menjaga keamanan pangan asal hewan harus dilakukan mulai dari peternakan sampai dikonsumsi, yang dikenal dengan konsep safe from farm to table.

Berbagai penyakit unggas merupakan ancaman yang sangat serius bagi dunia perunggasan dan manusia karena beberapa diantaranya bersifat zoonosis. Salah satu contoh zoonosis yang saat ini menjadi masalah di dunia dan Indonesia khususnya adalah avian influenza (AI). Indonesia saat ini merupakan negara dengan kasus kematian manusia akibat AI tertinggi. Menurut data dari Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI), sampai awal september 2008 terdapat 137 kasus avian influenza (AI) atau flu burung pada manusia di Indonesia dengan jumlah kematian mencapai 112 orang (case fatality rate 81.75 %).

Merebaknya penyakit AI di Indonesia, khususnya DKI Jakarta, menjadikan TPnU sangat penting dalam sumber penyebaran virus AI, baik antar unggas maupun dari unggas ke manusia dan lingkungan. Selain virus AI, penyakit yang dapat dibawa unggas dan menular ke manusia antara lain salmonelosis, tuberkulosis, klamidiosis, dan Newcastle disease (ND) (Purchase 1995).

Tempat penampungan unggas (TPnU) merupakan tempat dikumpulkannya unggas dari berbagai daerah sebelum dipotong atau dijual ke pasar. Di tempat ini kontak tidak hanya terjadi pada unggas yang dikumpulkan, tetapi juga terjadi antara unggas dan manusia. Unggas yang masuk ke TPnU dapat membawa

(14)

berbagai agen penyakit, sehingga TPnU dinilai sebagai tempat yang sangat potensial untuk penyebaran penyakit asal unggas dan dikategorikan sebagai titik kritis dalam mata rantai penyediaan unggas.

Pentingnya prosedur biosekuriti telah digarisbawahi sebagai tahap awal untuk mencegah berbagai penyakit unggas yang mematikan. Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu rangkaian program kerja dan prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarnya hama dan jasad renik berbahaya di berbagai tempat perunggasan seperti peternakan, tempat penampungan unggas (TPnU), dan rumah potong unggas. Agar penerapan biosekuriti dan higiene dapat terus dipelihara dan ditingkatkan, maka perlu dikembangkan dan dilaksanakan sistem pengawasan atau penilaian atau audit yang konsisten.

Penilaian atau audit terhadap biosekuriti dan higiene dapat dijadikan alat pengukur efektivitas tindakan biosekuriti dan higiene terhadap pengendalian penyakit, serta bagi pemerintah dapat dijadikan acuan bagi program pembinaan dan pengawasan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilaksanakan studi yang menilai praktek biosekuriti dan higiene di TPnU di Jakarta Barat yang menggunakan cheklist. Checklist merujuk kepada butir-butir penilaian Nomor Kontrol Veteriner (NKV), pustaka, dan pendapat para pakar. Hasil penilaian dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk berdasarkan jumlah penyimpangan yang ada.

Tujuan

Tujuan dari penelitian dan penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan kategori praktek biosekuriti dan higiene di TPnU di Jakarta Barat.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tempat Penampungan Unggas (TPnU)

Tempat penampungan unggas (TPnU) adalah suatu tempat yang memperoleh ijin dari otoritas pemerintah daerah sebagai tempat mengumpulkan dan menampung sementara unggas yang diperuntukkan sebelum proses pemotongan atau distribusi lebih lanjut (Anonim 2008).

Biosekuriti

Menurut rekomendasi FAO, biosekuriti meliputi manajemen terhadap risiko biologis secara komperehensif untuk mewjudkan keamanan pangan, melindungi kesehatan hewan, manusia dan tanaman, melindungi lingkungan serta berkontribusi dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan (Tuovinen 2004). Tindakan biosekuriti dalam bidang pertanian bertujuan untuk (1) melindungi sistem pertanian dan semua sistem yang terkait, (2) melindungi kepercayaan konsumen terhadap produk pertanian, serta (3) melindungi lingkungan dan meningkatkan produksi yang berkelanjutan (Tuovinen 2004).

Dalam bidang peternakan, biosekuriti adalah praktek yang dirancang untuk mencegah masuknya penyakit ke dalam suatu peternakan (Jeffrey 1997; Carey, Jeffrey, Prochaska 2008). Hutchinson (2008) mendefinisikan biosekuriti dalam peternakan unggas sebagai serangkaian tahapan manajemen yang diambil untuk melindungi masuknya agen infeksius ke dalam suatu kelompok atau flok ternak hewan.

Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu perangkat program kerja dan prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarnya hama dan jasad renik berbahaya di berbagai tempat perunggasan seperti peternakan, tempat penampungan unggas (TPnU), dan rumah pemotongan unggas. Implementasi biosekuriti akan menghalangi bergeraknya agen yang menyebar dengan cepat yang berbahaya dari unggas ke berbagai fasilitas yang terdapat disekitarnya dan peka terhadap agen tersebut (Grimes dan Jackson 2001).

Secara praktek di perunggasan, biosekuriti merupakan semua praktek-praktek manajemen yang diberlakukan untuk mencegah penyakit pada unggas dan organisme penyebab penyakit zoonosa yang akan masuk ke kelompok unggas. Biosekuriti merupakan konsep sebagai bagian integral dari suksesnya sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya dalam mengurangi risiko

(16)

dan konsekuensi dari masuknya penyakit baik infeksius maupun non-infeksius (Payne 2000).

Aspek biosekuriti dalam peternakan unggas yang perlu diperhatikan adalah lokasi dan disain, pengendalian lalu lintas manusia, hewan, peralatan dan kendaraan, pengendalian kesehatan unggas, pencegahan kontaminasi fasilitas dengan pembersihan dan disinfeksi, serta pengendalian vektor (Carey et al. 2008). Biosekuriti mencakup pemeriksaan dan pengujian hewan yang datang karantina/isolasi hewan yang masuk, serta pemantauan dan evaluasi. Penerapan biosekuriti sangat dibutuhkan dalam program keamanan pangan di tingkat peternakan untuk menjamin mutu dan kesehatan hewan, memenuhi keinginan konsumen serta memberikan keuntungan pada peternakan tersebut. Selain itu biosekuriti menjamin hewan lebih sehat (Hutchinson 2008

).

Sumber

penyakit pada peternakan adalah orang, pegawai, dokter hewan, sopir; unggas yang baru masuk; peralatan yang tercemar atau masih mengandung agen penyakit; vektor seperti rodensia, burung liar, insekta, burung air (Carey et al. 2008).

Secara umum, biosekuriti meliputi tiga komponen utama yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas, dan sanitasi (Jeffrey 1997). Selanjutnya FAO (2003) menyatakan bahwa tindakan biosekuriti meliputi pemantauan (monitoring), survailans, isolasi, pembatasan lalu lintas, eliminasi, eradikasi, dan pencegahan.

Isolasi. Isolasi merupakan pengurungan atau pengandangan hewan dalam satu lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah, kandang, atau sangkar untuk menjaga hewan tidak lepas atau keluar, serta mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut. Pada peternakan unggas, isolasi dapat dipraktekkan dengan manajemen all-in/ all-out yaitu penyediaan jeda waktu antara satu pemeliharaan suatu flok dengan flok yang berikutnya. Pada waktu jeda tersebut dilakukan pembersihan dan disinfeksi pada fasilitas dalam peternakan untuk memutus siklus penyakit.

Pengendalian Lalu Lintas. Pengendalian dan pengawasan diterapkan terhadap lalu lintas ke dan dari peternakan, serta di dalam peternakan itu sendiri. Pengendalian lalu lintas diterapkan pada manusia, unggas, hewan lain, bahan, dan peralatan. Pengendalian ini dapat mencakup penyemprotan desinfektan terhadap peralatan dan kendaraan yang akan masuk ke dalam peternakan atau kandang, tidak terjadinya pinjam-meminjam peralatan antar peternakan, melarang masuk orang yang tidak berkepentingan ke dalam kandang, serta

(17)

melakukan penyemprotan terhadap sopir, penjual, atau petugas lainnya dan mengganti pakaian ganti dengan pakaian khusus.

Sanitasi. Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi, bahan-bahan, dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan.

Pemantauan dan survalilans. Pemantauan bertujuan untuk mendeteksi perubahan prevalensi penyakit dalam suatu populasi. Perubahan tersebut memberikan peringatan yang harus ditindak-lanjuti dengan tindakan spesifik untuk menghentikan peningkatan kasus penyakit. Pemantauan sebaiknya dilaksanakan setiap hari oleh pemilik peternakan. Keterlibatan dokter hewan sangat diperlukan bila terjadi kecurigaan dalam kesehatan hewan. Pemantauan dapat diterapkan pada tingkat negara dan internasional.

Isolasi, eliminasi dan eradikasi. isolasi terhadap hewan atau kelompok hewan sakit, desa, provinsi, dan negara harus dilaksanakan secepat mungkin Jika terjadi suatu kasus penyakit untuk menghentikan penyebaran penyakit tersebut. Hewan yang sakit harus segera diisolasi, selanjutnya hewan tersebut dapat diobati, atau dibunuh, tergantung dari diagnosa. Eliminasi penyakit merupakan pembunuhan hewan-hewan sakit atau semua hewan pada suatu peternakan. Pembunuhan hewan tersebut dilakukan secara manusiawi atau memperhatikan kesejahteraan hewan. Istilah eradikasi mirip dengan eliminasi namun lebih difokuskan pada pengendalian penyakit yang lebih besar seperti provinsi, negara, atau benua.

Good Practices dan Biosekuriti di TPnU

Pelaksanaan biosekuriti adalah langkah utama dalam pengendalian infeksi penyakit dan eliminasi patogenitas, sehingga dapat meningkatkan efesiensi produksi, murah biaya, dan menurunkan risiko bagi peternak dan keluarga (Buhman et al. 2007).

Menurut buku pedoman penataan pasar unggas, rantai distribusi unggas dan produk unggas yang diterbitkan oleh Komnas FBPI (2008), lokasi TPnU sebaiknya berada minimum lima (5) meter dari pemukiman penduduk atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, lokasi juga tidak rawan banjir dan sumber air tidak tercemar limbah industri.

Disain dan tata letak tempat harus memenuhi persyaratan yaitu penampungan dibuat untuk melindungi unggas dari sinar matahari langsung dan hujan selama dalam penampungan. TPnU dibatasi dengan pagar tembok

(18)

dengan tinggi minimal 1.5 meter. Pintu masuk dan keluar untuk unggas dan manusia harus dibedakan dan memiliki ventilasi udara yang cukup baik. Selain itu, TPnU juga harus memiliki sistem drainase yang baik.

Agar semua kegiatan dapat terkoordinasi dengan baik maka bangunan dapat dibagi dalam beberapa area yaitu area kandang, area pembersihan, area pencucian dan desinfeksi, area tempat penurunan unggas (unloading), area penampungan dan penanganan limbah, area disposal, dan area administrasi/ perkantoran. Agar pengangkutan unggas berjalan dengan lancar maka haruslah disediakan fasilitas jalan yang cukup memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU.

Untuk kandang, terdapat dua macam kandang yaitu kandang untuk penampungan unggas sehat dan kandang penampungan unggas sakit (kandang isolasi). Dua macam kandang tersebut merupakan bagian dari bangunan TPnU yang dipisahkan dengan sekat-sekat semi-permanen atau permanen dan dapat juga berupa keranjang-keranjang yang digunakan untuk menampung unggas yang diletakkan di dalam ruangan khusus di TPnU. Lantai kandang atau ruangan tempat meletakkan keranjang sebagai pengganti kandang berlantai semen dan dirancang supaya mudah dibersihkan dan disinfeksi. Kandang baterai harus dilengkapi dengan alas untuk menampung kotoran unggas dan memiliki ventilasi udara yang cukup. Sementara itu tempat pakan dan minum selama proses penampungan yang terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didisinfeksi.

Area pembersihan, pencucian dan disinfeksi peralatan dan kendaraan harus berlantai semen dan dilengkapi dengan air bersih yang mencukupi dan sistem drainase yang baik. Area tempat penurunan unggas (unloading) memiliki akses yang mudah menuju kandang penampungan unggas, harus berlantai semen sehingga mudah dibersihkan.

Area penanganan limbah terbagi menjadi dua area penampungan, yaitu area untuk limbah padat dan limbah cair yang dilengkapi fasilitas septic tank. Area disposal merupakan bangunan tersendiri yang terpisah dengan bangunan lainnya di dalam penampungan. Area ini dilengkapi dengan fasilitas disposal yang dapat berupa drum atau bak penampungan yang dilengkapi dengan penutup atau fasilitas sederhana lain yang dapat difungsikan untuk aktifitas disposal. Selain itu, harus tersedia pula fasilitas disposal untuk penanganan unggas mati dan fasilitas pengolahan limbah padat dan cair.

(19)

Area administrasi/perkantoran merupakan area khusus yang difungsikan untuk melakukan kegiatan administrasi atau pencatatan.

Tersedianya air bersih sebagai sarana dan prasarana pencucian, pembersihan dan disinfeksi haruslah dalam kapasitas yang mencukupi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di TPnU.

Tersedianya sarana yang mencukupi untuk melakukan proses pencucian, pembersihan dan didisinfeksi yang meliputi bak disinfeksi kendaraan dan orang, desinfektan, sabun dan deterjen, sapu, sikat, sprayer, dan sarana pencucian tangan.

Keranjang unggas yang digunakan di TPnU terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didisinfeksi (kawat atau plastik, tidak boleh terbuat dari bambu atau kayu). Alas keranjang untuk menampung kotoran unggas didalamnya terbuat dari bahan plastik, karet, atau seng sehingga mudah dibersihkan dan didisinfeksi.

Fasilitas standar untuk personal yang menangani unggas berupa alat perlindungan diri (APD) meliputi baju kerja yang diganti setiap hari, sepatu bot, dan masker. Peralatan-peralatan yang disediakan meliputi keranjang unggas, tempat makan dan minum, sprayer, sikat, sapu dan bak disinfeksi.

Beberapa prosedur operasional yang harus dilakukan di TPnU mencakup tindakan biosekuriti, higiene dan sanitasi, serta tatalaksana.

Untuk biosekuriti, setiap kendaraan pengangkutan unggas yang masuk dan keluar TPnU wajib didisinfeksi. Setiap unggas yang datang harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dibuat oleh dokter hewan berwenang di daerah asal unggas dan mendapat pemeriksaan kesehatan oleh petugas di bawah pengawasan dokter hewan berwenang. Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada dokter hewan berwenang.

Jika ada spesies unggas yang berbeda, unggas tersebut harus ditempatkan di kandang yang berbeda, tidak disatukan dengan spesies lain. Selain itu, unggas yang sakit harus dipisahkan di dalam kandang isolasi untuk diobservasi lebih lanjut. Unggas yang baru datang tidak langsung dicampur dengan unggas yang lama atau sudah ada.

Batas waktu maksimal penampungan unggas adalah 48 jam. Sebelum unggas dikeluarkan dari tempat penampungan, harus dipastikan bahwa unggas-unggas tersebut dalam keadaan sehat dan jika ada unggas-unggas mati haruslah

(20)

dimusnahkan menggunakan fasilitas disposal. Penanganan limbah padat dan cair sebelum dikeluarkan dari lingkungan penampungan dan pengosongan kandang satu hari dalam satu minggu juga perlu dilakukan.

Penerapan higiene dan sanitasi, dapat dilakukan dengan membersihkan dan mendisinfeksi tempat penampungan, mencuci dan mendisinfeksi peralatan pakan dan minum, serta peralatan perlindungan diri setiap harinya.

Keranjang berisi unggas diturunkan dari kendaraan pengangkut satu persatu dengan memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan. Kemudian unggas dikeluarkan dari keranjang satu per satu dan dimasukkan ke dalam kandang penampungan dengan memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan.

Jumlah unggas yang masuk dan keluar wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap sebulan sekali kepada dokter hewan yang berwenang. Selama di tempat penampungan, unggas diberikan makan dan minum (ad libitum). Segala kegiatan penampungan termasuk proses pemasukan dan pengeluaran unggas kecuali pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh pekerja penampungan unggas. Program pengendalian hama termasuk mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan pengganggu lainnya ke lingkungan TPnU harus dilakukan.

Hal yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah higiene personal. Setiap pekerja dan petugas penampungan diwajibkan berperilaku hidup bersih dan sehat, mencuci tangan dan menggunakan disinfektan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penampungan unggas, serta menggunakan alat pelindung diri (baju khusus di penampungan unggas, sepatu bot, dan masker) selama melakukan kegiatan penampungan unggas.

Dalam pengendalian hama, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi sumber hama atau vektor yang berpotensi sebagai pembawa agen penyakit infeksi, serta pencegahan bersarangnya hama tersebut di tempat penampungan.

Sistem Pengawasan dengan Menggunakan Checklist

Dalam pengawasan penerapan biosekuri dan higiene ada beberapa sistem pengawasan, salah satunya adalah pengawasan, penilaian (assessment) atau audit yang menggunakan checklist. Checklist penilaian atau audit adalah daftar kriteria penilaian yang disusun untuk menunjang suatu proses penilaian atau audit yang berguna untuk mengingatkan penilai atau auditor akan aspek-aspek

(21)

yang perlu dinilai atau diaudit. Dari informasi awal yang terkumpul melalui penggunaan checklist audit ini, auditor dapat mengarahkan perhatiannya secara lebih mendalam pada aspek-aspek manajemen mutu yang dipandang signifikan yang telah terindikasi dalam checklist audit (Susilo 2003).

Kegunaan penggunaan checklist dalam penilaian atau audit memiliki beberapa keuntungan seperti:

a Menjamin pendekatan penilaian atau audit yang konsisten.

b Dapat bertindak sebagai pengingat dalam proses penilaian atau audit.

c Dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk proses penilaian atau audit lebih lanjut.

d Membantu narasumber untuk menyampaikan informasinya. Sedangkan kerugian penggunaan checklist audit antara lain:

a Penggunaan checklist dapat terlihat seolah-olah mengintimidasi narasumber. b Fokus dari checklist kurang mendalam sehingga tidak mendapatkan apa yang

diharapkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang spesifik.

c Dapat juga menjadi pembatas untuk penilai atau auditor dalam proses penilaian atau audit.

d Terkadang penilai atau auditor menjadi sangat tergantung terhadap checklist. Kelebihan dan kerugian dari penggunaan checklist ini tergantung banyak faktor. Penilai atau auditor sebaiknya menggunakan nilai kegunaan checklist sebagai alat bantu dalam proses penilaian atau audit, dan menyadari kegunaanya hanya sebagai alat bantu fungsional (ISO dan IAF 2004).

(22)

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di semua TPnU yang terdaftar di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, yang bertempat di lima kecamatan di Jakarta Barat, yaitu Cengkareng, Grogol Petambutan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora, yang berlangsung dari bulan Mei sampai Juli 2008.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan berupa alat tulis untuk mencatat data-data hasil observasi di lapangan, kamera untuk mengambil gambar-gambar di lapangan sebagai penunjang data observasi, alat pencatat titik koordinat dan lokasi (global positioning system/GPS).

Bahan penelitian yang digunakan mencakup checklist untuk penilaian (assessment) biosekuriti dan higiene TPnU, program SPSS 13.0 digunakan untuk mengolah data.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu persiapan, penilaian biosekuriti, dan higiene, serta analisis data.

1 Persiapan

Perizinan. Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan rangkaian koordinasi dengan Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat untuk memperoleh izin dan kelengkapan administrasi lainnya demi kelancaran dalam melakukan studi.

Penentuan TPnU. TPnU yang menjadi tempat penelitian yaitu semua TPnU yang terdaftar di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat.

Pengembangan checklist penilaian biosekuriti dan higiene. Checklist penilaian biosekuriti dan higiene secara garis besar didasari pada checklist Nomor Kontrol Veteriner (NKV), dilengkapi dengan pustaka terkait biosekuriti dikembangkan, dan pendapat pakar. Penilaian dalam checklist menggunakan kalimat negatif dan penyimpangannya dikategorikan menjadi kritis, serius, mayor, dan minor. Penetapan kategori penyimpangan didasarkan pada estimasi risiko .

(23)

Simpulan yang diambil dari penilaian setiap TPnU dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Selanjutnya, checklist diverifikasi.

2 Penilaian Biosekuriti dan Higiene

Penilaian biosekuriti dilakukan dengan checklist yaitu dengan cara pengamatan tempat penampungan unggas dan melakukan wawancara kepada pemilik atau penanggung jawab TPnU untuk menunjang kelengkapan informasi.

3 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan program SPSS 1.3 untuk memberikan gambaran umum tingkat biosekuriti dan higiene pada TPnU.

(24)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tempat Penampungan Unggas (TPnU) dan Titik Koordinat

Tempat penampungan unggas (TPnU) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 31 dari 41 TPnU yang terdaftar di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat. Hal ini disebabkan karena 3 TPnU tidak beroperasi, 1 TPnU sedang direnovasi, dan 6 TPnU memiliki kegiatan utama memotong sehingga dikategorikan sebagai tempat pemotongan unggas atau rumah pemotongan unggas skala kecil (RPU SK).

TPnU yang berada di wilayah Jakarta Barat tersebar dalam beberapa kecamatan. Ada lima dari delapan kecamatan yang terdapat TPnU di daerah tersebut. TPnU terbanyak berlokasi di Kecamatan Tambora (16 TPnU). Jumlah TPnU di empat kecamatan lainnya adalah Kecamatan Cengkareng (5 TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk (4 TPnU), Grogol Petamburan (3 TPnU), dan Kecamatan Kalideres (3 TPnU). Kegiatan di ke-31 TPnU tersebut adalah penampung unggas (14 TPnU) di Kecamatan Grogol Petamburan, Kalideres, dan Kebon Jeruk), serta penampungan unggas dan pemotongan unggas (17 TPnU di Kecamatan Cengkareng dan Tambora). Jumlah dan lokasi TPnU di Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah dan kegiatan tempat penampungan unggas di Jakarta Barat

No Kecamatan n

Jumlah

Menampung Menampung dan memotong

1 Cengkareng

5

1

4

2 Grogol

Petamburan

3

0

3

3 Kalideres

3

0

3

4 Kebon

Jeruk

4

0

4

5 Tambora

16

13

3

Total 31

14

17

Umumnya jarak antar TPnU pada setiap kecamatan berjauhan, tetapi jarak antar TPnU di Kecamatan Tambora sangat berdekatan. Lokasi dan koordinat TPnU yang diukur berdasarkan hasil penggunaan global positioning system (GPS) dapat dilihat pada Gambar 1.

(25)

.

Gambar 1 L

okasi dan t

itik koordinat

(26)

Penilaian Biosekuriti dan Higiene

Hasil pengamatan penerapan biosekuriti dan higiene pada TPnU di Jakarta Barat menunjukkan bahwa sebagian besar TPnU berkategori sedang (41.9%) berkategori buruk (58.1%). Tidak ada satupun TPnU yang diamati memiliki nilai baik. Umumnya TPnU yang menerapkan biosekuriti dan higiene dengan kategori sedang berada di Kecamatan Grogol Petamburan (100%), Kalideres (100%), Kebon jeruk (75.0%), dan Cengkareng (60.0%). Penerapan biosekuriti dan higiene dengan kategori buruk umumnya ditemukan pada TPnU di Kecamatan Tambora (93.8%). Hasil penilaian biosekuriti dan higiene pada TPnU di Jakarta Barat selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Biosekuriti dan higiene sebagai program pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit di TPnU diterapkan atas dasar prinsip pencegahan masuknya, berkembang, dan menyebarnya agen patogen di TPnU. Jika unit usaha unggas tidak menerapkan biosekuriti dengan baik, maka bila unggas terinfeksi oleh agen patogen yang bersifat zoonotik maka akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat (Jeffrey 1997).

Tabel 2 Kategori TPnU berdasarkan praktek biosekuriti dan higiene di Jakarta Barat

No Kecamatan N

Jumlah

Baik Sedang Buruk

n % n % n %

1 Cengkareng

5 0 0 3 60.0 2 40.0

2

Grogol

Petamburan

3 0 0 3 100

0 0

3

Kalideres

3 0 0 3 100

0 0

4 Kebon

Jeruk

4 0 0 3 75.0 1 25.0

5 Tambora

16 0 0 1 6.3 15 93.8

Total 31

0

0

13

41.9

18

58.1

Penyimpangan berdasarkan kategori serius, kritis, dan mayor pada TPnU yang diamati di Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel 3. Rincian dari setiap aspek yang dinilai dijelaskan pada sub-bab berikutnya.

(27)

Tabel 3 Penyimpangan yang bersifat kritis, serius, dan mayor pada TPnU di Jakarta Barat

Kategori Jenis penyimpangan %

Kritis Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru masuk TPnU 100 Tidak dilakukan istirahat kandang (minimal 1 bulan sekali) 61.3 Tidak melakukan pemisahan antara unggas yang sakit/mati dengan

yang sehat 35.5

Tidak membuang kotoran kandang (manur, feses) secara rutin 32.3 Setiap penerimaan unggas tidak dilengkapi Surat Keterangan Kesehaan

Hewan (SKKH) 16.1

Serius Tidak mempunyai kandang isolasi 87.1

Tidak menerapkan sistem first in first out (FIFO) 71.0

Pekerja tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 67.7 Bahan keranjang pengangkut unggas yang digunakan tidak mudah

dibersihkan 64.5 Tidak dilakukan pemisahan ayam baru datang dan ayam lama 48.4

Tidak menggunakan keranjang penampung untuk mengangkut ayam

saat transportasi 35.5

Unggas dalam satu kali transportasi tidak berasal satu peternakan 16.1

Lama penampungan unggas lebih dari 2 hari 12.9

Dalam satu kali transportasi mengangkut tidak satu spesies unggas

setiap penangkutan ke TPnU 9.7

Mayor Tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek

TpnU 100

Tidak dilakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke

komplek TPnU 100

Pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai

peralatan alat pelindung diri (APD) minimal 96.8

Lokasi TPnU berada tidak jauh dari pemukiman atau industri serta

rawan banjir 80.6

Tidak terdapat fasilitas cuci tangan seperti sabun 77.4

Dinding terbuat dari bahan tidak mudah dibersihkan 74.2

Unggas mati tidak segera dibakar atau dikubur 58.1

Lingkungan TPnU tidak memiliki pagar (tidak dapat dilalui unggas misalnya tembok, seng, asbes, atau pagar yang terbuat dari bambu

dengan jarak antar bambu 10 cm dan tinggi 2 m) dan terkontrol 54.8

Tidak terdapat WC/toilet 51.6

Tidak terdapat sumber air bersih dan mencukupi 41.9

Tidak mempunyai ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang

baik 35.5

Tempat pakan tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan 35.5 Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan 32.3 Tempat minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan 9.7

(28)

Aspek Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas merupakan faktor penting dalam menunjang pelaksaan biosekuriti dan higiene, serta tata laksana di TPnU. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek bangunan dan fasilitas, Kecamatan Grogol Petamburan memiliki TPnU dengan kategori penyimpangan yang paling rendah. Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek bangunan dan fasilitas dijumpai di Kecamatan Kebon Jeruk, Kalideres, Cengkareng, dan Tambora (Tabel 4).

Tabel 4 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada bangunan dan fasilitas TPnU di Jakarta Barat

Aspek

yang dinilai

Kecamatan Kategori

penyimpangan

Kritis Serius Mayor Minor

Kondisi

bangunan

dan

fasilitas

Cengkareng 0

4

21

25

Grogol

Petamburan

0 0 7 11

Kalideres

0 2 9 16

Kebon Jeruk

0

1

11

17

Tambora

0 13 105 95

Total 0

20

153

164

Penilaian aspek bangunan dan fasilitas meliputi 17 butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 serius, 10 mayor, dan 6 minor. Semua TPnU yang diamati dalam studi ini tidak dilengkapi fasilitas disinfeksi untuk keluar-masuk kendaraan dan orang, serta tidak memiliki fasilitas unloading unggas. Kondisi bangunan dan fasilitas TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat diilhat pada Tabel 5.

Lokasi TPnU yang berada tidak jauh atau dekat dari pemukiman dan industri serta rawan banjir paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dan Grogol Petamburan dengan persentase penyimpangannya adalah 100% (16 dari 16 TPnU dan 3 dari 3 TPnU), sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 40% (3 dari 5 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan di Kecamatan Kalideres adalah 66.7% (2 dari 3 TPnU) dan di Kecamatan Kebon Jeruk 50% (2 dari 4 TPnU). Penyimpangan pada lokasi ini termasuk kategori penyimpangan mayor.

(29)

Tabel 5 Kondisi bangunan dan fasilitas TPnU yang diamati di Jakarta Barat

No Aspek yang dinilai Kecamatan N Baik

Penyim-pangan Kategori penyim-pangan n % n %

1

Lokasi TPnU berada tidak jauh dari pemukiman atau industri serta rawan banjir Cengkareng 5 3 60 2 40 Mayor Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 1 333 2 66.7 Kebon Jeruk 4 2 50 2 50 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 6 19.4 25 80.6 2 Lingkungan TPnU tidak memiliki pagar dan terkendali Cengkareng 5 5 100 0 0 Mayor Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 33.3 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 14 45.2 17 54.8 3 Dinding terbuat dari bahan tidak mudah dibersihkan Cengkareng 5 0 0 5 100 Mayor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 1 33.3 2 66.7 Kebon Jeruk 4 2 50 2 50 Tambora 16 2 12.5 14 87.5 Total 31 8 25.8 23 74.2 4

Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan Cengkareng 5 2 40 3 60 Mayor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 2 66.7 1 33.3 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 10 62.5 6 37.5 Total 31 21 67.7 10 32.3

5 Tidak terdapat sumber air bersih dan mencukupi Cengkareng 5 5 100 0 0 Mayor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 3 18.8 13 81.3 Total 31 18 58.1 13 41.9 6 Tidak mempunyai ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang baik Cengkareng 5 2 40 3 60 Mayor Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 33.3 Kalideres 3 2 66.7 1 33.3 Kebon Jeruk 4 2 50 2 50 Tambora 16 12 75 4 25 Total 31 20 64.5 11 35.5

(30)

No Aspek yang dinilai Kecamatan N Baik

Penyim-pangan Kategori penyim-pangan n % n % 7 Tidak mempunyai tempat pengolahan limbah (insinerator atau yang lainnya) Cengkareng 5 1 20 4 80 Minor Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 1 25 3 75 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 2 6.5 29 93.5

8 Tidak terdapat WC/toilet

Cengkareng 5 5 100 0 0 Mayor Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 33.3 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 1 6.3 15 93.8 Total 31 15 48.4 16 51.6 9 Tidak terdapat tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara) Cengkareng 5 1 20 4 80 Minor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 1 33.3 2 66.7 Kebon Jeruk 4 2 50 2 50 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 7 22.6 24 77.4 10 Bangunan kandang dan kantor (administrasi) tidak terpisah Cengkareng 5 3 60 2 40 Minor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 1 33.3 2 66.7 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 1 6.3 15 93.8 Total 31 12 38.7 19 61.3 11 Tidak terdapat fasilitas cuci tangan seperti sabun Cengkareng 5 2 40 3 60 Mayor Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 33.3 Kalideres 3 2 66.7 1 33.3 Kebon Jeruk 4 1 25 3 75 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 7 2.6 24 77.4 12 Tempat pakan tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan Cengkareng 5 1 20 4 80 Mayor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 1 33.3 2 66.7 Kebon Jeruk 4 2 50 2 50 Tambora 16 13 81.3 3 18.8 Total 31 20 64.5 11 35.5

(31)

No Aspek yang dinilai Kecamatan N Baik

Penyim-pangan Kategori penyim-pangan n % n %

13

Tempat minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan Cengkareng 5 4 80 1 20 Mayor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 14 87.5 2 12.5 Total 31 28 90.3 3 9.7 14 Tidak dilengkapi fasilitas disinfeksi untuk keluar masuk kendaraan dan orang Cengkareng 5 0 0 5 100 Minor Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 0 0 4 100 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 0 0 31 100

15 Tidak memiliki daerah khusus

unloading Cengkareng 5 0 0 5 100 Minor Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 0 0 4 100 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 0 0 31 100 16 Tidak memiliki tempat khusus membersihkan dan disinfeksi peralatan dan kendaraan Cengkareng 5 0 5 5 100 Minor Grogol Petamburan 3 1 2 2 66.7 Kalideres 3 0 3 3 100 Kebon Jeruk 4 0 4 4 100 Tambora 16 0 16 16 100 Total 31 1 3.6 30 96.8 17 Bahan keranjang pengangkut unggas yang digunakan tidak mudah dibersihkan Cengkareng 5 1 20 4 80 Serius Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 1 33.3 2 66.7 Kebon Jeruk 4 3 75 1 25 Tambora 16 3 18.8 13 81.3 Total 31 11 35.5 20 64.5

TPnU yang tidak memiliki pagar paling banyak terdapat di kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 100% (16 dari 16 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Grogol persentase penyimpangannya 33.3% (1 dari 3 TPnU), sedangkan di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Kebon Jeruk lingkungan TPnU-nya sudah memiliki pagar (persentase penyimpangannya 0%). Penyimpangan tidak dimilikinya pagar termasuk kategori penyimpangan mayor.

TPnU yang paling banyak menggunakan bahan pembuat dinding yang tidak mudah dibersihkan (bambu dan tembok dengan lapisan semen kasar)

(32)

terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 100% (5 dari 5 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini pada TPnU di Kecamatan Tambora sebesar 87.5% (14 dari 16 TPnU), di Kecamatan Kalideres 66.7% (2 dari 3 TPnU), dan di Kecamatan Kebon Jeruk 50% (2 dari 4 TPnU). Di Kecamatan Grogol Petamburan, seluruh TPnU yang ada menggunakan dinding yang bahannya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (tembok dengan lapisan porselin dan semen halus) dengan persentase 0%. Penyimpangan terhadap TPnU yang dindingnya tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan termasuk kategori penyimpangan mayor.

TPnU yang paling banyak menggunakan lantai dari bahan yang tidak mudah dibersihkan adalah di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 60% (3 dari 5 TPnU). Penyimpangan ini pada TPnU di Kecamatan Tambora sebesar 37.5% (6 dari 16 TPnU), Kalideres 33.3% (1 dari 3 TPnU) dan di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kebon Jeruk lantai TPnU sudah terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan sehingga persentase penyimpangannya adalah 0%. Penyimpangan tidak menggunakan lantai yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan termasuk kategori penyimpangan mayor.

TPnU yang tidak memiliki sumber air bersih dan mencukupi hanya terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 81.3% (13 dari 16 TPnU). Sementara itu, semua TPnU di Kecamatan Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, dan Kebon Jeruk memiliki sumber air bersih dan mencukupi sehingga persentase penyimpangannya adalah 0%. Penyimpangan ketidak-tersediaannya sumber air bersih dan mencukupi termasuk kategori penyimpangan mayor.

TPnU yang tidak memiliki ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang baik paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 60% (3 dari 5 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Kebon Jeruk persentase penyimpangannya sebesar 50% (2 dari 4 TPnU), Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres masing-masing 33.3% (1 dari 3 TPnU). Kecamatan Tambora merupakan kecamatan dengan penyimpangan yang paling sedikit dengan persentase 25% (4 dari 16 TPnU). Penyimpangan tidak terdapatnya ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang baik termasuk kategori penyimpangan mayor.

(33)

TPnU yang tidak mempunyai tempat pengolahan limbah (incenerator atau yang lainnya) paling banyak terdapat di Kecamatan Grogol Petamburan, Kalideres, dan Tambora dengan persentase penyimpangan 100% (3 dari 3 TPnU, 3 dari 3 TPnU, dan 16 dari 16 TPnU). Sementara itu Kecamatan Cengkareng persentase penyimpangannya sebesar 80% (4 dari 5 TPnU). Kecamatan dengan penyimpangan ini yang paling sedikit adalah Kebon Jeruk dengan persentase penyimpangan 75% (3 dari 4 TPnU). Penyimpangan tidak terdapatnya tempat pengolahan limbah termasuk kategori penyimpangan minor.

Hampir semua TPnU di Kecamatan Tambora tidak memiliki WC/toilet dengan persentase penyimpangan 93% (15 dari 16 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan di Kecamatan Grogol Petamburan adalah 33.3% (1 dari 3 TPnU). Semua TPnU di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Kebon Jeruk sudah memiliki WC/toilet, sehingga persentase penyimpangannya 0%. Penyimpangan tidak terdapatnya WC/toilet di TPnU termasuk kategori penyimpangan mayor.

TPnU yang tidak memiliki tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara) paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 100% (16 dari 16 TPnU). Untuk Kecamatan Cengkareng persentase penyimpangannya adalah 80% (4 dari 5 TPnU), Kecamatan Kalideres 66.7% (2 dari 3 TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 50% (2 dari 4 TPnU), sedangkan TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan sudah memiliki tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara), sehingga persentase penyimpangannya adalah 0%. Penyimpangan penilaian terhadap tidak terdapatnya tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara) termasuk kategori penyimpangan minor.

TPnU yang memiliki bangunan kandang dan kantor (administrasi) yang tidak terpisah paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 93.8% (15 dari 16 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Kalideres persentase penyimpangan ini sebesar 66.7% (2 dari 3 TPnU) dan Kecamatan Cengkareng 40% (2 dari 5 TPnU). TPnU yang sudah memiliki bangunan kandang dan kantor (administrasi) yang terpisah terdapat di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kebon Jeruk, sehingga persentase penyimpangannya adalah 0%. Penyimpangan penilaian bangunan kandang dan kantor (administrasi) yang tidak terpisah termasuk kategori penyimpangan minor.

(34)

TPnU yang tidak memiliki fasilitas cuci tangan seperti sabun paling banyak dijumpai di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 100% (16 dari 16 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Kebon Jeruk persentase penyimpangan TPnU yang tidak memiliki fasilitas cuci tangan adalah 75% (3 dari 4 TPnU), Kecamatan Cengkareng 60% (3 dari 5 TPnU), Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres 33.3% (1 dari 3 TPnU). Penyimpangan tidak terdapatnya fasilitas cuci tangan seperti sabun termasuk kategori penyimpangan mayor.

Tempat pakan pada TPnU yang tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 80% (4 dari 5 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Kalideres persentase penyimpangannya sebesar 66.7% (2 dari 3 TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 50% (2 dari 4 TPnU), dan Kecamatan Tambora 18.8% (3 dari 16 TPnU). Semua TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan sudah memiliki tempat pakan yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, sehingga persentase penyimpangannya 0%. Penyimpangan tidak terbuatnya tempat pakan yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan ini termasuk kategori penyimpangan mayor.

TPnU yang tempat minumnya tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 20% (1 dari 5 TPnU) dan di Kecamatan Tambora 12.5% (2 dari 16 TPnU). TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan, Kalideres, dan Kebon Jeruk sudah memiliki tempat minum yang bahannya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan sehingga persentase penyimpangannya adalah 0%. Penyimpangan untuk tempat minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan termasuk kategori penyimpangan mayor.

Semua TPnU di Jakarta Barat tidak dilengkapi dengan fasilitas disinfeksi untuk keluar masuk kendaraan dan orang sehingga persentase penyimpangan di lima kecamatan tersebut adalah 100%. Penyimpangan tidak dilengkapinya TPnU dengan fasilitas disinfeksi untuk keluar masuk kendaraan dan orang termasuk kategori penyimpangan minor.

Seluruh TPnU yang diamati di lima kecamatan di Jakarta Barat tidak memiliki daerah khusus untuk unloading (persentase penyimpangan 100%). Penyimpangan tidak memiliki daerah khusus untuk unloading termasuk kategori penyimpangan minor.

(35)

TPnU yang tidak memiliki tempat khusus untuk membersihkan dan disinfeksi peralatan dan kendaraan paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora dengan persentase penyimpangan 100%. Persentase penyimpangan ini di Kecamatan Grogol Petamburan sebesar 66.7% (2 dari 3 TPnU). Penyimpangan TPnU yang tidak memiliki tempat khusus untuk membersihkan dan mendesinfeksi peralatan dan kendaraan termasuk kategori penyimpangan minor

Penilaian terakhir terhadap aspek bangunan dan fasilitas adalah pada bahan keranjang pengangkut unggas. TPnU yang bahan keranjang pengangkut unggas yang digunakan tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 81.3% (13 dari 16 TPnU). Untuk Kecamatan Cengkareng persentase penyimpangan ini sebesar 80% (4 dari 5 TPnU), Kecamatan Kalideres 66.7% (2 dari 3 TPnU), dan Kecamatan Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU). Semua TPnU yang diamati di Kecamatan Grogol Petamburan sudah memiliki bahan keranjang pengangkut unggas yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (persentase penyimpangnannya 0%). Penyimpangan tidak terbuatnya keranjang pengangkut unggas dari bahan yang mudah dibersihkan termasuk kategori penyimpangan serius.

Aspek Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan yang dinilai difokuskan pada kesehatan hewan dan pengendalian penyakit. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek manajemen pemeliharaan, Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Grogol Petamburan memiliki TPnU dengan kategori penyimpangan yang paling rendah (0%). Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek ini dijumpai di Kecamatan Kebon Jeruk, Cengkareng, dan Tambora (Tabel 6).

Penilaian aspek manajemen pemeliharaan meliputi enam butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 kritis, 3 serius, dan 2 minor. Semua TPnU yang diamati dalam studi ini tidak melaksanakan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru dating di TPnU. Semua TPnU di semua kecamatan menjalankan pemisahan antar spesies pada kandang dan melakukan penyemprotan di sekitar TPnU. Penyimpangan di TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat dilihat pada Tabel 7.

(36)

Tabel 6 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada manajemen pemeliharaan TPnU di Jakarta Barat

Aspek

yang dinilai

Kecamatan Kategori

Kritis Serius Mayor Minor

penyimpangan

Kondisi

bangunan

dan

fasilitas

Cengkareng

5 4 0 5

Grogol

Petamburan

3 3 0 0

Kalideres

3 2 0 0

Kebon

Jeruk 4 2 0 2

Tambora 16

15

0

11

Total 31

26

0

18

Tabel 7 Kondisi manajemen pemeliharaan unggas di TPnU yang diamati di Jakarta Barat

No Aspek yang dinilai Kecamatan N Baik

Penyim-pangan Kategori penyim-pangan n % n % 1 Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru masuk TPnU Cengkareng 5 0 0 5 100 Kritis Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 0 0 4 100 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 0 0 31 100 2 Tidak menerapkan sistem first in first out Cengkareng 5 1 20 4 80 Serius Grogol Petamburan 3 1 33.3 2 66.7 Kalideres 3 1 33.3 2 66.7 Kebon Jeruk 4 2 50 2 50 Tambora 16 4 25 12 75 Total 31 9 29 22 71 3 Lama penampungan unggas lebih dari 2 hari Cengkareng 5 5 100 0 0 Serius Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 33,3 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 13 81.3 3 18.8 Total 31 27 87.1 4 12.9 4 Tidak dilkukan pemisahan antar spesies pada kandang Cengkareng 5 5 100 0 0 Serius Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 16 100 0 0 Total 31 31 100 0 0

(37)

No Aspek yang dinilai Kecamatan N Baik

Penyim-pangan Kategori penyim-pangan n % n %

5

Tidak melakukan penggantian pakan dan minum setiap hari Cengkareng 5 0 0 5 100 Minor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 2 50 2 50 Tambora 16 5 31.3 11 68.8 Total 31 13 41.9 18 58.1 6 Tidak melakukan penyemprotan di sekitar TPnU Cengkareng 5 5 100 0 0 Minor Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 16 100 0 0 Total 31 31 100 0 0

Semua TPnU yang diamati di lima kecamatan di Jakarta Barat tidak menjalankan pemeriksaan kesehatan hewan terhadap ayam-ayam yang datang di TPnU (penyimpangan 100%). Hal ini membawa risiko terbawanya agen penyakit ke dalam TPnU. Penyimpangan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan hewan terhadap ayam-ayam yang datang termasuk kategori penyimpangan kritis.

TPnU yang tidak menerapkan sistem first in first out paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase 80% (4 dari 5 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini di Kecamatan Tambora sebesar 75% (12 dari 16 TPnU), di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kecamatan Kalideres masing-masing 33.3% (2 dari 3 TPnU), dan di Kecamatan Kebon Jeruk 50% (2 dari 4 TPnU). Penyimpangan terhadap tidak diterapkannya sistem first in first out termasuk kategori penyimpangan serius.

TPnU yang menampung unggasnya lebih dari dua hari paling banyak terdapat di Kecamatan Grogol Petamburan dengan persentase penyimpangan 33.3% (1 dari 3 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan di Kecamatan Tambora sebesar 18.8% (3 dari 16 TPnU). TPnU di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Kebon Jeruk menampung unggasnya tidak lebih dari dua hari. Penyimpangan lama penampungan unggas yang lebih dari 2 hari termasuk kategori penyimpangan serius.

Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat sudah melakukan pemisahan antar spesies pada kandang (persentase penyimpangannya 0%).

(38)

Penyimpangan tidak dilakukannya pemisahan antar spesies pada kandang termasuk kategori penyimpangan serius.

TPnU yang tidak melakukan penggantian pakan dan minum unggas setiap harinya paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 100% (5 dari 5 TPnU). Sementara itu, penyimpangan ini di Kecamatan Tambora sebesar 68.8% (11 dari 16 TPnU), di Kecamatan Kebon Jeruk 50% (2 dari 4 TPnU), sedangkan TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres selalu melakukan penggantian pakan dan minum setiap harinya (persentase penyimpangan 0%). Penyimpangan tidak dilakukannya penggantian pakan dan minum setiap hari oleh TPnU termasuk kategori penyimpangan minor. Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat sudah melakukan penyemprotan di sekitar TPnU (persentase penyimpangan 0%). Penyimpangan tidak dilakukannya penyemprotan di sekitar TPnU dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan minor.

Aspek Praktek Isolasi

Praktek isolasi yang dinilai difokuskan pada pencegahan masuk dan penyebaran agen patogen ke dalam dan di dalam TPnU. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek praktek isolasi, TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan memiliki penyimpangan yang paling rendah. Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek ini dijumpai di Kecamatan Kebon Jeruk, Kalideres, Cengkareng, dan Tambora (Tabel 8).

Tabel 8 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada isolasi TPnU di Jakarta Barat

Aspek yang dinilai

Kecamatan Kategori penyimpangan

Kritis Serius Mayor Minor Kondisi isolasi Cengkareng 3 7 0 0 Grogol Petamburan 1 2 0 0 Kalideres 1 5 0 0 Kebon Jeruk 1 3 0 0 Tambora 5 26 0 0 Total 11 43 0 0

(39)

Penilaian aspek praktek isolasi meliputi tiga butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 kritis dan 2 serius. TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Praktek isolasi di TPnU yang diamati di Jakarta Barat

No Aspek yang dinilai Kecamatan N Baik

Penyim-pangan Kategori penyim-pangan n % n % 1 Tidak mempunyai kandang isolasi Cengkareng 5 0 0 5 100 Serius Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 33.3 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 2 50 2 50 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 4 12.9 27 87.1 2 Tidak dilakukan pemisahan ayam baru datang dan ayam lama Cengkareng 5 3 60 2 40 Serius Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 1 33.3 2 66.7 Kebon Jeruk 4 3 75 1 25 Tambora 16 6 37.5 10 62.5 Total 31 16 51.6 15 48.4 3 Tidak melakukan pemisahan antara unggas yang sakit/mati dengan yang sehat Cengkareng 5 2 40 3 60 Kritis Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 33.3 Kalideres 3 2 66.7 1 33.3 Kebon Jeruk 4 3 75 1 25 Tambora 16 11 68.8 5 31.3 Total 31 20 64.5 11 35.5

TPnU yang tidak mempunyai kandang isolasi paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Tambora dengan persentase penyimpangnnya sebesar 100% (5 dari 5 TPnU, 3 dari 3 TPnU, dan 16 dari 16 TPnU). Penyimpangan ini di Kecamatan Kebon Jeruk sebesar 50% (2 dari 4 TPnU), sedangkan di Kecamatan Grogol Petamburan persentase penyimpangannya 33.3% (1 dari 3 TPnU). Penyimpangan tidak adanya kandang isolasi dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan serius.

TPnU yang tidak melakukan pemisahan antara ayam yang baru datang dengan ayam yang lama paling banyak terdapat di Kecamatan Kalideres dengan persentase penyimpangan 66.7% (2 dari 3 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Tambora persentase penyimpangannya adalah 62.5% (10 dari 16 TPnU), Cengkareng 40% (2 dari 5 TPnU), Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU), dan Grogol

(40)

Petamburan 0% (semua TPnU sudah melakukan pemisahan ayam yang baru datang dengan ayam yang lama). Penyimpangan tidak dilakukannya pemisahan terdapa ayam yang baru datang dengan ayam yang lama dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan serius.

TPnU yang tidak melakukan pemisahan antara unggas yang sakit dengan unggas yang mati paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 60% (3 dari 5 TPnU). Persentase penyimpangan ini di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres adalah 33.3% (1 dari 3 TPnU), di Kecamatan Tambora 31.3% (5 dari 16 TPnU), dan di Kecamatan Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU). Penyimpangan tidak dilakukannya pemisahan unggas yang sakit dengan unggas yang mati dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan kritis.

Aspek Pengendalian Lalu Lintas

Pengendalian lalu lintas yang dinilai difokuskan pada transportasi unggas, pembatasan akses masuk ke TPnU, pengendalian di pintu masuk TPnU terhadap unggas, kendaraan, dan manusia. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek pengendalian lalu lintas, Kecamatan Kalideres memiliki TPnU dengan kategori penyimpangan yang paling rendah. Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek ini dijumpai di Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Cengkareng, dan Kecamatan Tambora (Tabel 10).

Tabel 10 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada kontrol lalu lintas TPnU di Jakarta Barat

Aspek

yang dinilai

Kecamatan Kategori

penyimpangan

Kritis Serius Mayor Minor

Kondisi

kontrol lalu

lintas

Cengkareng 1

0

10

12

Grogol

Petamburan

0 0 6 10

Kalideres

0 0 6 7

Kebon

Jeruk 1 0 8 10

Tambora

3 19 32 62

Total 5

19

62

101

(41)

Penilaian aspek pengendalian meliputi 11 butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 kritis, 3 serius, 2 mayor, dan 5 minor. Semua TPnU yang diamati di semua kecamatan tidak membatasi akses masuk ke TPnU, tidak melakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke TPnU, serta tidak melaksanakan pengawasan keluar masuk kendaraan, personal, dan peralatan di TPnU (persentase penyimpangan 100%). TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Pengendalian lalu lintas TPnU yang diamati di Jakarta Barat

No Aspek yang dinilai Kecamatan N Baik

Penyim-pangan Kategori penyim-pangan n % n % 1 Unggas dalam satu kali transportasi tidak berasal satu peternakan Cengkareng 5 5 100 0 0 Serius Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 11 68.8 5 31.3 Total 31 26 83.9 5 16.1 2 Setiap penerimaan unggas tidak dilengkapi SKKH Cengkareng 5 4 80 1 20 Kritis Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 3 75 1 25 Tambora 16 13 81.3 3 18.8 Total 31 26 83.9 5 16.1 3 Dalam satu kali transportasi mengangkut tidak satu spesies unggas setiap pengangkut-an ke TPnU Cengkareng 5 5 100 0 0 Serius Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 13 81.3 3 18.8 Total 31 28 90.3 3 9.7 4 Tidak ada pembatasan akses masuk ke TPnU Cengkareng 5 0 0 5 100 Minor Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 0 0 4 100 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 0 0 31 100 5 Tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek Cengkareng 5 0 0 5 100 Mayor Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 0 0 4 100 Tambora 16 0 0 16 100

(42)

TPnU

Total 31 0 0 31 100

No Aspek yang dinilai Kecamatan N Baik

Penyim-pangan Kategori penyim-pangan n % n % 6 Tidak dilakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU Cengkareng 5 0 0 5 100 Mayor Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 0 0 4 100 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 0 0 31 100 7 tidak terdapat pengawasan untuk keluar masuk kendaraan, personal, dan peralatan Cengkareng 5 0 0 5 100 Minor Grogol Petamburan 3 0 0 3 100 Kalideres 3 0 0 3 100 Kebon Jeruk 4 0 0 4 100 Tambora 16 0 0 16 100 Total 31 0 0 31 100 8 Komplek TPnU mempunyai gerbang lebih dari 1 sebagai tempat masuk Cengkareng 5 5 100 0 0 Minor Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 3.3 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 1 6.3 15 93.8 Total 31 15 48.4 16 51.6 9 Kendaraan yang digunakan tidak hanya mengangkut unggas Cengkareng 5 4 80 1 20 Minor Grogol Petamburan 3 2 66.7 1 33.3 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 3 75 1 25 Tambora 16 1 6.3 15 93.8 Total 31 13 41.9 18 58.1 10 Tidak meng-gunakan keranjang penampung untuk mengangkut ayam saat transportasi Cengkareng 5 5 100 0 0 Serius Grogol Petamburan 3 3 100 0 0 Kalideres 3 3 100 0 0 Kebon Jeruk 4 4 100 0 0 Tambora 16 5 31.3 11 68.8 Total 31 20 64.5 11 35.5 11 Tidak tersedia fasilitas jalan yang memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU Cengkareng 5 4 80 1 20 Minor Grogol Petamburan 3 1 33.3 2 66.7 Kalideres 3 2 66.7 1 33.3 Kebon Jeruk 4 3 75 1 25 Tambora 16 16 100 0 0 Total 31 26 83.9 5 16.1

(43)

Unggas dalam satu kali transportasi tidak berasal satu peternakan hanya ditemukan pada TPnU di Kecamatan Tambora (persentase penyimpangan 31.3%), sedangkan TPnU pada keempat kecamatan lain mendapat unggas yang ditransportasi berasal dari satu peternakan dalam satu kali transportasi (persentase penyimpangan. Penyimpangan terhadap unggas dalam satu kali transportasi tidak bersal dari satu peternakan dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan serius.

TPnU yang setiap penerimaan unggas tidak dilengkapi dengan SKKH paling banyak terdapat di Kecamatan Kebon Jeruk dengan persentase penyimpangan 25% (2 dari 4 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Cengkareng persentase penyimpangannya adalah 20% (1 dari 5 TPnU) dan Kecamatan Tambora 20% (3 dari 16 TPnU). Di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres setiap penerimaan unggas selalu dilengkapi oleh SKKH (persentase penyimpangannya adalah 0%). Penyimpangan tidak dilengkapinya penerimaan unggas dengan SKKH dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan serius.

TPnU yang dalam satu kali transportasi mengangkut lebih dari satu spesies unggas setiap pengangkutan ke TPnU hanya dijumpai di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 18.8% (3 dari 16 TPnU). Penyimpangan dalam satu kali transportasi mengangkut tidak satu spesies unggas setiap pengangkutan ke TPnU termasuk ke dalam kategori penyimpangan serius.

Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat tidak melakukan pembatasan akses masuk ke TPnU (persentase penyimpangannya 100%). Penyimpangan tidak ada pembatasan akses masuk ke TPnU termasuk ke dalam kategori penyimpangan minor.

Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat tidak melakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (persentase penyimpangannya 100%). Penyimpangan tidak dilakukannya disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan mayor.

Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) tidak melakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (persentase penyimpangannya

Gambar

Tabel 1  Jumlah dan kegiatan tempat penampungan unggas di Jakarta Barat
Gambar 1  Lokasi dan titik koordinat TPnU yang diamati di Jakarta Barat
Tabel 2  Kategori TPnU berdasarkan praktek biosekuriti dan higiene di Jakarta  Barat
Tabel 4  Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada bangunan dan  fasilitas TPnU di Jakarta Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak dipungkiri bahwa penggunaan printer dalam suatu pekerjaan tidak selalu efektif. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan printer dalam sebuah perusahaan, seperti

1) Crumb rubber dan pecahan genteng dapat digunakan sebagai agregat halus untuk membuat beton dengan kategori beton ringan. 2) Dalam membuat beton ringan struktural

Dorongan internal yang cukup menonjol dalam mempengaruhi pilihan karier kaum gay adalah kebutuhan akan rasa aman dari lingkungan.. Sedangkan yang eksternal adanya

Merakit (pemasangan setiap komponen, handle, poros pemutar, dudukan handle alas atas bawah, dan saringan).. Mengelas (wadah dengan alas atas, saringan, handle, dan

Dengan produk-produk seperti pinjaman pribadi tanpa jaminan atau kredit pemilikan rumah, kreditur akan mengenakan suku bunga yang tinggi terhadap konsumen yang berisiko

Namun ketika ia melihat realitas sosial dengan banyaknya penyimpangan ‘ ibādah yang dilakukan oleh umat Islam, maka konsep yang telah diperolehnya secara normatif dari

Berdasarkan pada analisa pasar dapat disimpulkan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan, mengingat belum adanya pesaing langsung dalam bisnis ini walaupun pesaing

jantung pada dinding dada.Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6 dengan apeks jantung... FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN