• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BONATI

ESTATE, PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION,

TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

OLEH

AZANEL WALAD

A24070156

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

AZANEL WALAD. Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT Sajang Heulang Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimanatan Selatan. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH).

Kegiatan magang ini secara khusus mempelajari pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan dalam kegiatan magang. Secara umum untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan dan memperoleh pengalaman kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) serta Menambah kemampuan mahasiswa dalam manajerial khususnya dalam pengelolaan sebuah perkebunan. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang – Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada tanggal 14 Februari – 14 Juni 2011.

Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang yaitu kegiatan yang menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial. Pada pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa memposisikan diri sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping asisten selama dua bulan. Perincian kegiatan magang ini dicatat dalam jurnal harian.

Pengamatan dilakukan terhadap aspek khusus meliputi perbandingan hasil panen yang dihasilkan antara sistem panen Division of Labour-2 (DOL-2) dengan Division of Labour-3 (DOL-3), serta pengaruhnya terhadap rotasi panen. Perbandingan angka kerapatan panen pada tiap tahun tanam berbeda, perbandingan hasil panenyang dihasilkan antara pemberondol SKU dan BHL dan perbandingan hasil panen antara karyawan panen penuh dengan karyawan panen yang memilki pekerjaan sampingan data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji t - student pada taraf 5%. Hasil pengamatan yang dilakukan dari setiap perbandingan tersebut menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap kriteria matang panen, mutu hanca, dan

(3)

iii kehilangan hasil (losses), rotasi panen, tenaga kerja panen dan angkutan panen. Data ini dianalisis secara deskriptif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

Kegiatan panen di Perekebunan Pantai Bonati menerapkan sistem Block Harvesting System (BHS) adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem panen ini menggunakan sisitem hanca giring tetap yang merupakan pengembangan dari sistem hanca giring murni dan giring tetap.

Produktivitas TBS di Perkebunan Pantai Bonati sudah baik, hal tersebut ditandai dengan peningkatan produksi dari tahun ke tahun ditambah lagi dengan baiknya kondisi kebun dengan populasi tanaman yang optimum dan sistem pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit.

Permasalahan utama yang terjadi pada pengelolaan pemanenan di Perkebunan Pantai Bonati adalah tingginya tingkat absensi karyawan sehingga mengakibatkan tingginya rotasi panen dan panen tidak serentak, tingginya rotasi panen akan mengakibatkan kualitas buah menurun, buah restan, tingginya rasio brondolan tinggal akibat dari banyaknya buah yang lewat matang. sehingga perlu dibuat aturan tegas bagi karyawan yang sering absen serta supervisi yang lebih fokus. Kontaminasi juga menjadi permasalahan di Perkebunan Pantai Bonati terutama oleh kotoran (pasir) dan brondolan hitam. Sumber kehilangan di Perkebunan Pantai Bonati adalah brondolan tertinggal.

(4)

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BONATI

ESTATE, PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION,

TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

AZANEL WALAD

A24070156

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BONATI ESTATE, PT SAJANG HEULANG MINAMAS

PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN

SELATAN

Nama : AZANEL WALAD

NRP : A24070156

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP. 19570711 198111 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

Penulis dilahirkan di Dumai, Propinsi Riau pada tanggal 19 Januari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Syahyuti dan Ibu Dewi Martini. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SDN I Bangko, Bagansiapiapi, Riau, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMPN I Bangko, Bagansiapiapi, Riau. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN I Bangko, Bagansiapiapi, Riau pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Saat menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) masa jabatan 2010/2011 sebagai pengurus divisi eksternal, organisasi mahasiswa daerah Himpunan Pelajar Mahasiswa Rokan Hilir (Hipermarohil) Bogor sebagai pengurus, organisasi mahasiswa daerah Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau (IKPMR) Bogor dan Aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia. Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan mahasiswa antara lain Festival Tanaman XXXI, Saung Tani 2009 pada masa orientasi Fakultas Fertanian dan Semai 45 pada masa orientasi Departemen Agronomi dan Hortikultura 2009. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sirnagalih, Kabupaten Bogor, Propinsi jawa Barat.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena atas rahmat, hidayah serta kekuatanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang disusun berjudul “ Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kegiatan magang yang dilaksanakan dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, secara khusus penulis sampaikan kepada:

 Ayahanda Syahyuti, Ibunda Dewi Martini, dan seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan semangat, doa dan motivasi, serta kasih sayang yang tidak terbatas.

 Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang telah memberikan beasiswa dan dukungan selama perkuliahan kepada penulis.

 Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.

 Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahaan.

 Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Ir. Supijatno, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi ini

 Bapak Jimmy Sahata Sihombing selaku Estate Manager Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang – Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

 Bapak Syahnan selaku Senior Asisten, Bapak Abduh Selaku KTU, Bapak Purmono dan Yudi Sutopo selaku Asisten Divisi yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.

(8)

 Seluruh Direksi dan Karyawan Pantai Bonati Estate, PT. Sajang Heulang Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

 Seluruh teman-teman Agronomi dan Hortkultura angkatan 44.

Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir.

Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi pembaca.

Bogor, September 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... XI

DAFTAR GAMBAR ... XIII

DAFTAR LAMPIRAN ... XIIIV

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Botani Kelapa Sawit ... 3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 4

Pemanenan Kelapa Sawit ... 5

METODE MAGANG ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Metode Pelaksanaan ... 7

Pengamatan dan Pengumpulan Data... 8

Analisis Data dan Informasi ... 10

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG... 11

Letak Geografi ... 11

Keadaan Iklim dan Tanah ... 11

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 12

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 12

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 13

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 15

Aspek Teknis ... 15

Pengendalian Gulma ... 15

Leaf Sampling Unit (LSU) ... 18

Pemupukan ... 20

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 25

Perawatan Jalan dan Titi Panen ... 28

Konservasi Tanah dan Air ... 29

Pemanenan ... 30 Aspek Manejerial ... 37 Pendamping Mandor ... 37 Pendamping Asisten ... 40 PEMBAHASAN ... 41 Persiapan Panen ... 41 xi xiii xiv

(10)

Halaman

Sistem Panen ... 41

Penetapan Seksi Panen ... 45

Penetapan Luas Hanca Pemanen ... 46

Penetapan Luas Hanca Kemandoran ... 48

Rotasi Panen ... 50

Taksasi Produksi (Angka Kerapatan Panen) ... 51

Kriteria Matang Panen ... 54

Mutu Hanca dan Kehilangan Produksi ... 57

Brondolan Tertinggal ... 58

Kondisi Tanaman ... 60

Sistem Pengawasan Panen dan Denda Panen ... 61

Pengelolaan Pengangkutan ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

Kesimpulan... 66

Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tahun 2006 - 2010 ... 13

2. Tingkatan dan Jumlah Karyawan di Perkebunan Pantai Bonati ... 14

3. Rekomendasi Pemupukan oleh Badan Riset dan Prestasi Kerja yang Diinginkan ... 23

4. Perbandingan Peningkatan Produksi Areal yang Diaplikasi JJK dengan yang Tidak Diaplikasikan ... 25

5. Basis dan Premi Panen di PBE ... 33

6. Peralatan Panen yang Digunakan di Kebun Pantai Bonati ... 36

7. Perbandingan Hasil Panen dan Rotasi Panen yang Dihasilkan dari Sistem Panen DOL-2 dan DOL-3 ... 43

8. Luas Seksi Panen Divisi I Kebun Pantai Bonati ... 45

9. Perbandingan Luas Areal Perhitungan dengan Luas Areal Aktual ... 46

10. Penetapan Tenaga Kerja Panen Divisi I ... 47

11. Perbandingan Hasil Panen yang Dihasilkan Pemberondol SKU dan BHL ... 48

12. Perbandingan Hasil Panen yang Dihasilkan Pemanen Penuh dengan Pemanen yang Memiliki Pekerjaan Sampingan ... 49

13. Persentase Absensi Karyawan Panen Bulan Januari-Mei 2011 .... 51

14. Perbandingan Angka Kerapatan Panen Pada 3 Tahun Tanam Berbeda ... 52

15. Perbandingan Angka Kerapatan Panen Pengamatan dengan Aktual ... 53

16. Rekapitulasi Pengamatan Angka Kerapatan Panen ... 54

17. Penggolongan Kematangan Tandan Buah Segar ... 55

(12)

Nomor Halaman

19. Pengamatan Mutu Buah (Kriteria Matang Panen) ... 57

20. Persentase Posisi Brondolan Tertinggal ... 58 21. Pengamatan Kehilangan Produksi Akibat Resiko Pemanenan

(Pemeriksaan Mutu Hanca)... 59

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi ... 16

2. Kegiatan Leaf Sampling Unit (LSU) ... 20

3. Organisasi Kegiatan Pemupukan ... 21

4. Hasil Penyusunan Janjang Kosong... 24

5. Pengendalian Hama Secara Biologi ... 26

6. Sarana Titi Panen ... 29

7. Teknis Konservasi di Perkebunan Pantai Bonati ... 29

8. Peralatan Panen di Perkebunan Pantai Bonati ... 35

9. Pelaksanaan Panen Perkebunan Pantai Bonati... 42

10. Tenaga Kerja Panen ... 47

(14)

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di

Perkebunan Pantai Bonati ... 69

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor/Mandor Besar di Perkebunan Pantai Bonati ... 70

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Perkebunan Pantai Bonati ... 71

4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Perkebunan Pantai Bonati, PT. Sajang Heulang-Minamas Plantation, ... 73

5. Peta Lokasi Perkebunan Pantai Bonati ... 74

6. Struktur Organisasi Perkebunan Pantai Bonati ... 75

7. Denda Karyawan Panen di Perkebunan Pantai Bonati ... 76

8. Denda Mandor di Perkebunan Pantai Bonati ... 77

9. Ulasan Kinerja Produksi Sampai Dengan Bulan Mei 2011 ... 78

10. Rekapitulasi Produksi Per Tahun Tanam Sampai dengan Bulan April 2011 ... 78

11. Historis Produksi Tahun 2006 – 2011 di Perkebunan Pantai Bonati Estate ... 79

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar. Produksi CPO tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 19 760 011 ton dari 17 350 848 ton pada tahun 2006 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas areal pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia mencapai 5 597 158 ha dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 8 430 206 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010).

Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan pembukaan lahan sampai dengan kegiatan panen dan penanganan pasca panen. Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan. Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Pemanenan yang menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al, 2008).

Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya, kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan

(16)

panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal dan insentif yang disediakan. Pusat Penelitian kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen. keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain.

Ketepatan waktu pengangkutan dan pengolahan kelapa sawit berkaitan dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung dalam buah kelapa sawit. Meskipun tandan yang dipanen bermutu baik, tetapi apabila transportasi kurang baik, terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikkan ALB, sedangkan ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi dalam proses pemucatan (Lubis, 1992). Oleh karena itu kegiatan pemanenan harus terorganisir dengan baik karena merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, baik untuk keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit maupun untuk peningkatan produksi minyak sawit yang berkualitas.

Tujuan

Tujuan diadakannya kegiatan magang :

1. Secara umum untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan dan memperoleh pengalaman kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Menambah kemampuan mahasiswa dalam manajerial khususnya dalam pengelolaan sebuah perkebunan. Serta Mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya.

2. Secara khusus mempelajari pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan dalam kegiatan magang.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Hartley (1967) menyatakan bahwa kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tumbuhan kelas Angiospermae, ordo Palmales, famili Palmae dan genus Elaeis. Pahan (2008) menambahkan ada beberapa species dalam genus ini antara lain Elaeis guineensis, Elaeis melanococca (Elaeis oleivera), dan Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia).

Klasifikasi tanaman Kelapa Sawit adalah : Divisi : Tracheophyta

Sub divisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub kelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoidae

Famili : Palmae (Aracaceae) Sub family : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto, 2009).

Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener (Pahan, 2008). Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 – 20 m dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008).

(18)

Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian yaitu: (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian (lamina) dan tulang daun (midrid); (2) rachis yang merupakan tempat anak daun melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun membentuk susunan satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 – 9 m. Jumlah anak daun di sekitar pelepah berkisar 200 – 400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya muncul setiap 2 minggu, sehingga dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40 – 50 daun (Fauzi et al., 2008).

Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah dan keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang bunga. Pada umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Lubis, 1992).

Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 - 6 bulan. Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau serabut buah yang mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang pelindung inti (Fauzi et al., 2008).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 120 LU dan 120 LS, pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 280C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial. Kelapa sawit dapat

(19)

5 tumbuh pada pH 4.0 – 6.0 namun yang terbaik adalah pada pH 5.0 – 5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992).

Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah yang ringan dengan kandungan pasir sekitar 20 - 60 %, debu 10 - 40 % dan liat 20 - 50 %. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 - 150 (Fauzi et. al, 2008).

Pemanenan Kelapa Sawit

Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar (TBS) dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan pemanenan adalah pemotongan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ketempat pengumpulan hasil (TPH) dan pengangkutan hasil ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa sawit, 2007).

Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan setelah berumur 30 bulan. Parameter lain yang sering digunakan dalam menentukan kategori tanaman menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen mencapai lebih dari 60 % . Pada keadaan tersebut berat tandan sudah mencapai tiga kilogram dan pelepasan brondolan dari tanaman lebih mudah. Pemanenan harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, buah tidak menginap dan angkutan ke pabrik lancar (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

Sebelum pemanenan harus dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut meliputi penyediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, peralatan, pengangkutan, data kerapatan panen dan sarana panen. Peralatan panen terdiri atas

(20)

dodos, kampak, egrek, ganco dan angkong. Sarana panen meliputi pengerasan jalan, pembuatan jembatan panen, jalan panen (pasar pikul) dan pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH). Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

Taksasi produksi atau angka kerapatan panen adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar yang akan diperoleh pada waktu panen berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang memungkinkan menjadi tandan buah. Berat rata-rata tandan buah sesuai dengan umur tanaman dan jenisnya (Sunarko, 2009). Tujuan kegiatan ini adalah untuk memudahkan pengaturan dan pelaksanaan pengerjaan panen di kebun dan pengolahan di pabrik, mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu, memudahkan penyediaan dan pengaturan transportasi.

Tandan yang telah dipanen dikumpulkan di TPH dan brondolan dikumpulkan serta dimasukkan ke dalam karung. Tandan di TPH disusun 5 - 10 tandan per baris, gagang tandan menghadap ke atas, brondolan telah dimasukkan kedalam karung. Pada pangkal gagang tandan ditulis nomor pemanenan.

Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan TBS, pengangkutan ke TPH maupun pengangkutan ke truk serta menjaga buah tidak kotor karena tanah atau debu. Pelukaan akan mempercepat peningkatan asam lemak bebas dari 0.2 – 0.7 % sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0.9 – 1 % setiap 24 jam ketika sudah datanah, sehingga makin cepat diangkut ke pabrik akan semakin baik (Lubis, 1992).

Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991). Kebutuhan truk dapat diketahui berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang meliputi data jumlah TBS per TPH, jumlah dan nomor TPH serta nomor blok. Setelah itu buah diangkut ke pabrik kemudian diperiksa dan disortasi lalu ditimbang. Hasil sortasi dan Penimbangan dilaporkan kepada kepala afdeling yang bersangkutan (PPKS, 2007).

(21)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Pantai Bonati Estate PT. Sajang Heulang – Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan yang dilaksanakanpadsa tanggal 14 Februari 2011 sampai 13 Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang yaitu kegiatan yang menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial. Pada pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa memposisikan diri sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping Mandor selama satu bulan dan pendamping Asisten selama dua bulan. Perincian kegiatan magang ini dicatat dalam jurnal harian seperti yang tercantum pada Lampiran 1 untuk status KHL, Lampiran 2 untuk status sebagai Pendamping Mandor dan Lampiran 3 untuk status sebagai pendamping Asisten.

Kegiatan magang sebagai KHL dilaksanakan selama satu bulan meliputi : (1) melakukan tugas lapangan sesuai kebutuhan kebun, antara lain mengikuti kegiatan apel pagi, pemeliharaan tanaman (pemupukan, leaf sampling unit, penunasan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, aplikasi janjang kosong, pemancangan silt pit), pemanenan dan pengangkutan. (2) mengisi jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan. (3) mencatat prestasi kerja mahasiswa dan karyawan yang diperoleh pada setiap kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja di perusahaan tempat magang.

Tugas magang sebagai pendamping Mandor dilaksanakan selama satu bulan yaitu : (1) mengawasi dan mengkoordinir para tenaga kerja, (2) pembuatan laporan, (3) pendamping Kerani (Kerani Divisi, Kerani Panen, Kerani Transport), (4) membuat jurnal kegiatan harian berisi waktu kegiatan, jenis pekerjaan dan jumlah karyawan yang diawasi.

Tugas magang sebagai pendamping Asisten dilaksanakan selama dua bulan yaitu: (1) mempelajari kegiatan manajerial di tingkat afdeling/divisi,

(22)

(2) membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja, (3) melakukan kunjungan ke Pabrik Kelapa Sawit dan pengamatan terhadap aspek khusus, (4) membuat jurnal kegiatan harian tingkat afdeling. Kegiatan sosial yang dilakukan adalah ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti : olahraga, keagamaan, dan bakti sosial.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, basis dan premi panen, sistem pengawasan dan denda, pengelolaan angkutan, norma kerja di lapangan serta organisasi dan manajemen.

Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui observasi lapangan maupun berupa hasil diskusi atau wawancara dengan Asisten Kebun, Mandor dan karyawan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan/kegiatan lapang terhadap kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu :

1. Sistem Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan Sistem Panen Division of Labour-2 (DOL-2) dan Division of Labour-3 (DOL-3). Sistem panen DOL-2 menggunakan 2 pemanen dan DOL-3 menggunakan 3 pemanen. Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan hasil panen potong buah (janjang/HK) dan kutip brondolan(kg/HK) yang dihasilkan dari dua sistem panen selama tiga hari dari semua pemanen (46 orang pemanen) serta mengetahui pengaruhnya terhadap rotasi panen.

2. Tenaga Kerja Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan hasil panen (janjang/HK) yang dihasilkan karyawan panen penuh dengan karyawan panen yang memiliki pekerjaan sampingan selama tiga hari dari tiga kemandoran, yang mana setiap kemandoran diambil contoh tiga orang pemanen penuh dan tiga orang pemanen yang memiliki pekerjaan sampingan. Pengambilan data dilakukan

(23)

9 selama empat hari. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pekerjaan sampingan karyawan panen terhadap produktivitas pemanen.

Pengamatan selanjutnya membandingkan hasil panen (kg/HK) yang dihasilkan karyawan pemberondol SKU dan karyawan pemberondol BHL. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah hasil panen yang dihasilkan dari tujuh orang karyawan pemberondol SKU dan tujuh orang karyawan pemberondol BHL dari tiga kemandoran yang ada. Pengamatan dilakukan selama tiga hari. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh status karyawan serta sistem upah terhadap produktivitas karyawan.

3. Angka Kerapatan Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati jumlah buah matang dari total tanaman yang diamati. Pengamatan angka kerapatan panen dilakukan pada enam blok dengan tahun tanam berbeda, tahun tanam 1996 (blok O 25 dan O 26), tahun tanam 1997 (blok P 21 dan P 25), tahun tanam 1998 (blok O 19 dan N 20). Jumlah tanaman contoh yang diamati sebesar 15% dari jumlah populasi tanaman pada setiap blok. Pengamatan ini membandingkan angka kerapatan panen dari tiga tahun tanam berbeda dengan uji t-student pada taraf 5 % serta membandingkan angka kerapatan panen pengamatan dengan angka kerapatan panen aktual.

4. Rotasi Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan Mandor dan Asisten Kebun serta mencari penyebab utama terjadinya rotasi panen terlambat dengan mengamati tingkat absensi karyawan panen dalam lima bulan terakhir.

5. Kriteria Matang Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara mengikuti 6 orang pemanen dari tiga kemandoran. Kriteria matang panen didasarkan pada tingkat kematangan buah antara lain buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang dan janjang kosong.

6. Mutu Hanca dan Kehilangan Produksi

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati brondolan tertinggal, buah matang tertinggal dan kondisi tanaman. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti

(24)

dua orang pemanen dari tiga kemandoran, yang mana total keseluruhan pemanen yang diikuti menjadi enam orang pemanen. Selain itu juga diamati sistem pengawasan dan denda panen, pelaksanaan panen, pengangkutan TBS hasil panen.

Analisis Data dan Informasi

Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Analisis ini digunakan pada pengamatan kriteria matang panen, mutu hanca dan kehilangan produksi, rotasi panen dan angka kerapatan panen.

Analisis kuantitatif dilakuan dengan menggunakan uji t-student pada taraf 5 %. Analisis kuantitatif digunakan untuk pengamatan angka kerapatan panen, yaitu dengan cara membandingkan angka kerapatan panen pada tiga tahun tanam berbeda (1996, 1997 dan 1998). Dilakukan perbandingan hasil panen dari sistem panen DOL-2 dan DOL-3, perbandingan hasil panen pembrondol SKU dan BHL dan perbandingan hasil panen antara karyawan panen penuh dengan karyawan panen yang memiliki pekerjaan sampingan. Rumus yang digunakan yaitu :

𝑡 − student = x 1+ x 2 sp n1 1+ 1 n2 dengan Sp = n1− 1 S1 2+ n 2− 1 S22 n1+ n2− 2 Keterangan ;

x 1, x 2 = rata − rata pengamatan 1 dan 2 S12, S22= ragam contoh 1 dan 2

n1, n2 = jumlah pengamatan 1 dan 2 Sp = simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajad bebas (n1 + n2 - 2) (Walpole, 1990).

(25)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografi

Secara geografis Perkebunan Pantai Bonati Estate PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation terletak di Desa Bonati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi Perkebunan Pantai Bonati Estate sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sebamban dan Desa Karang Indah, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Angsana dengan Desa Setarap, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Angsana, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Penyiputan dan Desa Dwi Marga.

Lokasi Perkebunan Pantai Bonati PT. Sajang Heulang secara geografis terletak pada koordinat 114º 19’13” BT - 116º 33’28” BT dan 1º 21’49” LS - 4º 10’ 14” LS dengan ketinggian 0 - 50 m di atas permukaan laut (dpl).

Keadaan Iklim dan Tanah

Iklim di lokasi Perkebunan Pantai Bonati adalah iklim basah. Menurut sistem klasifikasi Schmidt Ferguson, areal Perkebunan Pantai Bonati termasuk dalam kelas B. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 2 428 mm dengan rata-rata hari hujan 138 hari. Curah hujan tertinggi antara tahun 2006 – 2011 terjadi pada tahun 2007, dengan rata-rata curah hujan 236 mm/tahun. Curah hujan terendah pada tahun 2009 dengan rata-rata curah hujan 178 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 687 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September 2009 sebesar 11 mm. Data curah hujan tahun 2006 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 4.

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur rata-rata berkisar antara 23.3 – 32.7 ºC dengan kelembaban udara rata-rata antara 47% - 98% tiap bulan, dan rata-rata tekanan udara di PT. Sajang Heulang berkisar antara 1 009.3 – 1 013 mm Hg.

Kondisi lahan Perkebunan Pantai Bonati mempunyai topografi datar hingga bergelombang dengan tingkat lereng < 10% dengan panjang lereng

(26)

mencapai ± 150 m dan mempunyai lapisan Petroferric. Berdasarkan hasil survey tinjau di Kebun Pantai Bonati terdapat dua jenis tanah, yakni ordo Oxisol dan Entisol. Adapun hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanahnya, maka Perkebunan Pantai Bonati tergolong dalam S3 (kurang sesuai/moderately suitable), namun secara teknis semua lahan tersebut masih dapat ditingkatkan menjadi kelas S2 (potensial) dengan memperbaiki faktor-faktor pembatas utamanya (kesuburan dan adanya lapisan Petroferric yang dangkal).

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Perkebunan Pantai Bonati dibangun diareal konsesi seluas 2 715 ha, areal konsesi terbagi menjadi areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 2 505 ha, areal okupasi atau areal pembukaan baru seluas 40 ha, areal prasarana (emplasement, jalan, jembatan dan parit) seluas 170 ha. Perkebunan Pantai Bonati terbagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi I seluas 1 086 ha, Divisi II seluas 867 ha dan Divisi III seluas 762 ha. Areal statement Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Lampiran 5.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Varietas yang digunakan di Perkebunan Pantai Bonati adalah Varietas Marihat dan Socfindo. Adapun jenis buah dari Varietas Marihat dan Socfindo yang digunakan adalah Tenera, yaitu hasil persilangan Dura x Pisifera. Populasi rata-rata dari total area yang ditanam adalah 133 tanaman/ha. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan tata tanam segitiga sama sisi. Penanaman kelapa sawit dimulai sejak tahun 1996. Perusahaan memiliki target produksi yang ditetapkan untuk dicapai oleh masing-masing divisi. Produktivitas panen di Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat pada Tabel 1.

Dari Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa produksi Perkebunan Pantai Bonati pada tahun 2010 mengalami peningkatan. hal ini dipengaruhi kondisi iklim, curah hujan, umur tanaman. Selain itu juga dapat diketahui produktivitas tanaman kelapa sawit di Perkebunan Pantai Bonati selalu fluktuatif dari tahun ke tahun, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah di Perkebunan Pantai Bonati yang dominan adalah tanah berpasir karena lokasi kebun yang berada disekitar

(27)

13 pantai. Berdasarkan hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanahnya, Perkebunan Pantai Bonati tergolong dalam S3 (kurang sesuai/moderately suitable).

Tabel 1. Data Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tahun 2006 - 2010 Tahun Tanam Produksi (ton/ha) 2006 2007 2008 2009 2010 1996 30.40 20.67 25.00 18.55 28.21 1997 25.19 18.22 26.14 17.92 25.52 1998 21.85 17.61 23.74 17.46 23.17 Rata - rata 23.30 18.02 24.41 17.65 24.22 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati2011

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan kelapa sawit Pantai Bonati, PT. Sajang Heulang merupakan salah satu unit usaha dari Minamas Plantation. Struktur organisasinya berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi adalah Dewan Direksi dan General Manager (GM) yang membawahi beberapa Manajer Kebun. Manajer Kebun (Estate Manager) dibantu oleh seorang Asisten Kepala (Senior Assistant), dua orang Asisten Divisi dan seorang Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Perkebunan Pantai Bonati dapat dilihat dalam Lampiran 6.

Manajer Kebun bertugas mengelola, mengorganisasikan dan mengendalikan kebun dalam rangka membangun dan merawat tanaman kelapa sawit. Untuk mencapai target produksi tandan buah segar yang merupakan kebutuhan bahan mentah Crude Palm Oil (CPO) yang telah ditetapkan dengan rencana dan standar teknis kerja yang berlaku.

Asisten Divisi bertugas dan bertanggung jawab kepada Manajer Kebun untuk mengelola kegiatan divisi dan transportasi unit (traksi) dengan tujuan mencapai target produksi seluruh divisi dan mengelola kelancaran pengangkutan seluruh kebun. Pada Perkebunan Pantai Bonati Asisten Kepala merangkap sebagai Asisten Divisi I, Asisten Divisi bertugas dan bertanggung jawab terhadap kebun dengan melaksanakan administrasi divisi dengan tertib, pembinaan sumberdaya manusia yang dipimpinnya, pengendalian biaya yang telah disetujui dan menjadi tanggung jawab divisi.

(28)

Pengelolaan administrasi yang dilakukan oleh Asisten Divisi meliputi pembuatan rencana kerja (harian, bulanan, tahunan) memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksanakan tugasnya Asisten Divisi dibantu oleh Mandor I untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada di lapangan. Kepala Administrasi atau KTU bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi dan keuangan di tingkat kebun.

Tenaga kerja di Perkebunan Pantai Bonati terdiri dari karyawan staf dan non staf. Tenaga kerja staf terdiri dari Manajer Kebun, Asisten Kepala, Asisten Divisi dan Kepala Tata Usaha (KTU). Karyawan non staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama Bulanan dan Harian serta Karyawan Harian Lepas. Jumlah karyawan di Perkebunan Pantai Bonati sampai dengan bulan Juni 2011 396 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 391 orang karyawan non staf. Sistem pengupahan yang diberlakukan didasarkan pada Upah Minimum Regional (UMR) sebesar Rp 45 000/HK. Indeks tenaga kerja di Perkebunan Pantai Bonati 0.15. Adapun standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 – 0.4. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di Perkebunan Pantai Bonati belum ideal. Tingkatan dan Jumlah Karyawan di PBE dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkatan dan Jumlah Karyawan di Perkebunan Pantai Bonati Tingkatan Karyawan Jumlah

....orang... Karyawan Staf Estate Manager 1 Senior Asisten 1 Asisten Divisi 2 KTU 1 Kasie - Karyawan Non Staf

SKU-B Kantor 12 SKU-B Traksi 18 SKU-B Afdeling 23 SKU-B Harian 338 BHL - Honorer - Jumlah Total 396 Indeks Tenaga Kerja 0.15 Standar ITK 0.2 – 0.3 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011

(29)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Kegiatan pengendalian gulma pada Perkebunan Pantai Bonati dibagi menjadi dua metode yaitu pengendalian gulma secara kimiawi dan pengendalian gulma secara manual. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi pada Kebun Pantai Bonati dinamakan Block Spraying System (BSS). BSS merupakan sistem penyemprotan/pengendalian gulma kimiawi terkonsentrasi yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu penyemprotan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi.

Block Spraying System terdiri dari kegiatan semprot piringan kimiawi dan semprot gawangan kimiawi. Setiap kegiatan memiliki cara, alat, bahan dan target penyemprotan yang berbeda. Setiap bahan yang digunakan tergantung kondisi areal, yaitu kondisi areal berat, sedang dan ringan. Kegiatan BSS ini membagi tim kerja semprot menjadi dua tim yaitu tim BSS 1 yang mengerjakan semprot piringan kimiawi (Divisi I, II, III) dan BSS II yang mengerjakan semprot gawangan kimiawi (Divisi I, II, III). Semprot piringan memiliki 3 kali rotasi/tahun dan semprot gawangan 2 kali rotasi/tahun. Jumlah rotasi di suatu kebun tergantung pada : umur tanaman, jenis gulma yang dominan, jenis dan dosis herbisida yang digunakan, jenis tanah, kerapatan gulma dan keadaan iklim.

Semprot piringan. Tujuan pemberantasan gulma umum di piringan

mengurangi kompetisi unsur hara dan air, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan, memudahkan pengutipan brondolan (menekan kehilangan hasil brondolan).

Kegiatan semprot piringan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja memiliki hanca dua pasar pikul untuk volume tanki 6 l, penyemprot bergerak dari sisi collection road kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong atau tidak ada benderanya. Kegiatan semprot piringan menggunakan alat Micron Herbiside

(30)

Sprayer (MHS). Sasaran kerja dari semprot piringan adalah semua piringan, pasar pikul, pasar tengah, kaki lima, kaki lima blok dan TPH. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot piringan adalah tingkat kematian gulma sasaran di atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran.

Bahan herbisida yang digunakan untuk semprot piringan adalah Prima Up (150 ml/ha/rotasi) dan starane (10 ml/ha/rotasi). Starane 0.9 – 1 % berfungsi sebagai herbisida gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Mikania micrantha, Pueraria javanica dan gulma berkayu (semak) seperti Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum. Prima Up dengan bahan aktif Glyphosate isopropylamine salt (480 g/l) berfungsi sebagai herbisida gulma berdaun sempit seperti kentosan dan pakis-pakisan. Untuk prestasi kerja standar karyawan semprot piringan 6 ha/HK/rotasi. Upah minimum regional utuk kegiatan semprot Rp. 45 000/HK. Teknis pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) Kegiatan Semprot Piringan (b) Kegiatan Semprot Gawangan

Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

Semprot gawangan. Tujuan pengendalian gulma di gawangan :

mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain dan menekan populasi hama (terutama pada TBM). Kegiatan semprot gawangan dimulai dengan mandor menyebar karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja bergerak dari sisi collection road sampai dengan pasar tengah blok, yang kemudian pindah ke pasar pikul sebelahnya yang kosong atau tidak ada benderanya. Kegiatan semprot gawangan menggunakan alat RB - 15 yang besar volume semprot berdasarkan ukuran nozzle. Sasaran kerja dari semprot gawangan

(31)

17 adalah semua tumbuhan (gulma berdaun lebar) di gawangan yang berpotensi menjadi kompetitor dalam penyerapan hara dan menganggu aktivitas pekerja (panen, pemupukan dan aktivitas lainnya) kecuali Nephrolephis biserrata, Turnerasubulata dan Casia cubanensis.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot gawangan ini adalah tingkat kematian gulma di atas 90 % dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Bahan yang digunakan untuk kegiatan semprot gawangan adalah Garlon dan Kenlon berbahan aktif triklopir butoksi etil ester 480 g/l untuk gulma Chromolaena odorata, Ally 20 WDG (Water Disperable Granule) dengan bahan aktif metil metsulfuron untuk gulma alang-alang dan pakis-pakisan. Namun untuk saat ini Perkebunan Pantai Bonati tidak lagi menggunakan Ally 20 WDG dan diganti dengan Metafuron yang berbahan aktif sama dengan harga yang lebih murah dan lebih efektif. Prestasi kerja standar karyawan 2.5 ha/HK.

Kendala yang terjadi selama semprot gawangan adalah keteraturan dalam dosis herbisida, prestasi kerja karyawan yang sebenarnya masih bisa ditingkatkan, tertundanya kegiatan akibat turunnya hujan, rusaknya alat semprot dan rusaknya unit angkut tanki semprot ditambah berkurangnya anggota tim semprot gawangan akibat dialihkan untuk kegiatan lain seperti sensus daun dan sensus produksi, serta kondisi lapangan yang bergelombang. Apabila terdapat kendala seperti hujan, maka mandor semprot gawangan akan mengganti kegiatan semprot gawangan kimiawi menjadi kegiatan pengendalian gulma manual.

Pengendalian gulma secara manual. Pada Perkebunan Pantai Bonati

pengendalian gulma secara manual terdiri dari rawat piringan manual, gawangan manual, dan dongkel anak kayu. Mekanisme pekerjaan ini adalah membersihkan gulma penganggu yang tumbuh disekitar tanaman, piringan dan gawangan.

Kegiatan pengendalian gulma secara manual dimulai dari pencabutan gulma di sekitar tanaman yaitu gulma epifit dan kentosan yang tumbuh di batang, kemudian dilanjutkan dengan mencabut gulma di sekitar piringan, hal ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemupukan, pemanenan dan menghindari adanya gulma yang berpotensi sebagai tanaman inang hama dan penyakit. Setelah selesai di piringan dilanjutkan dengan membersihkan pasar pikul dan gawangan mati dengan cara memotong dan mendongkel jika ditemukan anak kayu dan

(32)

kentosan dengan menggunakan alat cados untuk mengangkat anak kayu dan kentosan sampai ke akarnya. Jika telah sampai collection road berikutnya, pekerja memulai dari depan pasar pikul berikutmya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, kentosan, Melastoma malabatrichum dan Chromolaena odorata.

Prestasi kerja standar karyawan adalah 1 ha/HK.

Leaf Sampling Unit (LSU)

Kegiatan pengambilan contoh daun ini dilakukan setiap tahunnya dengan membagi kebun menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diambil sampel awal tahun (Februari - Maret) dan kelompok yang diambil sampel pada pertengahan tahun (Juni - Agustus). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan yang terjadi pada saat analisis daun di laboratorium yang mencapai puncak kesibukan di bulan September - Desember. Pengambilan contoh dilakukan di blok LSU, dimana pemupukan terakhir selesai dilakukan minimal 2 - 3 bulan sebelumnya.

Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena akan mempengaruhi hasil analisis yang akan dilakukan. Adapun keadaan yang tidak boleh dilakukan pengambilan contoh adalah pada waktu hujan, harus ditunggu sampai satu jam setelah hujan sampai titik hujan tidak kelihatan di permukaan daun dan curah hujan mencapai 20 mm. Hal ini menyebabkan pengambilan contoh harus ditunda sampai 36 jam sesudahnya.

Pengambilan contoh daun dilaksanakan pada pukul 07.00 - 12.00, sehingga dengan alasan apapun pengambilan contoh tidak boleh dilakukan pada sore hari. Hal tersebut disebabkan morfologi daun itu sendiri, yang mengalami keadaan paling segar pada pagi - siang hari, sehingga contoh yang kita ambil benar-benar mewakili keadaan sebenarnya dari tanaman.

Pohon contoh pertama dalam LSU adalah pohon yang terletak pada baris ketiga dan pohon ketiga dalam barisan tersebut dari batas blok. Pada salah satu sisi batas blok, pohon diberi tanda berupa nomor LSU. Barisan ketiga dari pohon tersebut, yaitu pada pohon di pinggir jalan (pohon pertama) diberi tanda anak panah ke atas yang berarti dari pohon tanda masuk dalam barisan. Pada pohon terakhir dari barisan ketiga tersebut diberi tanda anak panah kesamping kiri yang berarti pindah baris yang sesuai dengan sistem pengambilan contoh daun yang

(33)

19 ditentukan. Daun contoh diambil pada pelepah ke 17, sehingga apabila pelepah ke 17 dari pohon contoh rusak, maka daun contoh harus diambil dari pelepah ke 17 dari pohon yang ada di sekitarnya.

Pengambilan contoh daun memiliki prosedur tertentu, yaitu:

1. Jika mungkin contoh daun diambil langsung dari pelepah ke 17 tanpa memotong pelepah tersebut. Jika pohon sudah tinggi maka pelepah ke 17 dipotong di bawah pangkal lidi.

2. Dari pelepah ke 17 diambil delapan helai daun, empat helai di kiri dan empat helai di kanan tepat pada titik pertemuan ke dua sisi pelepah daun. Dari delapan helai daun tersebut potong bagian ujung dan pangkal sehingga didapat bagian tengah daun.

3. Setelah itu daun tersebut dipisah menjadi dua, yaitu daun sebelah kiri dan daun sebelah kanan, untuk kemudian dipotong 25 cm dengan menggunakan parang atau gunting. Helai daun sebelah kanan untuk plastik putih sedangkan helai daun sebelah kiri untuk plastik hitam.

4. Kantong plastik diikat dan dikirim ke kantor divisi

5. Selama di lapangan harus dihindari tercampurnya helai daun dari satu LSU dengan yang lain. Selama itu contoh daun harus dicegah dari terkena sinar matahari langsung.

Kegiatan LSU tidak hanya melakukan pengambilan contoh daun melainkan juga sambil melakukan pengamatan visual dengan bantuan foto gejala defisiensi yang bisa menyerang tanaman kelapa sawit. Oleh karena sifat pekerjaan ini yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman maka tenaga kerja sensus daun jangan berganti-ganti dari tahun ke tahun. Analisis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :

(1) perbandingan warna hijau daun dengan dengan warna hijau yang baku (hijau-gelap); (2) adanya tanda dan gejala defisiensi hara; (3) membandingkan pertumbuhan tanaman dengan tanaman yang tidak mendapat pemupukan. Tenaga kerja sensus daun juga wajib menulis catatan di formulir yang telah disediakan mengenai gejala-gejala defisiensi hara yang khas yang nampak secara dominan di blok LSU yang diamatinya. Gambaran tentang kegiatan LSU dapat dilihat pada Gambar 2.

(34)

(a) Penentuan Pelepah ke 17 (b) Pemotongan 8 Helai Daun

(b) Helai Daun Dipotong 25 cm dengan Pisau

Gambar 2. Kegiatan Leaf Sampling Unit (LSU)

Pemupukan

Tujuan pemupukan adalah menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan mampu menyuplai kebutuhan unsur hara yang tidak diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan analisis daun. Biaya pupuk mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan. Karena itu, untuk mengupayakan efisiensi pemupukan perlu diterapkan empat tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah (dosis).

Pemupukan merupakan hal penting bagi perkebunan kelapa sawit. Hal ini antara lain karena tanaman kelapa sawit memiliki kebutuhan akan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang jumlah ketersediaan dalam tanah bersifat terbatas. Pada saat tanaman memasuki fase menghasilkan pada saat itulah tanaman memiliki kebutuhan tertinggi dan apabila pengaplikasian yang dilakukan sudah tepat (waktu, cara, bahan, dosis dan jenis), maka hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan.

(35)

21 Pemupukan juga mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit.

Pemupukan anorganik. Perkebunan Pantai Bonati dilakukan pemupukan

anorganik, kegiatan pemupukan ini memiliki sistem yang dinamakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan sistem pemupukan terkonsentrasi yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Organisasi pemupukan meliputi pengangkut pupuk, pelangsir/pengecer pupuk dan penabur pupuk Kegiatan organisasi pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.

(a) Pelangsiran Pupuk (b) Pengeceran Pupuk

(c) Penaburan Pupuk

Gambar 3. Organisasi Kegiatan Pemupukan

Pelangsiran dan penyusunan karung.

Pelangsiran adalah kegiatan memuat pupuk yang ada di gudang untuk selanjutnya dikirim ke lapang. Kegiatan pelangsiran harus diawasi oleh Mandor Pupuk sebagai pemberi petunjuk berapa jumlah pupuk (karung) yang harus ditempatkan pada setiap tempat peletakan pupuk (TPP). TPP terletak pada setiap kaki lima pada tiap-tiap gawang yang ada pasar pikulnya, hal ini disebabkan metode dari BMS itu sendiri yang mengharuskan setiap pemupuk memasuki gawangan secara bersamaan. Setiap pupuk (karung) yang dilangsir harus

(36)

diletakkan di kaki lima hal ini berkaitan dengan kemudahan pemupuk untuk mengambil pupuk (karung) dan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan losses disebabkan pupuk tercecer dijalan dan pupuk (karung) rusak akibat tergilas kendaraan bermotor yang melintasi jalan.

Tenaga kerja pelangsiran semuanya laki-laki berjumlah lima orang, selain bertugas melakukan langsir pupuk mereka juga bertugas mengumpulkan sak bekas pupuk. Jumlah karung yang dibawa harus sesuai dengan yang terkumpul, karung tersebut dikumpul dan selanjutnya dipindahkan ke truk untuk dibawa ke gudang. Basis untuk langsir pupuk adalah 3 ton/HK dengan premi Rp. 8 000/ton. Pengeceran.

Kegiatan pengeceran pupuk dalam barisan tanaman dilakukan dengan menggunakan angkong dengan perbandingan satu pengecer dan dua penabur. Berdasarkan sistem BMS, pupuk (karung) diletakkan oleh pengecer pada tanaman nomor 1, 8, 17 dan 25 (disesuaikan dengan dosis dan kebutuhannya). Karung bekas pupuk (karung) dibawa dan ditaruh rapi di pinggir kaki lima hancanya. Kendala pada kegiatan ini adalah lahan yang berombak dan kurang tersedianya titi panen yang dibutuhkan untuk melewati parit sehingga hal tersebut akan menyulitkan pengecer untuk membawa angkong yang berisi pupuk (karung) tersebut.

Penaburan.

Kegiatan penaburan disesuaikan dengan jenis pupuk yang akan disebar (tergantung kecepatan pupuk untuk menguap) jika pupuk yang akan ditebar bersifat lambat menguap seperti Rock Phospat dan Dolomite maka pupuk akan ditebar diluar lingkaran piringan atau di pinggir pelepah/janjang kosong dengan membentuk huruf “U” (dimaksudkan untuk menghindari terjadinya aplikasi pada pasar pikul).

Pemupukan dengan bentuk “U” dapat dilakukan karena akar sudah menyebar di luar piringan. Hal ini dimaksudkan agar losses yang terjadi akibat pupuk terhanyut air dan tertiup angin dapat diminimalisasikan. Kendala dari kegiatan penaburan adalah lahan akan dipupuk termasuk bergelombang sehingga akan menyebabkan kesulitan bagi penabur. Rekomendasi pemupukan dan prestasi yang diinginkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.

(37)

23 Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan oleh Badan Riset dan Prestasi yang

Diinginkan

Jenis Pupuk Dosis Pupuk (kg/pokok) Prestasi (kg/HK) Kandungan Pupuk NK Blend 2.50 2.25 2.00 1.50 600 600 500 450 N = 13 % K2O = 36 % Rock Phospat (RP) 1.25 1.00 450 450 Phospat alam Dolomite 1.25 1.00 450 450 MgO = 18 – 22 % CaO = 30 % HgB - Borate 0.04 B2O3 = 48 %

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011

Pemupukan yang optimum dilakukan pada bulan-bulan dengan curah hujan 100 - 200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Bila curah hujan per bulan < 60 mm/bulan, pemupukan sebaiknya ditunda. Begitu pula jika curah hujan di perkebunan mencapai > 300 mm/bulan maka pemupukan juga akan ditunda terlebih dahulu. Pada TM frekuensi aplikasi adalah 1 - 2 kali aplikasi/tahun, pemupukan N dan K agar selalu diusahakan untuk memupuk menjelang akhir dan awal musim hujan, hal ini disebabkan sifat pupuk tersebut yang mudah larut dan menguap.

Pemupukan organik. Bahan organik dapat dimanfaatkan untuk

memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Umumnya bahan organik ini merupakan produk limbah sehingga tersedia secara murah, terutama jika diaplikasikan dekat dengan tempat pembuangannya. Daur ulang sampah dari pengolahan di pabrik akan sangat bermanfaat bagi tanaman karena secara komparatif memberikan unsur hara yang murah tanpa adanya resiko keracunan bagi tanaman.

Pada Perkebunan Pantai Bonati pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan mulsa janjang kosong (JJK) yang merupakan limbah padat dari proses pengolahan kelapa sawit. Janjang kosong (JJK) adalah sisa buah tandan sawit yang diolah di Pabrik Kelapa Sawit. Produksi JJK adalah sekitar 23 % tandan buah segar (TBS). JJK adalah bahan organik yang mengandung sejumlah hara terutama Kalium (K). Satu ton JJK segar mengandung jumlah hara yang setara dengan sekitar 5 kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP dan 4 kg Kieserit.

(38)

JJK melapuk relatif lambat (8 bulan), hara N dan P yang terkandung didalamnya bersifat slow-release. Pada tanah berpasir JJK bermanfaat sebagai bahan mulsa. Aplikasi JJK secara rutin dapat menaikkan produksi TBS, terutama di daerah dengan iklim yang mempunyai beberapa bulan kering. Efek kenaikan produksi terutama disebabkan bertambahnya daya menyimpan air dari tanah yang dimulsa dengan JJK. Pada lereng, JJK bermanfaat untuk mencegah dan mengurangi erosi.

Pengangkutan dan aplikasi janjang kosong di Perkebunan Pantai Bonati dilakukan oleh kendaraan yang mengangkut TBS sekembalinya dari PKS. Bobot janjang rata-rata yang diangkut adalah 5 - 6 ton. Pemberian janjang kosong dilakukan dengan dosis 300 kg/tanaman dimana janjangkosong ditempatkan pada gawangan mati. Janjang kosong yang diberikan sebaiknya yang segar yang diangkut langsung dari PKS dan segera diaplikasikan ke lapangan, dan diratakan satu lapis hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu panas, penyebaran hara lebih merata dan tidak merangsang perkembangan kumbang Oryctes rhinoceros. Penyusunan JJK tidak boleh menutupi pasar pikul. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Penyusunan Janjang Kosong

Janjang kosong disusun mendatar bukan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat dekomposisi dan pelapukan. Basis standar untuk tenaga SKU adalah 20 tanaman/HK. Pengupahan untuk kegiatan mulsa janjang kosong adalah sebesar Rp 2 000/titik mulai dari tanaman 1 - 8 sedangkan mulai dari tanaman 9 - 16 upah yang diberikan Rp. 2 500. Peningkatan produksi areal yang diaplikasi JJK dengan areal yang tidak diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel 4.

(39)

25 Tabel 4. Perbandingan Peningkatan Produksi Areal yang Diaplikasi JJK

dengan yang Tidak Diaplikasikan JJK

Blok Total Aplikasi JJK Rata – Rata Produksi 10 tahun Terakhir (ton/ha) O021 ...(ton)... 0 ...(ton/ha)... 15.31 P014 3 295 18.77

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Pantai Bonati 2011

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa aplikasi janjang kosong berpengaruh terhadap peningkatan produksi. Perbandingan antara dua blok menunjukkan bahwa blok yang diaplikasikan dengan JJK memiliki rata-rata produksi lebih tinggi dari blok yang tidak diaplikasikan. Biaya aplikasi janjang kosong/ha sekitar Rp. 144 000/ha.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama pada hakikatnya merupakan upaya dari perusahaan untuk menghindari turunnya produktivitas akibat serangan hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit. Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama tersebut. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari siklus hama tersebut merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendaliannya.

Pada Perkebunan Pantai Bonati dimana areal pertanamannya sudah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM) semua, maka hama yang menyerang sudah tidak terlalu banyak dan beragam. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama melakukan kegiatan magang di Perkebunan Pantai Bonati, hama yang ditemui adalah sedikit hama ulat api dan tikus. Untuk pengendalian hama ulat api dan tikus perusahaan menggunakan metode biologi (hayati) dan kimia.

Untuk pengendalian hama ulat api pengendalian dilakukan dengan menanam tanaman Turnera subulata, Antigonon leptotus dan Casia cubanensis sebagai inang dari musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus sp. Sedangkan untuk hama tikus pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian terpadu dimana pengendalian dilakukan dengan menggunakan metode biologi dan

(40)

kimiawi. Tindakan pengendalian hama tikus akan berhasil dengan baik, apabila populasinya dapat ditekan dengan semaksimal mungkin sampai ke sumbernya. Pengendalian secara kimia dilakukan sebanyak dua kali setahun tanpa memperhatikan ada atau tidaknya serangan.

Untuk pengendalian secara biologi, Perkebunan Pantai bonati melakukan pengembangbiakan burung hantu Tyto alba dengan memasang rumah burung hantu yang disebut Nest Box. Lokasi penempatan kandang ini harus strategis (berdekatan dengan pohon besar atau pada areal di sekitar pemukiman) dan diusahakan agar jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari manusia. Hal ini dimaksudkan agar burung hantu tidak mudah mengalami stress. Tingkat predasi burung hantu terhadap Rattus tiomaticus di perkebunan kelapa sawit mencapai 88% sedangkan sisanya 6% adalah Rattus argentiventer dan 6% Rattus ratus diardii. Rumah burung hantu dan Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) Rumah Burung Hantu (b) Tanaman Turnera subulata Gambar 5. Pengendalian Hama Secara Biologi

Penunasan (Prunning)

Penunasan atau Prunning adalah salah satu kegiatan dari manajemen kanopi yaitu mempertahankan jumlah pelepah sawit produktif yang maksimal untuk menghasilkan produksi yang optimal. Idealnya pembuangan pelepah sawit harus dilakukan secara minimal sepanjang masa produktif kelapa sawit untuk maksimalisasi proses fotosintesis. Namun dalam prakteknya untuk mempermudah pekerjaan potong buah, maka beberapa pelepah harus dibuang atau ditunas apabila tanaman sawit semakin tinggi.

(41)

27 Tunasan yang berlebihan (over pruning) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan bunga jantan dan diikuti dengan penurunan produksi, jumlah janjang dan BJR (berat janjang rata-rata). Tujuan penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan penyakit.

Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi maksimum maka harus dihindari terjadinya penunasan yang berlebihan (over prunning). Over prunning adalah terbuangnya pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan mengakibatkan tanaman mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan, pengawasan yang ketat dan penggunaan alat yang tepat.

Kegiatan penunasan pada perkebunan Pantai Bonati dinamakan penunasan progresif. Tunasan progresif adalah kegiatan penunasan dimana penunasan dilakukan oleh pemanen sendiri pada saat pemanen melakukan kegiatan pemanenan. Salah satu tujuan diterapkan BHS pada sistem panen adalah terintegrasinya panen dan pemeliharaan tunas oleh pemanen sendiri. Hal tersebut diatas dapat mengurangi kebutuhan tenaga khusus tunas dan menambah pendapatan karyawan panen.

Pola penghancakan BHS (Hanca Tetap) dapat sekaligus menjadi hanca tetap tunas, sehingga pemeliharaan pelepah produktif dapat dilakukan secara besamaan dengan kegiatan panen. Penambahan tugas dan tanggung jawab pemeliharaan pelepah (tunas progresif) kepada pemanen diberikan kompensasi imbalan berupa Premi Tunas yang besarnya sesuai anggaran dan dibayarkan secara berkala.

Tunas progressif memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan tunas progressif dibandingkan dengan tunas periodik adalah tunas menjadi lebih

Gambar

Gambar 3. Organisasi Kegiatan Pemupukan  Pelangsiran dan penyusunan karung.
Gambar 6. Sarana Titi Panen
Tabel 6. Peralatan Panen yang Digunakan di Kebun Pantai Bonati
Gambar 9. Denah Pelaksanaan Panen Perkebunan Pantai Bonati
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data primer dikhususkan pada kegiatan panen yaitu persiapan panen, taksasi panen, angka kerapatan panen, tenaga panen, rotasi panen, pekerjaan potong buah,

Panen merupakan kegiatan memotong buah yang layak potong atau telah memenuhi kriteria matang panen, mengutip semua brondolan, mengumpulkan buah dan brondolan ke

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit antara lain: kapasitas panen per orang, waktu tunggu TBS di TPH, pengangkutan tandan

Data jumlah tenaga kerja panen diperoleh dengan melakukan wawancara dengan mandor dan asisten kebun dan mengamati secara langsung jumlah pekerja saat apel pagi dilaksanakan

Pengamatan yang dilakukan meliputi angka kerapatan panen, taksasi panen harian, kapasitas panen, tenaga kerja panen, evaluasi panen, sarana dan prasarana panen,

Bulan pertama penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL). Bulan kedua penulis melakukan kegiatan penelitian sebagai pendamping mandor, baik mandor panen,

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan panen adalah persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen, pengawasan panen, dan

Pengamatan yang dilakukan meliputi angka kerapatan panen, taksasi panen harian, kapasitas panen, tenaga kerja panen, evaluasi panen, sarana dan prasarana panen,