• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA MODEL BISNIS sos HOMELAND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RENCANA MODEL BISNIS sos HOMELAND"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia- Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan segala

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan.

Tesis ini disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat yang

harus dipenuhi untuk mencapai derajat sarjana S-2 pada Program Studi Magister

Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang

telah membantu dan membimbing, baik langsung maupun tidak langsung hingga

terselesaikannya tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada:

1. Ibu Nurul Indarti, Sivilokonom, Cand.Merc., Ph.D. selaku dosen pembimbing

tesis, yang dengan penuh pengertian dan kesabaran membimbing dan memotivasi

saya untuk menyelesaikan tesis ini dengan baik.

2. Ibu Yulia Arisnani Widyaningsih, M.B.A, Ph.D. dan Bapak Teguh Budiarto,

Drs., M.I.M selaku dosen penguji.

3. Keluarga kecil saya, suami dan anak tercinta atas semua kasih sayang dan

pengertiannya selama proses penulisan tesis ini.

(5)

v

henti kepada saya.

5. Sahabat tercinta dan kawan-kawan AP 21A yang telah menemani dan

mendukung kemanapun kaki ini melangkah untuk meraih kesuksesan

bersama-sama.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

materi maupun penyajian tesis ini maka pengembangan dan penyempurnaan tesis

ini akan sangat berguna bagi kita semua. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat

bagi kita semua terutama untuk perencanaan kebijakan jangka panjang suatu

perusahaan.

Jakarta, 20 November 2015

(6)

vi 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 1

1.2 Lingkungan Internal Perusahaan ... 5

1.3 Rumusan Masalah... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. KERANGKA TEORITIS

(7)

vii

2.2.5 Arus Pendapatan... 25

2.2.6 Sumberdaya Kunci ... 28

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 40

3.3 Tahap Penelitian ... 42

BAB IV. PERENCANAAN MODEL BISNIS “HOMELAND” 4.1 Analisis peta empati untuk jasa perpajakan ... 45

4.1.1 Apa yang dipikirkan dan dirasakan? ... 45

4.1.2 Apa yang dilihat? ... 46

4.1.3 Apa yang diucapkan dan dilakukan?... 47

4.1.4 Apa yang didengar?... 48

4.1.5 Apa yang tidak disukai? ... 48

4.1.6 Apa yang diinginkan? ... 49

4.2 Analisis peta empati untuk jasa imigrasi ... 50

4.2.1 Apa yang dipikirkan dan dirasakan? ... 51

4.2.2 Apa yang dilihat? ... 51

4.2.3 Apa yang diucapkan dan dilakukan?... 52

4.2.4 Apa yang didengar?... 52

4.2.5 Apa yang tidak disukai? ... 53

4.2.6 Apa yang diinginkan? ... 53

4.3 Analisis Bisnis Model untuk “HOMELAND” ... 54

(8)

viii

4.3.2 Saluran... 55

4.3.3 Hubungan Pelanggan ... 56

4.3.4 Proposisi Nilai ... 57

4.3.5 Aktivitas Kunci ... 58

4.3.6 Rekanan Kunci ... 61

4.3.7 SumberdayaKunci ... 62

4.3.8 Arus Pendapatan... 63

4.3.9 Struktur Biaya ... 64

BAB V. IMPLEMENTASI 5.1 Rencana Tindakan ... 67

5.2 Waktu Implementasi ... 69

5.3 Analisis Investasi ... 70

5.3.1 Perkiraan Pendapatan dan Biaya ... 70

5.3.2 Analisis Keuangan ... 72

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Daftar Penyedia Jasa Ekspatriat……….………..4

Tabel 2.1. Definisi Model Bisnis……….………….………10

Tabel 3.1. Sumber dan Metode Pengumpulan Data……….41

Tabel 3.2. Daftar Pertanyaan Berdasarkan Teori Peta Empati……….45

Tabel 5.1. Waktu Implementasi………...69

Tabel 5.2. Perkiraan Biaya Awal Pendirian Usaha………..70

Tabel 5.3. Perkiraan Biaya Operasional………...71

Tabel 5.4. Biaya yang dikenakan atas Jasa………..72

Tabel 5.5 Estimasi Penghasilan dalam Satu Tahun……….72

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Pertumbuhan Tenaga Kerja Asing di Indonesia……….…..2

Gambar 2.1. Kanvas Model Bisnis………..37

Gambar 2.2. Peta Empati……….38

Gambar 4.1. Peta Empati dari Hasil Wawancara pada Divisi Perpajakan…………..50

Gambar 4.2. Peta Empati dari Hasil Wawancara pada Divisi Perpajakan…………..54

(11)

xi

INTISARI

Studi ini memiliki tujuan utama untuk menyusun rancangan model bisnis bagi “HOMELAND”, yaitu sebuah perusahaan yang menyediakan jasa pelayanan terintegrasi bagi ekspatriat yang bekerja di Indonesia. Adapun jasa yang disediakan oleh “HOMELAND” mencakup pelayanan jasa perpajakan, jasa imigrasi dan jasa orientasi.

Penyusunan rancangan model bisnis dilakukan dengan pendekatan kanvas model bisnis yang tergambarkan dalam komponen Sembilan blok bangunan yaitu segmentasi pelanggan, proposisi nilai, saluran, hubungan pelanggan, arus pendapatan, sumberdaya kunci, aktivitas kunci, rekanan utama dan struktur biaya. Kanvas model bisnis tersebut disusun menggunakan analisis persepsi pemain pasar yang ada melalui analisis peta empati, yang meliputi: Apa yang pelanggan lihat?, Apa yang pelanggan dengar?, Apa yang pelanggan pikir dan rasakan?, Apa yang pelanggan ucapkan dan lakukan?, Apa yang pelanggan takutkan? , dan Apa yang pelanggan inginkan?.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti kepada divisi pajak dan divisi imigrasi dari PricewaterhouseCoopers Indonesia yang diaplikasikan pada peta empati maka disusunlah kanvas model bisnis dari “HOMELAND”. Berdasarkan kanvas model bisnis tersebut, “HOMELAND” memiliki proposisi nilai yang terfokus pada pemberian jasa yang terintegrasi yang memiliki nilai personalisasi, cepat dan efisien.

(12)

xii

ABSTRACT

The objective of this study is to design the business model for “HOMELAND”, a company who provides integrated services for the expatriates who are working in Indonesia. “HOMELAND” provides the tax services, immigration services and orientation services for its customer.

The business model was designed using the businesss model canvas approach which are captured under the nine building blocks component, i.e. customer segment, value proporsition, channel, customer services, revenue stream, key resources, key activity, key partnership and cost structure. This business model canvas itself was developed based on the existing company’s perspective analysiswhich are obtained using the emphaty map analysis, i.e. What does she see? What does she hear? What does she think and feel? What does she say and do? What is her pain? and What is her gain?

Based on the interview and observasion done by the researcher to tax division as well as immigration division of PricewaterhouseCoopers Indonesia which have been applied to the emphaty map, “HOMELAND”’s business model canvas has been designed. Referring to this business model canvas, “HOMELAND” has the value proposition which are focused to the integrated services provider who has personalization, fast and efficient as its value.

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1

1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan

Sebagai negara yang sedang berkembang dengan populasi penduduk terbesar

kelima di dunia, Indonesia menjadi surga bagi perusahaan-perusahaan multinasional

untuk membangun dan mengembangkan bisnisnya. Dengan didukung oleh sumber

daya alam yang berlimpah, tidak heran bahwa perusahaan-perusahaan multinasional

tersebut bisa memilih berbagai macam sektor industri untuk dipilih. Mulai dari gas dan

minyak bumi, pertambangan, produksi barang-barang konsumsi hingga ke perbankan.

Dalam menjalankan operasional bisnisnya di Indonesia, perusahaan-perusahaan

multinasional tersebut akan memperkerjakan tenaga kerja asing (ekspatriat) terutama

untuk jabatan-jabatan strategis manajerial dan board of director. Hal ini sangat wajar

dilakukan oleh perusahaan dari negara asal untuk memastikan bahwa dalam proses

bisnis mereka para ekspatriat ini bisa membantu karyawan lokal untuk menyesuaikan

diri dengan nilai-nilai dan tujuan perusahaan. Terlebih lagi jika bisnis yang mereka

lakukan ini harus melibatkan teknologi tingkat tinggi.

Berdasarkan data Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang

diterbitkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan jumlah ekspatriat yang bekerja di

(14)

2

data jumlah ekspatriat yang bekerja di Indonesia tersaji dalam Gambar 1.1. dibawah

ini.

Gambar 1.1. Pertumbuhan Tenaga Kerja Asing di Indonesia

Sumber : Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2015)

Dari data yang dikeluarkan oleh Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

yang tergambar dalam gambar diatas, pada tahun 2011 terdapat 77,300 orang tenaga

kerja asing yang bekerja di Indonesia. Ditahun berikutnya, yaitu tahun 2012 dan 2013,

jumlah tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia menjadi 72,427 orang dan 68,957

orang. Sedangkan untuk tahun 2014, ada sebanyak 64,604 orang tenaga kerja asing

yang berada di Indonesia sampai dengan periode Oktober 2014.

Pengawasan yang lebih ketat dalam pemberian izin untuk bekerja bagi tenaga

kerja asing agar dapat bekerja di Indonesia merupakan salah satu alasan yang

(15)

3

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2015). Sebagai akibatnya, perusahan-perusahaan

multinasional memiliki lebih banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebelum mereka

mengirimkan ekspatriat ke Indonesia untuk bekerja,

Selain dari persyaratan untuk mendapatkan izin bekerja di Indonesia,

perusahaan-perusahaan multinasional tersebut juga perlu untuk memenuhi kebutuhuan

ekspatriat lainnya seperti pemenuhan kebutuhan pribadi ekspatriat pada saat mereka

baru mulai bekerja di Indonesia. Beberapa kebutuhan personal yang harus dipenuhi

diantaranya adalah kebutuhan akan jasa ekspedisi, pencarian tempat tinggal, pencarian

sekolah bagi anak-anak mereka, pengurusan surat-surat dilingkungan tempat tinggal

hingga pengenalan dengan lingkungan baru disekitar tempat tinggal. Pemenuhan

kebutuhan ini perlu diperhatikan oleh perusahaan agar ekpatriat dapat menikmati masa

adaptasi mereka di Indonesia.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemenuhan kewajiban perpajakan

perorangan para ekspatriat. Direktorat Jendral Pajak (DJP) sekarang ini memiliki satu

kantor pajak di Jakarta yang khusus menangani perpajakan para ekspatriat yang bekerja

di Jakarta, yaitu Kantor Pajak Badan dan Orang Asing Satu, dengan adanya kantor

pajak khusus ini, DJP memiliki pengawasan penuh terhadap kewajiban perpajakan para

ekspatriat dan mereka juga memiliki kewenangan penuh untuk memberikan teguran

tidak hanya kepada ekspatriat tetapi juga kepada perusahaan multinasional yang

mempekerjakan mereka jika ekspatriat mereka tidak memenuhi kewajiban perpajakan

(16)

4

Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi untuk ekspatriat yang akan bekerja

di Indonesia membuat perusahaan-perusahaan multinasional memilih untuk

menyerahkan pengurusan persyaratan tersebut kepada pihak ketiga. Namun demikian,

berdasarkan hasil wawancara singkat dengan orang-orang yang bekerja pada divisi

international mobility pada beberapa perusahaan multinasional besar, seperti Citibank

dan British Pertrolium (BP), didapatkan informasi bahwa selama ini mereka belum

menemukan satu perusahaan penyedia jasa untuk ekspatriat yang dapat menyediakan

jasa orientasi, jasa imigrasi dan jasa perpajakan yang terintegrasi. Sehingga, mereka

harus berhubungan dengan beberapa perusahaan penyedia jasa untuk memenuhi

kebutuhan ekspatriat mereka.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh penulis dari berbagai sumber,

beberapa perusahaan penyedia jasa untuk ekspatriat yang saat ini banyak digunakan

oleh perusahaan-perusahaan multinasional adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Daftar Penyedia Jasa Ekspatriat

Jasa yang diberikan kepada ekspatriat

Penyedia Jasa Expatriat

Orientasi Colliers International, Asian Tiger, Santa Fe

Imigrasi Colliers International, PricewaterhouseCoopers,

Delloite,

Perpajakan Kantor Akuntan Publik (PricewaterhouseCoopers,

KPMG, Ernst&Young, Delloite) dan kantor konsultan

(17)

5

Dari Tabel 1.1 di atas dapat di lihat bahwa perusahaan penyedia jasa besar

seperti Colliers International ataupun PricewaterhouseCoopers hanya dapat

menyediakan dua jasa yang diperlukan oleh ekspatriat. Tidak dapat dipungkiri bahwa

di dalam pasar yang sudah ada juga terdapat beberapa perusahaan penyedia jasa yang

dikelola dalam skala kecil. Namun, kebanyakan dari mereka tidak menjadikan

perusahaan multinasional sebagai target pasar dan mereka juga tetap tidak bisa

memenuhi seluruh jasa untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh ekpatriat.

Berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa

perusahaan-perusahaan penyedia jasa bagi ekspatriat yang sudah ada dipasar selama ini belum ada

yang dapat mengintergrasikan jasa-jasa yang diberikan kepada ekspatriat. Oleh karena

itu, “HOMELAND” yang direncanakan untuk dapat mengintegrasikan keseluruhan

jasa- jasa tersebut, diyakini dapat menjadi solusi yang tepat bagi

perusahaan-perusahaan multinasional yang dapat membantu pemenuhan kebutuhan ekspatriat

mereka.

1.2 Lingkungan Internal Perusahaan

Keadaan perekonomian Indonesia yang semakin baik merupakan salah satu

faktor yang mendorong banyaknya investor asing untuk terus menanamkan modal

mereka di Indonesia. Hal ini juga didukung dengan pengimplementasian The ASEAN

Free Trade Area (AFTA) di tahun 2014 dan berlakunya pasar tunggal ASEAN pada

(18)

6

ke Indonesia. Dengan meningkatnya investor asing di Indonesia maka jumlah tenaga

kerja asing yang akan bekerja di Indonesia juga akan meningkat.

Berdasarkan fakta tersebut, “HOMELAND” memiliki kekuatan yang cukup

besar untuk masuk kedalam pasar dengan menawarkan jasa-jasa yang diperlukan oleh

perusahaan-perusahaan multinasional secara terintegrasi. Ini akan menjadi keunggulan

tersendiri bagi “HOMELAND” karena belum ada perusahaan penyedia jasa bagi

ekspatriat lainnya yang dapat menyediakan jasa-jasa secara terintegrasi seperti yang

ditawarkan oleh “HOMELAND”, yaitu layanan orientasi, layanan imigrasi dan layanan

pajak.

Selain itu “HOMELAND” juga memiliki bentuk badan hukum, yaitu Perusahaan

Terbatas (PT). Mengingat bahwa sasaran konsumen utama “HOMELAND” adalah

perusahaan-perusahaan multinasional yang ada diIndonesia, bentuk badan hukum

perusahaab akan menjadi nilai jual lebih untuk mendapatkan kepercayaan dari

perusahaan-perusahaan multinasional tersebut. Hal ini juga dapat membuat

“HOMELAND” memiliki keunggulan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan

penyedia jasa lokal lainnya.

“HOMELAND” memiliki website khusus yang digunakan sebagai salah satu alat

untuk menjaga hubungan dengan konsumennya. Hal ini dipercaya akan menjadikan

“HOMELAND” sebagai perusahaan penyedia jasa ekspatriat yang dapat menyasar

target di kota-kota besar diIndonesia selain hanya di Jakarta. Seperti yang diketahui

(19)

7

tidak hanya di Jakarta, melainkan juga dikota lainnya seperti Lhoksumawe, Medan,

Surabaya, Makasar dan kota besar lainnya.

Namun demikian, salah satu tantangan yang akan dimiliki oleh “HOMELAND”

adalah bagaimana cara untuk dapat masuk kedalam pasar yang ada saat ini dan

meyakinkan perusahaan-perusahaan multinasional tersebut untuk menggunakan jasa

“HOMELAND”. Mengingat bahwa banyak perusahaan-perusahaan multinasional

banyak yang sudah memiliki penyedia jasa untuk membantu mereka dalam pemenuhan

kebutuhan ekspatriat mereka selama ini.

Jika dilihat dari pemain pasar yang telah ada saat ini, “HOMELAND” juga

menyadari bahwa potensi bagi perusahaan-perusahaan pesaing untuk meniru

penyediaan jasa bagi ekspatriat secara terintegrasi. Oleh karena itu, “HOMELAND”

harus terus melakukan differensiasi agar tetap unggul didalam pasar yang ada.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal pada bisnis yang akan dijalankan oleh

“HOMELAND”, penulis menyadari bahwa adanya kebutuhan dari perusahaan

-perusaahaan multinasional untuk dapat memiliki satu penyedia jasa yang dapat

menintegrasikan seluruh jasa yang dibutuhkan oleh ekspatriat mereka. Dimana

penyedia jasa yang ada dipasar saat ini belum dapat memenuhi keinginan mereka

tersebut.

Dari sisi analisis lingkungan internal, “HOMELAND” juga memiliki keunggulan

(20)

8

memanfaatkan jaringan internet dalam menjalankan usaha. Namun demikian, tidak

dapat dipungkiri pula bahwa persaingan di pasar yang ada pasti akan terjadi mengingat

tingkat kesulitan untuk memasuki pasar yang tidak tinggi.

Oleh karena itu, dibutuhkan adanya rancangan model bisnis yang matang untuk

menjalankan bisnis “HOMELAND” dan bagaimana rancangan model bisnis tersebut

dapat dikembangkan dimasa yang akan datang.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan kebutuhan dari konsumen

potensial melalui peta empati. Setelah itu, peta empati akan digunakan untuk menyusun

model bisnis “HOMELAND” dengan menggunakan pendekatan sembilan blok

bangunan yaitu segmen konsumen, proposisi nilai, jaringan, hubungan konsumen,

aliran pendapatan, sumber daya kunci, rekanan kunci, aktivitas kunci dan stuktur biaya.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan

sebagai masukan untuk dapat mengembangkan model bisnis untuk keberlangsungan

bisnis ini. Tesis ini juga diharapkan menjadi referensi tentang pentingnya

pengembangan model bisnis khususnya dalam bidang penyediaan jasa bagi warga

(21)

9

1.6 Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah Pendahuluan, yang berisi tentang

lingkungan eksternal dan internal dari bisnis “HOMELAND”; rumusan masalah dan

tujuan penelitian. Bab II adalah kerangka teoritis. Bab ini memuat teori-teori yang

menjadi dasar dalam penelitian ini. Sedangkan Bab III berisi tentang metode penelitian.

Kemudian bab IV berisi tentang model bisnis dasar dan inovasi baru yang dapat

dikembangkan dari model bisnis “HOMELAND”. Akhirnya, bab V berisi tentang

implementasi dari perencanaan modelbisnis dari “HOMELAND” yang dapat

(22)

10

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2

2.1 Model Bisnis

Model bisnis merupakan suatu gambaran yang dapat digunakan untuk

menceritakan bagaimana suatu perusahaan bekerja. Sebuah model bisnis memiliki

peranan yang penting dalam sebuah perusahaan. Model bisnis sering kali digunakan

untuk mefasilitasi komunikasi antara bisnis dan juga stakeholders untuk mengerti,

mengkomunikasikan, menganalisis dan mengatur strategi untuk menciptakan sebuah

keputusan bagi perusahaan (Sang Un Chae.J., Hedman.J., 2015).

Seringkali, konsep model bisnis sering kali dihubungkan dengan laporan tahunan

perusahaan dan artikel di koran yang digunakan oleh pelaku bisnis untuk

menggambarkan bagaimana perusahaan menjalankan usaha mereka (Lambert, 2012).

Namun demikian, terdapat beberapa definisi mengenai model bisnis seperti yang tersaji

dalam Tabel 2.1. di bawah ini.

Tabel 2.1. Definisi Model Bisnis

Definisi Model Bisnis Referensi “..sebuah bisnis konsep yang telah diubah menjadi

praktik”

Hamel, 2000, p.66

“…sebuah representasi dari logika dan strategi utama yang diguakan oleh perusahaan untuk menciptakan dan menggambarkan nilai dari dalam nilai itu sendiri”

(23)

11

Definisi Model Bisnis Referensi “..sebuah model bisnis yang menjelaskan

bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberitahukan dan menggambarkan sebuah nilai”

Osterwalder, 2009, p.14

Model bisnis yang memfokuskan pada bagaimana sebuah perusahaan menciptakan nilai, keunggulan internal perusahaan dan bagaimana perusahaan akan menciptakan nilai

Brink & Holmen, 2009, p.109

Sumber : Lambert, Susan, 2015.

Berdasarkan definisi–definisi diatas, secara umum, dapat disimpulkan bahwa

model bisnis adalah deskripsi yang digunakan sebuah perusahaan untuk menjalankan

bisnisnya dan membuat perusahaan tersebut berbeda dengan kompetitornya. Sehingga,

setiap perusahaan akan memiliki pendekatan yang berbeda dalam merencanakan model

bisnis mereka.

Namun demikian, Menurut Lambert (2015) setiap model bisnis haruslah

mencakup beberapa komponen penting, yaitu:

a. Nilai apa yang ingin perusahaan tawarkan kepada pelanggan dan bagaimana nilai

tersebut akan diberikan kepada pelanggan. Hal ini berhubungan dengan produk,

jasa dan informasi dan juga bagaimana transaksi akan dilakukan.

b. Bagaimana perusahaan ingin mendapatkan penghasilannya, hal ini berhubungan

dengan pendapatan dan pelekatan harga pada produk atau jasa.

c. Bagaimana perusahaan ingin menjaga hubungannya dengan pihak luar, seperti

pelanggan, competitor, supplier, rekanan, dan organisasi lain yang membantu atau

(24)

12

d. Elemen – elemen yang berhubungan dengan penciptaan nilai. Termasuk

diantaranya adalah aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan penambahan nilai

produk atau jasa dan juga sumber daya atau kompetensi yang dibutuhkan.

2.2 Komponen Model Bisnis

Banyak praktisi yang membuat daftar komponen model bisnis yang harus

dimiliki oleh setiap model bisnis (Lambert, 2015). Namun demikian, salah satu

pendekatan model bisnis yang sering digunakan adalah pendekatan yang dibuat oleh

Osterwalder &Pigneur (2010).

Menurut mereka, model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang

bagaimana organisasi menciptakan, menyampaikan, dan menangkap nilai-nilai yang

dianut oleh organisasi yang selanjutnya dijelaskan lebih rinci melalui sembilan blok

bangunan. Kesembilan blok bangunan tersebut selanjutnya akan dijelaskan dalam

subbab dibawah ini.

2.2.1 Segmen Pelanggan

Segmen pelanggan adalah kelompok orang atau organisasi yang dituju oleh

perusahaan untuk dilayani. Termasuk juga pelanggan adalah para pengguna atau

penikmat, yang bukan pembeli yang memberikan pendapat langsung, tetapi perusahaan

harus memperhatikan keinginan mereka.

Pelanggan adalah inti dari semua model bisnis. Tanpa pelanggan (yang

(25)

13

lama. Untuk lebih memuaskan pelanggan, peusahaan dapat mengelompokkan mereka

dalam segmen-segmen berbeda berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku atau atribut

lain.

Sebuah model bisnis dapat menggambarkan satu atau beberapa segmen

pelanggan, besar atau kecil. Suatu organisasi harus memutuskan segmen mana yang

dilayani dan mana yang diabaikan. Setelah itu, barulah organisasi tersebut dapat

merancang model bisni dengan hati –hati dan dengan pemahaman yang tepat mengenai

kebutuhan spesifik pelanggan.

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010) ada beberapa jenis segmen pelanggan

yang berbeda, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pasar Massa

Dalam pasar massa tidak dibedakan antara segmen-segmen pelanggan yang

berbeda. Proposisi nilai, saluran distribusi, dan hubungan pelangggan terfokus

pada satu kelompok besar pelanggan dengen kebutuhan dan masalah yang

sebagian besar sama.

b. Pasar ceruk

Model bisnis yang memiliki target melayani pasar ceruk memiliki target segmen

pelanggan yang spesifik. Proposisi nilai, saluran distribusi dan hubungan pelanggan

dibuat khusus untuk kebutuhan khusus pasar ceruk. Model bisnis semacam ini

(26)

14

c. Tersegmentasi

Segmen pasar ini membedakan pelanggannya berdasarkan kebutuhan dan

masalahnya masing-masing.

d. Terdifersifikasi

Segmen pasar terdifersifikasi melayani dua segmen pelanggan yang tidak terkait

satu dengan yang lainnya dengan kebutuhan dan masalah yang sangat berbeda.

e. Platform banyak sisi

Dalam pasar ini perusahaan dalam pasar akan melayani dua atau lebih pelanggan

yang saling bergantung.

Tim PPM Managemen (2012) mengatakan bahwa untuk membuat segmentasi

pelanggan secara baik, perlu diketahui permasalahan dan kebutuhan pelanggan. Untuk

ini bisa dilakukan dengan pendekatan peta empati. Melalui peta empati kita dapat

menggali dan mencatat tentang apa yang dipikirkan, apa yang didengar, apa yang

dilihat, apa yang akan dilakukan, apa yang akan diperoleh dana apa yang harus

dikorbankan oleh pelanggan.

2.2.2 Proposisi Nilai

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), blok bangunan proposisi nilai adalah

alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain.

Proposisi nilai dapat memecahkan masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan

pelanggan. Setiap proposisi nilai berisi gabungan produk dan/atau jasa tertentu yang

(27)

15

merupakan kesatuan, atau gabungan, manfaat-manfaat yang ditawarkan perusahaan

kepada pelanggan.

Menurut Tim PPM Manajemen (2012), proposisi nilai adalah nilai (atau manfaat)

yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Manfaat ini terwujud dalam bentuk

sekumpulan produk atau jasa. Bagi pelanggan, proposisi nilai terwujud dalam bentuk

pemecahan masalah yang dihadapi atau terpenuhinya kebutuhan. Proposisi nilailah

yang menjadi alasan mengapa pelanggan memilih produk atau jasa yang ditawarkan

oleh suatu perusahaan dan bukan produk atau jasa perusahaan lain.

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), elemen-elemen dapat berkontribusi

pada penciptaan nilai pelanggan sebagai berikut:

a. Sifat baru. Beberapa proposisi nilai memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan yang

belum pernah mereka terima sebelumnya

b. Kinerja. Meningkan kinerja produk atau layanan merupakan cara yang umum untuk

menciptakan nilai.

c. Penyesuaian. Menyesuaikan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan spesifik

pelanggan individu atau segmen pelanggan juga merupakan bentuk untuk

menciptakan nilai. Akhir-akhir ini, konsep penyesuaian massa dan penciptaan

pelanggan menjadi semakin penting. Pendekatan ini memungkinkan untuk

menyesuaikan produk dan jasa, sambil tetap meraih keunggulan skala ekonomi,

selain itu pelanggan makin merasa dilayani secara personal sehingga tercipta nilai

(28)

16

d. Menyelesaikan pekerjaan. Nilai yang ditawarkan perusahaan dapat dengan

sederhana didefinisikan untuk membantu pelanggan untuk menyelesaikan

pekerjaannya”. Nilai yang ditawarkan ini, maka pelanggan dapat fokus kepada

kompetensi intinya, sedangkan perusahaan membantu menyelesaikan unsur

pendukung pekerjaan lainnya.

e. Rancangan. Sebuah rancangan dianggap sebagai bagian penting, namun sulit untuk

diukur. Sebuah produk terlihat menonjol karena desainnya yang superior. Dalam

industry pakaian dan produk elektronik konsumen, desain dapat menjadi bagian

proposisi nilai yang sangan penting.

f. Merek/status. Pelanggan dapat menemukan nilai dalam sebuah tindakan yang

sederhana karena menggunakan atau memasang merek tertemtu.

g. Harga. Menawarkan nilai yang sama pada harga yang lebih rendah sering dilakukan

untuk memuaskan kebutuhan segmen pelanggan yang sensitif terhadap harga. Akan

tetapi, proposisi nilai harga murah memberi implikasi penting badi seluruh model

bisnis.

h. Pengurangan biaya. Membantu pelanggan mengurangi biaya merupakan cara

penting untuk menciptakan nilai. Pelanggan akan melihat bahwa produk yang

ditawarkan dapat mengurangi beban biaya mereka.

i. Pengurangan risiko. Ketika membeli suatu produk atau jasa, pelanggan

mendapatkan pengurangan risiko terkait dengan produk atau jasa yang telah dibeli.

j. Kemampuan dalam mengakses. Menyediakan produk atau jasa bagi pelanggan yang

(29)

17

caralain untuk menciptakan nilai. Produk atau jasa ini dapat dihasilkan dari inovcasi

model bisnis, teknologi baru atau kombinasi keduanya.

k. Kenyamanan atau kegunaan. Menjadikan segala sesuatunya lebih nyaman dan lebih

mudah digunakan dapat menciptakan nilai yang sangat berarti.

2.2.3 Saluran

Osterwalder & Pigneur (2010) mengatakan bahwa blok bangunan saluran

mendeskripsikan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen

pelanggannya dan menjangkau mereka untuk memberikan proposisi nilai. Saluran

komunikasi, distribusi, dan penjualan merupakan penghubung antara perusahaan dan

pelanggan. Saluran adalah titik sentuh pelanggan yang sangat berperan dalam setiap

kejadian yang mereka alami.

Tim PPM Manajemen (2012) menyatakan bahwa, apabila blok bangunan

pertama, segmen pelanggan, adalah pelanggan yang akan disasar, dan blok bangunan

kedua, proposisi nilai adalah janji yang diberikan kepada pelanggan yang dituju, maka

blok bangunan ketiga, saluran adalah wadah untuk berkomunikasi dan menjangkau

pelanggan untuk menyampaikan proposisi nilai yang ditawarkan.

Saluran menjanlakan beberapa fungsi, yaitu:

a. Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan.

b. Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan

c. Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik

(30)

18

e. Memberikan dukungan purnajual kepada pelanggan.

Saluran memiliki lima fase yang berbeda, dan masing-masing saluran dapat

mencakup sebagaian atau bahkan keseluruhan fase tersebut. Dari lima fase tersebut,

dapat dibedakan antara saluran langsung dan tidak langsung, juga dapat dibedakan

antara saluran yang dimiliki sendiri dan saluran yang dimiliki mitra (Osterwader

&Pignuer, 2010).

Menemukan paduan saluran yang tepat untuk memenuhi bagaimana pelanggan

ingin dijangkau sangat penting untuk membawa proposisi nilai ke pasar. Sebuah

organisasi dapat memilih antara menjangkau pelanggan melalui salurannya sendiri,

melalui saluran mitra, atau melalui paduan keduanya. Saluran sendiri dapat bekerja

secara tidak langsung, seperti toko-toko ritel yang dimiliki atau dijalankan organisasi.

Saluran milik mitra bersifat tidak langsung dan memiliki berbagai pilihan, seperti

distribusi penjualan dalam jumlah besar, ritel atau situs web (Osterwader & Pignuer,

2010).

Saluran mitra menghasilkan margin yang lebih kecil, tetapi memungkinkan

organisasi mengembangkan jangkauannya dan memanfaatkan kekuatan mitra. Saluran

sendiri, terutama yang bersifat langsung, memiliki margin yang lebih besar, tetapi

mungkin sangat mahal untuk direalisasikan dan dijalankan. Untuk mengatasinya,

temukan keseimbangan yang tepat antara berbagai jenis saluran yang berbeda,

integrasikan semua saluran tersebut untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang

(31)

19

Lebih lanjut lagi Tim PPM Manajemen (2012) membagi jenis saluran

berdasarkan jenis fase saluran sebgai berikut:

a. Fase membangun kesadaran

Pada fase membangun kesadaran, saluran berfungsi untuk mengenalkan perusahaan

kepada pelanggan. Pertanyaan yang perlu diajukan pada tahap ini adalah: bagaimana

dapat memunculkan kesadaran pada kalangan segmen yang disasar mengenai

produk atau jasa yang diciptakan? Contoh saluran untuk membangun kesadaran

adalah iklan. Pengenalan melalui iklan, dapat berupa gambar, suara, maupun suara

dan gambar.

Pengenalan secara gambar, dapat menggunakan gambar maupun teks. Contoh

pengenalan gambar adalah iklan, brosur, spanduk, reklame, kartu nama, buku,

artikel, jurnal, dan sebagainya. Contoh pengenalan dalam bentuk suara adalah iklan

di radio atau bentuk suara yang lain. Contoh bentuk pengenalan secara suara dan

gambar adalah iklan di televisi. Media penyampai materi janji juga beragam.

Metode penyampaian ‘janji’-pun beragam seperti televisi, radio, internet, on-line

services, kegiatan, penyampaian lisan, dan masih banyak lagi.

Dalam pemberian jasa untuk ekspatriat, kebanyakan dari perusahaan yang bergerak

dalam jasa ini tidak akan melakukan promosi atas jasa yang mereka tawarkan

melalui media cetak ataupun media elektronik. Sebut saja PT Colliers Indonesia dan

Santa Fe sebagai penyedia pelayanan jasa orientasi bagi ekspatriat, mereka hanya

(32)

20

b. Fase evaluasi

Setelah fase perkenalan, fase selanjutnya adalah untuk mempercayai. Fase ini dapat

merupakan fase penjajakan. Kedua belah pihak (perusahaan dan pelanggan) dapat

saling menilai. Pertanyaan yang perlu diajukan pada fase ini adalah: apa yang dapat

dilakukan untuk membantu pelanggan mengevaluasi produk/jasa yang diciptakan?

Cara untuk menilai antara lain: berdasarkan pengalaman masa lalu, referensi, dan

observasi langsung baik aspek teknis maupun performa. Penilaian menjadi suatu

titik penting dalam menindaklanjuti beberapa fase kemudian. Penilaian harus

dikelola secara tepat agar pelanggan maupun perusahaan tidak dirugikan di

kemudian hari. Cara menilai perlu dilakukan tanpa meninggalkan aspek efektivitas

dan efisiensi.

c. Fase transaksi

Setelah saling mengevaluasi, tiba saatnya perusahaan dan pelanggan untuk

melakukan proses transaksi (purchase). Pada fase ini, tantangannya adalah

bagaimana mengelola agar proses tersebut berlangsung secara efektif dan efisien.

Untuk melakukan transaksi, perusahaan dapat memilih transaksi secara fisik

maupun nonfisik. Selain itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan dari aspek

lokasi, waktu, dan metode proses.

Transaksi secara fisik dimungkinkan bila memang pelanggan dan perusahaan

bertemu dan melakukan kontak langsung. Sedangkan proses nonfisik berlaku

kebalikannya, tidak ada kontak langsung. Pertimbangan lokasi proses

(33)

21

Tempat pertemuan dapat terjadi di toko bila menginginkan kontak langsung ataupun

di internet bila ingin secara langsung. Kelebihan adanya toko sebagai tempat

pertemuan memungkinkan pelanggan dan perusahaan dapat saling berinteraksi dan

memahami. Namun, hal ini sulit dilakukan bila perusahaan dan perusahaan

dipisahkan oleh jarak fisik.

Waktu disini perlu menjadi pertimbangan tersendiri. Ada kalanya pelanggan

mempunyai suatu kebutuhan justru diluar jam operasional perusahaan. Oleh karena

itu, perlu dipertimbangkan apakah perusahaan perlu beroperasi lebih lama dari yang

ada saat ini. Tentu dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi.

d. Fase penyampaian

Setelah proses transaksi, fase berikutnya yang perlu dirancang adalah penyampaian.

Penyampaian adalah pemenuhan janji atau pembuktian proposisi nilai. Dalam fase

ini, pelanggan maupun perusahaan masing-masing mempunyai hak dan kewajiban.

Pelanggan berhak mendapatkan janji yang ditawarkan, dan berkewajiban untuk

menghargai pemenuhan janji tersebut sebagai imbalan. Di lain pihak, perusahaan

berkewajiban memenuhi janji yang ditawarkan dalam proposisi nilai, dan berhak

mendapatkan penghargaan. Dalam menetapkan model penyampaian, aspek yang

perlu dipertimbangkan adalah efektifitas dan efisiensi. Apakah pelanggan akan

membawa sendiri pemenuhan janji yang telah didapatkan atau perusahaan yang

akan memberikan pelayanan penuh sampai pada pengiriman. Pada fase

penyampaian ini, perlu dirancang juga bagaimana pendistribusian penghargaan oleh

(34)

22

e. Fase purnajual

Fase akhir adalah fase purnajual. Penting bagi perusahaan untuk memahami

bagaimana kondisi dan perasaan pelanggan setelah mendapatkan janji yang

ditawarkan. Fase ini akan berhubungan erat dengan elemen hubungan pelanggan.

Fase ini merupakan fase penentu apakah pelanggan akan melakukan transaksi ulang

dengan perusahaan atau tidak. Meskipun demikian fase ini merupakan fase yang

sering dilupakan atau tidak diperhatikan perusahaan. Padahal pada fase ini dapat

menjadi suatu fase evaluasi untuk melihat apakah pelanggan telah mendapat “janji”

sesuai yang ditawarkan. Kemudahan pelanggan dalam menyampaikan saran

maupun keluhan merupakan saat yang menentukan keberlangsungan hubungan

kerjasama jangka panjang. Oleh karena itu efektifitas dan efisiensi penyampaian

keluhan, saran, ide dan masukan perlu dirancang dan dikelola dengan baik.

2.2.4 Hubungan Pelanggan

Osterwalder & Pigneur (2010) dalam bukunya Business Model Generation

mengatakan bahwa blok bangunan hubungan pelanggan mendefinisikan jenis

hubungan yang ingin dibangun perusahaan dengan segmen pelanggannya. Perusahaan

harus dapat menentukan jenis hubungan yang ingin dibangunnya bersama

pelanggannya. Hubungan dapat bervariasi mulai dari yang bersifat pribadi sampai

otomatis. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut:

a. Akuisisi pelanggan.

(35)

23

c. Peningkatan penjualan

Dalam prakteknya, ketiga fungsi tersebut berjalan secara paralel, tetapi dengan

menekankan pada fungsi tertentu. Penekanan pada salah satu fungsi tergantung pada

daur hidup produk atau jasa. Sebagai contoh, jasa kartu kredit yang ditawarkan oleh

perbankan. Ketika pasar masih baru, hampir semua bank menawarkan kartu kredit.

Mereka berlomba-lomba berebut pelanggan dengan banyak iming-iming. Tidak sedikit

orang yang memiliki lebih dari satu kartu kredit. Ketika pasar mulai jenuh, bank

berupaya mempertahankan pelanggan yang sudah diperoleh.

Osterwalder & Pigneur (2010) menyebutkan beberapa kategori hubungan

pelanggan, yang mungkin sudah ada dalam hubungan perusahaan dengan segmen

pelanggan tertentu.

a. Bantuan personal

Hubungan ini didasarkan pada interaksi antarmanusia. Pelanggan dapat

berkomunikasi dengan petugas pelayanan untuk mendapatkan bantuan selama

proses penjualan atau layanan purnajual. Komunikasi ini dapat dilakukan di titik

penjualan, melalui call center, e-mail, atau saluran lainnya.

b. Bantuan personal yang khusus

Dalam hubungan jenis ini, perusahaan menugaskan petugas pelayanan pelanggan

yang khusus diperuntukkan bagi klien individu. Jenis hubungan ini paling dekat dan

intim, dan biasanya dikembangkan dalam jangka panjang. Sebagai contoh adalah

PT Colliers Indonesia yang menyediakan satu orang karyawan khusus untuk

(36)

24

pelanggan merasa nyaman dengan memiliki satu orang yang berdedikasi untuk

melayani mereka.

c. Swalayan

Dalam hubungan ini, perusahaan menyediakan insfrastruktur dan cara tersendiri

agar pelanggan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Pada jenis hubungan ini,

perusahaan tidak memiliki hubungan secara langsung kepada pelanggannya.

d. Layanan otomatis

Jenis hubungan ini menggabungkan antara hubungan swalayan dengan proses yang

terotomatisasi. Misalnya, profile online personal memberi pelanggan akses

menggunakan layanan sesuai dengan yang diinginkan. Layanan otomatis dapat

mengenali pelanggan individu dan karakteristiknya, dan menawarkan informasi

yang terkait dengan pesanan atau transaksi. Hal terbaiknya, layanan otomatis dapat

meniru hubungan personal, misalnya menawarkan buku atau merekomendasikan

film.

e. Komunitas

Saat ini, perusahaan semakin banyak memanfaatkan komunitas pengguna agar lebih

terlibat dengan pelanggan/prospek dan dapat memfasilitasi hubungan antaranggota

komunitas. Banyak perusahaan mempertahankan komunitas online yang

memungkinkan pengguna bertukar pengetahuan dan saling membantu dalam

memecahkan masalah. Komunitas juga dapat membantu perusahaan untuk lebih

(37)

25

f. Kokreasi

Semakin banyak perusahaan yang melakukan lebih dari sekedar hubungan

konvesional pelanggan dan pemasok untuk menciptakan nilai bersama pelanggan.

Beberapa perusahaan melibatkan pelanggan untuk membantu dalam merancang

produk baru yang inovatif.

2.2.5 Arus Pendapatan

Menurut Tim PPM Manajemen (2012) arus pendapatan, adalah pemasukan yang

biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima perusahaan dari pelanggannya. Arus

pendapatan bukan merepresentasikan keuntungan yang didapat, karena secara umum

diketahui bahwa keuntungan merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi

biaya-biaya usaha. Pentingnya arus pendapatan bagi perusahaan tidak diragukan karena tidak

ada organisasi yang dapat hidup dalam jangka panjang tanpa memiliki pendapatan.

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010) blok bangunan arus pendapatan

merepresentasikan bagaimana perusahaan menghasilkan uang dari segmen pelanggan

yang dilayaninya (biaya harus mengurangi pendapatan untuk menghasilkan

pemasukan). Perusahaan juga harus dapat mendefinisikan bagaimana cara untuk

menghasilkan uang tersebut.

Jika pelanggan adalah inti dari model bisnis, arus pendapatan adalah urat

nadinya. Perusahaan harus bertanya pada dirinya sendiri, untuk nilai apakah

(38)

26

terjawab dengan tepat, perusahaan dapat menciptakan satu atau lebih arus pendapatan

dari masing-masing segmen pelanggan.

Masing-masing arus pendapatan mungkin memiliki mekanisme penetapan harga

yang berbeda, seperti daftar harga yang tetap, penawaran, pelelangan, kebergantungan

pasar, kebergantungan jumlah, atau manajemen hasil. Model bisnis melibatkan dua

jenis arus pendapatan (Osterwalder & Pigneur, 2010):

a. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan.

b. Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran yang terusmenerus, dengan

cara memberikan proposisi nilai kepada pelanggan (langganan televisi kabel),

maupun layanan purna jual (servis kendaraan bermotor).

Osterwalder & Pigneur (2010) mendefinisikan beberapa cara untuk membangun

arus pendapatan:

a. Penjualan asset. Pengertian arus pendapatan paling luas berasal dari penjualan

hak kepemilikan atas produk fisik.

b. Biaya penggunaan. Arus pendapatan dihasilkan dari penggunaan layanan

tertentu. Semakin sering layanan tersebut digunakan, semakin banyak yang

harus dibayar pelanggan.

c. Biaya berlangganan. Arus pendapatan dihasilkan dari penjualan akses yang

terus-menerus atas suatu layanan.

d. Pinjaman/Penyewaan/Leasing. Arus pendapatan tercipta karena memberi

seseorang hak eksklusif sementara untuk menggunakan aset tertentu pada

(39)

27

penjual, cara seperti ini memberikan keunggulan dalam pengembalian

pendapatan. Untuk pihak penyewa mendapatkan keuntungan karena tidak perlu

mengeluarkan uang untuk menanggung biaya penuh atas kepemilikan aset yang

mereka gunakan.

e. Lisensi. Arus pendapatan ini muncul karena memberi izin kepada pelanggan

untuk menggunakan properti intelektual terlindungi sebagai pertukaran atas

biaya lisensi. Lisensi memungkinkan pemegang hak menghasilkan pendapatan

dari properti mereka tanpa harus memproduksi atau mengiklankan suatu

layanan. Lisensi adalah biaya dalam industri media. Dalam hal ini, pemilik

konten mempertahankan hak cipta sambil menjual lisensi pemakaian kepada

pihak ketiga. Sama halnya, di sektor teknologi, pemegang paten memberi hak

kepada perusahaan lain untuk menggunakan teknologi yang dipatenkan

tersebut sebagai imbalan atas biaya lisensi.

f. Biaya komisi. Arus pendapatan ini bersumber dari layanan perantara yang

dilakukan atas nama dua pihak atau lebih. Penyedia layanan kartu kredit,

misalnya, memperoleh pendapatan dengan mengambil presentase dari setiap

transaksi penjualan yang dilakukan antara pemilik toko dan pelanggannya.

Perantara dan agen real estat dan mendapat komisi setiap kali mereka berhasil

menghubungkan pembeli dengan penjual.

g. Periklanan. Arus pendapatan ini dihasilkan dari biaya untuk mengiklankan

(40)

28

biasanya, sangat bergantung pada pendapatan iklan. Akhir-akhir ini, sektor lain,

termasuk software dan jasa, semakin mengandalkan pendapatan iklan.

h. Donasi. Aliran pendapatan jenis donasi ini tercipta dari penerimaan sejumlah

uang (atau produk berwujud yang dapat dinilai dengan satuan uang) dari

individu ataupun organisasi yang dikenal dengan sebutan “donor,”

menggantikan terminologi umum yang sering disebut pelanggan.

Masing-masing arus pendapatan memiliki mekanisme penetapan harga yang

berbeda. Jenis mekanisme penetapan harga yang dipilih dapat membedakan

pendapatan yang dihasilkan. Ada dua jenis mekanisme penetapan harga, yaitu

penetapan harga tetap dan penetapan harga dinamis (Osterwalder & Pigneur, 2010).

2.2.6 Sumberdaya Kunci

Osterwalder & Pigneur (2010) menyatakan bahwa blok bangunan sumberdaya

kunci mendefinisikan aset atau sumberdaya terpenting yang diperlukan agar sebuah

model bisnis dapat berfungsi. Sumberdaya ini memungkinkan perusahaan menciptakan

dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan

dengan segmen pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Kebutuhan sumber daya

kunci berbeda-beda sesuai jenis model bisnis. Perusahaan microchipmemerlukan

fasilitas produksi padat modal, sementara desainernya lebih berfokus pada sumber daya

manusia.

Tim PPM Manajemen (2012) menyatakan bahwa sumberdaya kunci adalah

(41)

29

menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, menjaga hubungan dengan segmen

pelanggan, dan menghasilkan uang.

Sumberdaya kunci dapat berbentuk fisik, finansial, intelektual, atau manusia.

Sumberdaya kunci dapat dimiliki atau disewa oleh perusahaan atau diperoleh dari mitra

utama. Sumberdaya kunci dapat dikategorikan sebagai berikut (Osterwalder & Pigneur,

2010):

a. Fisik

Kategori ini meliputi semua bentuk aset fisik seperti fasilitas pabrikan, bangunan,

kendaraan, mesin, sistem, sistem titik penjualan, dan jaringan distribusi.

Kebanyakan dari perusahaan pemberi jasa, sumber daya fisik seperti gedung

ataupun kendaraan bukan merupakan hal yang utama. Sebut saja

PricewaterhouseCoopers ataupun Deloitte yang tidak memiliki sarana gedung

sendiri melainkan menyewa kepada pihak lainnya. Namun bagi kedua perusahaan

ini, jaringan internet menjadi sangat penting karena jaringan internet menjadi salah

satu jaringan untuk berhubungan dengan pelanggan mereka.

b. Intelektual

Sumber daya intelektual seperti merek, pengetahuan yang dilindungi, paten dan hak

cipta, kemitraan, dan database pelanggan merupakan komponen-komponen yang

semakin penting dalam model bisnis yang kuat. Sumber daya intelektual sulit

(42)

30

c. Manusia

Setiap perusahaan membutuhkan sumber daya manusia, tetapi sumber daya

manusia hanya akan menonjol dalam model bisnis tertentu. Sumber daya manusia

menjadi sangat penting bagi industri pelayanan jasa, karena tanpa sumber daya

manusia perusahaan tidak dapat menjalankan perusahaan.

d. Finansial

Beberapa model bisnis membutuhkan sumber daya finansial dan/atau jaminan

finansial, seperti uang tunai, kredit, atau tempo pembayaran. Perusahaan yang

menjalankan proyek dalam jangka waktu panjang, yang oleh karenanya

mendapatkan bayaran dalam jangka lama, kemampuan finansial menjadi sangat

penting untuk membiayai pengeluaran rutin dan kebutuhan proyek lainnya.

2.2.7 Aktivitas Kunci

Osterwalder & Pigneur (2010) mendefinisikan blok bangunan aktivitas kunci

sebagai hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnis yang

sudah ditetapkan dapat berjalan. Seperti halnya sumber daya kunci, aktivitas-aktivitas

kunci juga diperlukan untuk menciptakan dan memberikanproposisi nilai, menjangkau

pasar, mempertahankan hubungan pelanggan, dan memperoleh pendapatan.

Tim PPM Manajemen (2012) mendefinisikan aktivitas kunci adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan organisasi untuk menciptakan produk atau jasa yang

(43)

31

dengan pelanggan, serta mengelola pendapatan sebagai hasil penjualan produk/jasa

dari pelanggan. Setiap organisasi memiliki beragam aktivitas. Dalam

pengembangan model bisnis, yang perlu didesain hanyalah aktivitas utama saja.

Ciri-ciri aktivitas kunci adalah:

a. Kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan proposisi nilai.

b. Menyalurkan proposisi nilai kepada pelanggan.

c. Kegiatan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan.

d. Kegiatan untuk menangani aliran pendapatan.

Keempat jenis aktivitas tersebut harus dilakukan secara optimal untuk

menghasilkan kinerja bisnis yang maksimal. Perhatian yang berlebih pada salah satu

jenis aktivitas namun mengorbankan aktivitas yang lain akan menyebabkan kondisi

sub-optimal. Produk atau jasa yang baik tidak serta merta akan menghasilkan

pendapatan tinggi apabila tidak ditunjang dengan penyampaian yang tepat atau

pengelolaan penjualan yang baik. Sebaliknya, upaya penjualan atau penyampaian

produk yang bagus namun tidak ditunjang dengan mutu produk

yang bagus akan sulit untuk bisa menghasilkan nilai penjualan yang tinggi, kepuasan

pelanggan dan pendapatan yang baik.

Masing-masing model bisnis memiliki aktivitas kuncinya sendiri. Untuk

perusahaan konsultan McKinsey, mencakup pemecahan masalah. Aktivitas-aktivitas

(44)

32

a. Produksi

Aktivitas ini terkait dengan perancangan, pembuatan, dan penyampaian produk

dalam jumlah besar dan/atau kualitas unggul ke pelanggan. Aktivitas produksi

mendominasi model bisnis perusahaan pabrikan.

b. Pemecahan masalah

Akivitas-aktivitas kunci jenis ini adalah bagaimana memecahkan masalah yang

ada pada pelanggan. Kegiatan-kegiatan konsultan, rumah sakit, dan organisasi

jasa lain biasanya didominasi aktivitas pemecahan masalah. Model bisnis

organisasi ini membutuhkan aktivitas-aktivitas seperti manajemen pengetahuan

dan pelatihan berkelanjutan.

c. Platform/jaringan

Model bisnis yang dirancang dengan platform sebagai sumber daya utama

didominasi oleh platform atau aktivitas kunci yang terkait dengan jaringan.

Jaringan, software, dan bahkan merek dapat berfungsi sebagai platform.

2.2.8 Rekanan Kunci

Osterwalder & Pigneur (2010) mendefinisikan bahwa rekanan maupun pemasok

yang memungkinkan perusahaan dapat menjalankan model bisnisnya dengan baik.

Tim PPM Manajemen (2012) menyatakan bahwa istilah rekanan berasal dari kata

rekan yang artinya seseorang yang mengambil bagian dalam usaha dengan pihak lain.

Dalam konteks perusahaan, rekanan berarti berbagi resiko dan keuntungan. Selama

(45)

33

Osterwalder (2014) mensitesiskan definisi rekanan, uaitu kesepakatan kerja sama yang

diprakarsai secara sukarela antara dua atau lebih perusahaan yang independen untuk

menyelesaikan proyerk tertentu atau aktivitas bersama-sama secara spesifik dengan

mengkoordinasikan kemampuan, sumber daya, dan/atau kegiatan yang diperlukan.

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa rekanan: (1) melibatkan dua atau lebih

pihak; (2) suatu bentuk kesepakatan dan (3) kesepakatan dalam bentuk kegiatan dan

sumber daya.

Perusahaan membentuk kemitraan dengan berbagai alasan, dan kemitraan

menjadi landasan dari berbagai model bisnis, mengurangi resiko atau memperoleh

sumber daya mereka. Terdapat empat jenis kemitraan yang berbeda (Osterwalder &

Pigneur, 2010):

a. Aliansi strategis antara non-pesaing

b. Cooperation: kemitraan strategis antar pesaing

c. Usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru

d. Hubungan pembeli pemasok untuk menjamin yang dapat diandalkan.

Dalam konteks kanvas model bisnis, rekanan utama memiliki kaitan erat dengan

elemen-elemen lain. Ketika organisasi dalam model bisnisnya telah menetapkan

proporsi nilai, maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membuat agar proporsi

nilai tersebut dapat diwujudkan. Jawabannya tentu saja ada pada aktivitas kunci dan

sumber daya kunci. Dalam kaitannya dengan aktivitas kunci dan sumber daya kunci,

(46)

34

rekan kerja. Apabila perusahaan menetapkan untuk “membeli” maka perusahaan harus

menetapkan siapa yang harus menjadi rekanan (Tim PPM Manajemen, 2012).

2.2.9 Struktur Biaya

Tim PPM Manajemen (2012) mendefinisikan bahwa dalam penyusunan kanvas

model bisnis, elemen struktur biaya di rancang pada tahap paling akhir. Alasannya

sederhana, semua bisnis yang beroperasi di bawah suatu model bisnis pasti

membutuhkan biaya. Menciptakan dan memberikan nilai (proporsi nilai dan saluran)

kepada pelanggan, menjaga hubungan baik dengan pelanggan (hubungan pelanggan),

upaya memperoleh pendapatan (arus pendapatan), menjalankan aktivitas bisnis

(aktivitas kunci), mendapatkan dan mengelola sumber daya (sumber daya utama) serta

bekerja sama dengan rekanan (rekanan utama) semua membutuhkan biaya.

Struktur biaya akan lebih mudah dirancang apabila semua elemen tersebut sudah

dirancang. Proporsi nilai menjadi penghubung antara konsep manfaat dan konsep

efisiesi dalam kanvas. Nilai yang ditawarkan menentukan aktivitas utama, dan sumber

daya utama dan ketiganya menentukan seperti apa rancangan struktur biaya perusahaan

tersebut.

Meskipun demikian, terkadang rendahnya biaya lebih penting bagi satu jenis

model bisnis, ketimbang bisnis model lainnya. Sebagai contoh, maskapai “tanpa

embel-embel” membangun model bisnis dengan struktur biaya rendah. Setiap model

bisnis selalu berusaha untuk meminimalkan biaya akan tetapi ada juga model bisnis

(47)

35

Oleh karena itu, akan sangat berguna bila struktur biaya model bisnis dibedakan

dalam dua kelas, yaitu yang terpacu biaya (cost driven) dan terpacu-nilai (value driven)

banyak model bisnis yang berada diantara kedua titik ekstrim ini (Oesterwalder &

Pigneur, 2010).

a. Terpacu-biaya

Model bisnis terpacu biaya terfokus pada peminimalan biaya. Pendekatan ini

bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan struktur biaya seramping

mungkin, menggunakan proporsi nilai dengan harga rendah, otomatisasi

maksimum dan outsourcing secara ekstensif.

b. Terpacu-nilai

Beberapa perusahaan tidak terlalu fokus pada biaya, namun lebih menitik beratkan

kepada kualitas dan penciptaan nilai. Proporsi nilai premium dan layanan pribadi

tingkat tinggi biasanya menjadi ciri model bisnis yang terpacu nilai.

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010) struktur biaya dapat memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Biaya tetap

Biaya-biaya yang tetap sama meskipun jumlah barang atau jasa yang dihasilkan

berbeda-beda. Contohnya : gaji, uang sewa, dan biaya fasilitas fisik pabrik.

Beberapa bisnis, misalkan perusahaan pabrikan, memiliki ciri proporsi biaya tetap

(48)

36

b. Biaya tidak tetap

Biaya-biaya yang bervariasi secara proporsional dengan jumlah barang atau jasa

yang dihasilkan.

c. Skala ekonomi

Keunggulan biaya yang dinikmati suatu bisnis ketika produksi berkembang.

Perusahaan-perusahaan yang lebih besar, misalnya, mendapat manfaat dari

rata-rata harga pembelian yang lebih rendah karena membeli dalam jumlah besar. Hal

ini dan faktor-faktor lain menyebabkan turunnya biaya rata-rata per unit ketika

produksi meningkat.

d. Lingkup ekonomi

Keunggulan biaya yang dinikmati bisnis terkait dengan lingkup operasional yang

lebih besar. Dalam perusahaan besar, misalnya, aktivitas pemasaran dan saluran

distribusi yang sama dapat mendukup beberapa produk sekaligus.

2.3 Kanvas Model Bisnis

Osterwalder & Pigneur (2010) dalam bukunya Business Model Generation

menciptakan sebuah kerangka kerja yang sederhana dan mudah dimengerti untuk

menggambarkan model bisnis, yaitu kanvas model bisnis. Kanvas model bisnis adalah

suatu alat yang digunakan untuk membantu memberikan gambaran mengenai usaha

yang sedang atau akan dijalankan oleh perusahaan.

Melalui kanvas model bisnis ini, perusahaan dapat lebih mudah melihat secara

(49)

37

memudahkan perusahaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai bisnis

mereka serta mengevaluasi elemen-elemen yang sudah ada untuk mempermudah

mereka mengambil keputusan.

Dalam kanvas model bisnis yang digambarkan oleh Osterwalder & Pigneur

(2010) terdapat sembilan blok bangunanan yang merepresentasikan elemen-elemen

kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis. Adapun kanvas model

bisnis yang digambarkan oleh Osterwalder & Pigneur (2010) tersaji dalam gambar 2.1.

dibawah ini.

Gambar 2.1. Kanvas Model Bisnis

(50)

38

2.4 Peta Empati

Pengembangan produk yang baik adalah pengembangan produk yang

didalamnya melibatkjan perspektif pelanggan. Ada beberapa cara yang dapat

digunakan oleh orang yang mengembangkan produk untuk mengetahui apa yang ada

dalam pikiran pelanggan, salah satunya yang akan digunakan dalam tesis ini adalah

peta empati seperti yang tersaji dalam gambar 2.2. dibawah ini.

Gambar 2.2. Peta Empati

Peta empati adalah suatu alat yang dapat membantu pembuat rancangan model

bisnis dalam merangkum pengamatan yang telah dilakukan dan menarik keluar ide dan Apa yang

dipikirkan dan dirasakan?

Apa yang

didengar?

Apa yang dilihat?

Apa yang dikatakan dan

dilakukan ?

Apa yang tidak disukai?

(51)

39

gagasan yang ada dalam pikiram pelanggan. Peta empati menarik ide dan gagasan

pelanggan dari:

1. Apa yang pelanggan pikir dan rasakan?

2. Apa yang pelanggan lihat?

3. Apa yang pelanggan ucapkan dan lakukan?

4. Apa yang pelanggan dengar?

5. Apa yang pelanggan paling takutkan?

6. Apa yang pelanggan inginkan?

Yang perlu dicatat adalah pikiran, keyakinan, perasaan dan emosi sulit untuk

didapatkan dalam observasi yang dilakukan, namun dapat dilakukan dengan cara

memperhatikan petunjuk-petunjuk yang diperlihatkan pelanggan. Desainer harus

memperhatikan dengan cermat bahasa tubuh, intonasi dan pilihan bahasa yang

digunakan pelanggan. Tujuan akhir peta empati adalah memahami dengan lebih baik

produk seperti apa yang benar-benar bersedia dibayar pelanggan.

Meskipun perusahaan tidak serta merta dapat menuruti semua kemauan

pelanggan, pelanggan cukup mengambil garis besar yang mencakup sebagian besar

gagasan dan ide pelanggan. Perusahaan harus dapat mewujudkan kebutuhan dan

(52)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3

3.1 Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif untuk memperoleh

rencana model bisnis bagi “HOMELAND”. Rencana model bisnis tersebut akan

diperoleh dengan cara menganalisis model bisnis dari perusahaan pemberi jasa

ekspatriat yang telah ada dipasar saat ini. Analisis tersebut bertujuan untuk

merumuskan model bisnis yang terbaik bagi “HOMELAND”.

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer didapatkan diperoleh melalui metode pengumpulan data berupa

interview dan observasi yang akan dilakukan kepada pihak manajemen dan juga

karyawan dari perusahaan-perusahaan pemberi jasa bagi ekspatriat untuk memperoleh

gambaran mengenai model bisnis perusahaan. Proses interview dan observasi ini akan

dilakukan pada beberapa perusahaan pemberi jasa yang berbeda yaitu perusahaan

pemberi jasa imigrasi, jasa pajak dan juga jasa orientasi.

Sedangkan, data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data melalui

dokumentasi, seperti buku, artikel dan jurnal yang berkaitan dengan model bisnis pada

(53)

41

Ringkasan mengenai rincian sumber dan metode pengumpulan data penelitian

ini tersaji pada Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

METODE PROSES JENIS JASA WAKTU

Jasa Perpajakan 16 Juni

2015

Pandangan

tentang internal

perusahaan

Sekunder Dokumentasi Mengumpulkan

(54)

buku-42

3.3 Tahap Penelitian

Berikut ini adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diawali dengan mengumpulkan data teoritis tentang model

bisnis sehingga dapat diperoleh pemahaman yang utuh tentang konsep model

bisnis.

Selanjutnya penulis melakukan interview dan observasi terhadap masing-masing

responden, yaitu manajemen dan karyawan dari masing-masing perusahaan

penyedia jasa bagi ekspatriat yang sudah ada dipasar saat ini.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan perusahaan penyedia jasa ekspatriat

yaitu PricewaterhouseCoopers (PwC). PwC dipilih untuk mewakili perusahaan

penyedia jasa imigrasi dan perpajakan.

Responden yang diwawancarai merupakan karyawan dari kedua divisi tersebut.

Divisi jasa perpajakan memiliki 30 orang karyawan yang terdiri dari 7 orang level

manajemen dan 24 orang karyawan pendukung. Sedangkan, divisi jasa imigrasi

memilki 7 orang karyawan yang terdiri dari 2 orang phak manajemen dan 5 orang

lainnya merupakan karyawan pendukung.

Untuk menarik ide dan gagasan dari setiap responden maka pertanyaan yang

diajukan kepada responden akan mengacu pada teori peta empati.

(55)

43 Tabel 3.2. Daftar Pertanyaan Berdasarkan Teori Peta Empati

Peta Empati Pertanyaan

Apa yang dipikirkan dan dirasakan

a. Faktor apa yang paling penting bagi Anda dalam memberikan jasa kepada konsumen Anda.

b. Apa alasan Anda untuk memilih faktor tersebut? c. Bagaimana cara Anda untuk mengatasi pelanggan

yang tidak Anda sukai?

Apa yang dilihat a. Menurut Anda, apa yang membuat Anda merasa nyaman atas pemberian pelayanan jasa?

b. Penawaran seperti apa yang menurut Anda akan dilihat lebih menarik untuk dipilih?

Apa yang diucapkan dan dilakukan

a. Apa yang akan Anda lakukan jika konsumen Anda merasa puas/tidak puas dengan pelayanan yang Anda berikan?

b. Bagaimana cara Anda untuk mempromosikan pelayanan yang Anda berikan kepada konsumen atau calon konsumen Anda?

c. Apa yang Anda lakukan untuk memilih konsumen yang akan Anda berikan jasa Anda?

Apa yang didengar a. Timbal balik seperti apa yang Anda inginkan dari konsumen Anda?

b. Apa yang Anda dengar mengenai pelayanan yang diberikan oleh pesaing Anda di pasar yang sama? Apa yang tidak disukai a. Apa yang sering membuat anda frustasi dalam

memberikan pelayanan yang baik bagi konsumen? b. Pelayanan seperti apa yang anda hindari dalam

pemberian jasa? Berikan alasan Anda.

c. Apa yang sering menghalangi Anda utuk memberikan pelayanan jasa kepada konsumen. Apa yang dinginkan a. Faktor-faktor apa saja yang menurut anda akan

(56)

44

2. Analisis Data

Dari hasil interview dan observasi, peneliti melakukan pemilihan dan

mengklasifikasikan jawaban responden sesuai dengan peta empati. Hasil survey

yang sudah terumuskan dalam peta empati digunakan sebagai dasar untuk

merumuskan pengembangan model bisnis melalui Sembilan Blok Bangunan.

3. Kerangka Sembilan Blok Bangunan

Peneliti menggunakan hasil analisa Sembilan Blok Bangunan untuk merumuskan

(57)

45

BAB IV

PERENCANAAN MODEL BISNIS “HOMELAND”

Dalam bab ini akan dideskripsikan mengenai hasil dari wawancara dengan

menggunakan peta empati yang kemudian akan diterapkan kedalam perencanaan bisnis

“HOMELAND”. Penulis telah melakukan wawancara pada pelaku usaha dibidang

yang samayaitu PricewaterhouseCoopers (PwC) kepada dua divisi yang berbeda, yaitu

divisi pajak dan juga divisi immigrasi. Wawancara tersebut dipetakan dalam analisis

peta empati yang kemudian akan digunakan sebagai dasar untuk merencakan model

bisnis dari “HOMELAND”

4 xzc

4.1 Analisis peta empati untuk jasa perpajakan

Melalui wawancara yang dilakukan pada 16 Juni 2015, Ariel Rahardjo selaku

salah satu manajer di divisi perpajakan memberikan informasi bahwa perusahaan local

ataupun multinasional yang dilayani oleh PwC saat ini berjumlah sekitar 200

perusahaan dengan total ekspatriat sekitar 2000 orang.

4.1.1 Apa yang dipikirkan dan dirasakan?

Untuk memastikan bahwa jasa yang diberikan kepada pelanggan tetap terjaga

kualitasnya, PwC juga selalu meminta kepada para pelanggannya untuk memberikan

Gambar

Gambar 1.1. Pertumbuhan Tenaga Kerja Asing di Indonesia
Tabel 1.1. Daftar Penyedia Jasa Ekspatriat
Tabel 2.1. Definisi Model Bisnis
Gambar 2.1. Kanvas Model Bisnis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari semua kasus infeksi Human lmmunodeficiency Virus (HlV), 40% diantaranya terjadi pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun.' Di lndonesia kelompok umur

Pada kelompok perlakuan (kelompok Jigsaw), dosen melakukan delapan langkah-langkah berikut: (1) menyusun materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran, (2)dosen

Dari dasar pemikiran diatas, maka penelitian ini berkaitan Audit Energi Pada Gedung Ins, Banten menggunakan Program Microsoft Visual Studio ” dengan harapan dapat diketahui

1. Pendidikan agama seperti fiqih, tafsir tidak harus bersifat linier, namun menggunakan pendekatan muqaron. Ini menjadi sangat penting, karena anak tidak hanya dibekali

Dalam matakuliah ini akan diberikan materi tentang metode-metode statistika dasar yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data, meliputi: Ruang Lingkup

Berdasarkan hasil penelitian verifikasi angka bakteri yang didapatkan merupakan hasil uji akurasi, presisi yang tidak berada pada rentang nilai rujukan menandakan

Sistem pakar yang dirancang mennggunakan metode Naïve Bayes ini berfungsi untuk mendiagnosa anak autis sejak dini dengan 3 diagnosa yaitu autis rendah,

Taqlid meniru adalah salah satu sifat pembawaan manusia.109 Dalam pembinaan agama di LKSA Harapan Umat Malang kegiatan keteladanan atau pemberian contoh ini sangat penting dan