• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN PERUBAHAN BUNYI BAHASA JAWA KU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERUBAHAN PERUBAHAN BUNYI BAHASA JAWA KU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN-PERUBAHAN BUNYI

BAHASA JAWA KUNA KE BAHASA JAWA BARU

Adi Wisnurutomo Bondan Ardiansyah

PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA JAWA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET e-mail : adi.kimproeng12@gmail.com

Abstrak

Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur. Sedangkan induk dari bahasa Jawa sendiri adalah bahasa Jawa Kuna. Penelitian ini bertujuan, (1) mendeskripsikan perubahan fonologis bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa standar. (2) mendeskripsikan perubahan leksikal bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Standar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Maksud dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena yang muncul tanpa menggunakan hipotesa dan data dianalisis serta hasilnya berbentuk deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa 200 kosakata dasar Swadesh. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan klasifikasi perubahan bunyi yang berdasarkan macam-macam perubahan bunyi yaitu asimilasi, disimilasi dan perubahan berdasarkan tempat. Metode penelitian ini menggunakan metode padan referensial dan metode padan ortografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat perubahan-perubahan yang termasuk dalam asimilasi, disimilasi dan perubahan berdasarkan tempat.

Keywords: Canged Voice; Old Javanese; Standard Javanese

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

(2)

Bahasa ini merupakan bahasa peringkat kesebelas dunia yang digunakan di semua negara dengan jumlah penutur 84.368.500 dengan populasi etnik 95.200.000 berdasarkan sensus pada tahun 2011 (Simons dan Charles, 2017). Selain itu, bahasa Jawa sebagai bahasa daerah juga dijamin keberadaannya dan kelestariaannya seperti dijelaskan pada pasal 36 Bab XV UUD 1945. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa berfungsi sebagai, (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) sarana penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah.

Bahasa daerah, salah satunya bahasa Jawa dalam perkembangannya memiliki hubungan timbal balik terhadap bahasa Indonesia, keduanya saling melengkapi. Penelitian ini nantinya juga dapat memberikan sumbangan mengenai kosa kata bahasa Jawa kepada bahasa Indonesia. Hal ini berarti bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional. Berdasarkan periodisasi, bahasa Jawa saat ini dikenal dengan bahasa Jawa Baru.

Secara historis bahasa Jawa Baru merupakan bahasa yang berkembang dari bahasa Jawa Kuna dan Tengahan, yang termasuk dalam peninggalan bahasa dari Proto Austronisia maupun Proto Melayu Javanic. Perpaduan perkembangan ini dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta yang berasal dari India. Kandungan unsur-unsur kebahasaan bahasa Sanskerta memengaruhi bahasa Jawa Kuna sehingga terserap ke dalam bahasa Jawa Kuna. Penyerapan unsur-unsur asing dibaurkan ke dalam bahasa Jawa Kuna sedemikian rupa, sehingga susunan dan sifatnya sebagai bahasa Nusantara tetap utuh (Zoetmulder, 1994: 12).

(3)

Secara linguistik, banyak ditemukan perubahan-perubahan bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru. Misalnya, perubahan fonologi pada kata wwang [waG] yang berarti ‘manusia’ pada bahasa Jawa Kuna, berubah menjadi wong [wOG]yang berarti ‘manusia’ pada bahasa Jawa Baru. Perubahan lain juga dapat diamati pada kata adyus [adyus] pada bahasa Jawa Kuna berubah menjadi menjadi adus [adUs] pada bahasa Jawa Baru.

Secara leksikal perubahan juga dapat diamati pada kosa kata leksikal hawan [hawan] pada bahasa Jawa Kuna berubah menjadi dalan [dalan] pada bahasa Jawa Baru. Perubahan bentuk leksika kedua bahasa tersebut tidak memengaruhi makna leksikal kedua kosa kata tersebut yaitu, ‘jalan’ dalam bahasa Indonesia. Perubahan-perubahan ini lah yang nantinya akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui proses apa yang terjadi pada perubahan tersebut secara fonologi dan leksikal.

Penelitian mengenai perbandingan perubahan bahasa Jawa telah banyak dilakukan diantaranya, “Kajian Ringkas Masalah Valensi Morfologi dalam Bahasa Jawa Kuna” (Hunter, 1984), Fonem Vokal Bahasa Jawa Kuna dan Alofon-alofonnya (Marsono, 1999), Analisis Kontrastif Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia (Tiani, 2015), dan “Numeralia Bahasa Jawa Kuna” (Miradayanti, tanpa tahun). Fokus penelitian ini tentang bentuk numeralia dan ciri-ciri numeralia bahasa Jawa Kuna. Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam hal membandingkan bahasa, khususnya bahasa Jawa. Namun, belum ada yang membandingkan antara bahasa Jawa Kuna dengan bahasa Jawa Baru dalam bidang fonologi dan leksikal. Atas dasar inilah, peneliti memilih topik penelitian perubahan bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru khususnya dalam bidang fonologi dan leksikal.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perubahan fonologis bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru?

2. Bagaimanakah perubahan leksikal bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru?

(4)

1. Mendeskripsikan perubahan fonologis bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa standar.

2. Mendeskripsikan perubahan leksikal bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa standar.

Tinjauan Teoritis

1. Pendekatan Linguistik Komparatif

Penelitian komparatif dua bahasa atau lebih bertujuan untuk melihat relasi kekerabatan antara bahasa-bahasa yang dikaji, dan dapat dilakukan dengan kajian linguistik historis komparatif dan kajian dialektologi. Kajian linguistik historis komparatif berpijak pada upaya untuk mencari kesamaan dari unsur-unsur kebahasaan yang terdapat di antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan. Sedangkan kajian dialektologi dilakukan dengan berpijak pada upaya mencari perbedaan (Mahsun, 2005). Penelitian ini menggunakan salah satu dari kajian yaitu, kajian linguistik komparatif. Linguistik historis komparatif atau linguistik diakronis, bahasa yang dikaji adalah bahasa dari satu masa ke masa yang lain. Kajian linguistik diakronis diterapkan dengan mengamati perubahan-perubahan yang dialami suatu bahasa. Kajian ini nantinya memberikan penjelasan mengenai hakikat perubahan bahasa yaitu, bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru pada fonologi dan leksikal.

2. Fonologi

Fonologi merupakan bidang mikrolinguistik yang mempelajari tentang perubahan-perubahan bunyi yang terdapat pada fonem. Hal ini sejalan dengan yang diutarakan oleh (Chaer, 2003: 102), yaitu fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.

(5)

bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam bahasa tersebut (Verhaar, 2001).

Keraf (1984: 85) menjelaskan bahwa macam-macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen, atau dalam lingkungan yang lebih luas. Istilah perubahan bahasa dipakai untuk memberi arti bahwa dalam pengertian luas, perubahan-perubahan bentuk baik segmental maupun suprasegmental diakibatkan oleh proses fonologi.

3. Makna Leksikal

Makna leksikal merupakan makna yang sesuai dengan kamus, atau makna yang terdapat pada kamus. Istilah “leksikon” dalam ilmu linguistik berarti perbendaharaan kata-kata itu sendiri sering disebut “leksem” (Verhaar, 2001: 13). Makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning), atau makna eksternal (external meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau dalam bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu (Pateda, 2010: 119). “Makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya” (Harimurti dalam Pateda, 2010: 119).

4. Sejarah Singkat Bahasa Jawa Kuna

Bahasa Jawa Kuna pertama kali muncul dalam sebuah prasasti Sukabumi yang memuat tahun 726 Saka atau setara dengan tahun 804 Masehi. Jika dilihat lebih mendalam, terdapat penanggalan prasasti Sukabumi mengacu pada tanggal 25 Maret. Maka dari itu, tanggal 25 Maret 804 ini merupakan tonggak yang mengawali sejarah bahasa Jawa Kuna (Zoetmulder, 1994: 3). Dasar ini dipakai karena tanggal inilah yang merupakan tonggak awal sejarah bahasa Jawa Kuna.

(6)

Kerajaan Blambangan dinilai memiliki sejarah akhir dari bahasa Jawa Kuna. Pasalnya, kerajaan yang berhadapan langsung dengan Bali ini masih mempertahankan bahasa Jawa Kuna untuk beberapa waktu. Persebaran agama Islam yang semakin meluas dan menjangkau pedalaman membuat keberadaan bahasa Jawa Kuna dan kerajaan ini mengalami kemunduran. Akhirnya, pada abad ke-17 kerajaan itu musnah, maka lengkaplah peralihan Jawa kepada agama Islam. Ini menandakan tamatnya sastra Jawa Kuna yang selama enam abad mewujudkan kebudayaan Hindu-Jawa (Zoetmulder, 1994: 25).

5. Sejarah Singkat Bahasa Jawa Baru

Bahasa Jawa atau disebut bahasa Jawa Baru mulai dipakai oleh masyarakat Jawa sekitar abad 16 sampai sekarang. Bahasa Jawa Baru banyak mendapat pengaruh kebahasaan dari bahasa Arab atau ditandai dengan beralihnya kebudayaan Hindu-Budha-Jawa ke kebudayaan Islam Jawa (Wedhawati dkk., 2006: 1).

Bahasa Jawa Baru memiliki bahasa Jawa standart yang didasarkan pada bahasa Jawa daerah Solo dan Yogyakarta. Bahasa Jawa Surakarta dan Yogyakarta merupakan bahasa Jawa baku. Bahasa Jawa baku di Surakarta, terutama yang digunakan di Kota Surakarta yang berpusat di lingkungan keraton. Masyarakat menganggap bahwa di samping sebagai pusat kegiatan politik dan pemerintahan, keraton juga berperan sebagai pelestari dan pengembang kebudayaan (termasuk bahasa), maka diterimanya bahasa Jawa menjadi bahasa baku (Ayatrohaedi, 1983).

Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

(7)

menggunakan hipotesa dan data dianalisis serta hasilnya berbentuk deskriptif. Fenomena-fenomena tersebut tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antara variable. Penelitian ini data yang dikumpulkan berbentuk kalimat bukan angka.

2. Data dan Sumber Data

Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut didapatkan untuk dapat dianalisis lebih lanjut, biasanya didapatkan melalui informan dan dokumen-dokumen tertentu. Hal ini didasarkan pada pengertian sumber data adalah si penghasil atau pencipta bahasa yang dimaksud biasanya dinamakan narasumber (Sudaryanto, 1993: 35). Jenis sumber data secara menyeluruh dapat dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu narasumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar, dan rekaman, serta dokumen atau arsip (Sutopo, 2002: 50--54). Sumber data dalam penelitian ini mencangkup dua hal yaitu, berasal dari narasumber atau informan dan dokumen atau arsip.

Sumber data pertama, berasal dari informan sebagai pengguna bahasa dalam penelitian ini. Informan yang dimaksudkan adalah orang yang memahami bahasa Jawa baku. Bahasa Jawa baku yaitu, bahasa yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar Kota Surakarta. Informan di dalam penelitian ini didasarkan pada dialek Jawa Tengah di Kota Surakarta, karena peneliti berada di Kota Surakarta sehingga memiliki waktu yang cukup untuk melakukan penelitian. Sumber data yang kedua yaitu, berasal dari dokumen atau arsip yang didapatkan dari kamus bahasa Jawa Kuna dan kamus Baoesastra Djawi. Sumber data kamus bahasa Jawa Kuna ini dinyatakan dapat mewakili bahasa Jawa Kuna pada masanya yang sekarang ini tidak lagi memiliki penutur.

(8)

3. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama merupakan paling dominan dalam penelitian, sedangkan alat bantu berguna untuk membantu jalannya penelitian.

Alat utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sesuai dengan pengertian alat utama merupakan peneliti sendiri artinya kelenturan sikap peneliti mampu menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi (Sutopo, 2002: 35--36). Adapun alat bantu penelitian terdiri dari buku dan bolpoin, sedangkan alat bantu elektronik berupa alat perekam, komputer dan flashdisk.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data, menganilis data, dan memaparkan hasil penelitian. Hal ini diperkuat berdasarkan pengertian metode merupakan cara mendekati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 2011: 136). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah wawancara. Teknik yang digunakan dalam metode ialah teknik rekam. Teknik rekam yaitu, teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menggunakan alat perekam sebagai media untuk merekam tuturan informan.

Teknik lain yang digunakan dalam metode pengumpulan data ialah teknik catat. Teknik catat yaitu, melakukan pencatatan terhadap data yang relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik catat ini juga digunakan untuk melakukan transkripsi data hasil wawancara yang berbentuk rekaman suara menjadi tulisan.

(9)

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data ini merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Analisis data kualitatif menurut Borgan dan Biklen (dalam Moloeng, 2010) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru, kemudian mencari perubahan-perubahan yang terjadi sesuai tingkat struktur bahasa, terutama dari bentuk fonologi dan leksikal.

6. Metode Penyajian Data

Metode yang digunakan pada hasil penelitian ini adalah deskriptif, informal dan formal. Deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada atau fenomena-fenomena secara empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1993: 62).

Metode formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang, sedangkan metode informal menggunakan kata-kata biasa, maksudnya bahwa pemaparan hasil analisis data menggunakan kata-kata yang sifatnya sederhana agar mudah dipahami dan dimengerti (Sudaryanto, 1993: 145)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam tiga tahapan strategis dalam pemahaman penelitian. Pada tahap ini dilakukan pengujian keterandalan atau validitas hasil temuan. Hasil analisis data dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Baru yang terjadi pada fonologi dan leksikal.

Hasil penelitian dan pembahasan

1. Daftar Kosakata Dasar Swadesh

(10)

. Dasar Baru

1 abu hawu awu 101 jatuh tiba tiba

2 air bañu banyu 102 jauh adoh adoh

3 akar wod oyod 103 kabut pĕ utḍ pedhut

4 aku aku aku 104 kaki suku sikil

5 alir (me) humilī mili 105 kalau yen yen

6 anak anak anak 106 kami, kita kami awakedhewe

7 angin a inṅ angin 107 kamu sira kowe 8 anjing añjiṅ asu 108 kanan tĕ ĕnṅ tengen

9 apa apa apa 109 karena apan amarga

10 api apuy geni, api 110 kata (ber) liṅ ngomong 11 apung kambaṅ kambang 111 kecil cili cilik

12 asap kukus beluk 112 kelahi (ber)

adu gelut

13 awan hima mega 113 kepala ĕṇḍas endhas

14 bagaimana apa kepiye 114 kering ki garing 15 baik becik becik 115 kiri kiwa kiwa

16 bakar bakar bakar 116 kotor rĕgĕd reged

17 balik wuri buri 117 kuku kuku kuku

18 banyak kweh akeh 118 kulit cerma kulit

19 bapak bapa bapak 119 kuning jĕnar kuning 20 baring maguli anṅ mlumah 120 kutu krĕmi tuma

21 baru hañar anyar 121 lain lyan liya

22 basah tĕlĕs teles 122 langit awaṅ langit

23 batu watu watu 123 laut samudra segara,samudr a

24 beberapa sakweh sakeh 124 lebar amba amba

(11)

27 benih winih winih 127 lempar buñcal uncal 28 bengkak abuh abuh 128 licin lĕyö lunyu 29 berenang ṅ ṅla huy nglangi 129 lidah ilat ilat 30 berjalan lumaku mlaku 130 lihat dölö delok

31 berat bot abot 131 lima pañca lima

32 beri weh weh 132 ludah hidu idu

33 besar gĕ e gedhe 133 lurus bĕnĕr kenceng 34 bilamana yen yen 134 lutut dĕkuṅ dhengkul 35 binatang i wanṇ kewan 135 main dolan dolan

36 bintang bintaṅ lintang 136 makan mangan mangan

37 buah wwah woh 137 malam ratri wengi

38 bulan candra mbulan 138 mata mata mata

39 bulu warut wulu 139 matahari surya srengenge

40 bunga kĕmba kembang 140 mati pĕjah mati 41 bunuh amati mateni 141 merah abang abang

42 buru (me) ambĕ agḍ mburu 142 mereka rasika dheweke

43 buruk ni aṣṭ ala 143 minum nginum ngombe 44 burung kokila manuk 144 mulut ca kĕṅ

m

cangkem

45 busuk lu uhḍ bosok 145 muntah mutah mutah 46 cacing caciṅ cacing 146 nama aran jeneng 47 cium ambuṅ ambung 147 napas prana ambegan

48 cuci umbah umbah 148 nyanyi ṅiduṅ nyanyi

49 daging bapuh daging 149 orang wwang wong

50 dan lan lan 150 panas panas panas

(12)

56 dekat acĕpak cedhak 156 perempua n

wadwan wadon

57 dengan lan lan 157 perut udara weteng

58 dengar röngö rungu 158 pikir a rasaṅ pikir 59 di dalam i jro ing jero 159 pohon a ĕnṅ wit 60 di, pada ri ing 160 potong tugĕl tugel 61 di mana i ĕndi ing endi 161 punggung gĕgĕr geger 62 dingin tis adhem 162 pusar pusĕr udel 63 diri (ber) adĕg ngadeg 163 putih putih putih 64 di sini i kene ing kene 164 rambut rambut rambut

65 di situ i kana ing kono 165 rumput sukĕt suket 66 dorong suruṅ surung 166 satu siji siji

67 dua rwa loro 167 sayap ĕlar swiwi

68 duduk li gihṅ lungguh 168 sedikit kĕ ikḍ sethithik 69 ekor buntut buntut 169 siang rina awan

70 empat pat papat 170 siapa sapa sapa

71 kau sira kowe 171 sempit cihut ciyut 72 gali ḍ ḍu uk dhudhuk 172 semua kabeh kabeh 73 garam garĕm uyah 173 suami laki bojo 74 garuk kukur kukur 174 sungai kali kali

75 gemuk lĕmu lemu 175 tajam laṇḍĕp landhep

76 gigi waja untu 176 tahu tahu tau

77 gigit cokot cokot 177 tahun tahun taun

78 gosok inurap gosok 178 takut wĕdi wedi 79 gunung arga gunung 179 tali tali tali

80 hantam antĕm antem 180 tanah lĕmah lemah 81 hapus a ilagakĕnṅ busek 181 tangan ta anṅ tangan

(13)

83 hidung iruṅ irung 183 tebal kandĕl kandel 84 hidup hurip urip 184 telinga kupiṅ kuping

85 hijau ijo ijo 185 telur ĕṇḍog endhog 86 hisap isĕp isep 186 terbang ibĕr miber 87 hitam hirĕṅ ireng 187 tertawa aguyu ngguyu 88 hitung ituṅ itung 188 tetek susu susu

89 hujan hudan udan 189 tidak ora ora

90 hutan alas alas 190 tidur turū turu

91 ia ika dheweke 191 tiga tĕlu telu

92 ibu babu ibu 192 tikam tikam ngunus

93 ikan mina iwak 193 tipis tipis tipis

94 ikat ikĕt taleni 194 tiup dĕmu damu 95 ini iki iki 195 tongkat jĕjĕr tongkat 96 isteri strī setri 196 tua tuha tuwa 97 itu ika ika 197 tulang baluṅ balung 98 jahit dinom dondom 198 tumpul kĕ ulṭ kethul

99 jalan dalan dalan 199 ular ula ula

100 jantung jaja jantung 200 usus usus usus

2. Perubahan-perubahan Bunyi a. Asimilasi

Asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi dimana dua fonem yang berbeda pada bahasa proto mengalami perubahan dalam masa sekarang menjadi fonem yang sama.

(1) Asimilasi Labial

Merupakan suatu proses yang terjadi pada vokal. No

. Kosakata

Dasar Jawa Kuna

Jawa Baru

1. angin a inṅ angin 21. kiri kiwa kiwa

(14)

3. baik becik becik 23. leher gulū gulu 4. benih winih winih 24. licin lĕyö lunyu 5. bengkak abuh abuh 25. ludah hidu idu 6. berenang ṅ ṅla huy nglangi 26. mata mata mata 7. cacing caciṅ cacing 27. orang wwang wong 8. cium ambuṅ ambung 28. panjang dawā dawa

9. darah

getih getih 29. perempua n

wadwan wadon

10. datang tĕka teka 30. putih putih putih 11. dengar röngö rungu 31. rambut rambut rambut

12. dorong suruṅ surung 32. siapa sapa sapa 13. duduk li gihṅ lungguh 33. tarik tarik tarik 14. ekor buntut buntut 34. telinga kupiṅ kuping

15. gali ḍ ḍu uk dhudhuk 35. tidur turū turu 16. garuk kukur kukur 36. tiup dĕmu damu 17. hidung iruṅ irung 37. tulang baluṅ balung 18. hitung ituṅ itung 38. tumpul kĕ ulṭ kethul

19. itu ika ika 39. ular ula ula

20. jatuh tiba tiba 40. usus usus usus

(2) Asimilasi Palatal

Adalah proses perubahan yang terjadi atas konsonan.

No. Kosakata

Dasar Jawa Kuna Jawa Baru

1. balik wuri buri 5. pasir wĕni wedhi

2. binatang i wanṇ kewan 6. pendek cĕpak cendhak 3. bintang bintaṅ lintang 7. sempit cihut ciyut

4. debu kĕbu lebu 8. tua tuha tuwa

(15)

Semacam asimilasi yang dalam tata bahasa, bahasa-bahasa tersebut dinamakan emfasis.

b. Disimilasi

Perubahan serangkaian fonem yang sama menjadi fonem-fonem yang berbeda, dengan prinsip kelegaan.

No. Kosakata

Dasar Jawa Kuna Jawa Baru

1. akar wod oyod 7. ibu babu ibu

2. api apuy geni, api 8. jahit dinom dondom

3. berjalan lumaku mlaku 9. kaki suku sikil

4. bunuh amati mateni 10. lihat dölö delok

5. dekat acĕpak cedhak 11. sedikit kĕ ikḍ sethithik

6. dua rwa loro 12. tertawa aguyu ngguyu

c. Perubahan Berdasarkan Tempat (1) Metatesis

Merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berujud pertukaran tempat dua fonem.

(2) Afresis

Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa penghilangan sebuah fonem pada awal sebuah kata.

No. Kosakata

Dasar Jawa Kuna Jawa Baru

1. Abu hawu awu 6. hitam hirĕṅ ireng

2. alir (me) humilī mili 7. hujan hudan udan

3. Baru hañar anyar 8. lempar buñcal uncal

4. Berat bot abot 9. terbang ibĕr miber

5. Hidup hurip urip

(16)

Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa penghilangan sebuah fonem pada tengah sebuah kata.

No. Kosakata

Dasar Jawa Kuna Jawa Baru

1. beberapa sakweh sakeh 3. tahun tahun taun

2. tahu tahu Tau

(4) Apokop

Suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa penghilangan sebuah fonem pada akhir sebuah kata.

No. Kosakata

Dasar Jawa Kuna Jawa Baru

1. lain lyan liya

(5) Protesis

Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada awal kata.

No. Kosakata

Dasar Jawa Kuna Jawa Baru

1. banyak kweh akeh 3. empat pat Papat

2. diri (ber) adĕg ngadeg

(6) Epentesis

Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada tengah kata.

No. Kosakata

Dasar Jawa Kuna Jawa Baru

1. isteri strī setri

(17)

Suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada akhir kata.

No. Kosakata

Dasar Jawa Kuna Jawa Baru

1. bapak bapa bapak 4. di mana i ĕndi ing endi 2. kecil cili cilik 5. di sini i kene ing kene

3. di dalam i jro ing jero 6. di situ i kana ing kono

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan atau penjelasan diatas, sesuai dengan judul ”Lelagon Gugur Gunung Sebagai Spirit Jiwa Nasionalis”. Penulis dapat menyimpulkan bahwa gotong royong adalah suatu budaya yang nasionalis dan menjadi sebuah identitas yang sesungguhnya dari bangsa Indonesia. Kemudian budaya gotong royong tersebut dijadikan sebuah lagu yang berjudul Gugur Gunung yang didalamnya mempunyai kandungan nilai gotong royong. Nilai itu bertujuan menumbuhkan jiwa Nasionalisme dalam Ke-bhinneka-tunggal-ika-an yang terkandung disetiap bait lagunya.

Budaya gotong royong sudah sepantasnya direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bermasyarakat dan berbangsa serta bernegara. Selain itu, budaya gotong royong harus dilandasi dengan rasa kekeluargaan, kebersamaan, rela berkorban dan keikhlasan untuk mencapai sebuah kerukunan dan persatuan. Bercermin pada lirik-lirik lagu Gugur Gunung, kehidupan seperti itulah yang sebenarnya harus kita laksanakan bersama.

Saran

(18)

Daftar Pustaka

Abdullah, Wakit dan Sri Lestari Handayani. 2012. Bahasa Jawa Kuna: Sejarah, struktur dan Leksikonnya. Surakarta: Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Harimurti, Kridalaksana. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

HB. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar Teoritis dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Hunter, Thomas M.. 1984. Kajian Ringkas Masalah Valensi Morfologi dalam Bahasa Jawa Kuna. Makalah sajian Bidang Sasrtra Nusantara, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.

Keraf. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Lexy J. Moleong. 2000. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja

Rosdakarya.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mardiwarsito, L. dan Harimurti Kridalaksana. 1984. Struktur Bahasa Jawa Kuna. Ende Flores: Nusa Indah.

Marsono. 1999. Fonem Vokal Bahasa Jawa Kuna dan Alofon-alofonnya. Dalam Humaniora No. 10 Januari-April 1999.

Miradayanti, Dewa Ayu Carma. Tanpa tahun. Numeralia Bahasa Jawa Kuna. Sastra Jawa Kuna Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya

(19)

sealang.net/ojed/ diakses pada Jumat, 09 Maret 2018 pukul 14.00.

Simons, Gary F. Dan Charles D. Fennig (eds.). 2017. Ethnologue: Bahasa Dunia, edisi ke dua puluh. Dallas, Texas: SIL Internasioanal.

Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tiani, Riris. 2015. Analisis Kontrastif Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia. dalam Humanika Vol.21 No. 1. Tahun 2015.

Verhaar, JWM. 2001. Asas-asas Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.

Zoetmulder, P. J. 1994. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 40 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu pada Badan Koordinasi

(2) Apabila tidak terdapat Penyidikan Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka penyidik atas tindak

Nilai pH berpengaruh terhadap morfologi dan ukuran partikel yang terbentuk. Naiknya pH menyebabkan ukuran partikel yang dihasilkan berukuran kecil. Suhu dan waktu

signifikan 0,403 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa faktor promosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat nasabah dalam pembiayaan Implan pada PT Bank Syariah

Perlakuan A diberi rumput gajah (Pennisetum purpureum)secara ad libitum senilai TDN <65%, Perlakuan B diberi rumput gajah clan daun gamal (Gliricidia maculata) segar senilai TDN

Manajer yang baik juga harus mampu untuk membuka saluran komunikasi yang multi arah dalam arti tidak hanya manajer saja yang memberikan perintah dan

Berdasarkan gambar1 di atas didapatkan bahwa dari 85 responden yang diteliti sebagian besar (87,1%) responden menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan di Ruang

Berdasarkan data di atas, maka pola sebaran sedimen permukaan dasar laut daerah penelitian memperlihatkan pola fraksi sedimen halus seperti lanau dan lanau pasiran hingga