• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Kelola Perusahaan Co CG jasa marga (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tata Kelola Perusahaan Co CG jasa marga (1)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOM AN TATA K ELOLA PERU SAH AAN

CODE OF CORPORATE GOVERNANCE

(2)

Daftar Isi

BAB I ... Tujuan ... Acuan pedoman ... Ruang lingkup pedoman ... Istilah yang dipergunakan ... Profil, Visi dan Misi Perusahaan ... Profil perusahaan ... Visi Perusahaan ... Misi Perusahaan ... Tata Nilai perusahaan ... Tanggung Jawab manajemen dalam penerapan Tanggung Jawab Karyawan Dalam Penerapan GCG Pelaksanaan Penerapan... BAB II... Prinsip Tata Kelola Perusahaan... Transparansi... Pemegang Saham/RUPS ...

Wewenang Pemegang Saham ... Hak Pemegang Saham ... Kewajiban Pemegang Saham ... RUPS Perusahaan... Dewan Komisaris ... Hak dan Wewenang Dewan Komisaris... Tugas dan Kewajiban Dewan Komisaris... Komposisi ... Kualifikasi Personil Dewan Komisaris ... Komisaris Independen ... Komite-Komite Di Bawah Dewan Komisaris ... Rapat Dewan Komisaris ... Kinerja Anggota Dewan Komisaris ...

Direksi ...

Hak dan Wewenang Direksi ... Tugas dan Kewajiban Direksi ... Komposisi ... Kualifikasi Personil Direksi ... Rapat Direksi... Kinerja Anggota Direksi ... Sekretaris Perusahaan... Satuan Pengawasan Intern (SPI) ... Auditor Eksternal ... Hubungan Antar Organ Perusahaan...

3 Kebijakan Pokok Perusahaan ... Umum ...

Integritas Bisnis...

Hubungan dengan Pemegang Saham...

Standar Akuntansi ...

Pengendalian Internal ...

Auditor Eksternal ... Khusus ...

Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Komisaris dan Direksi... Investasi Jalan Tol dan Pengembangan Usaha Lain ... Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan Tol ... Pengisian Formasi Kepala Unit/Organisasi ... Manajemen Mutu dan Risiko ... Media Komunikasi dan Informasi ... Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR)... Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)... Hubungan dengan Stakeholder ... Keterlibatan Dalam Aktivitas Politik ... Manajemen Teknologi ... Manajemen Kinerja... Etika Kerja ... Transaksi Afiliasi... Benturan Kepentingan ... Pemberian dan Penerimaan Hadiah ... Keterbukaan dan Kerahasiaan Informasi Serta Informasi Orang Dalam ... Pengadaan Barang/Jasa... Pengelolaan Asset ... Pengelolaan Dokumen/Arsip Perusahaan...

(3)

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

Penyelenggaraan Jalan Tol merupakan amanah bangsa Indonesia mengingat Jalan Tol merupakan prasarana strategis dalam mendukung pembangunan nasional sehingga harus memberikan manfaat yang luas bagi seluruh Stakeholders. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sahamnya dimiliki pemerintah dan publik, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (”Perusahaan”) harus dikelola secara profesional dan mengacu kepada peraturan-peraturan Pasar Modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Perusahaan.

Pengelolaan Perusahaan berdasarkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya merupakan upaya untuk menjadikan GCG sebagai kaidah dan pedoman bagi pengelola Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Penerapan prinsip-prinsip GCG sangat diperlukan agar Perusahaan dapat bertahan dan tangguh dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. GCG diharapkan dapat menjadi sarana untuk mencapai visi, misi dan tujuan Perusahaan secara lebih baik.

Perusahaan menyadari bahwa Penerapan GCG secara sistematis dan konsisten merupakan kebutuhan yang harus dilaksanakan. Penerapan GCG pada Perusahaan diharapkan akan dapat memacu perkembangan bisnis, akuntabilitas serta mewujudkan nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang tanpa mengabaikan kepentingan Stakeholders lainnya.

Untuk meningkatkan kinerja dan kepatuhan terhadap implementasi prinsip-prinsip GCG, Perusahaan menyusun Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance atau “COCG”)yang diterapkan secara konsisten sehingga semua nilai yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berkepentingan atas Perusahaan (Stakeholders) dapat didayagunakan secara optimal dan menghasilkan pola hubungan ekonomis yang saling menguntungkan. COCG merupakan kristalisasi dari kaidah-kaidah GCG, peraturan perundang-undangan yang berlaku, nilai-nilai budaya yang dianut, visi dan misi serta praktek-praktek terbaik (best practices) GCG. COCG yang telah disusun menjadi acuan bagi Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan serta menjadi acuan bagi Stakeholder lainnya dalam berhubungan dengan Perusahaan.

Mengingat lingkungan bisnis yang bersifat dinamis dan berkembang, maka COCG yang disusun oleh Perusahaan juga selalu disesuaikan dengan kondisi internal maupun eksternal yang ada. Pengkajian secara berkesinambungan selalu dilakukan sebagai upaya mencapai standar kerja yang terbaik bagi Perusahaan.

2.

Pengertian

Penerapan Praktek GCG berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 diartikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh Organ Perusahaan (Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas Perusahaan, guna mewujudkan nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan Stakeholders

lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai etika.

(4)

Pedoman Tata Kelola Perusahaan (COCG) merupakan seperangkat peraturan dan praktek yang menjadi dasar atau acuan bagi Organ Perusahaan dan Manajemen dalam mengelola Perusahaan. COCG tersebut berisikan prinsip-prinsip pengelolaan Perusahaan yang selaras dengan visi, misi dan nilai-nilai Perusahaan. COCG dalam implementasinya diikuti dengan berbagai kebijakan serta peraturan teknis sesuai kebutuhan Perusahaan.

S K E M A P E N Y U S U N A N C O C G :

3.

Tujuan

Tujuan dari Penerapan GCG pada Perusahaan adalah:

a. Mengendalikan dan mengarahkan hubungan antara Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan, Pengguna Jalan Tol/Pelanggan lainnya, Mitra Usaha, Kreditur/Investor, serta Masyarakat dan Lingkungan.

b. Mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan risiko Perusahaan secara lebih hati-hati (prudent), akuntabel, dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip-prinsip GCG.

c. Memaksimalkan nilai Perusahaan agar Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

d. Memberdayakan fungsi dan kemandirian masing-masing Organ Perusahaan.

e. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, efektif dan efisien demi tercapainya Visi dan Misi Perusahaan.

f. Mendorong agar pengelola Perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial Perusahaan.

g. Meningkatkan pertanggungjawaban kepada Stakeholders.

h. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan Perusahaan.

i. Memperbaiki budaya kerja Perusahaan.

j. Meningkatkan pencitraan Perusahaan (image) yang semakin baik.

k. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.

4. Acuan Pedoman

Penyusunan Pedoman ini mengacu pada ketentuan sebagai berikut :

(5)

a. Undang-Undang Republik Indonesia, diantaranya adalah :

1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi;

2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;

4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;

5) Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2003 Tentang BUMN;

6) Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 25 Tahun 2003;

7) Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

8) Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal;

9) Undang-Undang Nomor: 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas.

b. Peraturan Pemerintah, diantaranya adalah :

1) Peraturan Pemerintah Nomor: 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengawasan dan Pembubaran BUMN;

2) Peraturan Pemerintah Nomor: 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;

3) Peraturan Pemerintah Nomor: 12 Tahun 1998 Tentang Perusahaan Perseroan (Persero), jo Peraturan Pemerintah Nomor: 45 Tahun 2001.

c. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diantaranya adalah : 1) Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek

GCG pada BUMN;

2) Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-104/MBU/2002 Tentang Penilaian Calon Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara.

3) Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 Tentang Pembentukan Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara;

4) Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-102/MBU/2002 Tentang Penyusunan RJPP;

5) Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-101/MBU/2002 Tentang Penyusunan RKAP;

6) Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN;

7) Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-09A/MBU/2002 Tentang Penilaian Kelayakan dan Kepatutan Calon Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara;

d. Peraturan Menteri Negara BUMN, diantaranya adalah:

1) Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-08/MBU/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-04/MBU/2009 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi BUMN.

(6)

3) Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2008 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa di BUMN;

4) Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara.

e. Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor: SE/14/MBU/2010 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN tanggal 11 November 2010.

f. Peraturan Bapepam-LK, diantaranya adalah:

1) Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-413/BL/2009 tanggal 25 Nopember 2009, Peraturan Bapepam-LK Nomor: IX.E.2 Tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama;

2) Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-412/BL/2009 tanggal 25 November 2009, Peraturan Bapepam-LK Nomor: IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu;

3) Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor:Kep-496/BL/2008 tanggal 28 November 2008, Peraturan Bapepam Nomor: IX.I.7 Tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Internal Audit;

4) Lampiran Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008, Peraturan Nomor: IX.J.1 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang melakukan Penawaran Umum Efek bersifat Ekuitas dan Perubahan Publik;

5) Salinan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-134/BL/2006, Peraturan Nomor: X.K.6 Tentang kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik;

6) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-45/PM/2004, Peraturan Bapepam Nomor: IX.I.6 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten dan Perusahaan Publik;

7) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004, Peraturan Bapepam Nomor: IX.I.5 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit;

8) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-40/PM/2003, Peraturan Bapepam Nomor: VIII.G.11 Tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan;

9) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-36/PM/2003 tanggal 30 September 2003, Peraturan Nomor: X.K.2 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala;

10) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-27/PM/2003 tanggal 17 Juli 2003, Peraturan Nomor: X.K.4 Tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum;

11) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-554/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Perubahan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Perubahan Peraturan Bapepam Nomor: VIII.G.7 Tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan;

12) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996 tanggal 24 Januari 1996, Peraturan Bapepam Nomor: X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segara Diumumkan Kepada Publik;

13) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-63/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, Peraturan Bapepam Nomor: IX.I.4 Tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan;

14) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-60/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, Peraturan Nomor: IX.I.1 Tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham;

(7)

g. Anggaran Perusahaan terakhir Nomor: 28 tanggal 8 Agustus 2008 dengan Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, SH dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor:AHU-54231.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 22 Agustus 2008.

h. Keputusan Dewan Komisaris PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Nomor: KEP-73/DKJM/VIII/2005 Tentang Panduan Bagi Anggota Dewan Komisaris PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

i. Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Nomor: 156/KPTS/2010 Tentang Perubahan Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Nomor: 194/KPTS/2009 tentang Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

j. Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Nomor: 60/KPTS/2009 Tentang Pembagian Tugas dan Wewenang Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

k. Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Nomor: 42/KPTS/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Rapat Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

l. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang tercantum dalam Risalah RUPS.

5.

Ruang Lingkup Pedoman

Ruang lingkup Pedoman ini adalah untuk memberikan arahan kepada segenap Insan Jasa Marga dalam menjalankan aktivitas bisnis Perusahaan. Berbagai hal yang diatur dalam Pedoman ini meliputi:

a.

Hubungan antara Perusahaan dengan Pemegang Saham.

b.

Fungsi serta peran Dewan Komisaris.

c.

Fungsi serta peran Direksi.

d.

Hubungan antara Perusahaan dengan Stakeholders seperti Karyawan, Pengguna Jalan Tol/Pelanggan lainnya, Kreditur/Investor dan Mitra Usaha serta Masyarakat.

e.

Prinsip-prinsip mengenai Kebijakan Perusahaan yang penting seperti Kebijakan tentang Sistem Pengendalian Internal, Manajemen Risiko, Teknologi Informasi, Akuntansi dan Keuangan, Sistem Pengadaan Barang/Jasa, dan kebijakan lainnya.

6.

Istilah-Istilah yang Digunakan

a. Perusahaan (atau Perseroan) dengan huruf P kapital, adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk., sedangkan perusahaan (atau perseroan) dengan huruf p kecil menunjuk kepada perusahaan secara umum.

b. Anak Perusahaan, adalah perusahaan yang didirikan sehubungan dengan kegiatan usaha Perusahaan yang lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh Perusahaan atau lebih dari 50% (lima puluh persen) suara dalam Rapat Umum Pemegang Sahamnya dikuasai oleh Perusahaan atau jalannya perusahaan, pengangkatan, pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris Anak Perusahaan dikendalikan Perusahaan.

c. Organ Perusahaan, adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi.

d. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan

(8)

f. Anggota Dewan Komisaris, adalah Anggota dari Dewan Komisaris yang merujuk kepada individu (bukan Board).

g. Komisaris Independen, adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi, anggota Dewan Komisaris lainnya dan Pemegang Saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan Perusahaan.

h. Direksi, adalah keseluruhan Anggota Direksi sebagai satu kesatuan majelis atau Dewan (Board).

i. Anggota Direksi, adalah anggota dari Direksi yang merujuk pada individu (bukan Board).

j. Manajemen adalah Direksi, Pejabat Struktural sesuai dengan struktur organisasi Kantor Pusat/Kantor Cabang/Kantor Proyek yang fungsi kegiatannya menjalankan aktivitas sesuai dengan batasan wewenang yang ditetapkan.

k. Jajaran Manajemen, adalah Direksi beserta pejabat 1 (satu) tingkat di bawah Direksi yang membantu pengelolaan Perusahaan

l. Karyawan, adalah orang yang terikat hubungan kerja dengan Perusahaan serta telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan diangkat oleh Direksi serta diberikan penghasilan, kesejahteraan, dan fasilitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan ketentuan Perusahaan.

m. Insan Jasa Marga, adalah Dewan Komisaris, Direksi dan dan Karyawan Perusahaan.

n. Stakeholders, adalah setiap pihak yang memiliki kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, baik finansial maupun non finansial terhadap Perusahaan dan memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup Perusahaan, termasuk didalamnya Pemegang Saham, Karyawan, Pemerintah, Pelanggan, Pemasok, Kreditur/Investor dan Masyarakat serta pihak berkepentingan lainnya.

o. Komite Audit, adalah Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris, yang membantu Dewan Komisaris memenuhi tugas dan kewajibannya dalam mengkaji efektivitas sistem pengendalian internal, efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal, serta dalam mengkaji dan memberikan persetujuan semua informasi dan usulan yang disiapkan dan diajukan pihak lainnya seperti Laporan Keuangan dan Non Keuangan dan Laporan Tahunan Perusahaan.

p. Komite Nominasi dan Remunerasi, adalah komite yang dapat dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris untuk menyusun sistem, prosedur nominasi dan seleksi bagi Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi, memberikan rekomendasi tentang jumlah Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi serta mengembangkan sistem untuk pemberian remunerasi bagi Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi.

q. Komite Investasi dan Risiko Usaha, adalah komite yang dapat dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris untuk memantau secara berkala dan merekomendasikan perbaikan terhadap manajemen risiko yang dilaksanakan dan dikembangkan oleh Perusahaan.

r. Komite Good Corporate Governance (Komite GCG), adalah komite yang dapat dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam rangka membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris untuk melakukan pembinaan dan pengawasan atas penerapan pinsip-prinsip GCG di Perusahaan.

(9)

t. Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance atau COCG), adalah sekumpulan nilai dan praktek Perusahaan yang menjadi suatu pedoman bagi Organ Perusahaan dan Manajemen dalam mengelola Perusahaan yang di dalamnya memuat prinsip-prinsip GCG yang selaras dengan peraturan perundang-undangan, tujuan, visi dan misi serta nilai-nilai Perusahaan.

u. Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Conduct), adalah sistem nilai atau norma yang dianut oleh seluruh Insan Jasa Marga dalam melaksanakan tugasnya yang didalamnya memuat etika bisnis dan perilaku seluruh Insan Jasa Marga dalam mencapai tujuan, visi dan misi Perusahaan antara lain etika hubungan antara Perusahaan dengan Karyawan, Pengguna Jalan Tol, Pemegang Saham, Pemasok, Kreditur/Investor, Pemerintah, Mitra Usaha, Pesaing, Media Massa, Masyarakat dan Lingkungannya.

v. Pakta Integritas, adalah surat pernyataan yang ditandatangani oleh Dewan Komisaris, Direksi, dan Karyawan Perusahaan, yang berisi ikrar untuk menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

PROFIL, VISI DAN MISI PERUSAHAAN

Profil Perusahaan

Dalam rangka percepatan perekonomian antar daerah dan mewujudkan jalan yang bebas hambatan Pemerintah mendirikan sebuah perusahaan yang khusus bergerak dalam bidang penyelenggaraan jalan tol dengan nama PT JASA MARGA (Indonesia Highway Corporation) berdasarkan Akta Nomor: 1 tanggal 1 Maret 1978. Pembangunan jalan bebas hambatan pertama di Indonesia adalah yang menghubungkan Jakarta-Bogor hingga Ciawi yang diresmikan pada tanggal 9 Maret 1978 oleh Presiden Soeharto dan diberi nama Jagorawi. Sejak saat itu JASA MARGA bersama Pemerintah terus membangun jalan-jalan tol baru di wilayah Jabotabek, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya dan Medan. Sampai dengan akhir tahun 80-an, JASA MARGA adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia, hingga kemudian Pemerintah mengundang pula investor swasta. yang berfungsi sebagai regulator menjadi investor jalan tol dari Pemerintah. JASA MARGA siap bersaing dengan investor jalan tol swasta dalam membangun, mengoperasikan dan memelihara jalan tol.

Dengan pertimbangan agar biaya pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan tersebut dapat dilakukan secara mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah, Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, Ir. Sutami mengusulkan pendirian sebuah Persero untuk mengelola jalan tersebut. Berdasarkan Akta Nomor: 187 pada tanggal 19 Mei 1981 di hadapan notaris Kartini Muljadi, SH. JASA MARGA kemudian mengalami perubahan menjadi PT JASA MARGA (PERSERO).

Anggaran Dasar Perusahaan tersebut mengalami perubahan berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor: 27 tanggal 12 September 2007 yang dibuat di hadapan Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito,SH. karena Perusahaan akan mengembangkan skala usaha melalui Penawaran Umum Perdana Saham kepada masyarakat. Berdasarkan akta tersebut, nama Perusahaan diubah menjadi “Perusahaan Perseroan (Persero) PT JASA MARGA (INDONESIA HIGHWAY CORPORATAMA) TBK” atau disingkat “PT JASA MARGA (PERSERO) TBK”. Dua bulan kemudian tepatnya pada tanggal 12 November 2007 JASA MARGA telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia untuk menjadi perusahaan terbuka, dimana Pemerintah melepaskan 30% sahamnya kepada masyarakat.

(10)

triliun empat ratus milyar rupiah). Maksud dan tujuan Perusahaan ialah turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya serta pembangunan di bidang pembangunan jalan tol dengan sarana penunjangnya dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Visi Perusahaan

”Menjadi Perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian Jalan Tol, menjadi pemimpin (leader) dalam industri Jalan Tol dengan mengoperasikan mayoritas Jalan Tol di Indonesia serta memiliki daya saing yang tinggi ditingkat nasional dan regional”.

Misi Perusahaan

”Menambah panjang Jalan Tol secara berkelanjutan, sehingga Perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang Jalan Tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan Perusahaan serta meningkatkan mutu dan efisiensi jasa pelayanan Jalan Tol melalui penggunaan teknologi yang optimal dan penerapan kaidah kaidah manajemen Perusahaan modern dengan Tata Kelola yang baik”.

Tata Nilai Perusahaan

Perusahaan mempunyai nilai-nilai Perusahaan yang merupakan kombinasi dari nilai-nilai dan keyakinan yaitu prinsip-prinsip yang diyakini baik dan benar dalam menjalankan bisnis dan organisasi, yang menjadi pegangan bagi setiap Insan Jasa Marga dalam berperilaku, bertindak dan mengambil keputusan untuk mencapai tujuan bersama.

Perusahaan telah memiliki Tata Nilai Perusahaan yaitu:

i. Integritas (Integrity)

Kami senantiasa melaksanakan pekerjaan dengan jujur dan penuh tanggung jawab serta beretika, semata-mata untuk kepentingan Perusahaan.

Integritas (Integrity) diterjemahkan kedalam 5 (lima) Perilaku Utama yang akan menjadi pegangan dalam menjalankan bisnis dan organisasi Perusahaan, yaitu antara lain:

a. Bekerja hanya untuk kepentingan Perusahaan.

b. Tidak pernah menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan lain di luar kepentingan Perusahaan.

c. Bertanggungjawab dan senantiasa dapat menjelaskan keputusan dan langkah-langkah yang diambil dalam pekerjaan.

d. Senantiasa menggunakan etika dalam bekerja. e. Senantiasa menjadi panutan bagi lingkungannya.

ii. Mencintai Pekerjaan (Passion)

Kami memiliki semangat dan gairah dalam bekerja yang dilandasi rasa bangga dan cinta terhadap pekerjaan dan Perusahaan.

Mencintai Pekerjaan (Passion) diterjemahkan kedalam 5 (lima) Perilaku Utama yang akan menjadi pegangan dalam menjalankan bisnis dan organisasi Perusahaan, yaitu antara lain:

a. Semangat dan keinginan yang kuat untuk senantiasa berbuat yang terbaik di bidangnya. b. Menyenangi tugasnya dan selalu berpikir positif dalam bekerja.

c. Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah Perusahaan.

(11)

iii. Senang Belajar Untuk Kemajuan (Learning)

Kami senantiasa belajar hal-hal baru dan berani untuk mencoba gagasan baru dan cara-cara kerja yang lebih baik untuk kemajuan Perusahaan.

Senang Belajar Untuk Kemajuan (Learning) diterjemahkan kedalam 3 (tiga) Perilaku Utama yang akan menjadi pegangan dalam menjalankan bisnis dan organisasi Perusahaan, yaitu antara lain:

a. Selalu ingin mengetahui dan belajar hal-hal baru untuk kemajuan Perusahaan.

b. Melihat jauh ke depan dan senantiasa berusaha untuk membawa Perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi.

c. Berani mencoba hal-hal baru dengan niat semata-mata untuk memperbaiki kualitas proses dan produk Perusahaan.

iv. Membangun Kepercayaan (Trust)

Kami percaya pada niat baik dan kami senantiasa menjaga kepercayaan yang diamanahkan pada kami dalam melaksanakan pekerjaan.

Membangun Kepercayaan (Trust) diterjemahkan kedalam 3 (tiga) Perilaku Utama yang akan menjadi pegangan dalam menjalankan bisnis dan organisasi Perusahaan, yaitu antara lain:

a. Percaya pada niat baik.

b. Senantiasa membangun kepercayaan (trust) diantara seluruh jajaran Perusahaan. c. Tidak terkotak-kotak, selalu saling membantu untuk kepentingan Perusahaan semata.

d. Selalu berorientasi kepada pelayanan yang maksimal untuk memperoleh kepercayaan dari pelanggan.

Tanggung Jawab Manajemen Dalam Penerapan GCG

1. Manajemen akan berupaya maksimal untuk menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik dalam proses bisnis Perusahaan.

2. Manajemen akan menyusun Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Conduct) yang mengatur nilai atau norma yang dianut oleh setiap Karyawan dalam melaksanakan tugasnya yang antara lain termasuk etika hubungan antara Perusahaan dengan Karyawan, Pengguna Jalan Tol, Pemegang Saham, Pemasok, Kreditur/Investor, Pemerintah, Mitra Usaha, Pesaing, Media Massa, Masyarakat dan Lingkungannya.

3. Pemutakhiran Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) serta Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Conduct) hanya sah apabila mendapat persetujuan tertulis Dewan Komisaris dan Direksi. Pemutakhiran umumnya terkait dengan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar Perusahaan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan Komisaris, dan pengaturan lainnya yang setingkat.

4. Manajemen akan berupaya semaksimal mungkin untuk menerapkan sistem pengendalian internal Perusahaan.

5. Manajemen akan mematuhi peraturan perundangan yang berlaku serta akan memenuhi ketentuan dalam Tata Kelola Perusahaan.

6. Manajemen akan menyusun program dan anggaran dalam rangka mewujudkan Perusahaan yang memiliki Tata Kelola Perusahan yang baik.

7. Manajemen akan mengkomunikasikan serta memastikan bahwa semua Karyawan memahami serta melaksanakan ketentuan Perusahaan.

8. Manajemen akan mengevaluasi semua kegiatan dan dokumentasi yang terkait dengan Tata Kelola Perusahaan untuk selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan.

9. Manajemen akan menyusun suatu organisasi serta menetapkan personil yang bertanggung jawab mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan Tata Kelola Perusahaan.

(12)

Tanggung Jawab Karyawan Dalam Penerapan GCG

1. Karyawan wajib mematuhi serta memenuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku di Perusahaan sehubungan dengan pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang baik.

2. Karyawan wajib berusaha secara aktif dan sukarela dalam melaksanakan semua proses bisnis di Perusahaan.

3. Karyawan wajib secara sukarela dan bersama-sama berupaya mewujudkan budaya kerja dan budaya Tata Kelola Perusahaan.

Pelaksanaan Penerapan

Agar proses pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan berjalan dengan efektif, maka dilakukan pengaturan sebagai berikut:

1. Pelaksana di tingkat Perusahaan dipimpin oleh Direksi.

2. Setiap Pimpinan Unit Kerja bertanggungjawab mengendalikan kegiatan Tata Kelola Perusahaan dan memastikan bahwa asas-asas GCG dan Pedoman Perilaku dilaksanakan secara konsisten di unit kerjanya masing masing.

3. Dalam rangka memastikan penerapan GCG di Perusahaan, maka Kepala Unit Kerja yang tercantum di bawah ini harus melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Sekretaris Perusahaan, bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan isi Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct) secara keseluruhan serta melakukan pemutakhiran dan mensosialisasikan ke seluruh Karyawan.

b. Kepala Satuan Pengawasan Intern, bertanggungjawab untuk memastikan bahwa proses kerja/kegiatan yang dilakukan oleh seluruh unit kerja termasuk efektivitas pengelolaan risiko, proses tata kelola dan etika bisnis telah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

(13)

PRINSIP- PRINSIP TATA KELOLA PERUSAHAAN

1.

Transparansi (

Transparency

)

Prinsip transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi yang materiil dan relevan terkait dengan Perusahaan kepada para pemangku kepentingan (Stakeholders) terkait. Aspek-aspek penting dalam implementasi prinsip ini diantaranya adalah pengungkapan informasi yang terkait dengan kinerja Perusahaan secara jelas, memadai, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan; publikasi laporan keuangan dan informasi materiil yang berdampak signifikan terhadap kinerja Perusahaan; penggunaan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang lazim digunakan dan diterima secara luas; kemudahan akses terhadap informasi penting tentang kinerja Perusahaan.

2.

Akuntabilitas (

Accountability

)

Prinsip akuntabilitas berarti adanya kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab serta keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan antara RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi sehingga tercipta keseimbangan kekuasaan dan pengelolaan Perusahaan secara efektif.

Akuntabilitas merujuk kepada kewajiban seseorang atau organ kerja Perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan wewenang yang dimilikinya dan/atau pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan oleh Perusahaan kepadanya.

Setidak-tidaknya Perusahaan mengenal 3 (tiga) tingkatan akuntabilitas:

a. Akuntabilitas Individu

Akuntabilitas yang melekat kepada hubungan antara pimpinan dengan bawahan dan berlaku kepada kedua belah pihak

b. Akuntabilitas Kelompok

Akuntabilitas yang melekat kepada kelompok yang harus ditanggung bersama atas kondisi dan kinerja yang tercapai.

c. Akuntabilitas Korporat

Akuntabilitas yang melekat kepada Perusahaan secara menyeluruh dalam menjalankan aktivitas bisnisnya sesuai Anggaran Dasar Perusahaan.

B a b

(14)

3.

Bertanggung Jawab (

Responsibility

)

Prinsip pertanggungjawaban mencerminkan adanya kesesuaian dan kepatuhan pengelolaan Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Implementasi prinsip ini merupakan wujud Perusahaan sebagai agen ekonomi yang bertanggung jawab (good corporate citizen).

4.

Kemandirian (

Independency

)

Prinsip kemandirian yaitu suatu keadaan di mana Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun, yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5.

Kewajaran (

Fairness

)

Prinsip kewajaran mengharuskan adanya perlakuan adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak Pemegang Saham dan Stakeholders lainnya, baik yang timbul karena perjanjian maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan Perusahaan. Perusahaan akan selalu memastikan agar pihak yang berkepentingan dapat mengeksekusi hak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan juga akan selalu memastikan agar Perusahaan dapat mengeksekusi haknya terhadap pihak yang berkepentingan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku .

(15)

ORGAN PERUSAHAAN

1.

Pemegang Saham/Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS merupakan Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan. RUPS merupakan wadah bagi Pemegang Saham dalam melaksanakan wewenangnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

a. Wewenang Pemegang Saham

1) Menyetujui dan mengesahkan Laporan Tahunan yang telah ditelaah oleh Dewan Komisaris termasuk laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris;

2) Mengesahkan Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Akuntan Publik;

3) Menetapkan penggunaan laba bersih Perseroan;

4) Menetapkan Auditor Eksternal yang terdaftar di Bapepam dan LK berdasarkan usulan yang diterima dari Dewan Komisaris;

5) Menetapkan remunerasi dan tantiem Dewan Komisaris dan Direksi;

6) Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris dan Direksi melalui RUPS yang dihadiri oleh Pemegang Saham seri A Dwiwarna dan harus disetujui oleh Pemegang Saham seri A Dwiwarna;

7) Memberikan persetujuan atas aksi korporasi Perusahaan sesuai dengan yang diatur dalam peraturan dan ketentuan yang berlaku.

b. Hak Pemegang Saham

1) Menghadiri dan memberi suara dalam RUPS;

2) Memperoleh informasi material mengenai Perusahaan secara tepat waktu dan teratur sepanjang informasi tersebut tidak bersifat rahasia;

3) Memperoleh penjelasan tentang penerapan GCG;

4) Menerima pembagian keuntungan dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya;

5) Khusus, Pemegang Saham Seri A Dwiwarna berhak untuk mengusulkan kepada RUPS, calon-calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta pencalonan tersebut mengikat RUPS.

B a b

(16)

c. Kewajiban Pemegang Saham

1) Mematuhi ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan;

2) Tidak melakukan kegiatan pengawasan dan pengurusan Perusahaan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dan Direksi;

3) Tidak memanfaatkan Perusahaan untuk kepentingan pribadi, keluarga, Perusahaan atau kelompok usahanya dengan semangat dan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan praktek-praktek yang sehat di industri jalan tol;

4) Melakukan evaluasi kinerja Dewan Komisaris dan Direksi melalui mekanisme RUPS.

d. RUPS Perusahaan

RUPS Perusahaan terdiri dari:

1) RUPS Tahunan.

RUPS Tahunan diselenggarakan tiap tahun, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perusahaan ditutup.

Dalam RUPS Tahunan

a) Direksi mengajukan Laporan Tahunan yang telah ditelaah oleh Dewan Komisaris, antara lain memuat laporan mengenai pengurusan Perusahaan yang telah dilakukan oleh Direksi dan pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau, untuk mendapatkan persetujuan RUPS. Laporan Tahunan memuat sekurang-kurangnya:

i. Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingannya dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;

ii. Laporan mengenai kegiatan Perusahaan

iii. Laporan pelaksanaan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan;

iv. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perusahaan

v. Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;

vi. Nama Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris;

vii. Gaji dan tunjangan bagi Anggota Direksi atau honorarium dan tunjangan bagi Anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.

b) Direksi mengajukan Laporan Keuangan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi tahun buku yang bersangkutan yang telah diperiksa oleh Akuntan Publik serta penjelasan atas dokumen tersebut, untuk mendapatkan pengesahan RUPS;

c) Direksi mengajukan Laporan Keuangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan;

d) Direksi mengajukan rencana penggunaan laba bersih Perusahaan

(17)

f) Jika perlu mengisi lowongan jabatan Anggota Direksi dan atau Anggota Dewan Komisaris Perusahaan.

g) Dapat diputuskan hal-hal lain yang telah diajukan sebagaimana mestinya dalam rapat sesuai ketentuan Anggaran Dasar.

2) RUPS Luar Biasa (RUPSLB).

RUPS Luar Biasa dapat dilaksanakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan atau kepentingan Perusahaan untuk membicarakan dan memutuskan mata acara RUPS, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan serta Anggaran Dasar

Penyelenggaraan RUPS dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip-prinsip GCG dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya yang dihadiri oleh Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi.

2) Sebelum rencana RUPS diumumkan, Perusahaan wajib menyampaikan terlebih dahulu agenda RUPS tersebut secara jelas dan rinci ke Bapepam selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pemberitahuan.

3) Mekanisme pemanggilan mengikuti ketentuan dalam Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta memungkinkan bagi para Pemegang Saham untuk hadir dalam RUPS. Panggilan RUPS dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum RUPS dilaksanakan dan diumumkan melalui 2 (dua) surat kabar berbahasa Indonesia 1 (satu) diantaranya mempunyai peredaran luas dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

4) Materi/bahan RUPS tersedia bagi para Pemegang Saham di Kantor Perusahaan mulai dari tanggal dilakukan pemanggilan sampai dengan tanggal RUPS diadakan, sehingga memungkinkan Pemegang Saham untuk mempelajarinya terlebih dahulu sebelum RUPS diselenggarakan. Pemberitahuan mengenai hal ini harus dicantumkan dalam pemanggilan RUPS.

5) Dalam pemanggilan RUPS Tahunan harus dicantumkan pemberitahuan bahwa Laporan Tahunan tersedia di Kantor Perusahaan terhitung sejak tanggal pemanggilan RUPS dan salinan Laporan Tahunan dari tahun buku yang baru lalu dapat diperoleh dari Perusahaan atas permintaan tertulis Pemegang Saham.

6) Usul dari Pemegang Saham harus dimasukkan dalam acara RUPS apabila usul tersebut telah diajukan secara tertulis oleh 1 (satu) atau lebih Pemegang Saham yang memiliki sedikitnya 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dengan ketetuan bahwa usul tersebut telah diterima oleh Direksi sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal pemanggilan Rapat dikeluarkan.

7) RUPS hanya dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan

8) Penyelenggaran RUPS memungkinkan bagi para Pemegang Saham untuk dapat menggunakan hak suaranya yang dapat diwakilkan oleh Pemegang Saham lainnya atau orang lain dengan surat kuasa yang dibuat dan ditandatangani dalam bentuk sebagaimana ditentukan Direksi dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang bukti perdata. Anggota Direksi, Angota Dewan Komisaris dan Karyawan Perseroan boleh bertindak selaku kuasa dalam RUPS, namun suara yang mereka keluarkan selaku kuasa dalam RUPS tidak dihitung dalam pemungutan suara.

(18)

sah terhadap para pemegang saham dan pihak ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi dalam Rapat.

10) Direksi menyampaikan hasil RUPS kepada Bapepam-LK dan mengumumkan hasil RUPS selambat-lambatnya 2 (dua) hari sejak pelaksanaan rapat di surat kabar nasional.

11) Hasil RUPS harus diberitahukan kepada setiap Pemegang Saham.

12) Direksi melaksanakan hasil keputusan RUPS dengan mengikuti peraturan dan

ketentuan yang berlaku.

2.

Dewan Komisaris

Dewan Komisaris adalah salah satu Organ Perusahaan yang diangkat melalui RUPS yang bertugas untuk melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberikan nasihat atas kebijakan Direksi dalam menjalankan kepengurusan Perusahaan. Dewan Komisaris akan senantiasa mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

a. Hak dan Wewenang Dewan Komisaris

Dewan Komisaris mempunyai hak dan wewenang sebagai berikut:

1) Melihat buku-buku, surat-surat, serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan lain-lain surat berharga dan memeriksa kekayaan Perusahaan;

2) Memasuki pekarangan, gedung, dan kantor yang dipergunakan oleh Perusahaan;

3) Meminta penjelasan tentang segala hal yang menyangkut Perusahaan kepada Direksi.

4) Mengetahui segala kebijakan dan tindakan yang telah dan akan dijalankan oleh Direksi

5) Meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya di bawah Direksi dengan sepengetahuan Direksi untuk menghadiri rapat Dewan Komisaris;

6) Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan Komisaris.

7) Memberhentikan sementara Anggota Direksi sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

8) Memberikan usulan pemberhentian Anggota Direksi dengan melakukan evaluasi terlebih dahulu dan disertai penjelasan mengenai alasan pemberhentian yang bersangkutan kepada Menteri.

9) Membentuk komite Audit dan dapat membentuk komite lain sesuai dengan kebutuhan Perseroan dan peraturan perundang-undangan, untuk membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya.

10) Melakukan tindakan pengurusan Perusahaan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar;

11) Menghadiri rapat Gabungan Dewan Komisaris dan Direksi serta memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan;

12) Melakukan uji kepatutan dan kelayakan atas calon Direksi dan Dewan Komisaris Anak Perusahaan yang diusulkan Direksi;

13) Melaksanakan kewenangan pengawasan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar Perusahaan, dan/atau keputusan RUPS.

b. Tugas dan Kewajiban Dewan Komisaris

(19)

yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) serta ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan RUPS, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan.

Dewan Komisaris berkewajiban untuk :

1) Pengawasan untuk kepentingan Perusahaan dengan memperhatikan kepentingan para Pemegang Saham dan bertanggung jawab kepada RUPS.

2) Pengawasan terhadap kebijaksanaan pengelolaan Perusahaan yang dilakukan Direksi, memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan Perusahaan termasuk rencana pengembangan Perusahaan, pelaksanaan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan), sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

3) Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan Perusahaan;

4) Memiliki mekanisme untuk mengesahkan RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan), RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) dengan tepat waktu;

5) Meneliti dan menelaah serta menandatangani RJPP dan RKAP yang disiapkan Direksi, sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar;

6) Mengikuti perkembangan kegiatan Perusahaan, memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi kepengurusan Perusahaan;

7) Melaporkan dengan segera kepada RUPS apabila terjadi gejala menurunnya kinerja Perusahaan;

8) Meneliti dan menelaah Laporan Tahunan Perusahaan yang disiapkan oleh Direksi serta menandatangani Laporan Tahunan tersebut;

9) Memberikan penjelasan, pendapat dan saran kepada RUPS mengenai Laporan Tahunan apabila diminta;

10) Mengusulkan Akuntan Publik kepada RUPS;

11) Membuat Risalah Rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya;

12) Menyampaikan Risalah Rapat Dewan Komisaris maupun Gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi kepada Perseroan untuk disimpan di kedudukan Perseroan;

13) Melaporkan kepada Perusahaan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada Perusahaan tersebut dan Perusahaan lain;

14) Menyusun rencana kerja target setiap awal tahun dan dimasukkan dalam RKAP serta melakukan evaluasi sendiri (self assessment) atas pencapaiannya;

15) Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS;

16) Memantau efektivitas praktik GCGPerusahaan;

17) Melakukan pembagian tugas berdasarkan kompetensi yang dimiliki masing-masing Dewan Komisaris;

18) Melaksanakan kewajiban lainnya dalam rangka tugas pengawasan dan pemberian nasihat, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar, dan/atau keputusan RUPS.

c. Komposisi

(20)

Komposisi Dewan Komisaris Perusahaan harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat;

Jumlah Anggota Dewan Komisaris ditetapkan oleh RUPS sesuai dengan kebutuhan Perseroan berdasarkan rekomendasi dari Komite Nominasi dan Remunerasi (jika ada) yang disalurkan melalui Dewan Komisaris untuk diajukan kepada Pemegang Saham. Dewan Komisaris terdiri dari sedikitnya 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris, seorang diantaranya diangkat sebagai Komisaris Utama.

Dalam rangka meningkatkan independensi Dewan Komisaris, sedikitnya 30% (tigapuluh perseratus) dari jumlah Anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen, sesuai peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, yaitu Dewan Komisaris yang berasal dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama atau anggota Dewan Komisaris lainnya atau Anggota Direksi, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan Perusahaan.

d. Kualifikasi Personil Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut :

1) Memiliki Integritas dan tanggung jawab terhadap Perusahaan;

2) Memiliki pengalaman, keahlian dan pengetahuan yang baik di bisnis Perusahaan;

3) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah, menyebabkan suatu Perusahaan pailit, atau pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya;

4) Tidak memiliki benturan kepentingan dengan Perusahaan.

5) Komitmen untuk menyediakan waktu yang memadai;

6) Integritas dan reputasi yang baik, yaitu tidak pernah secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam perbuatan rekayasa dan praktek-praktek menyimpang, cidera janji serta perbuatan lain yang merugikan Perusahaan di mana yang bersangkutan bekerja atau pernah bekerja;

7) Kompetensi dan pengalaman dalam bidang-bidang yang menunjang pelaksanaan tugas dan kewajiban Dewan Komisaris;

8) Mampu mengimplementasikan keahliannya bagi kepentingan Perusahaan.

e. Komisaris Independen

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi, anggota Dewan Komisaris lainnya dan Pemegang Saham utama, sehingga bebas bertindak independen semata-mata untuk kepentingan Perusahaan.Komisaris Independen dibentuk untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan Pemegang Saham publik (Pemegang Saham minoritas) serta Stakeholders lainnya.

Tugas dan Tanggung Jawab Komisaris Independen :

1) Mendorong diterapkannya prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik di dalam Perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris;

(21)

a) Strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektivitasnya;

b) Memastikan Perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-manajer profesional;

c) Memastikan Perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang baik;

d) Memastikan bahwa Perusahaan mematuhi hukum dan perundangan maupun nilai-nilai yang berlaku;

e) Memastikan risiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan baik;

f) Memastikan diterapkannya prinsip-prinsip dan praktik Tata Kelola Perusahaan yang baik, antara lain:

i.

Menjamin transparansi dan keterbukaan Laporan Keuangan Perusahaan;

ii.

Memperlakukan Pemegang Saham minoritas dan Stakeholder yang lain secara adil;

iii.

Mengungkapkan transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil;

iv.

Kepatuhan Perusahaan pada peraturan perundangan yang berlaku;

v.

Menjamin akuntabilitas Perusahaan.

f. Komite-Komite Di BawahDewan Komisaris

Dalam rangka membantu pelaksanaan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite-komite sebagai berikut :

1) Komite Audit

Komite Audit dibentuk dalam rangka membantu tugas Dewan Komisaris untuk mendorong diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik, terbentuknya struktur pengendalian internal yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan, serta mengkaji ruang lingkup, ketepatan, kemandirian dan obyektifitas akuntan publik.

Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas Auditor Eksternal dan Auditor Internal.

Salah seorang dari anggota Komite Audit harus seorang Dewan Komisaris yang sekaligus berkedudukan sebagai Ketua Komite. Salah satu dari anggota Komite Audit wajib memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan serta memiliki kemampuan untuk memahami laporan keuangan.

Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit

a) Memastikan sistem pengendalian intern dan pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor berjalan dengan efektif;

b) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal;

(22)

d) Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala informasi yang dikeluarkan Perusahaan;

e) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris serta tugas-tugas Komisaris lainnya;

f) Memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris antara lain meliputi

i.

Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Perusahaan;

ii.

Melakukan penelaahan atas ketaatan Perusahaan terhadap peraturan undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Perusahaan;

iii.

Melakukan penelaahan atas pemeriksaan oleh auditor internal dan mengkaji kecukupan fungsi audit internal termasuk jumlah auditor, rencana kerja tahunan dan penugasan yang telah dilaksanakan;

iv.

Melaporkan kepada Komisaris berbagai risiko yang dihadapi Perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh Direksi;

v.

Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan Perusahaan;

vi.

Mengkaji kecukupan pelaksanaan audit eksternal termasuk di dalamnya perencanaan audit dan jumlah auditornya.

2) Komite Lainnya

Perusahaan dapat membentuk Komite lainnya jika diperlukan, diantaranya Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite Investasi dan Risiko Usaha, Komite Good Corporate Governance.

Untuk menjamin obyektivitas, maka komite-komite tersebut di atas diketuai oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan, khususnya untuk Komite Audit diketuai oleh Anggota Dewan Komisaris yang independen.

g. Rapat Dewan Komisaris

Rapat Dewan Komisaris diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Dewan Komisaris mengadakan Rapat paling sedikit setiap bulan sekali, dalam Rapat tersebut Dewan Komisaris dapat mengundang Direksi

2) Pemanggilan rapat dilakukan sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga memungkinkan bagi seluruh Anggota Dewan Komisaris untuk dapat hadir dalam rapat tersebut. Panggilan Rapat tersebut tidak disyaratkan apabila seluruh Anggota Dewan Komisaris hadir dalam Rapat;

3) Materi rapat diberikan dengan selambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal Rapat bagi Anggota Dewan Komisaris untuk mempelajarinya;

4) Rapat Dewan Komisaris adalah sah dan dapat mengambil keputusan-keputusan yang mengikat, apabila dihadiri atau diwakili oleh lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota Komisaris;

(23)

6) Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya,maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak, kecuali mengenai diri orang akan ditentukan dengan undian secara tertutup;

7) Dari segala sesuatu yang dibicarakan dan yang diputuskan dalam rapat Dewan Komisaris harus dibuat 1 (satu) risalah yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan oleh seluruh Anggota Dewan Komisaris yang hadir yang berisi hal-hal yang dibicarakan dan (termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion Anggota Dewan Komisaris jika ada) dan hal-hal yang diputuskan;

8) Salinan risalah rapat Dewan Komisaris yang telah ditanda-tangani oleh seluruh peserta rapat yang hadir, wajib segera didistribusikan kepada seluruh Anggota Dewan Komisaris dan asli risalah dan daftar hadir rapat Dewan Komisaris, disimpan oleh Sekretaris Dewan Komisaris serta disampaikan kepada Perusahaan untuk disimpan di kedudukan Perusahaan.

h. Kinerja Anggota Dewan Komisaris

Kinerja Anggota Direksi dievaluasi secara berkala minimal setahun sekali berdasarkan Key Performance Indicator (KPI) yang telah ditetapkan oleh Dewan Komisaris. Hasil evaluasi kinerja Anggota Dewan Komisaris akan digunakan oleh RUPS dalam memberikan remunerasi serta sebagai salah satu indikator dalam pengangkatan kembali dan pemberhentian Anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan.

3.

Direksi

Direksi merupakan organ Perusahaan yang diangkat melalui RUPS yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab bertindak memimpin dan mengelola Perusahaan sesuai dengan kepentingan dan tujuan Perusahaan. Struktur dan komposisi Direksi disesuaikan dengan kebutuhan Perusahaan.

a. Hak dan Wewenang Direksi

Direksi mempunyai hak dan wewenang sebagai berikut :

1) Menetapkan kebijaksanaan dalam memimpin dan mengurus Perseroan;

2) Mengatur penyerahan kekuasaan Direksi untuk mewakili Perseroan di dalam dan di luar Pengadilan kepada seseorang atau beberapa orang anggota Direksi yang khusus ditunjuk untuk itu;

3) Mengatur ketentuan-ketentuan tentang kepegawaian Perseroan termasuk penetapan gaji, pensiun atau jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi para pegawai Perseroan berdasarkan peraturan perundang-undangan;

4) Mengangkat dan memberhentikan pegawai Perseroan berdasarkan pengaturan kepegawaian Perseroan dan peraturan perundang-undangan;

5) Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri, berhak pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya, dengan memberikan kepadanya atau kepada mereka kekuasaan untuk perbuatan tertentu tersebut diatur dalam surat kuasa;

6) Para anggota Direksi diberi gaji berikut fasilitas dan tunjangan lainnya, termasuk santunan purna jabatan yang jumlahnya ditetapkan oleh RUPS dan wewenang tersebut oleh RUPS dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris;

(24)

b. Tugas dan Kewajiban Direksi

Direksi bertugas menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian dengan pembatasan-pembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar Perseroan dan/atau Keputusan RUPS.

Direksi mempunyai kewajiban sebagai berikut:

1) Memimpin dan mengurus Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas Perseroan;

2) Menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan Perseroan;

3) Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya;

4) Dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab melaksanakan tugasnya untuk kepentingan dan usaha Perseroan dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan;

5) Menyiapkan pada waktunya rencana pengembangan Perseroan, Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Perseroan, termasuk rencana-rencana lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha dan kegiatan Perseroan dan menyampaikannya kepada Dewan Komisaris guna mendapatkan pengesahaan;

6) Menyusun sistem akuntansi sesuai Standar Akuntansi Keuangan dan berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian intern, terutama fungsi pengurusan, pencatatan, penyimpanan dan pengawasan;

7) Memberikan pertanggungjawaban dan segala keterangan tentang keadaan dan jalannya Perseroan berupa Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan atau Laporan Berkala kepada Rapat Umum Pemegang Saham;

8) Memberikan laporan berkala menurut cara dan waktu sesuai dengan ketentuan perundang-udangan serta laporan lainnya setiap diminta oleh Pemegang saham; 9) Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi Perseroan sesuai dengan

kelaziman yang berlaku bagi suatu Perseroan;

10) Menyimpan di tempat kedudukan Perseroan antara lain Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah RUPS, Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Risalah Rapat Direksi, Laporan Tahunan dan dokumen keuangan Perusahaan serta dokumen Perusahaan lainnya;

11) Menyiapkan susunan organisasi Perusahaan lengkap dengan perincian tugasnya; 12) Melaksanakan Rencana Kerja Tahunan;

13) Menerapkan good corporate governance secara konsisten;

14) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha Perusahaan;

15) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian Perusahaan, apabila yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa:

a) Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b) Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan;

(25)

d) Telah mengambil tindakan untuk mencegah berlanjutnya kerugian tersebut.

16) Melaksanakan kewajiban lainnya berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

c. Komposisi

Komposisi Direksi mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Komposisi Direksi Perusahaan harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan putusan yang efektif, tepat dan cepat;

Dapat bertindak secara independen dalam arti tidak mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis;

Jumlah Anggota Direksi ditetapkan oleh RUPS sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan kebutuhan Perusahaan, berdasarkan rekomendasi dari Komite Nominasi dan Remunerasi (jika ada) yang disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk diajukan kepada Pemegang Saham. Namun jika Perusahaan belum memiliki Komite Nominasi dan Remunerasi maka disampaikan oleh Dewan Komisaris kepada Pemegang Saham;

Komposisi Direksi paling sedikit 20% anggota Direksi harus berasal dari kalangan diluar BUMN.

d. Kualifikasi Personil Direksi :

Anggota Direksi harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:

1) Memiliki Integritas, keteladanan, kepemimpinan, dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap tumbuh kembangnya Perusahaan;

2) Memiliki pengalaman, keahlian dan pengetahuan yang baik di bisnis Perusahaan;

3) Memiliki strategi bisnis untuk tumbuh kembangnya Perusahaan;

4) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi Anggota Direksi atau Anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah, menyebabkan suatu Perusahaan pailit, atau pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya;

5) Tidak memiliki benturan kepentingan dengan Perusahaan;

6) Tidak memiliki hubungan darah atau keluarga dengan anggota Direksi lainnya dan Dewan Komisaris;

7) Tidak berasal dari partai politik tertentu dan terlibat aktif dalam kegiatan politik.

e. Rapat Direksi

Rapat Direksi diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut :

Rapat Direksi diadakan secara berkala sekurang-kurangnya sebulan sekali atau setiap waktu bila diperlukan;

(26)

Materi rapat diberikan dengan tenggang waktu yang cukup bagi Anggota Direksi untuk mempelajarinya;

Rapat Direksi adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat apabila lebih dari ½ (satu per dua) jumlah Anggota Direksi hadir atau diwakili secara sah dalam Rapat

Keputusan rapat Direksi harus diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat. Apabila hal ini tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (setengah) dari jumlah suara yang sah yang dikeluarkan dalam rapat. Setiap Anggota Direksi berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap Anggota Direksi lain yang diwakilinya;

Apabila suara yang setuju dan yang tidak setuju berimbang maka Ketua Rapat Direksi yang akan menentukan;

Dari segala sesuatu yang dibicarakan dan yang diputuskan dalam rapat Direksi harus dibuat 1 (satu) risalah yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan seluruh Anggota Direksi yang hadir, yang berisi hal-hal yang dibicarakan dan (termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion Anggota Direksi jika ada) dan hal-hal yang diputuskan;

Salinan risalah rapat Direksi yang telah ditanda-tangani oleh seluruh peserta rapat yang hadir, wajib segera didistribusikan kepada seluruh Anggota Direksi dan asli risalah dan daftar hadir rapat Direksi, disimpan oleh Sekretaris Perusahaan;

Rapat Direksi dapat diadakan melalui cara konferensi antara para anggota Direksi yang berada di tempat yang berbeda, melalui telepon konferensi, video konferensi atau peralatan komunikasi lainnya yang memungkinkan setiap anggota Direksi dapat saling mendengar dan berpartisipasi dalam Rapat. Rapat Direksi yang diadakan dengan cara sebagaimana dimaksud diatas, berlaku ketentuan sebagai berikut

a) Setiap anggota Direksi yang ikut serta akan dianggap hadir dalam Rapat untuk menentukan terpenuhinya persyaratan korum kehadiran dan keputusan Rapat Direksi;

b) Tempat di mana Ketua Rapat ikut serta akan dianggap sebagai tempat dilangsungkannya Rapat Direksi;

c) Risalah Rapat harus diedarkan kepada dan ditandatangani oleh Ketua Rapat dan seluruh anggota Direksi yang ikut serta.

Direksi menyampaikan laporan terkait hasil rapat Direksi kepada Dewan Komisaris dalam bentuk penjelasan pada saat Rapat Gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

f. Kinerja Anggota Direksi

Kinerja Anggota Direksi dievaluasi secara berkala minimal setahun sekali berdasarkan Key Performance Indicator (KPI) yang telah ditetapkan oleh Dewan Komisaris dan telah disetujui oleh RUPS. Hasil evaluasi kinerja Anggota Direksi akan digunakan oleh RUPS dalam memberikan remunerasi serta sebagai salah satu indikator dalam pengangkatan kembali dan pemberhentian Anggota Direksi yang bersangkutan.

g. Sekretaris Perusahaan

Perusahaan menyadari sepenuhnya pentingnya peranan Sekretaris Perusahaan dalam memperlancar hubungan antar Organ Perusahaan, hubungan antara Perusahaan dengan

Stakeholders serta dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mendukung peranan tersebut, Perusahaan menetapkan dalam struktur organisasinya Sekretaris Perusahaan sebagai pejabat 1 (satu) level di bawah Direksi.

(27)

1) Penetapan kualifikasi khusus bagi Sekretaris Perusahaan yang relevan dengan fungsi yang ditangani.

2) Pemberian wewenang dan sumber daya yang memadai bagi Sekretaris Perusahaan. 3) Kewajiban Sekretaris Perusahaan untuk melaporkan pelaksanaan tugasnya secara

berkala kepada Direktur Utama.

4) Evaluasi efektivitas kinerja Sekretaris Perusahaan secara berkala dengan indikator-indikator kinerja yang ditetapkan berdasarkan fungsi yang diemban.

Wewenang Sekretaris Perusahaan:

1) Mengawasi dan memastikan bahwa aksi-aksi korporasi yang dilaksanakan Perusahaan telah memenuhi semua peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku;

2) Menyampaikan informasi tentang Perusahaan kepada Stakeholders Perusahaan sepanjang informasi tersebut tidak bersifat rahasia.

Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Perusahaan:

1) Memberikan informasi yang berkaitan dengan tugasnya kepada Direksi secara berkala dan kepada Dewan Komisaris apabila diminta oleh Dewan Komisaris;

2) Memastikan bahwa Perusahaan mematuhi peraturan tentang persyaratan keterbukaan sejalan dengan penerapan prinsip prinsip GCG, peraturan pasar modal dan peraturan perundangan lainnya;

3) Menyiapkan pelaksanaan Rapat Direksi dan membantu pelaksanaan Rapat Dewan Komisaris, Rapat Gabungan Dewan Komisaris dan Direksi serta RUPS;

4) Menyiapkan materi dan pelaksanaan program pengenalan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi baru;

5) Menatausahakan serta menyimpan dokumen strategis Perusahaan;

6) Koordinasi Penerbitan Kebijakan Perusahaan (policy coordination);

7) Administrasi Arsip, Dokumen, Saham dan Surat Berharga;

8) Proses Komunikasi atas Aksi Korporasi (corporate action) dan pencitraan Perusahaan ; 9) Corporate Social Responsibilty dan Pemberian sumbangan.

h. Satuan Pengawasan Intern (SPI)

Satuan Pengawasan Intern (SPI) merupakan Unit Kerja Perusahaan yang melaksanakan kegiatan assurance dan konsultasi (consultative management) yang independen dan obyektif dengan tujuan memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi Perusahaan, membantu Perusahaan untuk mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, proses tata kelola dan implementasi etika bisnis.

(28)

Wewenang SPI:

1) Mengakses seluruh informasi yang relevan tentang Perusahaan, terkait dengan tugas dan fungsinya;

2) Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Komite Audit;

3) Mengadakan rapat secara berkala dan insidentil dengan Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Komite Audit;

4) Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan Auditor Eksternal;

5) Mengalokasikan sumber daya audit, menentukan fokus ruang lingkup dan jadwal audit;

6) Mendapatkan saran dan nasehat dari tenaga profesional.

Tugas dan Tanggung Jawab SPI:

1) Menyusun dan melaksanakan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan;

2) Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian intern dan sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan Perusahaan;

3) Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia, teknologi informasi dan kegiatan lainnya;

4) Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua tingkat manajemen;

5) Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada Direktur Utama dan memberikan tembusan kepada Dewan Komisaris;

6) Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah disarankan;

7) Bekerjasama dengan Komite Audit;

8) Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal;

9) Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan.

i. Auditor Eksternal

Auditor Eksternal adalah auditor independen dan profesional yang terdaftar di Bapepam-LK sebagaimana diusulkan oleh Dewan Komisaris ditetapkan oleh RUPS untuk melakukan audit Laporan Keuangan Perusahaan guna memberikan pendapat/opini atas kelayakan dan kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Auditor Eksternal dapat juga melakukan audit non keuangan seperti audit kinerja, audit mutu, audit investigasi dan sebagainya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Hak dan Wewenang Auditor Eksternal:

1) Memperoleh informasi mengenai Perusahaan dari Direksi;

(29)

Tugas dan Tanggung Jawab Auditor Eksternal:

1) Memberikan pendapatnya tentang kewajiban, ketaat-azasan, dan kesesuaian Laporan Keuangan Perusahaan dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia;

2) Tidak dibenarkan memberikan jasa lain di luar audit selama periode pemeriksaan;

3) Bertanggung jawab atas pernyataan pendapat/opini yang diberikan atas informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan Perusahaan kepada Pemegang Saham.

Hubungan Antar Organ Perusahaan

Organ Perusahaan telah memiliki fungsi dan wewenang masing-masing yang diberikan oleh undang-undang. Saling menghormati fungsi dan wewenang masing-masing merupakan landasan hubungan yang dikembangkan oleh Perusahaan. Dengan saling menghormati fungsi dan wewenang masing-masing Organ Perusahaan diharapkan akan tercipta kerja sama dan sinergi yang positif bagi Perusahaan serta semakin memperbaiki implementasi GCG.

Perusahaan selalu mendorong agar setiap Organ Perusahaan menjalankan tugas dan fungsi dengan dilandasi pemenuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertujuan untuk meningkatkan nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang. Untuk itu Perseroan menetapkan kebijakan-kebijakan terkait dengan hubungan antar Organ Perusahaan sebagai berikut :

1.

Masing-masing Organ Perusahaan harus bertindak demi sebaik-baiknya kepentingan Perusahaan.

2.

Masing-masing Organ Perusahaan harus bertindak atas dasar kebersamaan demi tercapainya tujuan Perusahaan.

3.

Masing-masing Organ Perusahaan harus saling menghargai dan menghormati fungsi dan peranannya masing-masing.

Referensi

Dokumen terkait

Model kematangan PT Dian Megah Indo Perkasa pada DS11 Manage Data berada pada Level 1 Initial / Ad Hoc, maka berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dijadikan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terkait dengan jenis-jenis keterampilan menulis Bernd Kast dan Tujuan Pembelajaran pada buku Ajar “Deutsch ist einfach 1” , maka

[r]

• Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa mengamati gambar pada buku tema 6 Subtema 4 Pembelajaran 2, atau kalau guru, mempunyai tayangan video tentang sikap pemborosan

1) Belum lengkap dan terbaharukan perangkat peraturan yang mendukung penyediaan air minum. Salah satu akibatnya adalah sulitnya PDAM menjalankan

 pada ureter dan ureter dan kandung kandung kemih, kemih, perdarahan perdarahan yang yang lebih lebih minimal,$aktu operasi minimal,$aktu operasi yang yang lebih cepat,

Dengan pemikiran bahwa persaingan yang semakin ketat, yang menuntut perusahaan, baik besar maupun kecil, untuk lebih produktif dan inovatif, maka perlu ditunjang dengan suatu sistem

Semua faktor internal dan eksternal dianalisa untuk menentukan langkah strategis yang dapat diambil dalam usaha pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman