• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN METODE TWO STAY TWO STRAY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBAHASAN METODE TWO STAY TWO STRAY"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN

METODE TWO STAY TWO STRAY

A. DEFINISI

Metode two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu.

Dengan tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.[7]

Menurut Lie model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal.[8] Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran Two stay two stray ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk mengembangkan hasil informasi dengan kelompok lainnya.[9] Selain itu, struktur two stay two stray ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil kesempatan kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya.[10]

B. PRINSIP PENGGUNAANNYA

(2)

 Membutuhkan kemampuan kerja tim (kelompok) secara kooperatif  Untuk melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik

 Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

 Siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.  Membuat siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun

sosial

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN Kelebihan Metode Two Stay Two Stray

Model pembelajaran Two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu) memiliki kelebihan antara lain:

 Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.  Belajar siswa lebih bermakna.

 Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa, dan  Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.[11]

 Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya

 Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman  Meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kelemahan Metode Two Stay Two Stray

Model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain :  Membutuhkan waktu yang lama

 Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk bekerjasama.

 Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)

 Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya.

(3)

Untuk mengatasi kekurangan dalam model pembelajaran TSTS ini, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.[12]

D. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN

Langkah-langkah dalam menggunakan metode two stay two stray adalah sebagai berikut :

a. Peserta didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa

b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain

c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil dan informasi mereka ke tamu mereka

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.[13]

Ada pun tahapan-tahapan yang terdapat dalam model two stay two stray ini adalah sebagai berikut :

 Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, meyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam satu kelas kedalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Setelah itu, siswa diberi pra tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

 Presentasi Guru

Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

 Kegiatan Kelompok

(4)

kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

 Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.[14]

E. MATERI PAI YANG SESUAI

Penggunaan model pembelajaran two stay two stray tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Penerapan model pembelajaran two stay two stray ini dapat digunakan pada semua materi pelajaran PAI. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran ini merupakan hal yang penting.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat perlu penyesuaian terhadap karakteristik siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri tanpa bergantung kepada guru yang pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar pelajaran PAI siswa misalnya, guru dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar siswa (visual, auditorial dan kinestatik).[15]

Dalam hal ini, teknik two stay two stray ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.[16]

(5)

Qadha dan Qadar, Ibadah kepada Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena Allah, dan Beramal karena Allah.

F. CARA MENGEVALUASINYA

Menurut Van der Kley ada beberapa cara menngevaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran metode two stay two stray, yaitu:

 Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok.

 Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif berakhir.  Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk menjelaskan pemecahan

materi tugas.

 Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata kelompok.

[17]

Selain itu, cara mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan metode ini dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Memberikan Quiz berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dapat mengetahui serta mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dipelajari, dan

 Guru dapat memerintahkan kepada siswa untuk mempraktekkan dari materi yang telah dipelajari, jika perlu dipraktekkan misalnya pada Materi Shalat dalam aspek Fiqh.

G. CONTOH PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY

Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk yang telah dibagi secara heterogen, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan.

(6)

Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu, mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.[18]

Dalam hal ini penulis mencontohkan seorang guru yang mengajar di kelas VII MTs dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas tersebut sebanyak 40 siswa pada pelajaran Akidah Akhlak dengan materi pembahasan Akhlak Mahmudah Kepada Allah yang meliputi diantaranya : Takut kepada Allah, Berharap kepada Allah, Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada Allah, Tawakal kepada Allah, Ridha terhadap Qodha dan Qadar, Ibadah kepada Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena Allah dan Beramal karena Allah. Dengan sub pembahasan sebanyak 10 sub bahasan ini maka guru membagi peserta didik kedalam 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran metode ini dapat dilakukan sebagaimana penerapan yang telah dijelaskan diatas.

(7)

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah penulis paparkan dalam makalah ini maka dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran two stay two stray dengan group to group exchange ini merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri mengajak siswa untuk aktif memecahkan masalah secara bersama-sama agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan kedua model tersebut.

Dari kedua model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran ini peserta didik akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama. Dan dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Namun demikian, tidak ada metode yang paling baik yang ada hanyalah bagaimana cara seorang pendidik mampu mengembangkan model pembelajaran agar dapat tidak menimbulkan kebosanan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat mencapai dari tujuan pendidikan itu sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, 2012, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, Yogyakarta : Pustaka Belajar

(8)

Http://Id.Shvoong.Com/Social-Sciences/Education/2249349-Model-Pembelajaran-Dua-Tinggal-Dua/ #Ixzz1vihguify (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 ).

Http://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/ (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)

Http://Zaifbio.Wordpress.Com/2011/12/02/Metode-Group-To-Group-Exchange/. (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)

Ibrahim, et.al, 2000, Pembelajaran Koorperatif, Jakarta : University Press

Melvin L. Silberman, 2007, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani

Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, 2012, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3, Bandung : PT Refika Aditama

Syaiful Bahri Djamarah, 2012, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, Jakarta : Rineka Cipta

[1] Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani, 2007), hal 166

[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,

(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 403

[3] Ibrahim, et.al, Pembelajaran Koorperatif, (Jakarta : University Press, 2000), hal 98 [4]http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-group-exchange/. (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)

[5] Melvin L. Silberman, Log.Cit, hal 166 [6] Syaiful Bahri Djamarah, Log.Cit, hal 403

[7] Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses. Dikutip dari Makalah Metodologi Pengajaran PAI “Metode Two Stay Two Stray”, (Kelompok IV, 2012).

[8] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/ #ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )

[9] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3, (Bandung

: PT Refika Aditama, 2012), hal 56

[10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,

(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405-406

[11] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/ #ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )

[12] http ://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/ (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)

[13] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3,

(9)

[14] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)

[15] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY

[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,

(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405

[17] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)

[18] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012), hal 93-94

Diposkan oleh mira triani di 00:49

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

http://sam-edogawa.blogspot.com/2012/11/metode-pembelajaran-tsts-two-stay-two.html

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan banyak sekali inovasi yang dilakukan tak terkecuali dalam

pembelajaran, karena pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu perlu adanya perrencanaan yang matang, dalam perencanaan ini terdapat pendekatan pembelajaran yang meliputi strategi, metode dan teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini harus dailakukan pembaharuan agar sesuai dengan perkembangan zaman.

Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang memprsyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Ketuntasan setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tingkat rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaran pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belaiar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (Depdiknas, 2008).

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal ketercapaian kompetensi setiap indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake), dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sekolah (man, money, material) (Depdiknas, 2008).

Rambu-rambu kriteria ketuntasan minimum (KKM) : 1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran

2. KKM ditetapkan oleh dewan pendidik mata pelajaran sekolah

3. Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100 4. Nilai ketunasan belajar maksimal adalah 100

5. Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah nilai ketuntasan belajar maksimal 6. Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS)

(11)

pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif dikemukakan :

1. Menurut Slavin dalam (Chairani, 2003:3). Mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif Learning) sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu

kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Heterogenitas anggota

kelompok dapat ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial 2. Menurut Sunal dan Hans (Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif

learning yaitu suatu cara pendekatan atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama

berlangsungnya proses pembelajaran.”

3. Selanjutnya Menurut Stahl (Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.”

4. Demikian pula Tim MKPBM (2001:218) mengungkapkan, “Cooperatif

Learning mencakupi suatu kelompok kecil peserta didik yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Dari Pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa model kooperatif learning adalah suatu tekhnik atau cara dimana tekhnik pembelajarannya khusus dirancang dalam suatu kelompok yang heterogen dimana peserta didik saling meningkatkan sikap tolong menolong dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Untuk itu Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis kelamin

berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.

(12)

manipulasi matematis, mereka mulai dengan definisi konsep, kemudian menyatakannya dengan matematis. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Guru hanya melihat hasil akhir dari soal-soal yang dikerjakan para siswa. (5) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya.

Disamping faktor-faktor di atas, strategi pembelajaran maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus pandai memilih strategi pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh komponen yang ada secara optimal sehingga siswa dapat belajar secara aktif.

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. TIM MKPBM (2001:217) mengemukakan “model cooperative learning tampaknya akan lebih dapat melatih para peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.”

Pembelajaran kooperatif ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Slavin, R.E. (2009:8) “dalam model pembelajaran kooperatif akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada metode yang disebut Student Teams Achievement

Division (STAD).”

B. Rumusan Masalah

Dari Latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Teori dan konsep tentang model pembelajaran tipe STAD 2. Kelebihan dan kekurang Model pembelajaran Tipe STAD 3. Asumsi Penerapan model pembelajaran tipe STAD

4. Implementasi model pembelajaran tipe STAD dalam pembelajaran Ekonomi C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana peneraapan model pembelajaran Tipe STAD di dalam kelas

2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh guru dalam penggunaan model pembelajatan tipe STAD

(13)

Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Penulis, dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran tipe STAD.

2. Untuk para guru, agar model pembelajaran tipe STAD ini bisa diterapkan didalam kelas untuk menambah wawasan guru dan model pembelajaran yang digunakan lebih

bervariasi.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Atau Konsep tentang Model Pembelajaran Tipe STAD

1.

1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD

Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu “Cooperative Learning”. Dalam sebuah kamus Inggris-Indonesia, cooperative berarti kerjasa dan Learning berarti pengetahuan atau pelajaran (Hassan S & Echols J.M, 1987:67, dalam Ruhadi:2008). Karena berhubungan dengan proses belajar mengajar, maka istilah Cooperative Learning tersebut diartikan dengan pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model

pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan

keterampilan yang diajarkan oleh guru”. Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara

heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai

menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

(14)

dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial.

Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu :

1. penyajian kelas, 2. belajar kelompok, 3. kuis,

4. skor pengembangan dan 5. penghargaan kelompok

Model STAD juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.

Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan,

kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.

B. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kutipan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai keistimewaan-keistimewaan, yaitu setiap anggota kelompok diberi tugas, adanya interaksi langsung antar siswa, siswa dilarang belajar untuk dirinya sendiri dan teman satu kelompok, guru membantu siswa mengembangkan keterampilan seseorang dalam kelompok kecil, dan guru berinteraksi dengan siswa jika diperlukan.

1. Kelebihan Model Pembelajaran Koopertaif Tipe STAD

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

 Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.  Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan

kebutuhan belajarnya.

(15)

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

1. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

 Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

 Adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami kompetensinya.

 Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan mengangkat tempat duduk. Hal ini karena tempat duduk yang terlalu berat.

 Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 45 orang, maka guru kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.

 Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan perubahan kelompok belajar.

 Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.

 Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target kurikulum.

 Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

 Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama. C. Asumsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.

Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

1. Pembukaan

(16)

 Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

 Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak. 1. Pengembangan

 Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

 Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.

 Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

 Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.  Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya. 1. Latihan Terbimbing

 Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.  Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini

bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

 Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik. 1. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :

a) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.

b) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok. c) Bagikan lembar kegiatan siswa.

(17)

bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

e) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.

f) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

1. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai

perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. 1. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran tipe STAD

 Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.  Guru menyajikan pelajaran.

 Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok  Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota

kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

 Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.

 Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.

 Guru memberikan evaluasi.  Penutup.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Stimulan yang umum digunakan untuk meningkatkan produksi lateks adalah etefon atau 2- chlorophosponicacid (Derouet et al ., 2004). Stimulan berbahan aktif etefon

Murabahah adalah akad perjanjian penyediaan barang berdasarkan jual beli, dimana pihak bank membiayai (membelikan) kebutuhan barang atau investasi nasabah dan

Penelitian menggunakan metode eksperimen material secara fisik untuk mengetahui karakter spons EVA berkaitan dengan teknik yang digunakan pada proses eksplorasi

Pada pengamatan polong hampa didapatkan bahwa rata-rata tidak berbeda nyata dimana rata-rata tertinggi didapatkan pada perlakuan varietas Detam 1 bila dibandingkan

An Analysis of Library Customer Loyalty (The role of Service Quality and Costumer Satisfaction, a case study in Indonesia). Service Quality, Customer Satisfaction and

Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pencapaian dan peningkatan KBKM dan KBFM serta kemandirian belajar sebagai dampak penggunaan Learning Cycle 5E dengan teknik

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa perencanaan merupakan proses yang memerlukan pihak-pihak yang berkepentingan baik terlibat dalam proses perencanaan mulai