• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN - KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN - KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN

Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Mulyasa, 2009). Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Menurut Dick & Reiser (Sutikno, 2013) pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat siswa senang. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai (Slameto, 2010). Hal ini sejalan dengan pendapat Pasaribu dan Simanjuntak (Suryosubroto, 2009) dalam pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi yaitu, (1) mengajar guru, dimana menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang direncanakan terlaksana, (2) belajar murid, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar (KBM).

Jadi, keefektifan pembelajaran adalah suatu proses dan usaha-usaha tertentu untuk mencapai tujuan dalam belajar atau mencapai tingkat keberhasilan yang diinginkan.

(2)

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Input, indikator input dalam penelitian ini dapat diamati melalui perlengkapan dalam proses pembelajaran. Perlengkapan dalam proses pembelajaran adalah berupa perangkat pembelajaran dan instrumen pembelajaran. Perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, dan buku ajar.

b. Process, indikator process dalam penelitian ini dapat diamati melalui aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran.

c. Ouput, indikator output berupa ketercapaian KKM dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis setelah proses pembelajaran.

Slavin (2009) menyatakan bahwa keefektifan pembelajaran terdiri dari empat indikator yaitu

a. Mutu pengajaran

Sejauh mana penyajian informasi atau kemampuan membantu siswa dengan mudah mempelajari bahan. Mutu dari pengajaran sebagian besar adalah produk mutu kurikulum dan penyajian pelajaran itu sendiri.

b. Tingkat pengajaran yang tepat

(3)

c. Insentif

Sejauh mana guru memastikan bahwa siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas pengajaran dan untuk mempelajari bahan yang sedang disajikan.

d. Waktu

Sejauh mana siswa diberi cukup banyak waktu untuk mempelajari bahan yang sedang diajarkan.

Dari kajian di atas bahwa indikator keefektifan dalam penelitian ini dapat dikatakan pembelajaran yang efektif jika meliputi keempat indikator berikut.

a. Input, indikator input dalam penelitian ini diamati melalui perlengkapan dalam proses pembelajaran. Perlengkapan dalam proses pembelajaran adalah berupa perangkat pembelajaran dan instrumen pembelajaran. Perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, dan buku ajar. Suatu input dikatakan efektif apabila perlengkapan yang dibutuhkan tersedia dan sesuai, dengan kriteria sebagai berikut.

(4)

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus sesuai dengan RPP yang tercantum dalam Permendiknas tahun 2014 nomor 58 bahwa komponen yang termuat dalam RPP meliputi, Identitas sekolah, Identitas mata pelajaran, Kelas / semester, Identitas Materi, Alokasi waktu, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan pembelajaran, Deskripsi Materi Pembelajaran, Model pembelajaran, Strategi pembelajaran, Metode pembelajaran, Media pembelajaran, Sumber belajar, Langkah–langkah pembelajaran, Penilaian hasil pembelajaran.

3) Buku ajar siswa yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu buku matematika siswa kelas VII kurikulum 2013.

b. Process, indikatorprocessdalam penelitian ini diamati melalui aktivitas siswa, dan aktivitas guru selama pembelajaran.

c. Ouput, indikator output berupa ketercapaian KKM yang diamati dari nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Indikator output dikatakan efektif jika nilai KKM mencapai nilai 75 dan ketuntasan secara klasikal sebesar≥ 85%.

d. Waktu, guru menggunakan waktu untuk menyelesaikan materi yang diajarkan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

B. KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

(5)

problem solving skill. Schoenfeld (Budhayanti, 2008) mengemukakan

bahwa masalah selalu relatif bagi setiap individu, kategori pertanyaan menjadi masalah atau pertanyaan hanyalah pertanyaan biasa ditentukan oleh ada atau tidaknya tantangan serta belum diketahuinya prosedur rutin pada pertanyaan tersebut.

Wardhani (2008) juga mengemukakan suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan atau tugas itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh penjawab pertanyaan, dan suatu masalah bagi seseorang dapat menjadi bukan masalah bagi orang lain karena ia sudah mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya. Masalah merupakan suatu pertanyaan yang menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui (Shadiq, 2009).

Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman (2003) bahwa suatu masalah biasanya memuat situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan dia langsung dapat menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Menurut Budhayanti (2008) masalah matematis dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu.

(6)

b. Masalah non rutin mengarah kepada membuat masalah menjadi familiar, mengumpulkan informasi yang relevan dangan masalah, menemukan beberapa strategi untuk memecahkan masalah dan evaluasi strategi-strategi tersebut, memilih strategi dan melaksanakannya untuk mencari solusi serta evaluasi solusi tersebut.

Berdasarkan beberapa uraian diatas mengenai definisi masalah, dapat disimpulkan bahwa masalah merupakan situasi yang mendorong untuk dapat menyelesaikan suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui.

Wardhani (2008) memaparkan bahwa pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab.

Menurut Polya (1973) solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah, yaitu:

a. memahami masalah (understanding the problem)

(7)

masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

b. merencanakan penyelesaian (divising a plan)

Kemampuan melakukan fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa menyelesaikan masalah. Pada umumnya semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah.

c. menyelesaikan masalah sesuai rencana (carrying out a plan)

Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.

d. melihat kembali hasil yang diperoleh (looking back)

Melakukan melihat kembali atas apa yang dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Menurut Jacobsen (2009) model pemecahan masalah memuat lima langkah, yaitu:

a. mengidentifikasi masalah b. menegaskan masalah c. memilih strategi

(8)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah matematis siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang bersifat nonrutin. Dalam penelitian ini kemampuan pemecahan masalah yang digunakan sebagai tolak ukur yaitu:

a. dapat memahami masalah

b. dapat menyusun rencana pemecahan masalah c. dapat menyelesaikan masalah sesuai rencana d. dapat mengecek kembali hasil yang diperoleh

C. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang dalam bahasa Inggris disebut Problem Based Learning adalah pembelajaran dengan menyajikan situasi masalah otentik kepada siswa yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan (Arends, 2008). Menurut Hamruni (2012) PBM merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.

(9)

menguraikan, dan mencari penyelesaian. Pada PBM lebih mendidik siswa untuk mencari data dan informasi seluas mungkin, menganalisis dengan cara berpikir rasional dan menyimpulkan untuk menemukan jawabannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PBM adalah pembelajaran yang mengaitkan masalah kehidupan nyata sebagai suatu cara meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah.

Sintaks PBM yang digunakan dapat disajikan sebagai berikut. Tabel 1

Fase Kegiatan Guru

Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah

Memberikan suatu fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

Fase 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar

a. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan

b. Mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan

Fase 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

a. Membimbing siswa dalam mencari informasi yang tepat yang diperlukan dalam memecahkan masalah.

b. Membimbing siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara berkelompok

c. Mengarahkan siswa untuk mengungkapkan gagasan, prosedur pendapat yang dapat digunakan dalam mememecahkan masalah tersebut.

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

(10)

Fase Kegiatan Guru

b. Memberikan kesempatan kepada

kelompok lain untuk

menyampaikan pendapat dan gagasan mengenai hasil presentasi kelompok yang ada di depan. Fase 5 : Menganalisis dan

mengevaluasi

a. Menanggapi hasil presentasi

b. Membantu siswa dalam menganalisis, merefleksi, dan mengevaluasi proses berpikir siswa selama pembelajaran

Menurut Warsono dan Hariyanto (2013) dalam penerapan PBM memiliki kelebihan, antara lain

a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah.

b. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok.

c. Makin mengakrabkan guru dengan siswa.

d. Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa melalui eksperimen.

Sementara itu kelemahan dari penerapan PBM ini antara lain a. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada

pemecahan masalah

(11)

D. MATERI

Perbandingan

Kompetensi Inti 1 :

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Kompetensi Inti 2 :

Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Kompetensi Inti 3 :

Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

Kompetensi Inti 4 :

(12)

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

Kompetensi Dasar :

3.4 Memahami konsep perbandingan dan menggunakan bahasa perbandingan dalam mendeskripsikan hubungan dua besaran atau lebih

4.4 Menggunakan konsep perbandingan untuk menyelesaikan masalah nyata dengan menggunakan tabel dan grafik

4.5 Menyelesaikan permasalahaan dengan menaksir besaran yang tidak diketahui menggunakan grafik

Indikator :

3.4.1 Membedakan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dan bukan perbandingan

3.4.2 Menyatakan perbandingan sebagai pecahan bagian terhadap bagian sebagai pecahan yang membandingkan bagian terhadap keseluruhan dalam satuan yang sama.

3.4.3 Menjelaskan tarif, kelajuan, kurs dari satuan yang berbeda 3.4.4 Menentukan perbandingan yang ekuivalen

3.4.5 Menjelaskan proporsi sebagai suatu pernyataan dari perbandingan yang ekuivalen

3.4.6 Membuat suatu proporsi untuk menentukan nilai x

(13)

3.4.8 Menggunakan berbagai macam strategi termasuk tabel dan grafik untuk menyelesaikan masalah proporsional

4.4.1 Menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan skala

4.5.1 Menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan menaksir besaran yang tidak diketahui menggunakan grafik

E. Pencapaian Keefektifan Pembelajaran

Pembelajaran Berbasis Masalah dikatakan efektif jika mencakup keempat indikator keefektifan berikut.

a. Input, indikator input dalam penelitian ini diamati melalui perlengkapan dalam proses pembelajaran. Perlengkapan dalam proses pembelajaran adalah berupa perangkat pembelajaran dan instrumen pembelajaran. Perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, dan buku ajar.

b. Process, indikatorprocessdalam penelitian ini diamati melalui aktivitas siswa, dan aktivitas guru selama pembelajaran.

c. Ouput, indikator output berupa ketercapaian KKM yang diamati dari nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Indikator output dikatakan efektif jika nilai KKM yang dicapai siswa mencapai nilai 75 dan ketuntasan secara klasikal sebesar≥ 85%.

Gambar

Tabel 1Fase

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari hasil uji-t menunjukkan bahwa t hitung >t tabel , yakni t hitung = 4,471 lebih besar dari t tabel =

Apakah faktor Store Contact, Store Image, Store Atmospherics dan Store Theatrics mempengaruhi minat konsumen untuk melakukan pembelian di Toko Buku Gramedia Yogyakarta?...

Sehingga, kadar abu pada suhu pengeringan 80 o C memiliki hasil yang lebih

Kemudian pada Rapat Panja dengan Sesmen KLH tanggal 24 Agustus 2009, disepakati bahwa penanggulangan diatur dalam Pasal 46 dengan bunyi sebagai berikut: "(1)

Hasil analisis prediksi tekanan pori pada sumur AA 2 (garis merah pada track ketiga) .... Hasil analisis prediksi tekanan pori pada sumur BB 1 (garis merah pada track

Tujuan penelitian : (1) menganalisis pengaruh harga ikan, harga daging ayam potong, harga telur dan pendapatan rumah tangga terhadap permintaan ikan pada rumah tangga di

Namun perubahan tersebut belum menjawab secara fundamental akan tuntutan nasional tentang perlunya seperangkat peraturan perundang-undangan yang sesuai falsafah

Jadi komunikasi interpersonal menurut peneliti adalah proses berkomunikasi antara dua orang, yaitu antara orang tua dan anak pengguna gadget aktif dengan maksud