• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Katak dan Kodok di Indonesia sebagai Indikator Perubahan Iklim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keanekaragaman Katak dan Kodok di Indonesia sebagai Indikator Perubahan Iklim"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Diena Fitria, Irfan Yunianto

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan email: dienafitria@symbion.pbio.uad.ac.id

Abstrak

Katak dan kodok merupakan hewan amfibi dari ordo Anura yang keberadaanya kurang diperhatikan, namun memiliki peranan penting bagi memelihara keseimbangan alam. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis katak dan kodok endemik yang keberadaannya tersebar di beberapa daerah. Meskipun sangat bervariasi, beberapa jenis katak dan kodok termasuk dalam hewan langka yang terancam punah.

Hasil telaah dari berbagai pustaka, beragam jenis katak dan kodok endemik dikaji secara deskriptif dari aspek morfologi dan ekologi. Beberapa jenis katak dan kodok endemik tersebut diantaranya : Kodok Sulawesi (Ingerophrynus celebensis), Katak Tanpa Paru-Paru (Barbourula kalimantanensis), Kodok Darah (Leptophryne cruentata), Katak Pelangi Kalimantan (Ansonia latidisca),Kongkang Jeram (Huia masonii)

Dari berbagai jenis katak dan kodok tersebut, diketahui peranan masing-masing jenis adalah Katak Pohon Mutiara tidak dapat bertoleransi terhadap perubahan habitat, Kodok Sulawesi membantu menjaga semut asli di perkebunan kakao Sulawesi. Katak Tanpa Paru-Paru yang kulitnya amat sensitif karena hanya bisa bernafas melalui kulitnya. kodok indikator perubaan iklim yang hampir tidak dapat ditemukan lagi. Katak darah sebagai indikator perubaan lingkungan yang termasuk dalam Critically Endangered (Kritis). Katak Pelangi Kalimantan yang pernah menjadi The Most Wanted sebagai indicator perubaan iklim di utan hujan tropis dan subtropis.Kongkang Jeram sebagai indicator pencemaran lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman katak dan kodok sebagai ordo anura dari kelas amphibia yaitu berperan dalam indikator perubahan iklim.

Kata kunci: keanekaragaman, katak dan kodok endemik, indikator perubahan iklim.

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang termasuk dalam megabiodiversitas yaitu keanekaragaman raksasa di dunia, dengan mengandung sekitar 75% keanekaragaman hayati bumi. Bersama Brazil, Kolombia, Ekuador, Peru, Meksiko, Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, Cina, India, Australia dan Malaysia, Indonesia mempunyai tanggung jawab khusus untuk mengkonservasi dan pengelolaan keanekaragaman hayati.

Populasi Amphibi di Indonesia termasuk yang terbesar di Asia. Jumlah jenis atau spesiesnya mencapai 392 spesies dengan 176 spesies diantaranya adalah amfibi endemik Indonesia. Katak dan kodok secara taksonomi dikelompokkan dalam kelas Amphibia. Ampibi termasuk hewan bertulang belakang (vertebrata), berdarah dingin (poikiloterm), dan berkaki empat (tetrapoda) yang hidup di dua alam, yaitu di air dan daratan.

Katak dan kodok merupakan amphibi yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap adanya perubahan suhu yang terjadi akibat pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Hewan yang bisa hidup di air darat, dan pepohonan ini bahkan bisa dijadikan indikator

(2)

adanya perubahan iklim. Hal ini disebabkan karena katak dan kodok bernafas melalui kulitnya yang lembab sehingga saat lingkungan rusak mengganggu akan kehidupannya. Penurunan populasi dapat dijadikan petunjuk bahwa lingkungan telah turun kualitasnya.

Meskipun Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam populasi Amphibi terbesar di Asia, dan populasinya masih dianggap aman, Indonesia memiliki beberapa jenis katak dan kodok endemik yang keberadaanya terancam punah. Maka dari itu, penelitian studi pustaka yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman katak dan kodok endemik dan penyebaranya di Indonesia.

II. METODE

Teknik pengumpulan data pustaka didapatkan dari telaah berbagai artikel dan jurnal

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Katak dan kodok merupakan ewan ampibi yang termasuk dalam ordo Anura perbedaannya kodok termasuk dalam family Bufonidae (true toads) Sebagai hewan yang bisa bernafas dengan kulitnya katak dan kodok amat sensiti teradap perubaan iklim di lingkungan tempat tinggalnya makadari itu keberadaan katak amat penting sebagai indicator perubaan iklim Di Indonesia terdapat berbagai katak asli yang masuk dalam jajaran red list alias hampir punah atau bakan ada yang suda dianggap puna berikut beberapa deskripsi katak dan kodok endemik Indonesia beserta perannya dalam menjaga keseimbangan alam

A. Kodok Asli Sulawesi (Ingerpphrynus Celebensis )

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Amphibia

Ordo: Anura

Famili: Bufonidae

Genus: Ingerophrynus

(3)

tersebut serta lokasi tropis lainnya.

Crazy Yellow Ants merupakan semut penyerbu yang agresif pada setiap musuh dengan

zat kimia beracun, mengganggu ekosistem perkebunan kakao yang juga terdapat semut asli. Namun demikian Kodok asli ini tetap mau memakannya.

Para peneliti mengatakan semut asli mungkin telah lama hidup berdampingan dengan kodok di pulau tersebut.

Seorang ilmuwan yang telah lama meneliti kerusakan ekologis oleh semut Yellow crazy, para peneliti sekarang perlu meneliti dalam hipotesis mereka, seperti apakah perlawanan kodok terhadap semut gila memiliki efek yang berlangsung secara periodik pada populasi semut.

B .Barbourula kalimantanensis adalah katak tanpa paru-paru

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Amphibia

Ordo: Anura

Famili: Bombinatoridae

Genus: Barbourula

Spesies:B. kalimantanensis

Nama binomial

Barboural kalimantanensis

(4)

kulit. Tidak ada rostralis canthus dan tidak ada lores. Mata terletak anterolateral di kepala, dengan papilla nasolakrimalis diposisikan tepat di bawah kelopak mata bawah. . Kedua rahang atas dan premaxilla B. kalimantanensis yang bergigi, dengan dua baris dipartisi belakang choanae tersebut. Gigi Vomerine spesies katak ini menyerupai sepasang tuberkel dan terletak di atap mulut han. Lidah melingkar Tidak ada glotis (pembukaan dilindungi untuk jalan napas), tidak seperti spesies katak lain, dan pembukaan esofagus mengarah langsung ke perut

C. Leptophryne Cruentata (Kodok Merah / Katak Darah)

pesies:

Kodok Merah

Nama Local:

Kodok Merah / Katak Darah

Nama Latin:

Leptophryne Cruentata

Habitat:

Kodok ini menyukai daerah dekat air yang mengalir deras di daerah berketinggian antara 1.000 – 2.000 meter dpl. Habitatnya hanya diperkirakan hanya terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Katak Pelangi Kalimantan ini pada tahun 2010 pernah ditetapkan sebagai Top 10 Most Wanted Lost Frogs (Sepuluh Katak Langka Paling Dicari) oleh SSC IUCN global Spesialis Amfibi dan Conservation International. Sebelumnya katak pelangi sekali terlihat pada tahun 1924. Hingga pada Juli 2011 ketika para peneliti menemukan tiga ekor katak pelangi di pulau Kalimantan.

Katak Pelangi Kalimantan kadang disebut juga sebagai Katak Sungai Sambas. Katak yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sambas Stream Toad yang mempunyai nama latin (ilmiah) Ansonia latidisca.

Nama “pelangi” didapat katak ini lantaran kulitnya yang mempunyai pola warna hijau

(5)

mm. Sedangkan nama „Sambas Stream Toad” didapatkan lantaran pertama kali katak ini

ditemukan di aliran-aliran sungai di sekitar Sambas.

Katak pelangi merupakan hewan endemik yang hanya dapat ditemukan di pulau Kalimantan (Indonesia dan Malaysia). Penemuan pertama kali pada tahun 1924, katak langka ini dijumpai di Gunung Damus, Sambas, Kalimantan (Indonesia) dan Gunung Penrissen, Sarawak (Malaysia). Di tempat kedua inilah kemudian pada tahun 2011 ditemukan kembali tiga ekor katak pelangi.

Belum banyak yang bisa diungkap dari perilaku katak pelangi ini. Termasuk berapa jumlah populasi maupun daerah persebarannya. Namun diperkirakan katak berkulit unik ini mendiami hutan-hutan primer yang merupakan hutan hujan pegunungan.

Katak Pelangi Kalimantan (Ansonia latidisca) merupakan hewan terestrial (hidup di permukaan tanah) di dekat sumber air tawar. Ancaman utama bagi Katak Pelangi Kalimantan adalah hilangnya habitat dan degradasi lingkungan akibat deforestasi hutan dan alih fungsi hutan.

D.Kongkang Jeram (Huia masonii) Katak Endemik Jawa

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Amphibia

Ordo: Anura

Famili: Bufonidae

Genus: Leptophryne

Spesies:L. cruentata

Nama binomial

(6)

Kongkang Jeram atau Huia masonii merupakan salah satu jenis katak endemik pulau Jawa. Katak yang disebut juga sebagai Javan torrent-frog ini hanya bisa dijumpai di Jawa bagian barat dan tengah. Selain itu, Kongkang Jeram pun termasuk salah satu hewan langka, yang terancam kelestariannya, dan terdaftar sebagai spesies Vulnerable dalam daftar merah IUCN.

Amfibi endemik dari suku (famili) Ranidae ini mempunyai nama latin Huia masonii Boulenger, 1884, dengan nama sinonim Huia Javana. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan Torrent Frog. Masih berkerabat dekat dengan Kongkang Sumatera (H. sumatrana) dan H. modiglianii yang endemik Sumatera.

Katak yang dikenal sebagai Kongkang Jeram ini berukuran sedang dengan tubuh yang ramping. Panjang tubuh dari moncong hingga anus berkisar antara 3-5 cm. Tubuh katak jantan umumnya lebih kecil dibanding betina. Kongkang Jeram memiliki kaki yang kurus namun panjang. Memiliki jari tangan dan kaki dengan piringan yang sangat lebar.

IV. KESIMPULAN

Katak endemic yang ada di Indonesia ada banyak enis diantaranya Kodok Sulawesi

(Ingerophrynus celebensis), Katak Tanpa Paru-Paru (Barbourula kalimantanensis), Kodok

Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni),Kodok Darah (Leptophryne cruentata), Katak Pelangi Kalimantan (Ansonia latidisca),Kongkang Jeram (Huia masonii) .

Peranan masing-masing jenis Kodok Sulawesi membantu menjaga semut asli di perkebunan kakao Sulawesi. Katak Tanpa Paru-Paru yang kulitnya amat sensitif karena hanya bisa bernafas melalui kulitnya. Katak darah sebagai indikator perubaan lingkungan yang termasuk dalam Critically Endangered (Kritis). Katak Pelangi Kalimantan yang pernah menjadi The Most Wanted sebagai indicator perubaan iklim di utan hujan tropis dan subtropis. Kongkang Jeram endemik jawa yang termasuk dalam ampibi langka

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.http://www.kesimpulan.com/2010/09/kodok-ingerophrynus-celebensis-memangsa.html . (Diakses pada tanggal 23 Maret 2015)

LIPI. http://biologi.lipi.go.id/bioindonesia/mTemplate.php?h=3&id_berita=38 (Diakses pada tanggal 23 Maret 2015)

Referensi

Dokumen terkait

1) Kegiatan Awal: (10 Menit), kegiatannya meliputi: (1) guru dan siswa membuka proses pembelajaran dengan membaca GR¶D ; (2) guru menyampaikan tujuan yang ingin

Susunan struktur mikro yang terbentuk pada proses perlakukan panas baja NS-1045 chromized akan menentukan sifat-sifat mekanis maupun kekuatan fatik dari baja

Satelit ini sangat baik untuk digunakan dalam studi vegetasi, karena selain memiliki resolusi spasial yang cukup bagus, juga memiliki saluran spektral yang

Kewenangan merupakan hak yang dimiliki oleh seorang pejabat atau institusi yang bertindak menjalankan kewenangannya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.17

Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 21.6 dijelaskan bahwa untuk komponen-komponen struktur pada perhitungan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) yang memikul

4 Sebagai pengembangan dari hasil tersebut, maka dalam penelitian ini akan dibuktikan bahwa syarat perlu dan syarat cukup keterbatasan dari perumaman operator integral

Anggaran Dasar hanya dapat diubah oleh Rapat Warga yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah dari jumlah Warga dan perubahannya sah apabila diputuskan dengan suara

Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan tanaman rumput-rumputan semusim lainnya