Katalog BPS: 9302002.7108
Badan Pusat Statistik
ii
iii
Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Menurut Pengeluaran
2012 - 2016
No Publikasi
Katalog BPS
: 71085.1704
: 9302002.7108
Ukuran Buku : 29,7 cm X 21 cm
Jumlah Halaman : viii + 45 halaman
Naskah dan Gambar : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Dicetak Oleh : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya buku Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2012-2016 menurut
Pengeluaran, yang merupakan kelanjutan publikasi sebelumnya, diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Publikasi ini merupakan data hasil pengolahan dan penghitungan nilai pengeluaran
konsumsi, yang dilakukan dari seluruh pelaku ekonomi di wilayah ini, dan disajikan dalam tabel
pokok dan turunan PDRB dari tahun 2012 hingga 2016 baik atas dasar harga berlaku maupun
atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010. Selain itu dalam publikasi ini dikemukakan
pula mengenai pengertian, ruang lingkup dan metode penghitungan dari PDRB serta tinjauan
perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Semoga publikasi ini dapat bermanfaat bagi para pengguna data, baik dari pihak
pemerintah, para peneliti, pihak perguruan tinggi dan insan pemerhati statistik yang ada di daerah
ini maupun yang berasal dari luar daerah.
Saran dan kritikan yang membangun kami harapkan guna penyempurnaan publikasi ini
ke depan. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu, disampaikan terima kasih.
Ondong Siau, September 2017
Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
ttd
Raymond Audey Engelbert Kodoati
v
vi
1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 3
1.2 Kegunaan Data ... 4
BAB II RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI ... 9
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga ... 9
2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ... 11
2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ... 13
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ... 16
2.5 Perubahan Inventori ... 20
2.6 Ekspor Impor ... 23
BAB III TINJAUAN UMUM PEREKONOMIAN ... 27
3.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-Rt) ... 27
3.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ... 28
3.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ... 28
3.4 Pengeluaran Konsumsi Akhir PMTB ... 29
3.5 Perbandingan Nilai Konsumsi Akhir dan Ekspor-Impor ... 29
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Distribusi Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro, 2016 ... 27
Tabel 3.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT, 2014 - 2016 ... 28
Tabel 3.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah, 2014 - 2016 ... 28
Tabel 3.4. Pengeluaran Konsumsi Akhir PMTB 2014 - 2016 ... 29
Tabel 3.5. Perbandingan Nilai Konsumsi Akhir terhadap PDRB ADHB 2014 -2016 ... 29
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar
Harga Berlaku menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (Juta Rupiah) ... 37
Lampiran 2 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar
Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (Juta Rupiah) ... 38
Lampiran 3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas
Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen) ... 39
Lampiran 4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas
Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen) ... 40
Lampiran 5 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro
Atas Dasar HargaBerlaku menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen) ... 41
Lampiran 6 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro
Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen) ... 42
Lampiran 7 Indeks Perkembangan PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga
Berlaku menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen) ... 43
Lampiran 8 Indeks Perkembangan PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga
Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen) ... 44
Lampiran 9 Indeks Implisi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang
Biaro, 2012 - 2016 (persen) ... 45
1
Pendahuluan
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu wilayah atau daerah meningkat dalam
jangka panjang. Artinya pembangunan ekonomi mempunyai sifat penting, yaitu pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses untuk menaikkan tingkat pendapatan perkapita, terjadi
terus-menerus baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
1.1
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/regional
dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang diukur
atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk
melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau triwulan
ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu
akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.
1.1.1
Menurut Pendekatan ProduksiPDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu:
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri
Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor,
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
4
Pendahuluan
dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi, 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci
lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
1.1.2
Menurut Pendekatan PendapatanPDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam
definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi
dan impor dikurangi subsidi).
1.1.3
Menurut Pendekatan PengeluaranPDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran
konsumsi akhir rumahtangga, (2) pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani
rumahtangga, (3) pengeluaran konsumsi akhir pemerintah, (4) pembentukan modal tetap
domestik bruto, (5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
Secara konsep, ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,
jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus
sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan
cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak
tak langsung neto.
1.2
Kegunaan Data
Data PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menunjukan kondisi
perekonomian suatu wilayah atau daerah pada kurun waktu tertentu. Adapun manfaat dari data
PDRB beserta tabel-tabel turunan dan agregatnya, yaitu antara lain sebagai berikut :
1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk
tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 5
Pendahuluan
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor pengeluaran peranan kelembagaan dalam
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi
4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per satu
orang penduduk.
5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan
nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah/region.
7
2
Ruang Lingkup dan
Metodologi
9
BAB II
RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI
Uraian lapangan usaha yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi
dari masing-masing kategori dan subkategori lapangan usaha, cara-cara perhitungan Nilai
Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010, serta
sumber datanya.
2.1
Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga
2.1.1
PendahuluanSektor rumahtangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB
pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga
berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan
oleh sektor institusi lain.
2.1.2
Konsep dan definisiPengeluaran konsumsi akhir rumahtangga (PK-Rt) adalah pengeluaran atas barang dan
jasa oleh rumahtangga untuk tujuan konsumsi. Rumahtangga didefinisikan sebagai individu atau
kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang
dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan.
2.1.3
CakupanPK-RT mencakup seluruh pengeluar
a
n atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah,baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang
dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of Individual
Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sbb:
1. Makanan dan minuman tidak beralkohol;
2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik;
3. Pakaian dan alas kaki;
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
10
Ruang Lingkup dan metodologi
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya;
5. Furnitur, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin;
6. Kesehatan;
7. Angkutan;
8. Komunikasi;
9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan;
10. Pendidikan;
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel;
12. Barang dan jasa lainnya.
Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali menjadi
hanya 7 (tujuh) COICOP, yaitu:
1. Makanan, Minuman, dan Rokok;
2. Pakaian dan Alas Kaki;
3. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan, dan Penyelenggaraan Rumahtangga;
4. Kesehatan dan Pendidikan;
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya;
6. Hotel dan Restoran;
7. Lainnya;
2.1.4
Penghitungan PKRT Tahunan1. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PK-RT adalah :
• Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk
kelompok bukan makanan,
• Jumlah penduduk pertengahan tahun,
• Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu,
• Indeks Harga Konsumen (IHK). 2. Metode penghitungan
Penghitungan PK-RT didasarkan pada hasil Susenas. Untuk menghasilkan penghitungan
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 11
Ruang Lingkup dan metodologi
(adjustment). Penyesuaian dilakukan dengan menggunakan data pendukung (data sekunder)
dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi tertentu. Hasil
penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PK-RT yang sebenarnya.
Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan hasil
penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk beberapa komoditas. Penggantian
dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu.
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku
(ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 diperoleh dengan cara men-deflate PKRT
ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
2.2
Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT
2.2.1
PendahuluanSektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumahtangga (LNPRT) muncul sebagai sektor
tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang
dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada tingkat harga yang
tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tidak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut
biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
2.2.2
Konsep dan definisiLNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP
dibedakan atas LNP yang melayani rumahtangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga.
Karakteristik unit LNP adalah sbb :
1. LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal
yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
2. pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya hak
sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
3. setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak
menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif
dikuasai oleh lembaga;
4. kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok ini
berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
12
Ruang Lingkup dan metodologi
5. istilah non profit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus melalui
kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali
pada aktivitas sejenis.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta tidak
dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan
berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 (tujuh) jenis lembaga, yaitu: Organisasi
kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/
kebudayaan/olahraga/hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan
Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
2.2.3
CakupanNilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output
non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka
melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :
1. Konsumsi antara;
Contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air, telepon, teleks,
faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas,
belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor dll.
2. Kompensasi tenaga kerja;
Contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lainnya
3. Penyusutan;
4. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
2.2.4
Penghitungan PK-LNPRT Tahunan1. Sumber data
a. Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut
jenis lembaga dan jenis pengeluaran.
b. Hasil up-dating direktori LNPRT.
Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi
LNPRT menurut jenis lembaga.
c. Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Metode penghitungan
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 13
Ruang Lingkup dan metodologi
PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan hasil
SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :
a. Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga
menurut jenisnya dihitung dengan rumus sbb :
ij
x : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ij
x : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
i
n
: Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembagai
: Jenis lembaga LNPRT,i
= 1, 2, 3, …, 7j
: Jenis pengeluaran LNPRT,j
= 1, 2, 3, …, 19b. Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:
7 19
N
: Populasi LNPRT menurut jenis lembagaHasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga
berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
dengan cara men-deflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
2.3
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
2.3.1
PendahuluanUnit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi
lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah juga
mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi
kelompok atau individu rumahtangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan
lainnya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer,
serta terlibat di dalam produksi non-pasar.
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
14
Ruang Lingkup dan metodologi
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun
produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan
moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan
jasa akhir, sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi
barang & jasa maupun aktivitas investasi.
2.3.2
Konsep dan DefinisiBesarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai produksi
barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P
mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai,
transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari
Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi
yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb:
1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang
semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
2. memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan
tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang
dibiayai oleh pemerintah. Dala hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya tidak
lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas
semacam ini disebut sebagai penerimaan non komoditi (pendapatan jasa).
2.3.3
CakupanSektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi,
Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah
Daerah (APBD).
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup :
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 15
Ruang Lingkup dan metodologi
b. PK-Pemerintah Provinsi yang bersangkutan;
c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari Pemerintah Provinsi;
d. PK-Pemerintah Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah provinsi bersangkutan.
2.3.4
Penghitungan PDRB Tahunan1. Sumber Data
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah:
a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu)
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)
d. Output Bank Indonesia (BI)
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari
BPS.
2. Metode Penghitungan
a. PK-P Provinsi adh Berlaku
Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut :
Output non pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu: Belanja
pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli dengan
harga pasar ), belanja pegawai, dan penyusutan.
Untuk level provinsi, PK-P provinsi adh Berlaku, dihitung berdasarkan penjumlahan
dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah Provinsi itu sendiri + pengeluaran akhir
konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan kabupaten/kota yang ada di wilayah
provinsi tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah desa/kelurahan/nagari
yang ada di wilayah provinsi tersebut + pengeluaran pemerintah pusat yang menjadi
bagian dari provinsi yang bersangkutan.
b. PK-P Provinsi adh Konstan
Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan
metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar
(IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik
Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK)
umum.
PK-P adh Berlaku = Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output
Bank Indonesia
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
16
Ruang Lingkup dan metodologi
2.4
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
2.4.1
PendahuluanAktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan
investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam
proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal
seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak,
dan barang modal lainnya.
2.4.2
Konsep dan definisiPMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit
produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta
barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter
barang modal), dan pertumbuhan aset sumber daya hayati yang dibudidaya, sedangkan
pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial
leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh
bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed
Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi
secara normal selama satu periode.
2.4.3
CakupanPMTB terdiri dari :
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 17
Ruang Lingkup dan metodologi
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intelectual property
products), dan sebagainya;
2. Biaya alih kepemilikan aset non finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset
yang dipatenkan;
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
pakai-nya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan
pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
2.4.4
Penghitungan PMTB Tahunan1. Sumber data
a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi
dari BPS Prov/Kab/Kota;
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat;
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumahtangga
(level provinsi);
d. Laporan keuangan perusahaan;
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang Level Provinsi;
f. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar;
g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas);
h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum;
i. Publikasi Statistik Konstruksi;
j. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM);
k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
2. Metode penghitungan
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak
langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah
masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal
(harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung,
sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai
industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
18
Ruang Lingkup dan metodologi
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh
nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai
atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang
dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang
terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari
impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan
atau alih kepemilikan barang modal tersebut.
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang
perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku
tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
Pendekatan Tidak Langsung
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung
nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang
kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB
dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output
industri konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya
dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari
impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara:
Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain
yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya
angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk
memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan
IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
Kedua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan cara
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 19
Ruang Lingkup dan metodologi
modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh
Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB
adh Konstan tersebut di-inflate (dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis
barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh
Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang
berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara: Pertama, PMTB adh
Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci
menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain.
Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator
(barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan
adalah dengan cara men-deflate PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga
yang sesuai.
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral,
dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di
bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh
Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada
periode sebelumnya. Untuk PMTB adh Konstan diperoleh dengan men-deflate nilai adh
Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari
ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunannya.
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan
data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan
diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa
perusahaan.
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment,
literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program
acara televisi yang dapat dibuat, sedangkan data impor film diperoleh dari nilai impor film.
PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan cara men-deflate nilai adh Berlaku dengan
indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui
pendekatan tidak langsung (arus komoditas), yaitu:
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
20
Ruang Lingkup dan metodologi
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit
diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data
publikasi yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
2.5
Perubahan Inventori
2.5.1
PendahuluanDalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal.
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan
Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu
tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi yang
direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan
penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting
untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
2.5.2
Konsep dan definisiPengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam
bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam
pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta
barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi
dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang
perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau
pengurangan (tanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses
produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong.
Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 21
Ruang Lingkup dan metodologi
inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
yang lebih besar, sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas
strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena
menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa
komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumahtangga
pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya
saja.
2.5.3
CakupanInventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :
1. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
2. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
3. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu
dibeli;
4. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai);
5. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran
untuk tujuan dijual;
6. Ternak untuk tujuan dipotong;
7. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan bakar
atau persediaan; dan
8. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
gula pasir, dan gandum.
2.5.4
Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan1. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori
adalah :
a. Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari mengunduh
website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
22
Ruang Lingkup dan metodologi
b. Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD;
c. Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
d. Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang;
e. Data komoditas perkebunan;
f. Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
g. Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi Semen
Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan.
2.
Metode Penghitungan
Terdapat 2 (dua) metode yang digunakan dalam penghitungan komponen
perubahan inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan langsung adalah pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan
tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.
Di lihat dari sisi manfaatnya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang
relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas
hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan
berkesinambungan.
Pendekatan Langsung
Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di
suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan
neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan
inventori adh berlaku, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah
penghitungan inventori dari laporan keuangan, adalah sbb :
a. menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara men-deflate stok awal dan
akhir dengan IHPB akhir tahun;
b. menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di
tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
c. menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan meng-inflate perubahan inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
Pendekatan Tidak Langsung
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 23
Ruang Lingkup dan metodologi
masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan
cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga
pembelian, atau harga penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia.
Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung dengan:
a. men-deflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai,
b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga
barang di tahun dasar.
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen
perubahan inventori adalah bahwa :
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat
untuk periode waktu yang berurutan;
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harganya;
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak
disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat
diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang
sesuai;
Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi
untuk industri yang datanya tidak tersedia.
2.6
Ekspor Impor
2.6.1
PendahuluanAktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi, kebutuhan ekonomi/permintaan serta disparitas harga, menjadi faktor utama
munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang
memproduksi barang dan jasa melebihi kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar
ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas barang
dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga
turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
24
Ruang Lingkup dan metodologi
2.6.2
Konsep dan definisiEkspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik
penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah
tersebut dengan non residen yang berada di luar wilayah tersebut.
2.6.3
CakupanEkspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
1. Ekspor/impor barang dari/ke luar negeri/provinsi/kabupaten
2. Ekspor/impor jasa dari/ke luar negeri/provinsi/kabupaten, yang mencakup jasa
pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya
3. Net Ekspor, yaitu total Ekspor ke luar daerah (kabupaten/provinsi/negara) dikurangi total
Impor dari luar daerah (kabupaten/provinsi/negara)
2.6.4
Penghitungan Ekspor-Impor TahunanPenghitungan sektor ini sangat sulit, mengingat banyaknya aktivitas ekspor-impor antar
daerah yang tidak tercatat, seperti penjualan/pembelian/barter barang/jasa di wilayah
perbatasan dengan daerah lain. Demikian pula perdagangan yang dilakukan perorangan. Hal ini
akibat tingginya aktivitas bepergian ke luar daerah maupun kunjungan dari daerah lain.
1. Sumber data
a. LK PDRB menurut kategori
b. Survei Matriks Arus Komoditas perdagangan ke luar daerah
c. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
d. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk kabupaten;
e. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk kabupaten dari hasil survei;
2. Metode Penghitungan
Pengitungan dilakukan dengan menggunakan pendekatan koefisien ekspor-impor
tiap-tiap komoditas barang dan jasa, salah satunya dengan metode Cross-Hauling. Di
samping itu nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian
langsung (direct purchase) dan transaksi yang tidak terdokumentasi (undocumented
transaction) baik oleh residen maupun non residen, sedangkan net ekspor antar wilayah
25
3
Tinjauan Umum
Perekonomian
27
BAB III
TINJAUAN UMUM PEREKONOMIAN
Aktivitas konsumsi guna pemenuhan kebutuhan sebagai konsumsi akhir, pada tahun 2016
telah mencapai 1,76 triliyun rupiah. Nilai ini lebih besar 0,19 triliyun rupiah dari tahun
sebelumnya. Besarnya pengeluaran/konsumsi ini sebagian besar dilakukan oleh rumahtangga
yang mencapai 1,10 triliyun rupiah atau sekitar 62,46 persen dari total pengeluaran di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Pengeluaran konsumsi akhir yang kedua adalah komponen
pengeluaran pemerintah. Selama setahun intstitusi ini telah mengeluarkan biaya sebesar 0,78
triliyun rupiah untuk konsumsi akhir (44,40 persen). Sementara itu pengeluaran yang bersifat
investasi berupa pembentukan modal tetap bruto tidak lebih dari 0,53 triliyun rupiah atau sekitar
30,01 persen.
3.1
Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-Rt)
Pertumbuhan konsumsi rumahtangga tahun 2016 mnegalami peningkatan sebesar 3,84
persen setahun. Nilai ini lebih lambat dari tahun sebelumnya yang mencapai 7,05 persen setahun.
Ditinjau dari persebarannya, pengeluaran konsumsi untuk makanan merupakan bagian terbesar
dari 7 subkomponen yang ada, yaitu senilai 529,94 miliyar rupiah. Pada urutan kedua,
pengeluaran untuk transportasi, komunikasi, rekreasi, dan budaya sebesar 295,56 miliyar rupiah
dengan kontribusi sebesar 26,81 persen terhadap PK-Rt. Sementara itu pengeluaran paling
rendah adalah untuk pakaian dan alas kaki yang hanya sekitar 3,08 miliyar rupiah.
Tabel 3.1 Distribusi Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2016
Komponen/Subkomponen Nilai
1. Makanan, Minuman, dan Rokok 529,94 30,02 48,06
2. Pakaian dan Alas Kaki 3,08 0,17 0,28
3. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
Penyelenggaraan Rumahtangga 181,97 10,31 16,50
4. Kesehatan dan Pendidikan 39,43 2,23 3,58
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 295,56 16,74 26,81
6. Hotel dan Restoran 20,17 1,14 1,83
7. Lainnya 32,43 1,84 2,94
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga (PK-Rt) 1.102,57 62,46 100,00
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
28
Tinjauan Umum Perekonomian
3.2
Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT
Pengeluaran oleh lembaga nonprofit yang melayani rumahtangga tahun 2016, meningkat
cukup signifikan, bahkan dua kali lipat dibanding pengeluaran oleh rumahtangga. Pertumbuha
tahun 2016 mengalami lonjakan cukup tinggi, yaitu dari 2,28 persen di tahun sebelumnya, kini
menjadi 7,74 persen. Sementara itu, total pengeluaran komponen ini mencapai 113,46 miliyar
rupiah atau senilai 88,12 miliyar rupiah bila diukur berdasarkan harga-harga pada tahun dasar
2010. Disisi lain, kontribusi komponen ini yang pada tahun 2014 sekitar 6,62 persen, sedikit
melemah pada tahun berikutnya, namun kini kembali menguat dengan kontribusi sebesar 6,43
persen.
Tabel 3.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT, 2014 - 2016
Uraian 2014 2015 2016
Nilai Pengeluaran adh Berlaku (miliyar rupiah) 91,45 99,26 113,46 Nilai Pengeluaran adh Konstan (miliyar rupiah) 79,97 81,79 88,12 Kontribusi Terhadap PDRB (% ADHB) 6,62 6,31 6,43 Pertumbuhan (%) 4,43 2,28 7,74
3.3
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ada, nilai konsumsi pemerintah tahun 2016 telah
mencapai 783,69 miliyar rupiah, bertambah 87,16 miliyar rupiah dari tahun sebelumnya. Bila
diukur dengan harga konstan 2010, nilai ini meningkat 9,54 persen setahun. Meski melambat,
pertumbuhan ini sangat fantastis, sehingga mampu mendongkrak pengeluaran secara
keseluruhan, dan merupakan pertumbuhan paling pesat dari seluruh komponen penyusun PDRB
pengeluaran 2016. Sebagai akibatnya, sumbangan pengeluaran komponen pemerintah tahun ini
sedikit menguat dari 44,30 persen menjadi 44,40 persen.
Tabel 3.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah, 2014 - 2016
Uraian 2014 2015 2016
Nilai Pengeluaran adh Berlaku (miliyar rupiah) 592,89 696,53 783,69 Nilai Pengeluaran adh Konstan (miliyar rupiah) 487,10 535,87 586,97 Kontribusi Terhadap PDRB (% ADHB) 42,94 44,30 44,40 Pertumbuhan (%) 8,83 10,01 9,54
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 29
Tinjauan Umum Perekonomian
3.4
Pengeluaran Konsumsi Akhir PMTB
Pengeluaran konsumsi selama tahun 2016, secara keseluruhan telah menghabiskan dana
sekitar 529,70 miliyar rupiah, bertambah 35,49 miliyar rupiah dari tahun sebelumnya. Secara riil,
pengeluaran komponen ini meningkat 5,55 persen setahun. Nilai ini melambat cukup dalam
dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 9,81 persen. Dengan demikian
kontribusinya terhadap total pengeluaran konsumsi akhir juga ikut mengecil, tercatat dari 31,43
persen di tahun 2015, kini menjadi 30,01 persen.
Tabel 3.4. Pengeluaran Konsumsi Akhir PMTB 2014 - 2016
Uraian 2014 2015 2016
Nilai Pengeluaran adh Berlaku (miliyar rupiah) 417,35 494,21 529,70
Nilai Pengeluaran adh Konstan (miliyar rupiah) 373,59 410,23 432,98
Kontribusi Terhadap PDRB (% ADHB) 30,23 31,43 30,01
Pertumbuhan (%) 3,73 9,81 5,55
3.5
Perbandingan Nilai Konsumsi Akhir dan Ekspor-Impor
Nilai pengeluaran konsumsi akhir secara keseluruhan terus meningkat dari tahun ke
tahun, dan kini telah hampir mencapai 2,53 triliyun rupiah. Nilai ini lebih besar dari total PDRB,
bahkan hampir mencapai satu setengah kali lipat, akibatnya nilai net ekspor menjadi minus.Meki
demikian, proporsi ekspor terhaap PDRB meningkat dari 23,17 menjadi 25,59 persen.
Tabel 3.5. Perbandingan Nilai Konsumsi Akhir terhadap PDRB ADHB 2014 -2016
Uraian 2014 2015 2016
Total Pengeluaran Konsumsi Akhir (miliyar rupiah) 1.987,06 2.301,21 2.529,42
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (miliyar rupiah) 885,36 1.011,21 1.102,57
b. Pengeluaran Konsumsi LNPRT (miliyar rupiah) 91,46 99,26 113,46
c. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (miliyar rupiah) 592,89 696,53 783,69
d. Pembentukan Modal Tetap Bruto (miliyar rupiah) 417,35 494,21 529,70
Net Ekspor (miliyar rupiah) -606,59 -729,07 -764,55
a. Ekspor (miliyar rupiah) 326,39 364,39 451,74
b. Impor (miliyar rupiah) 932,98 1093,46 1216,29
PDRB (miliyar rupiah) 1.380,75 1.572,35 1.765,10
Rasio Pengeluaran Konsumsi Akhir terhadap PDRB 143,91 146,36 143,30
Rasio Ekspor terhadap PDRB 23,64 23,17 25,59
31
4
Penutup
33
BAB IV
PENUTUP
PDRB menurut Pengeluaran dapat menggambarkan perubahan struktur dan
perkembangan kondisi ekonomi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro pada periode
bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari
sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB pengeluaran
terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir,
investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor
atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian
adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga/LNPRT, pemerintah, dan
perusahaan.
Publikasi ini menyajikan uraian sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis didasarkan pada
indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran.
Data disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2012-2016, sehingga mudah di dalam
menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antara waktu. Masing-masing
parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio, unit, dsb)
sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data.
Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat
dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti
pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara
seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak
langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut
lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan
Neraca Arus Dana.
Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat
disajikan di sini, seperti ekspor dan impor. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh
ketergantungan ekonomi daerah terhadap ekonomi luar daerah.
35
5
Lampiran
Tabel
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 37
Lampiran
Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (Juta Rupiah)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 720.407 802.250 885.364 1.011.211 1.102.566
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 351.604 377.699 419.808 487.804 529.935
b. Pakaian dan Alas Kaki 1.927 2.198 2.416 2.796 3.079
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
118.114 132.801 145.900 164.782 181.971
d. Kesehatan dan Pendidikan 28.770 29.241 30.738 35.001 39.426
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
181.532 220.618 243.513 271.090 295.559
f. Hotel dan Restoran 14.522 15.314 16.054 18.896 20.171
g. Lainnya 23.936 24.378 26.935 30.843 32.425
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 76.805 85.747 91.455 99.255 113.459
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 452.303 527.863 592.894 696.534 783.694
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 352.331 390.150 417.351 494.207 529.699
a. Bangunan 307.806 343.160 369.627 442.467 472.897
PDRB 1.068.790 1.216.722 1.380.750 1.572.345 1.765.101
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
38
Lampiran
Lampiran 2 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (Juta Rupiah)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 668.422 715.278 764.048 817.886 849.301
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 324.283 343.626 365.174 388.120 400.976
b. Pakaian dan Alas Kaki 1.987 2.198 2.421 2.597 2.777
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
107.951 117.738 127.258 138.146 143.801
d. Kesehatan dan Pendidikan 23.887 25.472 27.006 29.151 30.332
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
173.379 187.738 200.968 216.109 225.814
f. Hotel dan Restoran 13.846 14.454 15.003 16.206 16.714
g. Lainnya 23.089 24.052 26.218 27.559 28.887
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 72.245 76.576 79.967 81.790 88.122
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 417.699 447.563 487.096 535.872 586.968
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 346.040 360.158 373.589 410.227 432.982
a. Bangunan 298.087 312.352 326.043 359.155 378.061
b. Non-Bangunan 47.953 47.806 47.546 51.073 54.921
5. Perubahan Inventori 632 227 245 192 208
6. Ekspor 321.948 334.720 343.195 357.527 389.131
7. Impor 843.171 871.854 905.084 980.292 1.037.692
PDRB 983.814 1.062.667 1.143.055 1.223.203 1.309.019
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 39
Lampiran
Lampiran 3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 67,40 65,94 64,12 64,31 62,46
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 32,90 31,04 30,40 31,02 30,02
b. Pakaian dan Alas Kaki 0,18 0,18 0,17 0,18 0,17
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
11,05 10,91 10,57 10,48 10,31
d. Kesehatan dan Pendidikan 2,69 2,40 2,23 2,23 2,23
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
16,98 18,13 17,64 17,24 16,74
f. Hotel dan Restoran 1,36 1,26 1,16 1,20 1,14
g. Lainnya 2,24 2,00 1,95 1,96 1,84
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 7,19 7,05 6,62 6,31 6,43
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 42,32 43,38 42,94 44,30 44,40
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
40
Lampiran
Lampiran 4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 67,94 67,31 66,84 66,86 64,88
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 32,96 32,34 31,95 31,73 30,63
b. Pakaian dan Alas Kaki 0,20 0,21 0,21 0,21 0,21
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
10,97 11,08 11,13 11,29 10,99
d. Kesehatan dan Pendidikan 2,43 2,40 2,36 2,38 2,32
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
17,62 17,67 17,58 17,67 17,25
f. Hotel dan Restoran 1,41 1,36 1,31 1,32 1,28
g. Lainnya 2,35 2,26 2,29 2,25 2,21
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 7,34 7,21 7,00 6,69 6,73
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 42,46 42,12 42,61 43,81 44,84
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 41
Lampiran
Lampiran 5 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar HargaBerlaku menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 9,42 11,36 10,36 14,21 9,03
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 8,28 7,42 11,15 16,20 8,64
b. Pakaian dan Alas Kaki -2,77 14,04 9,92 15,73 10,12
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
13,35 12,43 9,86 12,94 10,43
d. Kesehatan dan Pendidikan 13,69 1,64 5,12 13,87 12,64
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
8,85 21,53 10,38 11,32 9,03
f. Hotel dan Restoran 6,40 5,45 4,83 17,70 6,74
g. Lainnya 10,01 1,84 10,49 14,51 5,13
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 10,37 11,64 6,66 8,53 14,31
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 9,38 16,71 12,32 17,48 12,51
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
42
Lampiran
Lampiran 6 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,97 7,01 6,82 7,05 3,84
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 5,59 5,96 6,27 6,28 3,31
b. Pakaian dan Alas Kaki 9,56 10,64 10,15 7,24 6,95
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
8,65 9,07 8,09 8,56 4,09
d. Kesehatan dan Pendidikan 7,56 6,64 6,02 7,94 4,05
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016 43
Lampiran
Lampiran 7 Indeks Perkembangan PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 123,03 137,00 151,20 172,69 188,29
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 120,51 129,46 143,89 167,19 181,63
b. Pakaian dan Alas Kaki 114,62 130,71 143,68 166,28 183,10
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
126,90 142,68 156,75 177,04 195,50
d. Kesehatan dan Pendidikan 137,12 139,36 146,50 166,81 187,90
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
123,09 149,60 165,12 183,82 200,41
f. Hotel dan Restoran 117,94 124,37 130,38 153,46 163,81
g. Lainnya 130,95 133,37 147,36 168,73 177,39
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 124,19 138,65 147,88 160,49 183,46
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 130,88 152,74 171,56 201,55 226,77
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 121,71 134,78 144,17 170,72 182,98
a. Bangunan 126,11 140,59 151,44 181,28 193,75
b. Non-Bangunan 98,07 103,50 105,12 113,96 125,11
5. Perubahan Inventori 502,55 184,29 199,68 152,19 168,78
6. Ekspor 127,88 112,87 118,95 132,79 164,63
7. Impor 125,04 127,10 131,87 154,55 171,91
PDRB 125,81 143,22 162,53 185,08 207,77
PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2012 – 2016
44
Lampiran
Lampiran 8 Indeks Perkembangan PDRB Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 - 2016 (persen)
Komponen Pengeluaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 114,15 122,15 130,48 139,67 145,04
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 111,15 117,78 125,16 133,03 137,43
b. Pakaian dan Alas Kaki 118,16 130,73 144,00 154,42 165,14
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
115,98 126,49 136,72 148,42 154,49
d. Kesehatan dan Pendidikan 113,84 121,40 128,71 138,93 144,56
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
117,57 127,30 136,27 146,54 153,12
f. Hotel dan Restoran 112,45 117,39 121,84 131,61 135,74
g. Lainnya 126,31 131,58 143,43 150,77 158,04
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 116,82 123,82 129,30 132,25 142,49
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 120,86 129,51 140,95 155,06 169,84
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 119,54 124,42 129,06 141,71 149,57
a. Bangunan 122,13 127,97 133,58 147,15 154,89
b. Non-Bangunan 105,62 105,30 104,73 112,49 120,97
5. Perubahan Inventori 458,70 164,82 177,69 139,39 150,74
6. Ekspor 117,33 121,98 125,07 130,29 141,81
7. Impor 119,18 123,23 127,93 138,56 146,67
PDRB 115,81 125,09 134,55 143,99 154,09