• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN INTUISI ETIKA PRINSIP BARAT DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN INTUISI ETIKA PRINSIP BARAT DA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN INTUISI ETIKA PRINSIP BARAT DAN

AKHLAK PRINSIP TIMUR DALAM MEMBENTUK

KEKUATAN DAN PRILAKU MASYARAKAT KELAS

MENENGAH ASIA TENGGARA

Cut Elisa Farahdilla (Lisa)

1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Iskandar Muda

2. D&D Education and Research Agency Email : cutelisafarahdilla@gmail.com

ABSTRACT

To better capture social phenomenon, there must be an arrangement of assumptions that needs to be discovered. The implementation of intuition should be guided by norms and rules of certain religions. In this paper, the purpose is to compare the implementation of intuition by using two elements that are ethics and akhlaq. These two elements are believed can be strengthened the power of the society especially in Southeast Asia. The term of ethics mostly wellknown in the western world while akhlaq is the term from Arabic language. Some western and eastern philosophers have introduced ethics and akhlaq in different ways and views. The study uses some related literatures to be compared specifically some theories from Kant, Ghazali, and Al Farabi.

Keywords: Intuition, Ethics, Akhlaq, Middle Class, Southeast Asia

A. Pendahuluan

Etika dan akhlak merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya merupakan hal yang sangat erat kaitannya. Apabila berbicara tentang etika maka akhlak adalah elemen pendukungnya begitu pula sebaliknya. Etika sering dihubungkan dengan prinsip yang berkenaan dengan moralitas dan keadilan. Secara umum, pengertian etika dan moral hampir sama dimana etika adalah ilmu yang membahas atau mempelajari tentang baik dan buruk sedangkan moral adalah prakteknya (Nurfadilah, 2016). Pada artikel ini akan membahas tentang penerapan intuisi etika prinsip barat sesuai versi Immanuel Kant.

(2)

B. Intuisi dan Fitrah

Makna Intuisi / Ilham (Suara Hati)

Sebagian berpendapat bahwa intuisi merupakan hakikat dan pengalaman paling puncak yang dimiliki oleh manusia. Adapun intuisi ini dianugerahkan Tuhan kepada jiwa yang memiliki potensi akal dan hati yang bersih. Intuisi merupakan sikap baik secara sadar maupun tidak mempengaruhi aktifitas manusia tersebut. Intuisi yang apabila dituntun secara benar akan menjadi nilai positif bagi individu tersebut. Oleh karenanya peran etika dan akhlak mempu menjadi penuntun dalam hidup.

Artikel ini berusaha mengupas peran intuisi individu yang dapat membentuk kekuatan masyarakat terutama kelas menengah di Asia Tenggara. Peran intuisi ini dituntun melalui etika dan akhlak yang diukur dari perbandingan prinsip barat dan islam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari. Sedangkan intuisi menurut Kant adalah kesadaran akan suatu otoritas yang secara mutlak mengikat manusia pada kewajibannya sedangkan Allah adalah instansi moral yang memberikan kepada manusia kemutlakan perintah kewajiban suara hatinya. Menurut Carl Jung (1916), intuisi adalah

‘irrational function’ banyak dipengaruhi oleh sensasi daripada ‘rational function’ dari pikiran dan perasaan.

Sesungguhnya telah ada pada umat-umat sebelummu muhaddatsun, dan kalau ada pada umatku seorang darinya, maka Umar bin Al Khattab adalah orangnya. Ibnu Wahb berkata: makna muhaddatsun adalah mulhamun (orang yang mendapatkan ilham). [HR.Muslim]. Dalam riwayat Tirmidzi dari Ibnu Uyainah, mengatakan: yang dimaksud dengan al muhaddats adalah al mufahhamun (orang-orang yang diberi kepahaman). [Fathul Bari, 7/50].

Jenis-jenis Intuisi Menurut Efraim Fischbein

Jenis Intuisi Pengertian

Intuisi primer Intuisi yang terbentuk berdasarkan pengalaman sehari-hari individu dalam situasi normal tanpa menjalani proses instruksional yang sistematik

Intuisi sekunder Intuisi yang terbentuk melalui proses pembelajaran di sekolah

Makna Fitrah (Asal)

(3)

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasululloh Saw. Pernah bersabda “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah (keimanan terhadap tauhid [tidak mempersekutukan Allah] ) tetapi orang tuanya lah menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kaumelihatnya buntung? “Kemudian Abu Hurairah membacakan ayat – ayat suci ini : ( Tetaplah atas ) fitrah manusia menurut fitrah itu. Hukum – hukum ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tetapi sebagian manusia tidak mengetahui.” (H.R. Bukhori dan Muslim).

Adapun jenis-jenis fitrah menurut Muhlisin (2008) adalah : a. Fitrah beragama

b. Fitrah berakal budi

c. Fitrah kebersihan dan kesucian d. Fitrah berakhlak

e. Fitrah kebenaran f. Fitrah kemerdekaan

Fitrah tersebut merupakan kunci kemenangan seorang muslim dalam menghadapi hidup di dunia untuk tujuan akhirat. Kondisi demikian pula diperkuat oleh ayat suci Al Quran dalam surat (Ali Imran: 190-191).

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Ali Imran: 190-191).

Kekuatan argumen berdasarkan teologi terletak pada pembuktian yang sifatnya intuitif namun otentik, seperti yang dijelaskan dalam ayat Al Quran berikut ini :

Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS Al-Ankabut: 20).

Argumen teologi yang muncul selanjutnya adalah apakah Tuhan juga merancang kejahatan di muka bumi (Huda, 2011). Kemudian Islam menjawab dengan surat didalam Al Quran dan Hadist yang berbunyi :

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS Al An’am, 112).

(4)

shirat dan penyeru di atasnya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajak ke Daar Al Salam dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki. Pintu-pintu yang ada di samping shirath adalah hududullah (larangan-larangan) Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak ada seorangpun yang jatuh kepada larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga membuka tirai. Dan penyeru yang ada di atasnya adalah peringatan Rabbnya Azza wa Jalla. [HR Ahmad, Tirmidzi dan Hakim, ia berkata shahih ‘ala syarti Muslim; Imam Al Albani dalam kitab As Sunnah; Ibnu Abi Ashim hal.14-15].

Etika Prinsip Immanuel Kant

Immanuel Kant lahir di Konisberg Prusia Timur tanggal 22 April 1724. Dia adalah seorang pemerhati pemahaman agama dengan filsafat. Pada pola aktifitasnya, secara umum filsafat dimulai dengan rasa ragu sehingga terus mencari demi pemuasan diri sedangkan agama berangkat dari rasa yakin maka timbul asumsi bahwa metode filsafat akan menjadi kontra produktif bagi agama dan penganutnya (Huda, 2011). Pandangan dan prinsipnya tentang etika berkutat pada masalah pencerahan dimana prinsip ini merupakan periode pemikiran Eropa yang dicirikan oleh penekanan terhadap pengalaman dan rasio daripada agama dan otoritas dan pencerahan yang dimaksudkan Immanuel Kant adalah orang keluar dari keadaan akil baligh atau terlahir kembali seperti orang yang sedang berulang tahun (Hariyanto, 2015). Prinsip etika yang dianut Kant pada dasarnya adalah sama dengan Fitrah didalam islam. Dimana seorang manusia yang beretika adalah sama dengan manusia yang terlahir kembali atau suci.

Etika adalah ilmu tentang hidup yang baik yang merupakan kebahagiaan sekaligus sebagai aktifitas jiwa (Russel, 2002). Etika juga berarti penilaian predikat perbuatan seseorang sesuai dengan kaidah dan ukurannya (Muchsin, 2002 dalam Nurfadilah, 2016). Ajaran etika Kant memfokuskan pada kewajiban menolong orang tanpa ada tujuan tertentu, dan tidak ada konsep bahwa manusia menjadi sarana bagi kepentingan orang lain (Hariyanto, 2015).

Adapun jenis-jenis etika menurut beberapa peneliti dapat disimpulkan dalam tabel dibawah ini (Ibrahim, 2008) :

(5)

13 Kompetensi

14 Legalitas

15 Mengutamakan keselamatan manusia

Kant sangat populer dalam mengkritisi konsep-konsep yang berkenaan dengan etika sehingga dia diangkat menjadi Guru Besar Logika dan Metafisika dan menerbitkan karya yang sangat luar biasa mahsyur yakni Critique of Pure Reason. Namun selain itu ada pula beberapa karya Kant yang penting yaitu diantaranya Prolegomena Toany Future Metaphysics 1783 (Pengantar Metafisika Masa Depan), Pendasaran Metafisika Kesusilaan 1785, Kritik Atas Akal Budi Praktis 1788, Kritik Atas Daya Pertimbangan 1790, Pembahasan Mengenai Teologi Tuhan 1790, Agama didalam Batas Budi Melulu 1793, Menuju Perdamaian Abadi 1795, Metafisika Kesusilaan 1797 dan Sudut Pandang Pragmatis 1797. Kant memandang bahwa etika dan moral memiliki tempat yang tinggi.

Kant mengajarkan kewajiban untuk melakukan kebaikan tanpa ada suatu tujuan tertentu dan tidak menggunakan orang lain untuk sarana kepentingan pribadi (Hariyanto, 2015). Dalam lingkup etika, Kant menganut aliran deontologi yaitu aliran filsafat yang menilai setiap perbuatan orang dan memandang bahwa kewajiban moral dapat diketahui dengan intuitif dengan tidak memperhatikan konsep yang baik dan dengan paham ini Kant memandang bahwa perbuatan moral itu dapat diketahui dengan kata hati (Sumarna, 2013).

Kant menyatakan filsafatnya adalah kritisisme karena menggabungkan dua paham yang berseberangan yaitu rasionalisme yang teoritis sesuai rasio dan empirisme Inggris yang berdasarkan pengalaman dan keduanya bila digabungkan akan menghasilkan kesempurnaan (Mahendra, )

Adapun landasan dan kekuatan etika prinsip Kant adalah :

 Kritik atas rasio murni/akal murni

Kritik yang disampaikan Kant adalah hubungan antara zaman pencerahan dengan rasio kemurnian seorang manusia. Kant dianggap mampu mendamaikan rasionalisme dan empirisme dimana peran rasionalisme yang menekankan ide bawaan dari alam metafisika diperlukan namun empirisme yang menekankan pengalaman indrawi juga penting (Nurfadila, 2016). Pada masa itu, peluang otoritas gereja menjadi lebih sempit karena seiiring dengan berkembangnya gerakan dan ilmu pengetahuan. Pada masa tersebut pula muncul pemikiran-pemikiran rasional yang murni yang bersifat subjektif ketika kondisi oleh subjek dianggap baik hanya bagi kehendaknya sendiri dan objektif yakni baik untuk kehendak setiap makhluk yang rasional karena akal dalam konteks berfungsi sebagai verifikator (Hariyanto, 2015).

 Kritik Atas Pertimbangan

(6)

 Kritik Atas Etika

Tindakan manusia dibawah ketrtarikan moral mutlak dan dapat dituntut pertanggungjawaban oleh orang lain ( )

Kant juga menyimpulkan bahwa sains dan agama tidak boleh diukur dengan filsafat, sains harus diukur dengan sains dan agama harus diukur dengan agama namun sepanjang ukuran kebenaran sains dan agama diserahkan kepada filsafat maka sepanjang itu pula ukurannya nisbi (Sumarna, 2013). Kant mencari jalan yang bisa menjawab bagaimana eksistensi Tuhan yang ternyata tidak bisa dibuktikan secara teoritis dan hal itu dapat dijawab dalam uraian berikut :

 Argumen berdasarkan kemutlakan tuntutan moral

Keberlakuan kewajiban itu tergantung pada perasaan senang-tidak senang, untung-rugi, dan diterima atau ditolak ( )

 Argumen berdasarkan tujuan moralitas

Keberlakuan hukum moral yang mutlak melakukan kewajiban dan menaati kewajiban

Kant pula memahami kebahagiaan dalam dua arti yaitu (1) Arti empiris dan intramundan (duniawi) dan (2) Dimensi Intramundan dan dimensi internasionalitas transenden yakni kebahagiaan manusia sesudah hidup duniawinya usai (Tjahjadi, 2009).

Akhlak Prinsip Ibn Miskawaih dan Al Ghazali

Abu Ali Al Khazain dikenal dengan nama Ibn Miskawaih adalah seorang ilmuwan yang bermazhab syiah dan sangat aktif menulis filsafat etika dan akhlak

Akhlak berarti keadaan jiwa yang mengajak atau mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya dengan kata lain keadaan jiwa yang mengajak atau mendorong timbulnya perbuatan secara spontan (Maskwaih, ). Karya-karyanya yang menjadi rujukan pengetahuan antara lain Tajarib Al Umam 369 H (Pengalaman bangsa-bangsa), Taharat Al A’raq (Purity of desposition), Tahdhib Al Akhlaq (Cultivation of morals) (Wikipedia).

Ibnu Maskawaih mencoba memadukan berbagai pemikiran filsuf sebelumnya yang kemudian menyimpulkannya kedalam pemikiran sebagai berikut:

 Metafisika  Kenabian

 Jiwa

(7)

Daftar Pustaka

Jati, Wasisto Raharjo (2014). Tinjauan Perspektif Intelegensia Muslim Terhadap Genealogi Kelas Menengah Muslim di Indonesia. Pusat Penelitian Politik LIPI Jakarta, Indonesia.

Hariyanto, Ishak (2015). Filsafat Etika Immanuel Kant Dalam Konteks Negara Demokrasi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Vol 7 No 1.

Nurfadilah, E. (2016). Immanuel Kant dan Pokok Pemikrannya. Tugas Akhir UIN Sunan Ampel Surabaya.

Huda, Samsul (2011). Diskursus Tuhan dalam Pemikiran Etika Immanuel Kant: Memaknai Agama dalam Kehidupan Manusia. Media Akademika, Vol. 26, No.1.

Mahendra, Tri et. al., ( ). Kritisisme Immanuel Kant.

Ibrahim, Slamet (2008). Filsafat Ilmu Pengetahuan. DEA. Sekolah Farmasi ITB.

Basri, Mu’inudinillah Mohd. (2008). Indahnya tawakkal : Sebuah Tuntunan Holistik Untuk Meluruskan Pemaknaan Tawakkal. Indiva Media Kreasi.

Referensi

Dokumen terkait

Kidua, p"run g.rri P-{r sebagai motivator dalam membentuk akhlak mulia siswa ol snaaN i sutojayan Blitar diwujudkan dengan tindakan guru pAI mendorong

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Keterampilan Bermain Futsal Pada Siswa Kelas 7 SMPN 1 Lembang.. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh

Dalam tulisan yang berbeda Din Syamsudin juga mengatakan bahwa Masyarakat madani secara umum bisa diartikan sebagai suatu masyarakat atau institusi sosial yang memiliki

Daftar elemen pengungkapan sukarela diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Asih (2010). Dalam penelitian ini, voluntary disclosure dinyatakan dengan variabel

Perusahaan asuransi boleh saja memperlakukan seolah - olah hanya sebuah produk baru yaitu produk syariah, namun segala hal yang berhubugan baik dari aspek spesifikasi

Distribusi jawaban responden sebagaimana pada Tabel menunjukkan bahwa dari 90 responden yang dimintai pendapat mereka tentang tingkat keberhasilan pembangunan

Kaitan antara terjadinya dermatitis dengan intensitas mandi terjadi akibat dari kondisi kebiasaan mandi yang tidak baik dan benar meliputi mandi kurang dari 2 kali

Program Kuadrat dapat digunakan untuk meminimalkan risiko suatu saham yang diinvestasikan pada pasar modal dengan kendala jumlah dana yang diinvestasikan dengan acuan nilai