• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PELAKU PELAKU DOSA BESAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PELAKU PELAKU DOSA BESAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PELAKU PELAKU DOSA BESAR

Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu Nur Hamid, S.Ag, M.Hum.

Disusun oleh:

1. Umma Nurul Hasanah (133221333) 2. Zum’arini Juni S (133221334) 3. Elma Pungky A (133221335)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah dan nikmat-Nya sehingga makalah tentang “Pelaku Pelaku Dosa Besar” terselesaikan tepat waktu sesuai dengan yang diharapkan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam, dengan tujuan agar mahasiswa dan mahasiswi memahami dan mengetahui materi dari makalah tersebut.

Kami ucapakan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kalam yang senantiasa membimbing kami dalam penyusunanan makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan segenap rasa terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada kami.

Tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bisa menjadi bahan bacaan dan menjadi referensi dalam pembelajaran Ilmu Kalam di dalam kelas.

Surakarta, 14 Desember 2014

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada zaman Rasulullah SAW bahkan sampaii pada zaman sekarang ini, setiap orang memiliki berbagai macam aliran aliran yang diantaranya adalah aliran Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy-Ariyah, Maturidiyah, dan Syiah Zaidiyah. Keenam aliran tersebut mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai hukuman dan balasan bagi para pelaku dosa besar, dan meningkatkannya menurut jenis dosa yang dikerjakan atau dilakukan oleh umat manusia didunia.

Disini, penulis mencoba untuk mengemukakan pendapat-pendapat dari keenam aliran tersebut mengenai pelaku dosa besar apa dan bagaimana cara menurut mereka, Allah SWT menghukum dan membalas perbuatan mereka menurut tingkat besarnya dosa yang mereka lakukan.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Khawarij ? 2. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Murji’ah ? 3. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Mu’tazilah ? 4. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Asy-Ariyah ? 5. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Maturidiyah ? 6. Bagaimana para pelaku dosa besar menurut aliran Syiah Zaidiyah ?

C. Tujuan

1. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Khawarij. 2. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Murji’ah. 3. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Mu’tazilah. 4. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Asy-Ariyah. 5. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Maturidiyah. 6. Mengetahui seperti apa pelaku dosa besar menurut aliran Syiah Zaidiyah.

BAB II

PEMBAHASAN

(4)

Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak ekstrimitas dalam memutuskan persoalan-persoalan kalam. Hal ini disamping didukung oleh watak kerasnya akibat kondisi geografis gurun pasir, juga dibangun atas dasar pemahaman tekstual atas nas-nas Al-Qur’an dan Hadis. Tak heran kalau aliran ini memiliki pandangan ekstrim pula tentang status pelaku dosa besar. Mereka memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim, yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa Asy’ari adalah kafir, berdasarkan firman Allah pada surat Al-Maidah ayat 44.





Artinya :

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.1

Khawarij memiliki berbagai macam sub-sekte yaitu 1. Al-muhakkimah

Golongan ini adalah golongan asli pengikut-pengikut asli yang memisahkan diri dan yang menganggap bahwa semua orang yang menyetujui arbitrase bersalah dan menjadi kafir. Orang yang melakukan hal yang keji seperti membunuh, memperkosa dsb, menurut faham mereka orang yang melakukan itu dianggap keluar dari Islam dan menjadi kafir.

2. Al-azaqirah

Sub-sekte tentang pelaku dosa golongan ini menggunakan istilah yang lebih mengerikan dari pada kafir yaitu polytheist atau musyrik. Dan di dalam Islam syirik atau polytheist merupakan dosa yang terbesar, lebih dari kufr. Mereka memandang kafir,tidak saja kepada orang-orang yang telah melakukan perbuatan hina, seperti membunuh, berzina, dan sebagainya, tetapi juga terhadap semua orang Islam yang tak sepaham dengan mereka. Bahkan, orang Islam yang sepaham dengan mereka, tetapi tidak mau berhijrah ke dalam lingkungan mereka juga dianggap kafir, bahkan musyrik. Dengan kata lain, orang Azaqirah sendiri yang tinggal di luar lingkungan mereka dan tidak mau pindah ke daerah kekuasaan mereka, dipandang musyrik.

3. Al-Najdat

Mereka menganggap musyrik kepada siapapun yang secara berkesinambungan mengerjakan dosa kecil. Akan halnya dengan dosa besar, bila tidak dilakukan

(5)

secara kontinu, pelakunya tidak dipandang musyrik, tetapi hanya kafir. Namun, jika dilaksanakan terus, ia menjadi musyrik.

4. Al-Sufriah

Subsekte Al-Sufriah membagi dosa besar dalam dua bagian, yaitu dosa yang ada sanksinya di dunia, seperti membunuh dan berzina, dan dosa yang tidak ada sanksinya di dunia, seperti meninggalkan shalat dan puasa. Orang yang berbuat dosa kategori pertama tidak dipandang kafir, sedangkan orang yang melaksanakan dosa kategori kedua dipandang kafir.2

B. ALIRAN MURJI’AH

Pandangan aliran Murji’ah tentang status pelaku dosa besar dapat ditelusuri dari defimisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Tiap-tiap sekte murji’ah berbeda pendapat dalam merumuskan definisi iman itu sehingga pandangan tiap-tiap subsekte tentang status pelaku dosa besar pun berbeda-beda pula.

Secara sub-sekte khawarij di bagi menjadi dua yakni,ekstrim dan moderat. Menurut Harun Nasutin sub-sekte Murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak pada kalbu. Adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya merupakan refleksi dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan yang menyimpang dari kaidah agama tidak berati merusak keimanannya,bahkan keimanannya masih sempurna di mata Tuhan.

Di antara kalangan Murji’ah yang berpendapat serupa di atas adalah subsekte Al-Jamiyah, As-Sahiliyah, dan Al-Yunisiah. Mereka berpandangan bahwa iman adalah tasdiq secara kalbu saja atau dengan kata lain, ma’rifah (mengetahui) Allah dengan kalbu; bukan secara demonstrative, baik dalam ucapan maupun tindakan. Oleh karena itu, jika seseorang telah beriman dalam hatinya, ia dipandang tetap sebagai seorang mukmin sekalipun menampakkan tingkah laku seperti Yahudi atau Nasrani. Menurut, Iqrar dan amal bukanlah bagian dari iman. Kredo kelompok Murji’ah ekstrim yang terkenal adalah perbuatan maksiat tidak dapat menggugurkan keimanan sebagaimana ketaatan tidak dapat membawa kekufuran. Dapat disimpulkan bahwa Murji’ah ekstrim memandang pelaku dosa besar tidak akan disiksa di neraka.

Sedangkan Murji’ah moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal di dalamnya, bergantung pada ukuran dosa yang dilakukannya. Masih terbuka kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga ia bebas dari siksaan

(6)

neraka. Di antara subsekte Murji’ah yang masuk dalam kategori ini adalah Abu Hanifah dan pengikutnya. Pertimbangannya, pendapat Abu Hanifah tentang pelaku dosa besar dan konsep iman tidak jauh beda dengan kelompok Murji’ah moderat lainnya. Ia berpendapat bahwa pelaku dosa besar masih tetap mukmin, tetapi dosa yang diperbuatnya bukan berarti tidak berimplikasi. Seandainya masuk neraka, karena Allah menghendakinya, ia tak akan kekal di dalamnya.3

C. ALIRAN MU’TAZILAH

Kemunculan aliran Mu’tazilah dalam pemikiran teologi Islam diawali oleh masalah yang hampir sama dengan kedua aliran yang telah dijelaskan diatas, yaitu mengenai status pelaku dosa besar apakah masih beriman atau menjadi orang kafir. Perbedaannya, bila Khawarij mengkafirkan pelaku dosa besar dan Murji’ah memelihara keimanan pelaku dosa besar, Mu’tazilah tidak menentukan status dan predikat yang pasti bagi pelaku dosa besar, apakah ia tetap mukmin atau kafir, kecuali dengan sebutan yang sangat terkenal, yaitu al-manzilah bain al-manzilatain. Setiap pelaku dosa besar menurut Mu’tazilah, berada diposisi tengah diantara posisi mukmin dan kafir. Jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat bertaubat, ia akan dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Walaupun demikian, siksaan yang diterimanya lebih ringan daripada siksaan orang kafir. Dalam perkembangannya, ada beberapa tokoh Mu’tazilah, seperti Wasil bin Atha dan Amr bin Ubaid memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan mukmin atau kafir.

Mengenai perbuatan apa saja yang dikategorikan sebagai dosa besar, aliran Mu’tazilah merumuskan secara lebih konseptual ketimbang aliran Khawarij. Yang dimaksud dosa besar menurut padangan Mu’tazilah adalah segala perbuatan yang ancamannya disebutkan secara tegas dalam nas, sedangkan dosa kecil adalah sebaliknya, yaitu segala ketidakpatuhan yang ancamannya tidak tegas dalam nas. Tampaknya Mu’tazilah menjadikan ancaman sebagai kriteria dasar bagi dosa besar maupun kecil.

D. ALIRAN ASY’ARIYAH

Terhadap pelaku dosa besar, agaknya Al-Asy’ari, sebagai wakil Ahl As-Sunnah, tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (Ahla-Qiblah)walaupun melakukan dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap sebagai prang yang beriman dengan keimanan yang mereka

(7)

miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi, jika dosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini diperbolehkan (halal) dan tidak meyakini kebenarannya, ia dipandang telahh kafir.

Adapun balasan di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar apabila ia meninggal dan tidak sempat bertaobat, maka menurut Al-Asy’ari, hal itu bergantung pada kebijakan Tuhan Yang Maha Berkehendak Mutlak. Tuhan dapat saja mengampuni dosanya atau pelaku dosa besar itu mendapat syafaat Nabi SAW, sehingga terbebas dari siksaan neraka atau kebalikannya, yaitu Tuhan memberinya siksaan neraka sesuai dengan ukuran dosa yang dilakukannya. Meskipun begitu, ia tidak akan kekal di neraka seperti orang –orang kafir lainnya. Setelah penyiksaan terhadap dirinya selesai, ia akan dimasukkann kedalam surga. Dari paparan singkat ini jelaslah bahwa Asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan Murji’ah, khususnya dalam pernyataan yang tidak mengafirkan para pelaku dosa besar.4

E. ALIRAN MATURIDIYAH

Aliran Maturidiyah, baik Samarkand maupun Bukhara, sepakat menyatalan bahwa pelaku dosa besar masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. Adapun balasan yang diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia. Jika ia meninggalkan tanpa taubat terlebih dahulu, keputusannya diserahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Jika menghendaki pelaku dosa besar itu diampuni, Ia akan memasukkannya ke neraka, tetapi tidak kekal didalamnya.

Berkaitan dengan persoalan ini, Al-Maturidi sendiri sebagi peletak dasar aliran kalam Al-Maturidiyah, berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertaubat. Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah balasan bagi orang yang berbuat dosa syirik. Karena itu, perbuatan dosa besar (selain syirik) tidaklah menjadikan seseorang kafir atau murtad. Menurut Al-Maturidi, iman itu cukup dengan tashdiq dan iqrar, sedangkan amal adalah penyempurnaan iman. Oleh karena itu, amal tidak akan menambah atau mengurangi esensi iman, kecuali hanya menambah atau mengurangi sifatnya saja.5

(8)

F. ALIRAN SYI’AH ZAIDIYAH

Pengamat Syi’ah Zaidiyah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal di dalam neraka, jika dia belum tobat dengan tobat sesungguhnya. Dalam hal ini, Syi’ah Zaidiyah memang dekat dengan Mu’tazilah. Ini bukan sesuatu yang aneh mengingat Wasil bin Atha, salah seorang pemimpin Mu’tazilah, mempunya hubungan dengan Zaid. Moojan Momen bahkan mengatakan bahwa Zaid pernah belajar kepada Wasil bin Atha.

G. ANALISIS

Aliran yang berpandangan bahwa pelaku dosa besar masih tetap mukmin, menjelaskan bahwa andaikata dimasukkan ke dalam neraka, ia tak akan kekal di dalamnya. Sebaliknya aliran yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar bukan lagi mukmin berpendapat bahwa di akhirat ia akan dimasukkan ke neraka dan kekal di dalamnya. Mengenai hal ini, kita melihat bahwa Khawarij dan Mu’tazilah berada di barisan yang sama. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang tegas di antara keduanya. Khawarij memandang status pelaku dosa besar sebagai kafir, bahkan musyrik. Oleh karena itu, ia mendapatkan siksaan serupa dengan yang diperoleh orang-orang kafir. Sementara itu, Mu’tazilah memandang status pelaku dosa besar sebagai fasik, yaitu suatu posisi netral di antara dua kutub; mukmin dan kafir. Oleh sebab itu, balasan yang diperolehnya kelak di akhirat tidak sama dengan orang mukmin dan juga tidak serupa dengan orang kafir. Pelaku dosa besar akan disiksa selama-lamanya di neraka paling atas dengan siksaan yang lebih ringan ketimbang yang diterima oleh orang kafir.6

(9)

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari berbagai aliran dari makalah diatas kami dapat mengambil kesimpulan bahwa setiap dosa yang dikerjakan atau dilakukan oleh manusia memiliki pertanggungjawaban yang berbeda pula, dan mana yang akan berada kekal didalam neraka dan mana yang masuk surga setelah kehidupan mereka berakhir.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, sumber informasi tentang hadis-hadis dosa bagi penghafal alQur’an yang lupa, hampir semua anggota HTQ yang aktif maupun tidak aktif memperoleh informasi dari ustadz/ah

Al- Farabi mengatakan bahwa perbedaan kedua ilmu tersebut ialah ilmu kalam (teologi Islam) menguatkan aqidah dan syari'ah yang dijelaskan oleh pembuat agama (Tuhan dan

Di antara aliran-aliran tersebut ialah pertama; tasawuf, khususnya tasawuf Al-Ghazali dan tasawuf Al-Hallaj, kedua; peripatetisme, khususnya pemikiran ibn Sina,