• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Eri Susanti (1)

N/A
N/A
Achmad Zaeni Anwar

Academic year: 2023

Membagikan "3. Eri Susanti (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

23

ERI SUSANTI

Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Ushuluddin adab dan dakwah (FUAD)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak

Email: erisusanti0892@gmail.com

Abstrak

Setiap ilmu memiliki aliran di dalamnya termasuk ilmu kalam. Aliran-aliran ilmu kalam cukup banyak dan menarik untuk dibahas. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan tentang aliran-aliran yang ada di dalam ilmu kalam. Masalahnya ada banyak aliran yang terdapat di dalam ilmu kalam. Apa sajakah perbedaan yang terdapat di dalam ilmu kalam?.

Melalui artikel ini penulis akan menjelaskan tentang beberapa aliran yang ada di dalam ilmu kalam. Metode yang digunakan adalah metode penelusuran kepustakaan. Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan penulis dapat menyimpulkan tentang perbedaan aliran yang ada di dalam ilmu kalam.

Kata Kunci: Aliran, Ilmu, Kalam

PENDAHULUAN

Mempelajari mata kuliah ilmu kalam merupakan salah satu dari tiga komponen utama rukun iman. Ketiga komponen itu yaitu, nuthqun bi al-lisani (mengucapkan dengan lisan), „amalun bi al-arkani (melaksanakan sesuai dengan rukun-rukun), dan tashiqun bi al-qalbi (membenarkan dengan hati).1

Ilmu kalam adalah ilmu yang tergolong eksklisif di kalangan umat Islam, itupun hanya terbatas pada perguruang tinggi keagamaan Islam (PTKI) saja, yang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa. Tidak banyak orang yang tau mengenai seluk beluk ilmu yang langka ini. Kebanyakan para intelektual Muslim, lebih memilih filsafat sebagai pembentuk pola pikir, yang dijadikan sebagai dasar

1 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 5.

(2)

24

sebagai penentuan segala sesuatu dalam bidang keilmuan. Padahal dalam Islam, kerangka berfikir yang mirip, bahkan lebih kokoh sandarannya, telah tercipta jauh sebelum keilmuan lain dalam Islam itu terbentuk, yaitu ilmu kalam.2

Mengkaji aliran-aliran ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami kerangka berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Pada dasarnya, potensi yang dimiliki setiap manusia, baik berupa potensi biologis maupun potensi psikologis secara natural adalah sangat distingtif. Oleh sebab itu, perbedaan kesimpulan antara satu pemikiran dan pemikiran lainnya dalam mengkaji suatu objek tertentu merupakan suatu hal yang bersifat natural pula.3

Aliran kalam lebih merupakan bentuk segregasi komitas dalam tubuh umat Islam yang terbentuk karena adanya perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan teologi Islam. Perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan teologi Islam.

Perbedaan ini juga terjadi dalam satu komunitas yang mengklaim menganut aliran kalam tertentu. Fenomena inilah yang lazim terjadi dalam tradisi pemikiran kalam, hingga setiap aliran kalam masih memiliki golongan-golongan yang berbeda satu sama lain. Hal itu disebabkan oleh adanya kecenderungan berpandangan ekstrem pada satu sisi dan ada juga yang moderat dalam satu aliran pemikiran kalam yang sama.4

Dalam artikel ini, penulis akan menjelaskan tentang aliran-aliran yang terdapat di dalam ilmu kalam beserta tokoh dan doktrin-doktrinnya. Cukup banyak memang aliran-aliran yang ada di dalam pembahasan ilmu kalam.

2 Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017), hlm. 1

3 Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm.

31.

4 Faizal Amin, Ilmu Kalam: Sejarah Pemikiran Islam dan Aktualisasinya, (Pontianak:

STAIN Pontianak Pres, 2012), hlm. 20.

(3)

25 PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu Kalam

Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam merupakan suatu cabang ilmu yang merupakan bagian dari displin ilmu-ilmu berlatar Islam sebelum terlampau jauh membicarakan tentang ilmu ini.

Kata Ilmu merupakan kata yang salah satu nama-Nya. Al-Ilmu juga berarti maha mengetahui. Kata ilmu berakar dari 3 huruf. Sedangkan kata kalam merupakan kata yang penuh makna. Kalam berarti pengucapan atau ucapan. 5

Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajran- ajaran dasar itu menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Quran, serta orang yang percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan mukmin, serta orang yang tidak percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka, dll.6

2. Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam a. Aliran Khawarij

Khawarij adalah suatu nama yang mungkin diberikan oleh kalangan lapangan di sana karena tidak mau menerima arbitrase dalam pertempuran siffin yang terjadi wantara Ali dan Mu‟awiyah dalam upaya penyelesaian persengketaan antara keduanya tentang masalah khalifah.

Khawarij berasal dari kata kharaja, artinya ialah keluar, dan yang dimaksudkan disini ialah mereka yang keluar dari barisan Ali sebagai diterimanya arbitse oleh Ali. Tetapi sebagaian orang berpendapat bahwa nama itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka

5 Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017), hlm. 8

6 Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 3

(4)

26

dengan maksud berjihad di jalan Allah. Hal ini di dasarkan pada QS An-Nisa:

100. Berdasarkan ayat tersebut, maka kaum khawarij memandang kaum khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah atau kampung halamannya untuk berjihad. 7

Bila di masa Rasulullah kafir hanya untuk mereka yang tidak memeluk Islam tapi kaum Khawarij memperluas pengertiannya dengan memasukkan orang-orang yang telah masuk Islam. Yakni orang Islam yang bila ia menghukum, maka yang digunakan bukanlah hukum Allah.8

Ajaran Khawarij bermula dari masalah pandangan mereka tentang kufur.

Kufur (orang-orang kafir), berarti tidak percaya. Lawannya adalah iman (orang yang dikatakan mukmin) berarti percaya. Di masa Rasulullah kedua kata itu termanifestasi secara tajam sekali, yakni orang yang telah percaya kepada Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah tersebut. Dengan kata lain, mukmin adalah orang yang telah memeluk agama Islam sedangkan kafir adalah orang yang belum memeluk agama Islam.

Bila pada masa Rasulullah term kafir hanya dipakai untuk mereka yang belum memeluk Islam, kaum Khawarij memperluas makna kafir dengan memasukkan orang yang telah beragama Islam ke dalamnya. Yakni orang Islam yang bila ia menghukum, maka yang digunakannya bukanlah hukum Allah.

Secara umum, konsep mereka tentang iman bukan pembenaran dalam hati semata-mata. Pembenaran hati (al-tasdiq bi al-qabl) menurut mereka, mestilah disempurnakan dengan menjalankan perintah agama. Seseorang yang telah memercayai bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu utusan

7 Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 33

8 Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.44

(5)

27

Allah, tapi ia tidak melakukan kewajiban agama, berarti imannya tidak benar, maka ia akan menjadi kafir.9

Pengikut Khawarij terdiri dari suku Arab Badui yang masih sederhana cara berpikirnya. Jadi sikap keagamaan mereka sangat ekstrem dan sulit menerima perbedaan pendapat. Mereka menganggap orang yang berada di luar kelompoknya adalah kafir dan halal dibunuh. Sikap picik dan ekstrem ini pula yang membuat mereka terpecah menjadi beberapa sekte.

Berbeda dengan kelompok Sunni dan Syi‟ah, mereka tidak mengakui hak- hak istimewa orang atau kelompok tertentu untuk menduduki jabatan khalifah.

Khawarij tidak memandang kepala negara sebagai orang yang sempurna. Ia adalah manusia biasa juga yang tidak luput dari kesalahan dan dosa.

Karenanya, mereka menggunakan mekanisme syura untuk mengontrol pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Kalau ternyata kepala negara menyimpang dari semestinya, dia dapat diberhentikan atau dibunuh.10

Tokoh-tokoh Dalam Aliran Khawarij: Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, dan 'Abdullah bin Basyir.

Doktrin-Doktrin Khawarij

 Khalifah harus dipilih bebas seluruh umat Islam

 Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab

 Dapat dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Ia dijatuhkan bahkan dibunuh apabila melakukan kedzaliman.

9 M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 46-47

10 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 140

(6)

28

 Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh Ustman dianggap menyeleweng. Dan khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia dianggap menyeleweng.

 Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy‟ari juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.

 Pasukan perang jamal yang melawan Ali kafir.

 Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh dan seseorang muslim dianggap kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lainnya yang telah dianggap kafir.

 Setiap Muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.

 Seseorang harus menghindar dari pemimpin yang menyeleweng.

 Orang yang baik harus masuk surge dan orang yang jahat masuk ke neraka.

 Qur‟an adalah makhluk

 Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan.11

b. Aliran Syiah

Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan, kelompok atau pengikut sahabat atau penolong. Pengertian itu kemudian bergeser mempunyai pengertian tertentu. Setiap kali orang menyebut syiah, maka asosiasi pikiran orang tertuju kepada syiah-ali, yaitu kelompok masyarakat yang amat memihak Ali dan dan memuliakannya beserta keturunannya.

Kelompok tersebut lambat laun membangun dirinya sebagai aliran dalam Islam. Adapun ahl al-bait adalah “family rumah nabi”. Menurut syiah yang dinamakan ahl bait itu adalah Fatimah, suaminya Ali, Hasan dan Husein anak

11 Muchotob Hamzah, Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyah, (Yogyakarta: LKiS, 2017), hlm. 10

(7)

29

kandungnya, menantu dan cucu-cucu Nabi, sedang isteri-isteri nabi tidak termasuk Ahl alBait.12

Asal-Usul Syiah dan Perkembangan Syiah

Sejak jaman Rasulullah serta khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab, belum pernah ditemukan adanya satu golongan politik atau golongan agama yang memiliki banyak pengikut, memiliki karakter dan identitas khusus dan memiliki target yang jelas. Golongan itu baru muncul pada masa Khalifah Utsman. Mereka adalah orang-orang yang setia pada Ali, yang menganggap bahwa kekhalifahan Ali berdasarkan Nash Al-quran dan wasiat dari Rasulullah SAW, baik yang disampaikan secara jelas maupun samar. Menurut mereka seharusnya tampuk kepemimpinan diduduki oleh Ali dan keturunannya, serta tidak boleh lepas darinya.

Para ulama masih berbeda pendapat mengenai asal-usul Syi‟ah dan perkembangannya. Menurut Prof. Walhus, akidah Syi‟ah banyak terpengaruh oleh ajaran Yahudi, bukan persia karena mengingat pendirinya adalah Abdullah bin Saba‟ yang berasal dari Yahudi. Sementara pendapat Prof. Dawzi cenderung pada pendapat yang menyatakan bahwa pendiri Islam adalah orang Persia, karena orang Arab bebas memeluk agama.

Menurut Prof. Ahmad Amin, Syiah sudah muncul sebelum orang-orang Persia masuk Islam, tetapi masih belum ekstrim seperti sekarang. Mereka hanya berpendapat bahwa Ali lebih utama dari sahabat lainnya. Kemudian pemahaman Syiah ini berkembang seiring perkembangan zaman dan adanya kasus pembunuhan-pembunuhan yang mengatas namakan Syiah.13

Tokoh-tokoh Aliran Syiah: Jalaludin Rakhmat, Haidar Bagir, Haddad Alwi, Nashr bin Muzahim, Ahmad bin Muhammad bin Isa Al-Asy‟ari.

12 Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm.52

13 Ahmad Nahraei Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi‟i, (Jakarta: Hikmah, 2008), hlm. 95

(8)

30 Doktrin-doktrin Syiah

 Kepala negara diangkat dengan persetujuan rakyat melalui lembaga ahl al-hall wa al-‘aqd.

 Kepala negara atau imam berkuasa seumur hidup, bahkan mereka meyakini kekuasaan imam mereka ketika ghaibdan baru pada akhir jaman kembali kepada mereka.

 Kepala negara (imam) sebagai pemegang kekuasaan agama dan politik berdasarkan petunjuk Allah dan wasiat Nabi.

 Kepala negara memegang otoritas sangat tinggi14

c. Aliran Jabbariyah

Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan mengharuskannya melaksanakan sesuatu atau secara harfiah dari lafadz al- jabr yang berarti paksaan. Kalau dikatakan Allah mempunyai sifat Al- jabbar (dalam bentuk mubalaghah), itu artinya Allah Maha Memaksa.

Selanjutnya kata jabara setelah ditarik menjadi jabariyah memiliki arti suatu aliran. Lebih lanjut Asy- Syahratsan menegaskan bahwa paham Al jabr berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah, Dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.15

Secara istilah, jabbariyah berarti menyandarkan perbuatan manusia kepada Allah SWT. Jabariyyah menurut mutakallimin adalah sebutan untuk mahzab al-kalam yang menafikkan perbuatan manusia secara hakiki dan menisbatkan kepada Allah SWT semata. 16

14 Nurcholish Madjij, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm 147

15 Asy-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal (Surabaya: Bina Ilmu, 2006), hlm. 71.

16 Muhammad Maghfur, Koreksi Atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, (Bangil: Al-Izzah, 2002), hlm.41.

(9)

31

Menurut Harun Nasution, jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qada dan Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan oleh manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendaknya, disini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan.

Ada yang mengistilahkan bahwa jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan tuhan sebagai dalangnya.17

Asal-usul Jabariyah

Aliran Jabbariyah ini sebenarnya sudah ada di kalangan bangsa Aeab sebelum Islam. Sejarah mencatat bahwa orang yang pertama kali menampilkan paham jabbariyah di kalangan umat Islam adalah Al-Ja‟d Ibn Dirham.18

Pandangan-pandangan Ja'ad bin Dirham ini kemudian disebar luaskan oleh pengikutnya, seperti Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran jahmiyyah dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekretaris Surai bin Al hariz dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan bani Umayyah.

Namun dalam perkembangannya paham Jabariyyah juga dikembangkan oleh tokoh lainnya diantaranya Al Husain bin Muhammad An-Najjar dan Ja‟ad bin Dirrar. Paham Jabariyah ini diduga telah ada sejak sebelum agama Islam datang kemasyarakat Arab. 19

17 Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI- Press, 1986), hlm.31

18 Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.65

19 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm.64

(10)

32

Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh Gurun Pasir Sahara telah memberi pengaruh besar dalam ke dalam cara hidup mereka. Dan dihadapkan alam yang begitu ganas, alam yang indah tetapi kejam, menyebabkan jiwa merasa dekat dengan Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan suasana alam yanga demikian menyebabkan mereka tidak punya daya dan kesanggupan apa-apa, melainkan semata-mata patuh, tunduk dan pasrah kepada kehendak Tuhan, dan dalam al-Qur'an sendiri banyak memuat ayat-ayat yang membawa kepada timbulnya paham Jabariyah. "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat" {QS Ash- Shaffat: 96} .Selain ayat-ayat Al Quran diatas, benih-benih paham al-jabar juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah: Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah takdir Tuhan, Nabi melarang mereka memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat tuhan mengenai takdir.

Adanya paham jabar telah mengemukakan ke permukaan pada masa bani umayyah yang tumbuh berkembang di Syria.

Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul dari pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri, ada sebuah pandangan mengatakan bahwa aliran jabar muncul karena adanya pengaruh dari pemikiran asing, yaitu pengaruh agama yahudi bermadzhab Qurra dan agama Kristen bermadzhab Yacobit.20

Tokoh-tokoh Aliran Jabbariyah: Al-Ja‟ad bin Dirham, Jahm bin Sofwan, Adh-Dhirar, Husain bin Muhammad al-Najjar.

Doktrin-doktrin jabbariyah

 Manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa

20 Sarkowi, Teologi Islam Klasik (Malang: Resist Literacy, 2010), hlm. 52-53.

(11)

33

 Kalam Tuhan adalah makhluk

 Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat

 Surga Neraka tidak kekal21

d. Aliran Qaddariyah

Qadariyah berasal dari kata “qodara” yang artinya memutuskan dan kemampuan dan memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu kalam. Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada Qadar atau pada Tuhan.

Adapun menurut pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini juga berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendak sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, qodariyyah merupakan nama suatu aliran yang memberikan suatu penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatannya. Harun Nasution menegaskan bahwa kaum qodariyyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qodrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, akan tetapi bukan berarti manusia terpaksa tunduk paada qodrat Tuhan. Kata qadar dipergunakan untuk menamakan orang yang mengakui qadar digunakan untuk kebaikan dan keburukan pada hakekatnya kepada Allah.22

21 Achmad Surya, Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah (Achmadsurya.id1945.com)

22 Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran.

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.

(12)

34 Asal Usul Aliran Qadariyah

Sekilas pemahaman Qadariyah ini sangat ideal dan sesuai dengan ajaran Islam. Di samping benar menurut logika, juga didasarkan pada ayat-ayat al- qur‟an dan hadis yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih dan menentukan perbuatannya sendiri. Akan tetapi jika kita mendalami ajaran Al-quran dan Hadis secara komprehensif serta memerhatikan realitas kehidupan sehari-hari, maka akan tampak jelas bahwa paham Qadariyah yang tidak mempercayai adanya takdir adalah mengandung berbagai kelemahan dan telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar.23

Tokoh-tokoh Aliran Qadariyah: Ma‟bad al-Jauhani dan Ghailan al-Dimasyqi.

Doktrin-doktrin Aliran Qadariyah

 Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan tindakannya sendiri

 Dalam memahami takdir aliran Qadariyah terlalu Liberal

 Aliran Qadariyah mengukur keadilan Allah dengan barometer keadilan manusia

 Paham ini tidak percaya jika ada takdir dari Allah.24

e. Aliran Mu’tazillah

Kata mu‟tazilah berasal dari kata I‟tazala dengan makna yang berarti menjauhkan atau memisahkan diri dari sesuatu. Kata ini kemudian menjadi nama sebuah aliran di dalam ilmu kalam yang para sarjana menyebutnya sebagai Mu‟tazillah berdasarkan peristiwa yang terjadi pada Washil ibn Atha (80 H/699 M- 131 H/748 M) dan Amr ibn Ubayd dengan al-Hasan al-Bashri.

Dalam majlis pengajian al-Hasan al-Bashri muncul pertanyaan tentang orang

23 Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari Dari Lahir Sampai Mati, (Jakarta: WahyuQolbu, 2016), hlm. 140

24 Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim…, hlm. 141

(13)

35

yang berdosa besar bukanlah mu‟min dan juga bukanlah orang kafir, tetapi berada diantara dua posisi yang istilahnya al Manzillah bayn al-manzilatayn.

Dalam uraian di atas bisa dipahami pemimpian tertua di aliran Mu‟tazillah adalah Washil ibn Atha. Ada kemungkinan washil ingin mengambil jalan tengah antara khawarij dan murjiah, melainkan berada di dua posisi. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa orang yang berdosa besar itu masih ada imannya tetapi tidak pula dapat dikatakan mu‟min karena ia telah berdosa besar. Orang yang serupa itu apabila meninggal dunia maka ia akan kekal di dalam neraka, hanya azabnya saja yang lebih ringan dibandingkan orang kafir. Itulah pemikiran Washil yang pertama sekali muncul.25

Asal-Usul Aliran Mu’tazillah

Pembina pertama aliran Mu‟tazilah ini adalah Wasil bin Ata‟.

Sebagaimana telah dikatakan oleh Al-Mas‟udi, Wasil bin Ata‟ adalah syaikh Al-Mu‟tazilah wa qadimuha, yaitu kepala Mu‟tazilah yang tertua. Ia dilahirkan di Madinah pada tahun 81 H dan meninggal di Basrah pada tahun 131 H. Di Madinah ia berguru pada Hasyim „Abd bin Muhammad bin Hanafiyah kemudian pindah ke Basrah dan belajar pada Hasan Al-Basri.

Kemunculan aliran Mu‟tazilah untuk pertama kalinya pada masa dinasti Umayyah berada diambang kehancuran, yakni dimasa pemerintahan „Abd Al- Malik bin Marwan dan Hisyam bin „Abd Al-Malik. Dan ketika Dinasti Umayyah jatuh ke tangan abbasiyah, golongan Mu‟tazillah mendapatkan tempat yang amat baik di dalam pemerintahan. Bahkan di masa peerintahan Al- Ma‟mun teologi Mu‟tazillah secara resmi dijadikan ideologi bangsa.26

25 Ibn Rusyd, 7 perdebatan utama dalam teologi islam (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 30

26 Tsuroya Kiswali, Al-Juwaini: Peletak dasar teologi rasional dalam islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 9

(14)

36

Tokoh-tokoh Aliran Mu‟tazillah: Wasil bin Ata‟, Abu Huzail al-allaf, An-Nazzam, dan Al-Jubba‟i.

Doktrin-doktrin Aliran Mu’tazillah

 Kekuasaan Kepala Negara tidak terbatas Waktunya

 Akal yang menetukan perlu tidaknya dibentu negara27

f. Aliran Asy’ariyyah

Asy‟ariyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah.28 Aliran Asy‟ariyyah adalah aliran teologi yang dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali ibn Islmail al- Asy‟ari. Ia dilahirkan di Bashrah, besar dan wafat di Baghdad (260-324 H). Ia berguru pada Abu Ali al-Jubbai, salah seorang tokoh Mu‟tazillah yang setia selama 40 tahun. Setelah itu ia keluar dari Mu‟tazillah dan menyusun teologi baru yang berbeda dengan Mu‟tazillah yang kemudian dikenal dengan sebutan Asy‟ariyyah, yakni aliran atau paham Asy‟ari. Kasus keluarnya Asy‟ari ini menurut suatu pendapat karena ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang berkata kepadaya, bahwa Mu‟tazillah itu salah dan yang benar adalah pendirian al-Hadis.29

Menurut aliran Asy‟ariyyah, Allah mempunyai beberapa sifat dan sifat- sifat itu bukan zat-Nya dan bukan pula selain zat-Nya, namun ada pada zat- Nya. Meskipun penjelasan Asy‟ariyyah itu mengandung kontradiksi, hanya dengan itulah aliran tersebut dapat melepaskan diri dari paham ta’addud al-

27 Nurcholis Madjid, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Kencana, 2014), hlm. 147-153

28 Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 24

29 Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 85

(15)

37

qudama (banyaknya yang kadim) setidak-tidaknya menurut pemikiran mereka.30

Asal Usul Aliran Asy’riyah

Asy‟ariyah dan maturidiyah muncul secara bersama yang dikenal dengan nama aliran Ahl al-Sunnah wal Jama‟ah yang secara populer disebut dengan Sunni. Pada waktu yang bersamaan Syi‟ah sebagai aliran memainkan peranannya dalam masyarakat Islam dengan pandangan-pandangan rasional dengan berpegang teguh pada ajaran Imamah yang sangat memuliakan Ahlu al- bait.31

Tidak dipungkiri bahwa sejak lama kaum muslimin di Indonesia menganut madzhab fiqih Syafi‟iyyah. Secara aqidah, banyak yang mengikuti paham Asy‟ariyah, secara tasawuf merujuk pada ajaran-ajaran shufi Imam Abu Hamid Al-Ghazali.32

Tokoh-tokoh Aliran Asy‟riyah: Al-Baqillani, Al-Juwaini dan Al- Ghazali.

Doktrin-doktrin Aliran Asy’riyah

 Tuhan dan Sifat-sifatnya

 Kebebasan dalam berkehendak

 Akal dan Wahyu dan Kriteria baik dan buruk33

30 A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta:

Erlangga, 2006), hlm. 91

31 M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 14

32 Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Di Nusantara, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), hlm. 80

33 Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)

(16)

38 g. Aliran Maturidiyyah

Nama Maturidiyyah diambil dari nama tokoh pertama yang tampil mengajukan pemikiran sendiri. Nama lengkapnya adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi. Beliau lahir di Samarkand pada pertengahan kedua abad kesembilan Masehi kedua abad ke-9 M dan meninggal tahun 944 M.

Aliran Maturidiyyah yang dikatakan tampil sebagai reaksi terhadap pemikiran-pemikiran mu‟tazzilah yang rasional itu, tidaklah seluruhnya sejalan dengan pemikiran yang yang diberikan oleh al-asy‟ari. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pemikiran teologi asy‟ari sangat banyak menggunakan makna teks nash agama (Quran dan Sunnah), maka Maturidiyyah dengan latar belakang mazhab Habafi yang dianutnya banyak menggunakan takwil.34

Asal Usul Aliran Maturidiyyah

Tokoh pertama dari aliran Maturidiyah adalah al-Maturidi sendiri.

Sebagai pemikir yang tampil dalam menghadapi pemikiran Muktazilah, al- maturidi banyak menyerang pemikiran mu‟tazillah. Namun karena ia memiliki latar belakang intelektual pandangan-pandangan rasional Abu Hanifahm dicelah-celah perbedaan itu terdapat pula kesamaan.

Murid terpenting dari Al-Maturidi adalah Abu al-Yusuf Muhammad al- Bazdawi. Ia dilahirkan pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 439 H.

Sebagai diketahui bahwa nenek Al-Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi.

Al-Bazwadi sendiri mengetahui ajaran-ajaran al-Maturidi dari orang tuanya.

Agaknya pewarisan paham yang sudah melalui tiga jenjang terhadap Al- Bazdawi sendiri tidak urung membuat berbagai perbedaan antara al-bazdawi dengan al-maturidi.

34 Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran: Dari Khawarij Ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99

(17)

39

Apalagi bila hal itu dikaitkan dengan kebebasan intelektual di kalangan ulama masa lampau. Inilah kemudian yang membuat terdapatnya dua cabang aliran dalam Maturidiyyah, yaitu cabang Samarkand dengan tokoh Maturidi sendiri dan cabang Bukhara dengan tokoh utama al-Bazdawi. 35

Doktrin-Doktrin Aliran Maturidiyah

 Orang Mukmin melakukan dosa besar tetap Mukmin

 Janji dan ancaman tuhan tidak boleh tidak mesti berlaku kelak

h. Aliran Murji’ah

Murjiah berasal dari bahasa Arab irja artinya penundaan atau penangguhan. Karena sekte yang berkembang pada masa awal islam yang dapat diistilahkan sebagai “orang-orang yang diam”. Mereka meyakini bahwa dosa besar merupakan imbangan atau pelanggaran terhadap keimanan dan bahwa hukuman atau dosa tidak berlaku selamanya. Oleh karena itu, ia menunda atau menahan pemutusan dan penghukuman pelaku dosa di dunia ini.

Hal ini mendorong mereka untuk tidak ikut campur masalah politik. Satu diantara doktrin mereka adalah shalat berjamaah dengan seorang imam yang diragukan keadilannya adalah sah. Doktrin ini diakui oleh kalangan islam sunni namun tidak untuk kalangan syiah.36

Asal Usul Aliran Murji’ah

Aliran Murjiah muncul sebagai reaksi dari aliran kharjiyyah yang memandang perbuatan dosa sebagai quasi absolut dan merupakan sifat penentu, murji‟ah lebih cenderung sebagai reaksi terhadap kharijiyyah daripada

35 Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99

36 Muhammad Arifin Ilham, ensiklopedia tasawuf imam al-ghazali (Jakarta: Hikmah, 2009), hlm. 320

(18)

40

daripada terhadap aliran mayoritas. Sangat kontras dengan aliran kharjiyyah yang mirip sekali dengan ajaran yang mirip sekali dengan ajaran St. John tentang “dosa yang dihukum mati”.37

Aliran Murji‟ah muncul dengan mengusung keyakinan lain mengenai dosa besar. Masalah yang mulanya hanya bersifat politis akhirnya berkembang menjadi masalah teologis. Lantara dua aliran tersebut muncul mendahului aliran Mu‟tazillah, maka tidak salah pula jika Wolfson menyebut bahwa keduanya sebagai aliran pra-Mu‟tazilah dalam teologi islam.38

Doktrin-doktrin Aliran Murji’ah

 Orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena kufur dan iman letaknya di hatiku

 Menurut murjiah ekstrem ini, iman adalah mengetahui Tuhan dan Kufur tidak tahu pada Tuhan. Sejalan dengan itu shalat bukan merupakan ibadat bagi mereka, karena yang disebut ibadat adalah iman kepadanya, dalam arti mengetahui Tuhan.39

PENUTUP

Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar itu menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Quran, serta orang yang

37 Abdul Mujleb, Syafi‟ah, & Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, (Jakarta:

Hikmah, 2009), hlm. 320

38 Hamka Haq, Al-Syatibi, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 32

39 Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 52

(19)

41

percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan mukmin, serta orang yang tidak percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka, dll.

Ilmu kalam memiliki banyak aliran yang diantaranya: Khawarij, Syiah, Qadariyah, Jabariyah, Murji‟ah, Mu‟tazilah, Maturidiyyah, dan Asy‟ariyyah. Setiap aliran-aliran yang ada di dalam ilmu kalam memiliki doktrin-doktrinnya masing- masing yang mereka yakini dan mereka pertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta:

Erlangga, 2006)

Abdul Mujleb, Syafi‟ah, & Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Hikmah, 2009)

Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012)

Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2012)

Achmad Surya, Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah (Achmadsurya.id1945.com) Ahmad Nahraei Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi’i, (Jakarta: Hikmah, 2008) Asy-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal, (Surabaya: Bina Ilmu, 2006)

Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007)

Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013) Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017)

Faizal Amin, Ilmu Kalam Sejarah Pemikiran Islam Dan Aktualisasinya, (Pontianak:

STAIN Pontianak Pres, 2012)

Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)

Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari Dari Lahir Sampai Mati, (Jakarta: WahyuQolbu, 2016)

Hamka Haq, Al-Syatibi, (Jakarta: Erlangga, 2007)

Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI-Press, 1986)

Ibn Rusyd, 7 Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam (Jakarta: Erlangga, 2006)

(20)

42

Muchotob Hamzah, Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyah, (Yogyakarta: LKiS, 2017)

Muhammad Arifin Ilham, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali (Jakarta: Hikmah, 2009)

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Kencana, 2014)

Muhammad Maghfur, Koreksi Atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, (Bangil: Al-Izzah, 2002)

Nurcholis Madjid, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Kencana, 2014)

Sarkowi, Teologi Islam Klasik (Malang: Resist Literacy, 2010)

Tsuroya Kiswali, Al-Juwaini: Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008)

Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004)

Yusran Asmuni. Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)

Referensi

Dokumen terkait

 Simulasi tentang kebiasaan yang biasa dilakukan masyarakat Arab pra islam dalam menyembah berhala.  Menyebutkan benda-benda (berhala) yang biasa disembah oleh masyarakat

Pada permukaan sebuah danau terdapat dua buah gabus yang terpisah satu dengan yang lainnya 60 cm seperti pada gambar.. Jika keduanya turun naik bersama permukaan air dengan

Pada penelitian ini akan didiskusikan tentang dua sifat operator 3-join yang merupakan salah satu bagian dari 1-fault-tolerant Hamiltonian Graph tersebut.. Seperti

“Makna Hijab Dalam Iklan Televisi Analisis Semiotika Iklan Sunslik”, Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Islam Unniversitas Islam Negeri Walisongo Semarang 2019: 38 Sa‟diyah