• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN BIMBINGAN DALAM PENDIDIKAN DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEDUDUKAN BIMBINGAN DALAM PENDIDIKAN DAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 KEDUDUKAN BIMBINGAN DALAM PENDIDIKAN DAN KONSEP DASAR

BIMBINGAN DAN KONSELING: PENGERTIAN, RAGAM, TUJUAN DAN FUNGSI, PRINSIP, ASAS, DAN JENIS LAYANAN

Oleh: Muhibbu Abivian

A. Kedudukan bimbingan dalam pendidikan

Berbicara mengenai bimbingan, tentunya tidak dapat terlepas dari pendidikan, karena bimbingan ada di dalam pendidikan. Pendidikan bertolak dari hakikat manusia dan merupakan upaya membantu manusia untuk menjadi apa yang bisa dia perbuat dan bagaimana dia harus menjadi (becoming) dan berada (being) (Kartadinata, 2007). Sedangkan menurut Winkel (1991: 62) pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar dia mencapai kedewasaan. Bantuan itu berupaya supaya anak didik belajar hal-hal yang positif, sehingga menunjang perkembangannya. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djumhur dan Moh. Surya (1975: 28) bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya, dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari pendapat tersebut, nampak terlihat ada keterkaitan antara pendidikan dan bimbingan yakni keduanya merupakan proses yang diberikan kepada individu agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(2)

2 fungsi atau bidang garapa pendidikan yakni bidang manajerial, pembelajaran, dan bidang bimbingan dan konseling seperti nampak pada gambar berikut.

Gambar 1

Upaya bimbingan dalam merealisasikan fungsi-fungsi pendidikan seperti nampak pada gambar 1 terarah kepada upaya membantu individu dalam mencapai perkembangan yang optimal. Keberadaan bimbingan dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari hakikat dan makna pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bimbingan adalah proses membantu individu untuk memahami diri dan dunianya, dan dalam konteks pendidikan bimbingan terfokus pada pengembangan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi individu memperoleh kesuksesan belajar.

Dalam upaya semacam itu, bimbingan amat mungkin menggunakan berbagai metode dan teknik/ bantuan psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu. Salah satu teknik bantuan dalam bimbingan disebut konseling. Dimana dalam sejumlah literatur, konseling juga adalah proses bantuan dan dipandang sebagai jantung bimbingan (counseling is the heart of guidance) karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan

dengan kebutuhan dan masalah individu secara individual, walaupun berlangsung dalam seting kelompok (Kartadinata, 2007). Konseling bisa dilakukan sesudah maupun sebelum konseli memperoleh layanan bimbingan, sehingga upaya bimbingan tidak serta merta harus diikuti oleh layanan konseling. Konseling bukanlah teknik eksklusif karena istilah konseling tidak hanya digunakan di dalam dunia pendidikan tetapi banyak juga digunakan dalam bidang keilmuan dan profesi lain, seperti dalam bidang kesehatan, akutansi, hukum, keagamaan, olahraga, dan bidang-bidang lainnya. Oleh karena itu, penggunaan kata konseling dalam pendidikan tidak bisa dilepaskan dari layanan bimbingan sebagai bentuk

upaya pedagogis. Penggunaan kata penghubung “dan” dapat dimaknai bahwa upaya Manajemen dan

Supervisi

Pembelajaran Bidang Studi

Bimbingan dan Konseling

(3)

3 bimbingan tidak selamanya harus diikuti dengan konseling, tetapi pada saat layanan konseling dilakukan harus di dalam perspektif bimbingan sebagai upaya pedagogis. Oleh karena itu, dalam setting pendidikan, setelah individu (konseli) menerima layanan konseling, maka mesti berlanjut dengan layanan bimbingan. Karena konseli berada pada lingkungan belajar dan perkembangan dimana layanan bimbingan secara terus menerus dilaksanakan.

B. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling 1.Pengertian

Bimbingan berasal dari kata “guidance”. Guidance yang dalam artian mempunyai pengertian yang sangat luas, sehingga kata guidance di dalam bimbingan selalu didefenisikan berdasarkan terhadap sudut pandang dari para ahli serta dengan penerapannya. Shertzer dan Stone (1971 dalam Yusuf dan Juntika, 2008; 6) mengatakan

bimbingan sebagai “… process of helping an individual to understand himself and his world” (proses membantu individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).

Sementara itu, Kartadinata (1998) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.

Dari definisi tersebut dapat diambil makna sebagai berikut: a. Bimbingan adalah suatu proses

Sebagai sebuah proses, bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan, berlangsung terus menerus, dan bukan kegiatan seketika atau kebetulan.

b. Bimbingan adalah bantuan

Makna bantuan dalam bimbingan ialah mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan individu (peserta didik). Bantuan dalam bimbingan bukanlah memaksa kehendak pembimbing kepada peserta didik melainkan menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memilih dan mengambil keputusan sendiri atas tanggungjawab sendiri.

c. Bantuan itu diberikan kepada individu

(4)

4 individual sesuai dengan pengalaman dan kebutuhan yang dihadapi peserta didik.

d. Tujuan bimbingan adalah perkembangan yang optimal

Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan system nilai tentang baik dan benar. Secara spesifik perkembangan optimal tidak hanya melihat prestasi sesuai kapasitas intelektual dan minatnya melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggungjawab terhadap kondisi dinamika yang dihadapinya. Dikatakan kondisi dinamik karena kemampuan atau kapasitas yang dimiliki individu akan berkembang terus dan ini diakibatkan karena individu berada dalam lingkungan yang senantiasa berubah dan berkembang.

Dengan melihat beberapa pandangan ahli di atas, maka dapat dikatakan bimbingan merupakan serangkaian proses membantu individu atas permasalahan yang dihadapinya untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal.

Berikutnya adalah definisi dari konseling. Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat memantu. Makna membantu di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kea rah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupan. Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien (konseli). Hubungan itu melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain. Khusus di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud 1983 dalam Yusuf dan Juntika, 2008; 9) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu individu (siswa) menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri.

(5)

5 2.Ragam

Dilihat dari masalah yang dihadapi individu, terdapat empat jenis/ ragam bimbingan yaitu: (a) bimbingan akademik; (b) bimbingan sosial-pribadi; (c) bimbingan karir; dan (d) bimbingan keluarga (Yusuf dan Juntika, 2008; 10-13).

a. Bimbingan Akademik, merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik seperti masalah pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/ peminatan, cara belajar yang efektif, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan bimbingan akademik, pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

b. Bimbingan Sosial-Pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial pribadi, seperti hubungan dengan sesame teman/ guru, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan/ tempat tinggal, dan penyelesaian konflik. Bimbingan sosial-pribadi diarahkan pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami individu.

c. Bimbingan Karir, merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap kondisi dan kemampuan diri, pemahaman terhadap kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, dan pemecahan permasalahan-permasalahan karir yang dihadapi. Lebih lanjut, bimbingan karir merupakan layanan kepada individu agar mampu menentukan dan mengambil keputusan yang diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. d. Bimbingan Keluarga, merupakan upaya bantuan kepada individu sebagai

(6)

6 3.Tujuan dan Fungsi

a. Tujuan

Yusuf (dalam Supriatna (ed); 2011) mengatakan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki kemampuan menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya.

Sementara itu, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) dalam naskah akademik penataan pendidikan professional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal memerinci tujuan pelayanan bimbingan ialah agar peserta didik dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Tujuan-tujuan tersebut muaranya adalah untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

b. Fungsi

1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2) Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

(7)

7 4) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. 5) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik

memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

6) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik (peserta didik). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai peserta didik, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan peserta didik.

7) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

4.Prinsip

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini dikutip dari Rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal yang disusun oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut.

a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu (peserta didik). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

(8)

8 Setiap peserta didik bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan peserta didik dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah peserta didik, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

c. Bimbingan menekankan hal yang positif.

Dalam kenyataan masih ada peserta didik yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.

Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.

e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling.

Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.

(9)

9 pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

5.Asas

Keterlaksanaan dan keberhasilan pepelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.

a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

(10)

10 sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi peserta didik-peserta didik yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

f. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan

“masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya

dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

g. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. h. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pepelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

(11)

11 j. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling. k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain. 6.Jenis Layanan

Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling Yusuf dan Juntika (2008: 20) mengemukakakn perlu dilaksanakan berbagai kegiatan layanan bantuan. Beberapa jenis layanan bantuan bimbingan itu diantaranya adalah sebagai berikut. a. Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya. Pelayanan ini

merupakan usaha untuk mengetahui diri individu seluas-luasnya. Adapun teknik yang dapat digunakan berupa teknik tes dan non-tes. Teknik tes meliputi pelaksanaan psikots, tes prestasi hasil belajar, dan sebagainya. Sedangkan teknik non-tes sepertti observasi, angket, wawancara, sosiometri, dan sebaginya.

b. Konseling. Konseling merupakan layanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi individu untuk memperoleh bantuan secara langsung baik secara face to face maupun melalui perantara media dalam memperoleh (1) Pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan diri, dan (2) menanggulangi kesulitan yang dihadapi baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

(12)

12 belajar yang efektif, (5) bahaya merokok, minuman keras, dan obat-obatan terlarang, dan (6) pentingnya menyesuaikan diri dengan norma agama atau nilai-nilai moral yang dijunjung tingi dalam masyarakat. Sementara layanan penempatan adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu dalam rangka menyalurkan dirinya kea rah yang tepat sesuai dengan kemampuan minat dan bakatnya. Penempatan ini meliputi penempatan pendidikan yakni memilih jurusan dan kelanjutan sekolah; penempatan jabatan, dan juga penempatan individu dalam rangka program pengajaran di sekolah yang bersangkutan.

d. Penilaian dan penelitian. layanan penilaian dilasanakan untuk megetahui tujuan program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan dapat dicapai. Selain itu dilaksanakan juga penilaian kepada individu-individu yang mendapat pelayananuntuk kemudian dilakukan tindak lanjut terhadap hasil yang telah dicapai yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan penelitian. penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan program bimbingan agar lebih baik dalam pelaksanaannya dan menelaah tentang kebuutuhan bimbingan yang belum tercapai serta menelaah hakikat individu dan perkembangannya. Hasil dari penelitian ini merupakan bahan untuk mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan yang akan dilaksanakan selanjutnya

C. Referensi

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.

Djumhur, I., dan Surya, M. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung: CV Ilmu.

Kartadinata, S. dan M. Sugandi N. (2002). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV Maulana.

Kartadinata, S. (2007). Teori Bimbingan dan Konseling (Seri Landasan dan Teori). [Online]. Tersedia di: www: upi.edu Bimbingan dan Konseling.

. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagodis; Kiat Mendidik sebagai Landasan Profesional Tindakan Konselor. Bandung: UPI Press.

(13)

13 Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 TH.

2003). Jakarta: Sinar Grafika.

Winkel.W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Gambar

Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

lazimnya pengalaman interaksi pendidikan dengan guru di sekolah akan lebih bermakna bagi anak dari pada pengalaman interaksi dengan sembarang orang dewasa lainnya. Dengan

52 Ibid., h.. kategori media standar maupun non standar. Sebagaiman kita ketahui bahwa sekarang ini kita telah berada pada dimensi kemajuan teknologiyang sangat dan

Kekuatan ini ditentukan oleh suatu percobaan karet dalam jangka waktu yang tertentu pada permukaan yang kasar (G.deBoer, 1997). Setiap satuan bobot karet kering, atau diberikan

Keputusan penyapihan yang dilakukan oleh ibu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kesibukan ibu yang bekerja, pengetahuan ibu, status kesehatan ibu dan bayi, status

Jadwal kegiatan dan panduan lengkap dapat dilihat di situs resmi SPMB http://span-ptain.ac.id.. Data Login

Hasil perancangan ini adalah furniture outdoor yang mampu memberikan fasilitas untuk anak usia 4-8 tahun agar fokus belajar motorik halus (membaca, menulis, menggambar dan

Kalimantan Prima Persada tidak mengalami gangguan pernafasan, melalui upaya pengendalian teknis (pemeliharaan mekanis, proses separasi, otomasi, pengaturan operasi

Perilaku prososial merupakan bagian kehidupan sehari-hari mencakup kategori yang lebih luas meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan adalah direncanakan untuk