A. KONFLIK SOSIAL DAN KEKERASAN
Pengantar
Indonesia menjadi sangat menarik perhatian Internasonal sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 dan perubahan kepemimpinan nasional pada tahun 1998.
Ngunyen dan Richter dalam Buku “Indonesia Matters” melihat pentingnya Indonesia diantara Asia dan komunitas Internasional, dan juga berkonotasi perbedaan budaya yang sangat besar.
Pada tahun 1990-an, Indonesia dikejutkan dengan berbagai konflik etnik. Selama tahun 1995 dan 1996, terjadi kerusuhan di Situbondo, Tasikmalaya dan beberapa bagian di wilayah Pulau Jawa.
United Nations Support Facility for Indonesian Recovery (UNSFIR) membuat studi tentang anatomi konflik dan kekerasan di Indonesia dengan mengumpulkan kejadian tahun 1990-2001. Dalam studi itu, konflik dilihat sebagai sesuatu yang santa alamiah, yang menjadi masalah apakah menimbulkan aksi kekerasan atau tidak.
B. KEKERASAN SOSIAL PER KATEGORI TAHUN 1990-2001
SUMBER : DATA BASE UNSFIR
Kategori
kekerasan sosial
Jumlah Insiden Jumlah Insiden dengan korban
465 262 4771 76,9
Kekerasan karena gerakan separatis
502 369 1370 22,1
Kekerasan
Kategori Kekerasan
:1. Kekerasan Komunal merupakan kekerasan sosial yang terjadi antara dua kelompok masyarakat atau satu kelompok diserang oleh kelompok lain. Pengelompokan komunal bisa berdasarkan etnik, agama, kelas sosial, afiliasi poltik atau hanya sekedar perbedaan kampung.
2. Kekerasan karena faktor gerakan separatis berakar dari separatisme daerah yang dimotivasi oleh keinginan memisahkan diri (Aceh dan Papua).
3. Kekerasan negara-masyarakat mengekspresikan protes dan ketidakpuasan masyarakat kepada institusi negara tanpa motif separatisme,.
Tiga propinsi dengan konflik tertinggi adalah Maluku, Aceh dan Kalimantan Tengah. Konflik antar kelompok etnik dalam beberapa kasus dimulai dari perselisihan yang bersifat individual diantara dua orang dari kelompok etnik berbeda yang kemudian sangat cepat merebak menjadi kerusuhan yang melibatkan massa dari dua kelompok etnik tersebut.
Argumentasi kultural menganggap bahwa perbedaan kebudayaan diantara kedua kelompok etnik yang bertikai sebagai faktor utama. Sebagai contoh, kebiasaan menyelesaikan persengketaan dengaan cara kekerasan dan perkelahian berdarah dianggap sebagai alasan terjadinya konflik etnik ini.
Argumentasi marjinalisasi banyak dianut oleh pengamat sosial, mereka melihat marjinalisasi penduduk setempat sebagai akibat dari pembangunan, yang menjadi akar dari munculnya resistensi dan perlawanan dari penduduk setempat terhadap segala sesuatu yang dianggap berasal dari luar.
C. HUBUNGAN SOSIAL ANTAR KELOMPOK ETNIK
Etnisitas dan hubungan antar kelompok etnik dipandang memiliki hubungan yang erat dengan masalah-masalah pembangunan masyarakat Indonesia.
Keberagaman budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah sebuah potensi untuk membentuk identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
Pertentangan muncul terutama dari kelompok minoritas, terhadap kebijakan-kebijakan publik yang cenderung mendorong terjadinya asimilasi terhadap kelompok etnik dominan.
Dalam kondisi masyarakat multi etnik, isu diskriminasi terhadap kelompok etnik tertentu, terutama yang minoritas juga menjadi masalah yang penting untuk dipecahkan dalam pertumbuhan masyarakat Indonesia kedepan.
Tidak semua hubungan antar kelompok etnik mengarah pada konflik. Keberagaman kelompok etnik dan perbedaan budaya yang ada dalam suatu masyarakat juga dapat menghasilkan hubungan kerja sama, bahkan pembauran antar kelompok etnik dalam interaksi sehari-hari secara alamiah.
Etnisitas berkaitan dengan identitas
seseorang dan proses identifikasi. Identitas etnik memiliki beberapa dimensi, yaitu :
1. Identitas ditentukan sendiri oleh orang yang bersangkutan: berdasarkan
kepercayaan terhadap kesamaan ketutunan, tradisi budaya, sejarah, bahasa, agama, sejarah, migrasi dan kolonialisasi.
2. Identitas dipersepsikan oleh orang lain: berdasarkan ciri-ciri fisik, budaya dan perilaku.
3. Identitas ditentukan oleh negara. Untuk kepentingan politik tertentu juga untuk menentukan etnis dominan dan yang
Secara Sosiologis, konsep etnisitas pada dasarnya merupakan bagian dari kategori sosial yang digunakan oleh masyarakat untuk menunjukkan identitas seseorang atau kelompok dalam struktur masyarakat secara horizontal.
D. KONSEP ETNISITAS
Konsep etnisitas dapat dilihat dari beberapa pandangan, yakni : 1. Pandangan Primordialis
Cenderung menganggap etnisitas adalah sesuatu yang inheren dalam diri manusia, atau dengan kata lain ras (ciri-ciri biologis manusia). Bagi kaum primordialism perbedaan-perbedaan yang berasal dari genetika merupakan sumber bagi lahirnya benturan-benturan kepentingan etnis. Menurut pandangan ini, tatkala banyak suku atau agama , akan menimbulkan pertikaian hingga kekerasan diantara mereka yang berbeda. Dan merupakan hal yang wajar saja.
2. Pandangan Instrumentalis.
3. Pandangan Konstruktivis
Etnisitas tidak bersifat kaku (sebgaimana yang yang dibayangkan oleh kaum primordialis) atau sedemikian mudahnya diperalat oleh kamu elite politik (sebagaimana diduga kaum isntrumentalis). Etnisitas dapat diolah hingga membentuk suatu jaringan (relasi) pergaulan sosial dan berbagai lapisan pengalaman. Artinyam etnisitas merupkan sumber kekayaan hakiki yang dimilki oleh dunia ini untuk saling mengenal dan memperkaya budaya satu dengan lainnya. Bagi pandangan ini persamaan adalah anugrah dan perbedaan adalah barokah.