LTM_1_MPK Agama Islam
Konsep Dasar Makna dan Ruang Lingkup Islam oleh Muhammad Abdur Rozaq, 1406540704
Judul : “ Fitrah dan Kepribadian Islam (Sebuah Pendekatan Psikologis)”
Pengarang : Abdul Mujib, M. Ag.
Data Publikasi : Jakarta: Darul Falah (Penerbit Buku Islam Kaffah), cetakan kesatu, Oktober 1999
Konsep mengenai “Islam” harus dikaji secara transdisiplin ilmu (menyatukan berbagai konsep ilmu pengetahuan dan menghilangkan batas-batas) dan perspektif kontekstual (menyesuaikan kondisi di mana suatu konsep digunakan). Sebagaimana sebuah metode pendekatan pemaknaan suatu konsep yang ditawarkan oleh Toshihiku Izutsu, dalam
Fitrah dan Kepribadian Islam (Sebuah Pendekatan Psikologis) oleh Abdul Mujib, M. Ag., bahwa untuk dapat memahami hakikat suatu konsep (dalam hal ini penulis menspesifikasikan dalam hal konsep mengenai “Islam”, termasuk strukturnya) dapat ditempuh melalui tiga tahap; Pertama, memilih istilah-istilah kunci (key term) dari vocabulary Al Qur’an, yang dianggap sebagai unsur konseptual dasar bagi ideologi Qur’ani. Kedua, menentukan pokok
(basic meaning) dan makna nasabi (relational meaning). Makna pokok berkaitan dengan makna kebahasaan atau makna semantik yang menjadi elemen penting dalam istilah tersebut. Sedangkan makna nasabi merupakan makna tambahan yang terjadi karena istilah itu dihubungkan dengan konteks di mana istilah itu berada. Ketiga, menyimpulkan dan menyatukan konsep-konsep itu ke dalam satu kesatuan.1
Islam secara etimologi memiliki tiga makna, yaitu penyerahan dan ketundukan (al-silm), perdamaian dan keamanan (al-salm), dan keselamatan (al-salamah).2
Penyerahan terhadap al-Islam ditandai dengan penyerahan terhadap dua keharusan, yaitu keharusan kauni dan Qur’ani.3
Keharusan kauni adalah keharusan yang ditetapkan oleh Allah terhadap alam fisik (termasuk fisik manusia). Keharusan ini hampir sama dengan “hukum alam”. Hal yang membedakan antara keharusan kauni dengan hukum alam adalah bahwa keharusan kauni
merupakan ciptaan Allah SWT yang berlaku pada alam, sedangkan hukum alam hanya ciptaan alam sendiri. Prinsip utama keharusan kauni adalah kausalitas (Q.S. al-Kahfi: 84-85,92), berproses secara bertahap (Q. S. al-Anbiya’: 30), memiliki ukuran tertentu (Q. S. 1 Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam (Sebuah Pendekatan Psikologis), (Jakarta: Darul Falah, 1999), hal. 8.
2 Afif Abd al-Fatah, Ruh al-Din al-Islamiy, (Damascus: Syarif Khalil Syakar, 1966), hal. 18 dalam Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam (Sebuah Pendekatan Psikologis), (Jakarta: Darul Falah, 1999), hal. 21.
LTM_1_MPK Agama Islam
al-Qamar:49), berevolusi menuju pada kesempurnaan (Q. S. al-A’la:2), diciptakan secara riil, objektif, bi al-haq, sengaja, konkrit, tidak main-main, dan bukan pancaran dari alam nirwana (Q. S. Ibrahim:18, al-An’am:73, al-Anbiya’:16-18, al-Mu’minun:115,
Shad: 27, al-Dukhan: 39, al-Taghabun:3), dan senantiasa tunduk dan patuh secara reserve
kepada aturan Allah SWT (Q. S. al-Nahl:49, al-Hajj:18, Hadid:1), dan tidak memiliki perubahan, kecuali adanya campur tangan al-Rahman untuk kepentingan dan kebaikan manusia.
Sedangkan keharusan Qur’ani adalah keharusan yang ditetapkan oleh Allah untuk ruhani manusia. Keharusan ini berupa hukum-hukum atau aturan-aturan verbal. Prinsip utama keharusan ini adalah mengutamakan nilai ketauhidan (Q. S. al-A’raf:172, Ali Imran:64, al-Ikhlash: 1, al-Anbiya’:21-22), kemaslahatan (Q. S. Hud:117), keadilan (Q. S. al-Maidah:2), kesatuan (Q. S. al-Hujurat:10), tolong-menolong (Q. S. al-Maidah:2), kesamaan (Q. S. al-Baqarah:139), keseimbangan (Q. S. al-Baqarah:143), musyawarah dan kesepakatan (Q. S. Ali Imran:159), kemerdekaan (Q. S. al-Kahfi: 29), dan amar makruf nahi mungkar (Q. S. Ali Imran: 104).
Daftar pustaka: