• Tidak ada hasil yang ditemukan

NIKEL LATERIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NIKEL LATERIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

NIKEL LATERIT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMBENTUKANNYA

Oleh

Edi Yasa Ardiansyah

Dosen Teknik Pertambangan-Institut Teknologi Medan Email : nakhlah_geologist@yahoo.co.id

Nikel laterit merupakan salah satu mineral bijih di Indonesia yang mempunyai peran penting dalam pemasukan atau penambahan pendapatan Negara dalam sektor pertambangan. Mineral ini banyak dimanfaatkan dalam industri manufaktur terutama sebagai bahan pelapis untuk anti karat. Kebutuhan akan mineral bijih nikel saat ini semakin meningkat sesuai dengan besarnya pertumbuhan industri manufaktur, terutama untuk pasar dunia khususnya ke RRC. Nikel laterit merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting dan menyumbang pemenuhan terhadap 40% dari produksi nikel dunia,

Deposit nikel laterit secara umum terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk dari jenis ultrabasa (ultramafic). dominan terbentuk daerah yang mempunyai iklim tropis sampai sub-tropis

Faktor yang mempengaruhi Pembentukan pembentukan nikel laterit adalah kondisi topografi dan morfologi, kondisi batuan dasar, kondisi air tanah, iklim dan struktur geologi

Faktor-faktor pembentukan nikel laterit secara umum harus bekerja secara proposional dan intens dalam artian bahwa tidak dapat salah satu atau hanya beberapa faktor dominan saja yang bekerja untuk proses pembentukannya.

Kata Kunci : Nikel Laterit, Faktor pembentukanya

Nickel Laterite ore mineral is one in Indonesia which has an important role in importing or adding state income in the mining sector. The Minerals is widely utilized in the manufacturing industry mainly as a coating for anti rust. The need for mineral ores nickel is currently increasing in accordance with the magnitude of the growth of the manufacturing industry, especially for the world market, especially to China. Nickel Laterite mine material is a source of great importance and contributes to the fulfillment of 40% of the world's nickel production,

Nickel Laterite deposits are generally formed from the weathering of parent rock results from this type of ultrabasa (ultramafic). the area had formed the dominant climate is sub-tropical to tropical

Factors affecting the formation of lateritic nickel is formation conditions and morphology, topography of the bedrock conditions, kondisi groundwater, climatic and geological structure

The factors forming Nickel Laterite in General should be proportional and intense work in the sense that there can be one or just a few dominant factor that worked for the process of its formation.

(2)

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan Negara produsen nikel kedua yang terbesar setelah Rusia dan PT Inco Tbk (Vale) merupakan produsen terbesar penghasil nikel di Indonesia berupa nikel matte, selanjutnya PT.Aneka Tambang (Pomala) yang tropis sampai sub-tropis. Negara-negara yang kebanyakan mengandung nikel laterite diantaranya, Philipina, Indonesia, Columbia dan Australia.

Batuan induk dari endapan Nikel Laterite adalah batuan ultrabasa yaitu harzburgite Oxyhydroxide) dan terendapkan bersama mineral silicate hydrous atau mensubtitusi unsure Mg pada serpentinite yang teralterasi (Pelletier,1996).

Nikel laterit merupakan bahan mineral yang terbentuk dari hasil pelapukan, yang dalam prosesnya dipengaruhi oleh proses enrichment supergene terhadap endapan hydrous silicate ini.

Pemahaman tentang pembentukan nikel laterit serta faktor-faktor pembentukannya merupakan hal penting yang harus dipahami oleh para ekplorer untuk membantu dalam kegiatan eksplorasi.

Selama ini masih minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang pembentukan nikel laterit tersebut berakibat pada resiko investasi. Maka penulis berusaha memaparkarkan berbagai hal tentang pembentukan nikel laterit berdasarkan hasil pengalaman di lapangan

2. Proses Kimia Pembentukan Nikel

Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (olivin). Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal weathering sepanjang joints dan fractures (boulder saprolite). Selama pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya totally change. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang sekarang kita kenal sebagai Limonite. nikel umumnya berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite.

3. Genesis Nikel Laterit

(3)

afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite (Brindley,1978).

Pelapukan kimia pada batuan ultra mafik kompleks ofiolit menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut (leached), Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus.

Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil. Nikel terlarut (leached) akan terendapkan bersama mineral silica hydrous atau mensubtitusi unsur mg.

Secara mineralogi nikel laterit dapat dibagi dalam tiga kategori (Brand et al,1998).

a. Hydrous Silicate Deposits

Profil dari type ini secara vertikal dari bawah ke atas: Ore horizon pada lapisan saprolite (Mg - Ni silicate), kadar nikel antara 1,8% - 2,5%. Pada zona ini berkembang box-works, veining, relic structure, fracture dan grain boundaries dan dapat terbentuk mineral yang kaya dengan nikel; Garnierite (max. Ni 40%). Ni terlarut (leached) dari fase limonite (Fe-Oxyhydroxide) dan terendapkan bersama mineral silika hydrous atau mensubstitusi unsur Mg pada serpentinite yang teralterasi (Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel laterit adalah produk pelapukan, tapi dapat dikatakan juga bahwa proses meningkatkan supergene sangat penting dalam pembentukan formasi dan nilai ekonomis dari endapan hydrous silicate ini. Tipe ini dapat ditemui di beberapa tempat seperti di New Caledonia, Indonesia, Philippina, Dominika, dan Columbia.

b. Clay Silicate Deposits

Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut melalui air tanah, sisanya akan bergabung dengan Fe, Ni, dan Al membentuk mineral lempung (clay minerals) seperti Ni-rich Nontronite pada bagian tengah profil saprolite (lihat profil). Ni-rich serpentine juga dapat digantikan oleh smectite atau kuarsa jika profil deposit ini tetap kontak dalam waktu lama dengan air tanah. Kadar nikel pada endapan ini lebih rendah dari endapan Hydrosilicate yakni sekitar 1,2% (Brand et al,1998).

Gambar 1. Profil nikel laterit

3. Oxide Deposits

(4)

Secara mineralogi nikel laterite dapat dibagi dalam tiga kategori (Brand et al,1998).

4. Tektonik Setting

Nikel laterite berkembang di kompleks Ophiolite pada rentang waktu Phanerozoic, terutama Cretaseous-Miosen. Ophiolite ini telah mengalami fault dan joint sebagai efek dari tectonic uplift yang dapat memicu intensitas pelapukan dan perubahan pada water table level. Deposit Nikel lainnya ditemukan pada Archean Craton yang tergolong stabil berasosiasi dengan layer mafic complexes and komatiite (Butt,1975).

Semakin banyak zona shear dan step fault yang terbentuk di batuan induk ultrabasa, maka semakin tinggi pula tingkat enrichment proses untuk menghasilkan grade nikel yang tinggi. Sebaliknya, zona thrust fault berasosiasi dengan emplacement kompleks ophiolite dan bersama dengan greenstone membentuk zona serpentine milonite atau talc-carbonates-altered ultramafic rocks. Komposisi seperti itu tidak memungkinkan terbentuknya Nikel pada endapan residu (regolith/lapukan).

5. Kondisi yang mempengaruhi pembentukan nikel laterit

1. Kondisi Topografi dan Morfologi

Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya dengan posisi water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterit berada di topografi bagian atas (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi water table pada zona ini dangkal, apalagi ditambah dengan adanya zona patahan dan shear or joint. In consequence, akan mempercepat proses palarutan kimia

(leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk endapan saprolite mengandung nikel yang cukup tebal. Sebaliknya, pada topografi yang rendah, water table yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari batuan induk (baca:enrichment proses).

2. Kondisi batuan dasar

Nikel laterit secara umum ditemukan berlimpah pada batuan ultrabasa (ultramafik) (SiO2 < 45%) hingga basa (mafik). Dimana pada batuan ini umumnya dijumpai mineral olivine yang merupakan mineral yang sangat mendukung berperan untuk melarutkan unsur-unsur kimia tanah yang membantu proses pelapukan batuan induk , Selain sebagai pelarut air tanah juga berperan dalam

proses pengkayaan unsur-unsur

(enrichment) dalam pembentukan nikel laterit dimana proses pengkayaan sangat membentuhkan naik turunnya air permukaan.

4. Kondisi Iklim

Kondisi iklim yang ekstrim sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan nikel laterit, dimana tingginya curah hujan dan perubahan temperatur yang sangat signifikan terjadi, sehingga mengakibatkan proses pelapukan terhadap batuan dasar dapat berjalan dengan baik sehingga pembentukan nikel berjalan dengan sempurna.

(5)

Struktur geologi baik secara regional maupun lokal sangat mempengaruhi pembentukan mineral nikel, besarnya intensitas terjadinya pembentukan struktur geologi (patahan, kekar) terutama secara lokal tentunya akan sangat membantu dalam proses pelapukan secara kimiawi. Rekahan yang terjadi terhadap batuan akan memudahkan penetrasi air tanah dan kerimbunan serta kerapatan tanaman juga menjadi faktor pertimbangan, Karena tanaman yang terlalu rapat, rimbun dan terlalu tinggi mengakibatkan intensitas kontak massa batuan dengan matahari sebagai faktor penyuplai panas akan rendah, sehingga akan mempengaruhi proses pelapukan.

Tingkat Dominasi pengaruh faktor pembentukan nikel laterit.

Dalam pembentukan nikel laterit, secara umum dipengaruhi oleh berbagai kondisi lingkungan yang tersebut diatas, namun tingkat dominasi kondisi mempunyai hubungan erat terhadap jumlah deposit beberapa faktor dominan saja yang bekerja untuk proses pembentukan ini.

Sebagai contoh potensi nikel yang terdapat di provinsi Sulawesi Tenggara dimana sebaran satuan ophiolit (ultramafic) hampir menutupi sebagian besar provinsi ini,

namun kenyataan bahwa satuan ophiolit yang terdapat di sekitar kabupaten Konawe Selatan dan Konawe menghasilkan nikel laterit yang berbentuk spot-spot sedangkan di wilayah Konawe Utara, Kolaka dan sebagian Kolaka Utara sebaliknya relatif homogen, mempunyai cadangan nikel laterit yang tebal dan besar

Berdasarkan pengamatan lapangan dan analisa kondisi daerah yang dilakuan penulis, menunjukan bahwa daerah-daerah yang terdapat potensi endapan nikel laterit semua faktor-faktor pembentukan bekerja ketebalan endapan nikel lebih dari 10-20 meter pada beberapa tempat lebih dari 20 m, intensitas penyinaran matahari relatif tinggi, hal ini tentu akan mempengaruhi proses pelapukan massa batuan selain itu banyaknya terdapat struktur geologi berupa kekar dan sesar yang terbentuk baik selama pembentukan sesar utama Sulawesi maupun proses subduksi, struktur ini berperan sebagai agen penetrasi air ke dalam massa batuan sehingga proses pelapukan dan pengkayaan berjalan sempurna.

(6)

Gambar 2. Singkapan batuan ultramafik yang lapuk mengkulit bawang namun intensitas kontak air permukaan rendah dan nikel lateri terbentuk spot-spot (Lokasi Ulu Meraka -Konawe)

Selain itu faktor vegetasi juga mendukung, pada beberapa tempat yang terdapat endapan nikel laterit yang berlimpah mempunyai vegetasi yang jarang dan tidak rimbun serta relatif tidak tinggi (sekitar 5-10 meter), karena hal ini berpengaruh terhadap intensitas penyinaran matahari.

KESIMPULAN

Dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan nikel laterit:

1. Semua faktor-faktor harus terpenuhi dan bekerja secara proposional serta intens.

2. Faktor lingkungan cekungan juga harus menjadi perhatian untuk kegiatan eksplorasi

3. Perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang intensitas pengaruh

setiap faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan nikel laterit.

DAFTAR PUSTAKA

Bagdja, M. P., 1998. Eksplorasi Geokimia Regional, Bersistem Daerah Kabupaten Kendari, dan Kolaka, Sulawesi Tenggara, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of Indonesia Vol.II, Martinus Nijhoff, The Hague.

Edi Yasa,A, 2013, Penyelidikan Pendahuluan Potensi Nikel Laterit di Daerah Pondidaha Kec. Gong Gua Kab.Konawe Prov.Sulawesi Tenggara, Fakultas Teknologi Mineral-ITM, Medan

Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido, 1993, PetaGeologi Lembar Kolaka, Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Sismin, Data Digital Potensi Bahan Galian Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral,Bandung.

Sufriadin, 2013 “ Mineralogi, Geokimia, dan Prilaku Leaching pada endapan Laterit Nikel Soroako Sulawesi Selatan”, Desertasi,UGM

Tim Inventarisasi Sumberdaya Mineral dan Energi,2001 “ Laporan Inventarisasi Sumber daya Mineral dan Energi Kec. Asera Kab. Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Pertambangan dan Energi, Kabupaten Kendari, Unaaha. Peter,W.C., 1978, “Exploration and Mining

Geology”, Jhon Wiley & Sons, New York, Chichester Brisbane, Toronto.

(7)

Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Gambar

Gambar 1. Profil nikel laterit

Referensi

Dokumen terkait

Endapan nikel dari hasil pelapukan batuan tersebut banyak mengalami proses pengayaan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti cuaca dan topografi serta

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu, hasil analisis menunjukkan bahwa potensi nikel laterit didaerah asera, dimana

 Endapan nikel laterit yang sebagian besar terdiri atas tubuh tanah hasil proses pelapukan dan terjadi proses pengayaan oleh proses pelindian, sehingga dibutuhkan metode

45 Gambar 6.2 Profile umum Laterit-nikel di daerah penelitian 46 Gambar 6.3 Grafik perbandingan kadar Ni (%) terhadap bertambahnya kedalaman sumuran pada batuan

Oleh karena itu untuk menjajaki kemungkinan pemanfaatan nikel laterit Indonesia sebagai bahan baku logam nikel maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik

Endapan nikel dari hasil pelapukan batuan tersebut banyak mengalami proses pengayaan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti cuaca dan topografi serta kondisi

Daerah-daerah yang prospek mengandung bijih nikel laterit adalah pada daerah dengan batuan dasar peridotit yang telah mengalami rombakan secara fisik menjadi tanah laterit.

Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit Dari hasil pemodelan dan estimasi kadar pada model blok yang telah dibuat, dikumpulkan dan diakumulasikan dalam suatu tabulasi hasil estimasi