Nama : Mariatul Kiftiah NIM : 1110018200047
Jurusan : KI-Manajemen Pendidikan (4A) Matkul : Manajemen Kurikulum
Dosen : Bpk Baedowi
Tugas : Jurnal tentang Kick Andy
PEMUDA PENGHAPUS MITOS
Perkembangan zaman kini dirasakan telah merubah pola pikir manusia dalam segala aspek kehidupan. Manusia yang dahulu berfikir tradisionalis berubah menjadi modernis. Masyarakat yang sebelumnya memprioritaskan mitos-mitos terdahulu kini mulai bergeser lebih memperhatikan tren-tren masa kini. Sehingga kelaziman yang biasa ditemui di
Indonesia mulai terhapus perlahan-lahan tertutup oleh perkembangan zaman. Dan pola pikir masyarakat Indonesia tidak lagi seperti pola pikir masyarakat terdahulu, yang sebelumnya berfikir tentang takhayul kini mulai berfikir realistis. Dan memang demikianlah ciri dari masyarakat madani.
Perkembangan pola pikir masyarakat sangat dirasakan dalam berbagai aspek, salah satunya yang berkaitan dengan gender atau gender ideal. Dimana adanya pandangan umum yang membandingkan laki-laki dan perempuan dalam berbagai permasalahan. Perempuan dianggap sosok yang lemah dan laki-laki sosok yang kuat, perempuan di rumah dan laki-laki di luar rumah, perempuan sebagai ibu rumah tangga dan laki-laki sebagai imam keluarga dan pencari nafkah (bread winner), dan masih banyak lagi perbandingan peran antara laki-laki dan perempuan yang mulai dirasakan tidak sesuai dengan realita kehidupan yang ada. Kini peran laki-laki sebagai ayah mulai berevolusi.
Kini, masyarakat dituntut untuk meninggalkan pola pikir yang dianggap kuno. Masyarakat harus mampu berfikir realistis sesuai dengan dunia nyata yang ada. Kini kita harus membuka mata lebar-lebar atas berbagai penyimpangan-penyimpangan peran antara laki-laki dan perempuan, yang pada akhirnya harus kita terima sebagai sesuatu yang lazim. Karena itulah kenyataan saat ini. Dan kini hal-hal tersebut tidaklah lagi dianggap sebagai penyimpangan, melainkan dianggap sebagai sesuatu alternatif yang harus ditempuh demi mencapai keharmonisan hidup.
Dulu ayah diartikan sebagai bread winner alias pencari nafkah utama bagi keluarga. Sekarang, ayah mempunyai makna lebih luas. Yaitu sebagai sosok yang selalu ada untuk anak-anaknya dan bisa diandalkan kapan saja. Artinya, saat ini tak cuma terima laporan dari ibu dan tahu beres mengenai urusan anak dan rumah.
Di beberapa negara, termasuk Indonesia, banyak sekali para ayah yang memutuskan untuk bertukar peran dengan ibu dari anak-anaknya. Stay at home dad (SAHD) atau Ayah Rumah Tangga (ART), demikian sebutan bagi para ayah yang memutuskan untuk mengambil peran lebih besar dalam mengurus urusan rumah tangga hingga mengasuh anak.
terdengar di lingkungan kita. Ayah yang lazimnya bekerja di luar rumah dan ibu yang tinggal di rumah, kini mulai terhapus. Karena pada kenyataannya tidak sedikit ayah-ayah yang memilih menggantikan seluruh peran ibu dalam rumah tangga. Dan ibu-ibu pun mencari nafkah keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Contohnya saja, pada beberapa hari yang lalu, saya mengikuti acara kick andy yang bertema “Bapak Rumah Tangga.” Pada acara tersebut, Andy F. Noya sebagai pemandu acara mendatangkan 3 orang ayah yang berperan sebagai bapak rumah tangga, mereka adalah Bapak Jefri, Bapak Ari, dan Bapak Lucky. Sedikit saya akan menceritakan kisah dari ketiga ayah tersebut.
Yang pertama yaitu Bapak Jefri. Bapak jefri adalah seorang ayah yang menjadi single parent karena istrinya meninggal lebih dulu akibat kanker paru-paru yang menggerogoti kesehatan sang istri. Dari pernikahan bapak jefri dan almarhumah istrinya, mereka dikaruniai satu putra yang bernama defri. Dan sangat disayangkan, ternyata pada saat dilahirkan defri difonis oleh tim medis merupakan anak yang menderita syndrome down. Dan itu diterimanya dengan lapang dada. Namun, setelah sang istri meninggalkannya, cobaan ini dirasakan semakin berat. Pak Jefri harus mengurus putranya seorang diri tanpa ada teman berbagi. Dan itu terus Pak Jefri jalankan seorang diri hingga kini defri berusia 22 tahun. Selama 15 tahun Pak Jefri mengerjakan segala urusan rumah tangga sekaligus mengurus putranya dengan sabar. Dan hal ini, secara tidak langsung telah menjadikan Pak Jefri memiliki peran ganda, sebagai pencari nafkah, sebagai pengurus tumah tangga, dan pengurus defri. Dengan kata lain, Pak Jefri terpaksa menjadi ayah sekaligus bapak rumah tangga untuk tetap memberikan kasih sayang semaksimal mungkin kepada defri.
Yang kedua yaitu Bapak Ari. Lain halnya dengan bapak Jefri yang terpaksa menjadi bapak rumah tangga karena sang istri meningal, Pak Ari adalah ayah/suami yang memang sepakat bertukar peran dengan sang istri. Keputusan ini dianggap solusi terbaik atas segala masalah keluarga yang dihadapi. Keputusan ini diambil atas berbagai pertimbangan– pertimbangan yang matang. Namun, sang istri menegaskan bahwa bagaimana pun
keadaannya, seorang suami tetaplah menjadi imam dalam keluarga. Pak Ari memang berhenti bekerja sebagai karyawan, namun sebenarnya Pak Ari telah menjalankan usaha dalam dunia online, sehingga meskipun selalu berada di rumah untuk mengurus urusan rumah tangga, Pak Ari tetap memiliki penghasilan, meskipun penghasilan yang diperoleh memang tidak besar.
Yang ketiga yaitu pak lucky, yang menjadi single parent karena sang istri meninggal tiba-tiba. Sang istri meninggal akibat struk yang datangnya tidak diduga-duga hingga langsung merenggut nyawa sang istri. Pak Lucky yang juga menderita penyakit gagal ginjal berusaha menjadikan ank-anaknya orang sukses dengan kedua tangannya sendiri. Mengurus segala kebutuhan rumah tangganya, mengurus pekerjaan rumah, dan mencari nafkah untuk anak-anaknya. Dan itu berhasil dia buktikan. Kedua putrinya tumbuh menjadi gadis yang berprestasi.
