Pengantar Globalisasi_Kelompok 16_Week 11_Selasa, 18 Mei 2015
Anggota Kelompok 16 Pengantar Globalisasi : 1. Florentina Yasinta Jehanu 071411231005 2. Nazelia A.P. 071411231028 3. Skolastika L.K. 071411231051 4. Ruth Merry L.S. 071411231075 5. Arya Agung Ayu A.P. 071411233024
Posmodern Nomads: Globalisasi Menciptakan Agensi Baru atau Tidak?
Globalisasi pada mulanya merupakan suatu fenomena yang diharapkan akan membawa keuntungan bagi semua masyarakat. Namun, seiring perkembangan zaman, globalisasi justru dianggap sebagai fenomena yang hanya menguntungkan pihak yang berkuasa (pihak yang dominan) di bidang tertentu saja. Korporasi global yang hadir dan didominasi negara maju dianggap akan merugikan negara kecil karena menciptakan imperium perusahaan transnasional di wilayah negara kecil yang luas (Mubah, 2015). Berbicara mengenai globalisasi, globalisasi juga menimbulkan perubahan sosial pada masyarakat. Menurut Tarrow perubahan sosial adalah hasil dari zaman modern dan pendamping untuk negara modern dan muncul karena adanya aksi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (Tarrow dalam Kaldor, 2003: - ). Mary Kaldor (2003: 79), sering menggunakan istilah masyarakat global atau global civil society dalam menjelaskan globalisasi, karena kata masyarakat global dapat menjelaskan proses global dimana terdapat debat antar individu, pengaruh, dan negosiasi yang sedang berlangsung berdasarkan atas kontrak sosial maupun pembuatan kontrak dengan pemilik otoritas tertinggi dari pembuat kebijakan politik dan ekonomi. Kesuksesan dari perubahan sosial itu sendiri dilihat dari dua sumber, yaitu kapasitas untuk memobilisasi dan kemampuan reaksi dari otoritas yang ada.
Pengantar Globalisasi_Kelompok 16_Week 11_Selasa, 18 Mei 2015
tinggi demokrasi semakin tidak jelas dan menuai ancaman dari konflik antar negara di dunia yang tak kunjung usai (Hardt dan Negri, 2004: 11). Keadaan ini disadari oleh sebaian besar masyarakat sebagai bentuk imperialisme baru yang ditandai dengan kekuatan modern, network power. Kekuatan ini merupakan simpul dominasi hubungan negara bangsa dengan institusi internasional, korporasi kapital, dan lainnya. baru menggeser makna-makna yang dahulu cenderung ekonomi menjadi lebih sosial pada aktor-aktornya. Hal ini kemudian menimbulkan berbagai perlawanan yang muncul dari elemen kompleks dalam masyarakat yang disebut sebagai The Modern Prince oleh Gramsci yang memiliki keinginan bersama, saling mengenal dan ingin mempertegas jati diri mereka bersama dalam pondasi yang lebih kuat, sebagai bentuk respon terhadap dampak neoliberal globalisasi telah menciptakan pergeseran dalam bentuk lembaga politik yang akan melampaui proyek politik modernis sebelumnya (Gill, 2008: 237). The Modern Prince ini melibatkan kecenderungan yang telah mulai untuk menentang beberapa mitos dan disiplin dari praktek modernis dan secara khusus menolak orang-orang yang berusaha untuk mengkonsolidasikan proyek globalisasi di bawah kekuasaan pemilik modal (Gill, 2008: 248). Salah satu bentuk protesnya yaitu terhadap WTO yang dilakukan oleh lebih dari 700 organisasi dan antara 40.000 hingga 60.000 orang terutama aktivis pejuang hak-hak asasi manusia, aktivis buruh, aktivis pribumi, perwakilan dari gereja, pekerja industri, petani-petani kecil, aktivis hutan, pejuang lingkungan, pejuang keadilan sosial, pelajar dan guru mengambil peran untuk menentang menteri ketiga WTO pada 30 November 1999 (Gill, 2008: 245).
Pengantar Globalisasi_Kelompok 16_Week 11_Selasa, 18 Mei 2015
Dari semua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa globalisasi yang terjadi menimbulkan perubahan sosial pada masyarakat. Dan dari perubahan-perubahan dan mobilitas yang ada itu pula, muncul agensi-agensi baru dalam globalisasi. Posmodern nomads merupakan paham yang menjelaskan bahwa keberadaan agensi-agensi baru beserta pola-polanya merupakan konsekuensi dari adanya globalisasi. Terjadi pergeseran makna di dalam masyarakat global yang disebabkan oleh imperialisme baru. Pergeseran yang dimaksudkan yaitu, menggeser makna-makna yang dahulu cenderung ekonomi menjadi lebih sosial pada aktor-aktornya (Hardt dan Negri, 2004: 15). Dengan kata lain, globalisasi tidak melahirkan aktor yang benar-benar baru. Kaum borjuis yang juga dapat berarti negara, MNC, maupun aktor kuat lainnya, tidak lagi harus menjaga kedaulatan untuk menjamin kepentingannya. Agensi-agensi baru ini meyakinkan masyarakat untuk memenuhi kepentingannya, masyarakat tidak terhalang oleh ruang dan waktu.
Referensi :
Gill, Stephen, 2008. “Post-Modern Prince”, dalam Power and Resistence in the New World Order. New York: Palgrave Macmillan, pp. 237-248.
Hardt, Michael & A. Negri. 2004. “Preface: Life in Common”, dalam Multitude: War in Democracy in the Age of Empire. New York: The Penguin Press, pp. xi-xviii.
Kaldor, Mary, 2003. “Social Movements: NGOs and Networks”, dalam Global Civil Society: an Answer to War. Cambridge: Polity, pp. 78-108.
Mubah, Ahmad Safril. 2015. Imperium dan Imperialisme Baru, disampaikan pada kuliah Pengantar Globalisasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya. Selasa, 12 Mei 2015.
TTD Anggota Kelompok 16 :
Florentina Y.J. 071411231005
Nazelia A.P. 071411231028
Skolastika L.K. 071411231051
Ruth Merry L.S. 071411231075