2.1. Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Friedman, 2010). Setiadi (2008) mengatakan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk
kebudayaan yang sehat. Friedman (2010) juga menyebutkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.
Definisi lain dari keluarga menurut U.S Bureau of the Census dalam Friedman (2010) adalah terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan
pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal didalam suatu rumah tangga yang sama.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi yang biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap saling memberikan perhatian, berinteraksi satu sama lain yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
2.1.1. Tipe-tipe keluarga
Tipe keluarga yang bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan dalam Setiadi (2008) terdiri atas:
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (a) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. (b) Keluarga Besar
(Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
b. Secara Modern (berkembangnya peran individu dan berkembangnya rasa
individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain diatas adalah: (a) Tradisional Nuclearadalah keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah. (b) Reconstituted Nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentukan dalam satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya
dapat bekerja diluar rumah. (c) Niddle Age/ Aging Couple adalah Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir. (d)Dyadic Nuclear
sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah. (f) Dual Carrier adalah suami istri atau
keduanya orang karir atau tidak mempunyai anak. (g) Commuter Married adalah suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.
Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.(h) Single Adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. (i) Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. (j)
Institusional Adalah anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti. (k) Comunal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan
yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaann fasilitas. (l) Group Marriage adalah satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. (m) Unmarried Parent and Child adalah ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi. (n)Cohibing Coipleadalah dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. (o)Gay and Lesbian Family adalah Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
Gambaran tentang bentuk keluarga diatas ini melukiskan banyaknya bentuk sruktur yang menonjol dalam keluarga saat ini, yang penting adalah keluarga harus dipahami dalam konteksnya, label dan jenisnya hanya berfungsi
2.1.2. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto
(2010) adalah sebagai berikut: (a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. (b) Fungsi sosialisasi adalah fungsi
mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. (c)
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. (d) Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
Fungsi keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 PP No. 21 tahun 1994
dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut:
1) Fungsi keagamaan: (a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar
dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. (b) Menerjemahkan agama dalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga. (c)
masyarakat. (e) Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
2) Fungsi budaya: (a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan. (b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. (c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan
masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia. (d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik
sesuai dengan norma Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. (e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
3) Fungsi cinta kasih: (a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang
telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus. (b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga secara kuantitatif atau kualitatif. (c) Membina
praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan rohani dalam keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina rasa, sikap,dan praktik
hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
4) Fungsi perlindungan: (a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga
(b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. (c) Membina dan
menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
5) Fungsi reproduksi: (a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga disekitarnya. (b) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik, maupun mental. (c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan
waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. (d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
6) Fungsi sosialisasi: (a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama
dan utama. (b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik lingkungan sekolah maupun
masyarakat. (c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik
dan mental), yang kurang diberikan lingkungan sekolah maupun masyarakat. (d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat perkembangan dan kematangan hidup
7) Fungsi ekonomi: (a) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan
perkembangan kehidupan keluarga. (b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan
dan pengeluaran keluarga. (c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga
sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 8) Fungsi pelestarian lingkungan: (a) Membina kesadaran, sikap dan praktik
pelestarian lingkungan keluarga. (b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan keluarga. (c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestrian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan
keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. (d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup
keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
2.1.3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (1981) dalam Setiadi (2008) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan, yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap nggotanya. Perubahan sekecil apapun
tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
2.1.4. Tugas Perkembangan Keluarga
Penyesuaian terhadap pernikahan biasanya tidak sesulit seperti
penyesuaian terhadap keadaan menjadi orang tua, walaupun merupakan pengalaman yang berarti dan paling memuaskan bagi sebagian besar orang tua,
hadirnya bayi membutuhkan perubahan yang tiba-tiba sampai menuntut peran yang tidak henti-hentinya. Biasanya hal ini pada awalnya sulit karena perasaan tidak memadai dari orang tua yang baru; kurangnya bantuan dari keluarga dan
teman; saran yang bertentangan dari teman, keluarga dan profesional pelayanan kesehatan yang selama ini membantu; dan seringnya bayi terbangun diwaktu
malam yang biasanya berlanjut sampai sekitar tiga sampai empat minggu. Dengan demikian ibu menjadi lelah secara psikologi dan fisiologi (Friedman, 2010)
Setelah lahirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas
perkembangan penting yaitu: (1) Membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil ( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), (2) Memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga. (3) mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan. (4) Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan
menambah peran menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek. Suami, istri dan anak harus mempelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami
2.1.5. Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia.
Dalam keluarga individu belajar memperhatikan orang lain dan bekerja sama. beberapa psikolog berpendapat bahwa kesehatan, kebahagiaan dan kestabilan
keluarga tergantung pada orang sekitar keluarga dan masyarakat .
Dukungan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluarga. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kemampuan, kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya,
hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
Jenis dukungan keluarga dalam Setiadi (2008) ada 4, yaitu;
1) Dukungan instrumental, yaitu keluarga menerapkan sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan
makan dan minum, istirahat dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun
meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan anggota keluarga menyampaikan perasaanya.
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
3) Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan dan perhatian.
4) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat dan
mengurangi putus asa.
2.2. Pijat oksitosin
Pijat Oksitosin merupakan pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis merangsang
hipofise posterioruntuk mengeluarkan oksitosin (Biancuzzo, 2003).
Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah pungung sepanjang kedua sisi tulang belakang, sehingga diharapkan dengan dilakukannya
membantu pengeluaran hormon oksitosin. Manfaat dari pijat oksitosin adalah: (1) mengurangi bengkak, (2) mengurangi sumbatan ASI, (3) merangsang pelepasan
hormon oksitosin, (4) mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Perinasia dalam Maliha, 2011).
Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya dengan durasi 2-3 menit, frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijatan ini tidak harus dilakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh
suami atau anggota keluarga yang lain. Petugas kesehatan mengajarkan kepada keluarga agar dapat membantu ibu melakukan pijat oksitosin karena teknik pijatan
ini cukup mudah dilakukan dan tidak menggunakan alat tertentu. Langkah pijat oksitosin (Depkes RI, 2007) :
(1) Ibu duduk, bersandar kedepan, lipat lengan diatas meja didepannya dan
letakkan kepala diatas lengannya
(2) Payudara tergantung lepas tanpa pakaian
(3) Memijat kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk kedepan
(4) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya
(5) Pada saat bersamaan, pijat kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang,
2.3. Fisiologi laktasi
Laktasi adalah hasil akhir dari beberapa faktor yang saling berhubungan,
yang melibatkan perkembangan jaringan payudara dan sistem duktus dibawah pengaruh hormon estrogen, progesteron dan Human Placental Lactogen (hPL).
hPL merangsang sel alveolar untuk memulai laktogenesis ( produksi air susu). Setelah bayi lahir dan plasenta keluar hormon estrogen, progesteron dan hPL (hormone yang menghambat sekresi prolaktin) menurun dengan cepat sehingga
prolaktin diproduksi. Hormon prolaktin berada di kelenjar pituitary anterior yang merangsang produksi air susu (Burroughs, A & Leifer G, 2001).
Frekuensi penyusuan bayi kepada ibunya sangat berpengaruh pada produksi dan pengeluaran ASI. Isapan bayi akan merangsang susunan saraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak, yakni hipofisis anterior sehingga
prolaktin disekresi dan dilanjutkan hingga ke hipofisis posterior sehingga sekresi oksitosin meningkat yang menyebabkan otot-otot polos payudara berkontraksi dan
pengeluaran ASI dipercepat (Bobak, 2005). Paritas juga mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI, semakin sering melahirkan maka pengalaman yang dimiliki ibu mengenai bayi akan semakin baik sehingga segera setelah bayi lahir akan
2.3.1. Proses Produksi ASI
Pengeluaran ASI merupakan interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Proses produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa refleks (Bobak, 2005), yaitu:
prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan
mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu
hormon yang meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamalia. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi
menghisap.
Stimulus putting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi yang
membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori putting susu. Ejeksi susu dari alveoli dan duktus terjadi akibat refleks let down. Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepas oksitosin dari hipofisis posterior. Stimulasi oksitosin
membuat sel-sel miopitel di sekitar alveoli berkontraksi. Kontraksi sel-sel yang menyerupai otot ini menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus dan masuk
kedalam sinus-sinus laktiferus , dimana air susu tersedia.
Hal-hal yang dapat meningkatkan oksitosin, antara lain : (a) Ibu dalam
menyendawakannya, (e) Ayah menggantikan popok dan memandikannya, (f) Ayah bermain, mengendong, mendendangkan nyanyian, dan membantu pekerjaan
rumah tangga, (g) Ayah memijat bayi.
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi oksitosin, antara lain : (a) Ibu merasa takut jika menyusui akan merusak bentuk payudara, (b) Ibu bekerja, (c)
Ibu merasa bahwa produksi ASI-nya tidak cukup, (d) Ibu merasa kesakitan, terutama saat menyusui, (e) Ibu merasa sedih, cemas, kesal, dan bingung, (f) Ibu
merasa malu untuk menyusui bayinya, (g) Suami atau keluarga kurang mendukung dan mengerti ASI.
2.3.2. Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi ASI
Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam produksi ASI. Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah
ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1) Makanan. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk
membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup. Selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari. Adapun bahan
seperti: ubi, singkong, kol, sawi dan daun bawang. c) Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak
2) Ketenangan jiwa dan pikiran. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri
dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
3) Penggunaan alat kontrasepsi. Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang
tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
4) Perawatan payudara. Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak
lagi serta hormon oksitosin
5) Anatomis payudara. Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus
pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang. 6) Faktor istirahat. Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam
menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
8) Faktor obat-obatan. Diperkirakan obat-obat yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam
pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.
2.3.3. Upaya memperbanyak ASI
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbanyak ASI adalah: (1)
Menyusui bayi tiap 2 jam ( siang dan malam) dengan lama menyusui 10-15 menit disetiap payudara. (2) Bangunkan bayi,lepaskan baju yang dapat menyebabkan rasa gerah, dan duduklah selama menyusui. (3) Pastikan bayi menyusui dalam
posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif. (4) Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis menyusui.
(5) Tidur bersebelahan dengan bayi. (6) Ibu harus meningkatkan istirahat dan banyak minum. (7) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan. (8)
Meyakinkan ibu bahwa ibu dapat memproduksi susu lebih banyak
2.4. Cara Menilai Produksi ASI
Produksi ASI merujuk pada volume ASI yang dikeluarkan oleh payudara. ASI yang telah diproduksi disimpan di dalam gudang ASI. Selanjutnya ASI
menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi pada 2- 3 hari pertama kelahiran, diantaranya
adalah sebelum disusui payudara ibu terasa tegang, ASI yang banyak dapat keluar dari putting dengan sendirinya, ASI yang kurang dapat dilihat saat
stimulasi pengeluaran ASI, ASI hanya sedikit yang keluar, bayi baru lahir yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya selama 24 jam minimal 6-8 kali, warna urin kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur atau
tenang selama 2- 3 jam (Bobak, Perry & Lowdermilk, 2005).
Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi
adalah karakteristik dari BAB (Buang Air Besar) bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang berwarna hijau pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan mekonium, BAB ini berasal dari saluran pencernaan bayi,
serta cairan amnion (Hockenberry, 2009 dalam Purnama 2013). Pola eliminasi bayi tergantung dari intake yang bayi dapatkan, bayi yang meminum ASI,
umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang 26 dihasilkan adalah berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat, sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola BABnya hanya 1 kali