• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor IPA pada Siswa Kelas V SDN Kutowinangun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor IPA pada Siswa Kelas V SDN Kutowinangun"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Pembelajaran merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan guru di

kelas. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung bagaimana interaksi antara guru

dan siswa. Interaksi guru dan siswa dapat berjalan baik bila guru kompeten dalam

mengelola kelas. Menurut Asy'ari (2006:37) untuk pembelajaran IPA difokuskan

dalam pembelajaran adalah adanya interaksi antara siswa dengan obyek atau alam

secara langsung. Karena itu guru sebagai fasilitator perlu menciptakan kondisi dan

menyediakan sarana agar siswa dapat mengamati dan memahami obyek IPA.

Nur dan Wikandri dalam Trianto (2012:143) menyatakan, proses belajar

mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa

dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap

ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas

proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses pembelajaran IPA

hanya menghafalkan fakta, prinsip, atau teori saja. Untuk sebab itu perlu

dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.

IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam. Trianto (2012:136-137)

juga menjelaskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang

melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperiman serta menuntut sikap ilmiah

seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Dalam kurikulum 2006 “IPA

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

(2)

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sekurang-kurangnya ada 7

ruang lingkup pemahaman IPA sebagaimana berikut:

a) IPA sebagai kumpulan pengetahuan Mengacu pada kumpulan berbagai

konsep IPA yang sangat luas. Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dan

generalisasi yang menjelaskan alam.

b) IPA sebagai suatu proses penelusuran (investigation) Umumnya merupakan

suatu pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang berhubungan erat

dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.

c) IPA sebagai kumpulan nilai Berhubungan erat dengan penekanan IPA

sebagai proses, pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat

pada IPA. Ini termasuk didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan

keterbukaan.

d) IPA sebagai cara untuk mengenal dunia Proses IPA dipertimbangkan sebagai

suatu cara dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di

sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui dunia

beserta isinya dengan segala keterbatasannya.

e) IPA sebagai institusi sosial IPA seharusnya dipandang dalam penegrtian

sebagai kumpulan para profesional, yang didanai, dilatih dan diberi penghargaan

akan hasil karya.

f) IPA sebagai hasil konstruksi manusia Pandangan ini menunjuk pada

pengertian bahwa IPA sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran

ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Hal pokok dalam pandangan ini adalah

IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa

yang dihasilkan IPA memiliki sifat bias dan sementara.

IPA merupakan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Apa yang akan

dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi

oleh IPA. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil

(3)

mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah

(saintifik approach).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA

di SD, siswa harus dapat membangun kemampuannya dalam bekerja ilmiah dengan

pengetahuannya sendiri dan difasilitasi oleh guru. Oleh sebab itu pembelajaran

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (saintifik inquiry). Dan juga diharapkan dapat

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah.

2.1.2 Model Problem Based Learning

2.1.2.1 Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif

yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Dalam pengertian dan

pemahaman Problem Based Learning banyak teori yang dibicarakan. Beberapa

pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya menurut Dutch dalam

Taufiq (2009:21), Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang

menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar serta bekerjasama dalam kelompok

untuk mencari solusi dari masalah yang nyata.

Lebih lanjut Problem Based Learning menurut Daryanto (2014:29)

merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual

sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan

pembelajaran yang berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk

memecahkan masalah dunia nyata (real world). Menurut Dewey dalam Trianto

(2011:67) Problem Based Learning adalah interaksi antara stimulus dengan respon,

merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan

memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem

saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang

dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannnya dengan baik.

Dari uraian diatas sangatlah jelas bahwa model Problem Based Learning

(4)

gurunya. Kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka

telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah

tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan

sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

Masalah yang akan diselesaikan melalui kerja kelompok sehingga dapat

memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa tersebut seperti

kerjasama dan interaksi dalam kerja kelompok, disamping pengalaman belajar yang

berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang

percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data,

membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan

tersebut menunjukkan bahwa model Problem Based Learning dapat memberikan

pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan Problem Based

Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari

sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa model

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian

suatu masalah kepada siswa dimana masalah tersebut dialami atau merupakan

pengalaman sehari-hari siswa. Selanjutnya siswa dapat menyelesaikan masalah

tersebut untuk menemukan pengetahuan baru. Secara garis besar Problem Based

Learning terdiri penyajian pembelajaran yang menggunakan masalah dalam dunia

nyata atau kegiatan yang menyajikan kepada siswa suatu situasi masalah yang

autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka untuk

melakukan penyelidikan dan inkuiri.

Dalam Problem Based Learning, siswa dituntut menyelesaikan suatu masalah

secara ilmiah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang baru dari pelajaran

serta bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta diarahkan untuk

tidak terlalu tergantung pada guru. Problem Based Learning membentuk siswa

(5)

mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang

memandu siswa menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap

dalam menjalani proses belajar, Problem Based Learning tutor akan berkurang

keaktifannya.

2.1.2.2 Karakteristik Problem Based Learning

Arends dalam Trianto (2011:93) berpendapat bahwa Problem Based Learning

memiliki karakteristik meliputi:

a) Pengajuan masalah bukan

mengorganisasikan materi disekotar prinsip-prinsip atau keterampilan

akademik tertentu. Masalah yang diajukan berhubungan dengan situasu

kehidupan nyata pembelajar untuk menghindari jawaban sederhana dan

memungkinkan adanya berbagai macam solusi terhadap masalah tersebut.

b) Fokus pada disiplin ilmu.

Meskipun pembelajaran berbasis masalah berpusat pada mata pelajaran

tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang dipilih harus

benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa dapat meninjau masalah

itu dari banyak mata pelajaran.

c) Penyelidikan autentik.

Problem Based Learning mengharuskan siswa melakukan penyelidikan

autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadapmasalah nyata.

d) Menghasilkan produk dan

memamerkannya. Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

temukan. Bentuk karya siswa tersebut dapat berupa laporan, model fisik dan

(6)

e) Kerja sama. Pembelajaran

Berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu sama lain,

secara berpasangan atau secara berkelompok.

Sedangkan menurut Barrows dalam Komalaningsih (2007:27) menyatakan

bahwa pembelajaran Problem Based Learning memiliki karakteristik meliputi: (1)

Pembelajaran Berpusat pada siswa, (2) Pembelajaran terjadi dalam kelompok

kecil, (3) Pengajar merupakan fasilitator atau pembimbing, masalah merupakan

fokus dan stimulus pembelajaran, dan informasi baru diperoleh melalui

pembelajaran sendiri (self-directed learning). Menurut Tan dalam Taufiq

(2009:22) Karakteristik yang terdapat dalam proses Problem Based Learning

adalah: (1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, (2) Biasanya masalah

yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara

mengambang (ill-structured). (3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk

(multipel perspektif). (4) Masalah membuat pembelajar tertantang untuk

mendapatkan pembelajaran diranah pembelajaran yang baru. (5) Sangat

mengutamakan belajar mandiri (self direct learning). (6) Memanfaatkan sumber

pengetahuan yang bervariasi tidak dari satu sumber saja. (7) Pembelajaran

kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pembelajar bekerja dalam kelompok,

berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi. Dari

beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem Based Learning dapat

disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses Problem Based

Learning yaitu adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan

belajar dalam kelompok kecil.

2.1.2.3 Tujuan Problem Based Learning

Dalam Problem Based Learning mempunyai beberapa tujuan. Problem Based

Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi

sebanyak-banyaknya kepada siswa. Menurut Arends dalam Trianto (2011: 94-96) Problem

(7)

ini: (1) mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah,

(2) pemodelan peranan orang dewasa, artinya pembelajaran berdasarkan masalah

dapat mendorong terjadinya pengamatan dan dialog antara siswa dengan narasumber

sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau

narasumber (ilmuwan, guru, dokter, dan sebagainya), (3) pembelajar yang otonom

dan mandiri.

2.1.2.4 Tahapan Pelaksanaan Problem Based Learning

Menurut Kurinasih dan Sani (2014: 77-78) pada dasarnya, Problem Based

Learning diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata

yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi

pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan

berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut

dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 2.1

Tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran Problem Based Learning

Tahapan Aktivitas Guru dan Peserta Didik Tahap 1:

mengorientasikan peserta didik terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajarandan sarana atau logistik yang dibutuhkan.

Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.

Tahap 2:

Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

Tahap 3:

Membimbing penyelidikan individual dan maupun kelompok

(8)

Tahap 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video atau model melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

2.1.2.5 Kelebihan Problem Based Learning

Trianto (2011: 96-97) menyatakan, model Problem Based Learning (PBL)

memiliki kelebihan. Kelebihan model pembelajaran ini, adalah :

a) Realistik dengan kehidupan siswa,

b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa,

c) Memupuk sifat inquiri siswa,

d) Retensi konsep menjadi kuat, dan

e) Memupuk kemampuan problem solving.

2.1.3 Media Gambar

2.1.3.1 Pengertian Media

Berikut ini akan dibahas pengerian media menurut para ahli. Menurut

Musfiqon (2011:28) media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu

berupa fisik maupun non fisik yang sengaja digunakan sebagai alat bantu berupa fisik

maupun non fisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa

dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efisien. Sanaky (2013:4)

mengemukakan media adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai

perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi

dalam mencapai tujuan pengajaran.

Sedangkan Miarso dalam Musfiqon (2011:27) mengartikan media sebagai

wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran

(9)

pembelajaran dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat yang digunakan

untuk mengefektifkan pembelajaran yang dilakukan antara guru dan murid agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media diharapkan mempermudah siswa dalam

proses pembelajaran.

2.1.3.2 Media Gambar

Beberapa ahli berpendapat tentang definisi media gambar. Rohani dalam

Musfiqon (2013:73) media gambar adalah media yang merupakan reproduksi bentuk

asli dalam dua dimensi, yang berupa foto atau lukisan. Sadiman dalam Musfiqon

(2006:29) media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Merupakan bahasa

yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana, oleh karena itu

pepatah cina mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada

seribu kata.

Menurut Sudjana (2001:68) media gambar adalah media yang

mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi

pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Media gambar merupakan media

yang sederhana mudah dalam pembuatannya, dan ditinjau dari pembiayaan termasuk

media yang murah harganya. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa

media gambar merupakan media dua dimensi yang mengkombinasikan kata dengan

gambar yang sederhana, murah dan mudah dalam pembuatannya sehingga dapat

mudah dimengerti dan dinikmati dimana-mana.

2.1.3.3 Manfaat media pembelajaran

Sudjana dan Rivai dalam Sanaky (2009:4-5) mengemukakan bahwa manfaat

media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai

(10)

a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami

pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajar

dengan baik.

c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan

pengajar tidak kehabisan tenaga.

d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan, sebab tidak hanya

mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang

dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemontrasikan, dan lain-lain.

2.1.3.4 Beberapa kelebihan media gambar

Menurut Ibid dalam Sanaky (2013:82-83) ada beberapa kelebihan media

gambar atau foto:

a) Gambar atau foto sifatnya konkrit, lebih realis menunjukkan pada pokok

masalah bila dibandingkan dengan verbal semata.

b) Gambar atau foto dapat mengatasi ruang dan waktu, artinya tidak semua

benda, objek, peristiwa dapat dibawa kekelas, dan pembelajaran dapat dibawa

keobjek tersebut. Maka perlu diciptakan dengan membuat gambar atau foto

benda tersebut.

c) Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan panca indera.

Misalnya, binatang bersel satu tak mungkin dilihat dengan mata telanjang,

tetapi dengan mikroskop . apabila tidak menggunakan mikroskop, maka dapat

direkayasa dengan bentuk gambar atau foto.

d) Memperjelas suatu sajian masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat

(11)

e) Media ini, lebih murah harganya, mudah didapatkan dan mudah digunakan

tanpa memerlukan peralatan khusus.

Jadi penggunaan media gambar atau foto dalam proses pembelajaran sangat

tergantung pada kreasi dan inisiatif pengajar. Akan tetapi media gambar atau foto

tersebut dilihat dari sisi seni lebih baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Media gambar diharapkan memudahkan siswa dalam memperoleh suatu gambaran

dan memahami materi pembelajaran.

Menurut Sadiman (2005:33) Ada 6 syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar

atau foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.

a) Otentik

Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang

melihat benda sebenarnya.

b) Sederhana

Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok

dalam gambar.

c) Ukuran relatif

Gambar/foto dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya.

d) Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik

tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan

aktivitas tertentu.

e) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Walaupun dari segi mutu kurang, gambar/foto karya sendiri sering kali lebih

baik.

f) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media

yang baik gambar hendaknya bagus dari sudut seni sesuai dengan tujuan

(12)

2.1.4 Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi

guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua

dampak bermanfaat bagi siswa dan guru. Menurut Davies dalam Dimyati dan

Mudjiono (2009: 201), ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara

umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah

kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan

pembelajaran oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.” Sudjana (2009)

membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan,

(2) pengetahuan dan pengarahan, dan (3) sikap dan cita-cita.

Susilana (2009) menjelaskan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor

yaitu faktor dari diri siswa dan dari lingkungan. Faktor dari diri siswa adalah

kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan

kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor ini

berpengaruh besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa yakni sebesar 70%

sedangkan yang 30% dipengaruhi oleh lingkungannya. Dari beberapa pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mempunyai 3 ranah yang harus

dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar yang ditunjukkan

melalui penguasaan kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar dapat dilihat dari

niai ulangan harian (formatif) dan tes semester (sumatif).

2.1.4.1. Ranah Kognitif

Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan adanya

enam kelas/tingkatan yaitu :

a)Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari

(13)

b)Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal

yang dipelajari.

c)Aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d)Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e)Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

f)Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan kriteria tertentu.

2.1.4.2. Ranah Afektif

Sudjana (2010:30) mengemukakan ada 6 jenis kategori ranah afektif sebagai

hasil belajar

a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk

masalah, situasi, gejala, dll . Dalam tipe ini termasuk kesadaran,

keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau

rangsangan dari luar.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang

terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan

reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang

datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya

kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk

menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem

(14)

dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam

organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkahlakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai

dan karakteristiknya.

Penilaian afektif pada penelitian i9ni menggunakan motivasi belajar siswa.

Karena dengan mengetahui motivasi belajar siswa maka lebih mudah untuk menilai

hasil belajarnya. Apabila motivasi belajar siswa baik, maka hasil belajar dan

psikomotor siswa juga lebih baik. Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Motivasi memiliki komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yang erat

antara motivasi dan kebutuhan, serta drive dengan tujuan dan insentif (Aqib, 2010 :

50) Pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

suatu proses perubahan energi pada diri seseorang yang memberikan semangat, arah

dan kegigihan perilaku untuk mencapai sebuah tujuan. Menurut Darajat (1995:144)

aspek motivasi belajar adalah sebagai berikut :

a) Tekun dalam belajar

b) Ulet dalam menghadapi kesulitan belajar

c) Mandiri dalam belajar

d) Berprestasi dalam belajar

2.1.4.3. Ranah Psikomotor

Menurut Leighbody dalam Haryati (2007: 26) dalam melakukan penilaian

hasil belajar keterampilan sebaiknya mencakup :

a) Kemampuan siswa menggunakan alat dan sikap kerja.

b) Kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urutan

(15)

c) Kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya.

d) Kemampuan siswa dalam membaca gambar dan atau symbol.

e) Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah

ditentukan.

2.1.4.4 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar

yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor

yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep,

keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2008:54-72) faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern meliputi:

faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor

keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Menurut Slameto (2008: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan

dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi

menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a) Faktor jasmaniah

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau

bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia

akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya

lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.Kedua

adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki,

(16)

hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat bantu

agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

b) Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi

dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan

objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar.

Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau

berlatih. Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus

memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar.

Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan

adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut

sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar

tidak akan baik.

c) Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk

membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa

pembakaran didalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.

Selain itu kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada

bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya

untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan

(17)

atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai

dengan bakat, minat dan perhatiannya. Menurut Slameto (2008:60) kelelahan baik

jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur,

istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan obat-obat yang

melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan yang

memenuhi sarat empat sehat lima sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi

seorang ahli.

2. Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi:

faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan

sebagai berikut:

a) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua

mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu,

keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab itu orang

tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi teladan yang baik,

menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan

dukungan material yang cukup.

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan

tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi

pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif

bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik,

(18)

pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup

memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam

mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan

sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak

bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio,

bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar di

masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam

jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh

yang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak

baik misalnya suka begadang, pecandu rokok, keluyuran minum-minum, lebih-lebih

pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan

masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat

yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan

mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang

tinggal disitu. Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil

belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor

ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan

Frizta Wahyu Pety Perida (2013) melakukan PTK dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alam Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN 6 Depok

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2012/2013”. Dari hasil

penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 4 di SDN

(19)

setelah menggunakan model Problem Based Learning. Hal ini nampak pada

perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus sebesar 29,17%,

siklus I meningkat menjadi 66,7% dan pada siklus II meningkat menjadi 91,7%

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Hasil penelitian ini disarankan

untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD terutama dalam menggunakan

model Problem Based Learning.

Sumarsono (2012) melakukuan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Media Penggunaan Gambar Bagi Siswa Kelas VI Semester 1 SDN Ronggo 03 Kecamatan Jaken Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas atau PTK dengan menggunakan 2

siklus, dimana penelitian ini dilaksanakan di SDN Ronggo 03 Kecamatan Jaken

Kabupaten Pati selama 3 bulan dari bulan Oktober sampai Desember dengan subjek

penelitian siswa kelas VI yang berjumlah 29 yaitu 17 siswa laki – laki dan 12 siswa

perempuan yang kemampuan akademiknya heterogen. Variabel yang merupakan

sasaran dari penelitian ini adalah variabel terikat / Y ( Hasil Belajar ) dan variabel

bebas / X ( Penggunaan gambar sebagai media pembelajaran ). Prosedur penelitian

yang dilakukan berupa perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Perencanaan

dilakukan dengan mempersiapkan alat pembelajaran, RPP dan bahan ajar yang

diperlukan. Tindakan pembelajaran dilakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah

dibuat yaitu dengan penggunaan media gambar. Observasi dilakukan untuk

mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar, sedangkan refleksi dilakukan untuk menentukan kegiatan

selanjutnya apakah dilakukan remidi atau pengayaan. Instrumen pengumpul data

dalam penelitian ini yaitu diperoleh dari tes akhir, lembar observasi dan dokumentasi

yang kemudian dianalisis untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan,hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh

pada siklus I yaitu 60 dan siklus II yaitu 80,27 dengan indikator berbeda dalam

kategori meningkat. Hasil siklus II sudah melebihi dari KKM indikator yang

(20)

penelitian ini mampu menjawab tujuan penelitian yaitu penggunaan media gambar

dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa

kelas VI semester I SD Negeri Ronggo 03 Kecamatan Jaken Kabupaten Pati, tahun

pelajaran 2011/2012. Akhirnya peneliti menyarankan kepada seluruh guru untuk

kreatif dalam menyajikan pembelajaran terutama dalam menggunakan alat peraga dan

media yang menarik serta bervariasi sehingga dapat membawa siswa dalam proses

pembelajaran yang menyenangkan dan batas tuntas hasil belajar siswa dapat tercapai.

Beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

Namun perlu dibuktikan lagi pada penelitian tindakan kelas ini. Dengan analisis

tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model Problem

Based Learning sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan

psikomotor IPA siswa kelas V SDN Kutowinangun 04.

Persamaan penelitian yang peneliti lakukan dengan beberapa penelitian di atas

ialah sama-sama mengukur hasil belajar, selain itu instrumen yang digunakan peneliti

untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa juga berupa tes dan non tes. Sedangkan

untuk perbedaannya terletak pada objek yang akan diteliti, masalah, tujuan, tindakan,

variabel, dan pemanfaatan media di dalam proses tindakan yang dilakukan.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh peneliti maka diperoleh alur

kerangka berpikir bahwa kondisi awal SD Negeri Kutowinangun 04 kelas V dalam

proses penbelajaran guru hanya menggunakan metode konvensional sehingga siswa

kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Model Problem Based

Learning berbantuan Media Gambar untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas V. Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang diawali

dengan pemberian suatu masalah kepada siswa dimana masalah tersebut dialami atau

merupakan pengalaman sehari-hari siswa, selanjutnya siswa menyelesaikan masalah

(21)

Based Learning perlu bantuan sebuah media yaitu media gambar untuk menunjang

penyampaian materi dengan Problem Based Learning. Melalui penerapan Model

Problem Based Learning berbantuan Media Gambar diharapkan dapat mencapai

tujuan, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor IPA

siswa kelas V SDN Kutowinangun 04 Salatiga semester II tahun ajaran 2014/2015.

LANGKAH Problem Based Learning :

a) Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.

b) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.

c) Membimbing penyelidikan individual dan maupun

kelompok.

d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

e) Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

KELEBIHAN Problem Based

Learning :

a) Realistik dengan kehidupan

siswa,

b) Konsep sesuai dengan

kebutuhan siswa,

c) Memupuk sifat inquiri siswa,

d) Retensi konsep menjadi kuat,

e) Memupuk kemampuan

problem solving.

(22)
(23)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

a) Penerapan model Problem Based Learning berbantuan media gambar untuk

meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor IPA pada siswa

kelas V SDN Kutowinangun 04 Salatiga semester II tahun ajaran 2014/2015

dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah 2) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

3) Membimbing penyelidikan individual dan maupun kelompok 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

b) Pembelajaran melalui model Problem Based Learning berbantuan media

gambar dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor

IPA pada siswa kelas V SDN Kutowinangun 04 Salatiga semester II tahun

Gambar

gambar atau foto:
Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
gambar dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor

Referensi

Dokumen terkait

Noor Rachmat, Beriman dan Beragama, membangun relasi dengan Tuhan dan sesama, Hegel Pustaka Jakarta, 2015 Noor Rachmat, Islam dan Pembentukan Akhlak Mulia, Fikra Publika,

Manakala al-Attas (1972) menyatakan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan orang Melayu mengidentifikasikan diri dan peradabannya dengan Islam, antara

1. Untuk mengetahui paku pada aqua gelas manakah yang menjadi berkarat. 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan besi

Asam basa merupakan salah satu sifat suatu zat baik yang berbentuk larutan maupun non pelarut, sifat dari asam yaitu terasa masam dan basa terasa pahit dan

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

Destilasi digunakan untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat cair yang memiliki titik didih berbeda.. Jenis-jenis destilasi

Apabila dalam suatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga kerja sangat berlebihan, sehingga berada dalam suatu keadaan di mana sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke sektor lain tetapi

Dan juga pada kesempatan ini penulis pun menggunakan program aplikasi tersebut untuk membuat sebuah iklan animasi sebuah produk minuman kaleng yang di kemas rapi dan di susun